Anda di halaman 1dari 3

Dian Mercy Merista

51915192-Dkv6
Pernikahan Dini

BAB 1. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Pernikahan merupakan suatu ibadah dan sesuatu yang sakral oleh karna itu
diharapkan hanya terjadi sekali seumur hidup. Pernikahan umumnya di lakukan oleh
wanita maupun laki-laki yang usianya cukup dewasa untuk menikah seperti adanya
ketentuan batasan umur dalam pasal 7 ayat 1 Tahun 1974. Perkawinan dapat
dilaksanakan jika pihak laki-laki sudah berusia 19 tahun dan wanita berusia 16 tahun.
Jika usianya kurang dari ketentuan maka dinyatakan telah menikah dibawah umur.
Nikah dini kebanyakan di daerah pedesaan, salah satunya daerah Cililin, Cililin
merupakan daerah pedesaan yang terletak di Kabupaten Bandung Barat Kecamatan
Cipongkor. Remaja-remaja Cililin banyak yang melakukan pernikahan dini karna
beberapa faktor.

UU perkawinan dibuat pada 1974 mengalami pertentangan pendapat dari Suteki


(seperti dikutip Gatra, 2015) pasalnya anak yang dikatakan matang pada usia 16
tahun hanya karna sudah mengalami masa pubertas, akan tetapi jika dipandang dari
sisi psikologisnya remaja belum dapat berfikir secara jernih dan cenderung gegabah
dalam mengambil keputusan yang akan dipertanggung jawabkan sehingga standar
usia tersebut dianggap tidak relavan lagi. Remaja merupakan bibit awal suatu bangsa
untuk menjadi bangsa yang lebih baik, bermartabat dan kuat. Menurut penelitian yang
sudah dilakukan oleh Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak
dan Keluarga Berencana (B3AKB) Kabupaten Bandung Barat (KBB). Asep Ilyas
(2018) mengatakan “rata-rata pernikahan dini terjadi di wilayah selatan KBB, Seperti
Kecamatan Cililin, Sindangkerta, Gunung halu dan Rongga. Tiap tahun 900 pasangan
menikah pada usia dini”.

Saat ini problematika yang terjadi pada para remaja adalah banyaknya remaja ingin
membina rumah tangga dengan melakukan pernikahan dini. Kondisi ini dilatar
belakangi zaman yang masih tertinggal dan konsep pemikirannya pun tidak mengarah
pada jenjang kehidupan yang lebih baik sehingga bisa menghambat cita-cita seorang
anak. Tradisi pernikahan pada zaman sekarang masih teracu pada prospek budaya
nikah dini, berkisar 15 tahun wanita dan pria berkisar 20 tahun atau kurang. Bila
ditelusuri banyak faktor yang menyebabkan remaja nikah dini. Menurut penelitian
awal yang sudah dilakukan pernikahan dini terjadi karna kurangnya kesadaran dari
seorang anak atas dampak yang didapat setelah melakukan pernikahan dini.

Wardyaningrum (2012) mengatakan bahwa: idealnya pernikahan dilakukan pada


seorang berada dalam kondisi yang mapan, baik fisiknya maupun metal. Dalam hal
fisik yaitu mampu membiayai kehidupan sendiri atau pasangannya, telah memasuki
batasan usia untuk menikah. Sedangkan dalam mental contohnya yaitu seseorang
sudah siap atas segala hal yang akan terjadi kedepannya di kehidupan, mampu
bertanggung jawab atas keputusan yang telah dipilihnya serta dapat memenuhi
kebutuhan psikis dari dalam dirinya dan pasangan.

Masa remaja merupakan masa badai dan tekanan, masa remaja masa kritis yang
memerlukan arahan, petunjuk, dan bimbingan sehingga masa remaja tersebut dapat
dijadikan hal yang bersifat positif pada anak. Berdasarkan uraian diatas, akan banyak
masalah yang timbul karna adanya pernikahan dibawah umur khususnya untuk
perempuan. Dan diperlukannya informasi tentang dampak atau bahayanya pernikahan
dini
I.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan, maka dapat diidentifikasikan
pokok-pokok permasalahan tentang dampak pernikahan dini sebagai berikut :
 Masih kentalnya budaya nikah dini turun menurun.
 Kurang memahami atau kurangnya kesadaran anak atas dampak pernikahan
dini.
 Banyak faktor yang menyebabkan remaja menikah dini.
 Banyak nya remaja yang ingin membina rumah tangga dengan melakukan
pernikahan dini.

I.3. Rumusan Masalah


 Apa faktor-faktor penyebab yang mendorong pernikahan di usia muda ?
 Bagaimana cara meningkatkan pengetahuan remaja untuk mempelajari hal-hal
seputar menikah dini dan membangun kesadaran bagi anak remaja untuk
memahami dampak dari menikah dini.
 Bagaimana upaya untuk mengatasi budaya turun menurun menikah di usia
muda ?

I.4. Batasan Masalah


Agar pembahasan tetap fokus dan tidak menyimpang, maka dibatasi dengan
pembahasan terjadinya pernikahan dini pada zaman sekarang adalah tentang budaya
turun menurun menikah diusia muda dan kurangnya kesadaran remaja usia dibawah
20 tahun terhadap dampak dari pernikahan dini di Kabupaten Bandung Barat,
Kecamatan Cipongkor, desa Cililin.

Anda mungkin juga menyukai