Anda di halaman 1dari 9

MINI RISET

PENGARUH NIKAH MUDA TERHADAP MENTAL ANAK

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Akhir- akhir ini di kalangan muda muncul trend yang namanya nikah muda,
padahal mereka masih diragukan kesiapannya, nikah muda ini dilatar belakangi
karena takutnya zina, oleh sebab itu mereka lebih baik menikah muda daripada
melakukan hal – hal yang dilarang oleh ajaran agama islam. Nikah muda sendiri
adalah pernikahan yang dilakukan oleh pasangan ataupun salah satu pasangannya
yang masih dikategorikan remaja berusia dibawah 19 tahun.
Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 yang merupakan
perubahan atas Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
dijelaskan bahwa negara menjamin hak warga negara untuk membentuk keluarga
dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah, menjamin hak anak atas
kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Selain itu, perubahan ini juga
menimbang bahwa perkawinan pada usia anak menimbulkan dampak negatif bagi
tumbuh kembang anak dan akan menyebabkan tidak terpenuhinya hak dasar anak
seperti hak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, hak sipil anak, hak
kesehatan, hak pendidikan, dan hak sosial anak. Pada pasal 7 Undang-Undang
Pokok Perkawinan No. 1 Tahun 1974 diubah, sehingga berbunyi Perkawinan hanya
diizinkan apabila pria dan wanita sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun.
Pernikahan usia muda adalah pernikahan yang dilakukan oleh seorang laki-
laki dan seorang wanita yang umur keduanya masih dibawah batasan minimum
yang diatur oleh Undang-Undang. Jika dilihat pada zaman sekarang banyak anak-
anak usia 25 tahun dan ada yang dibawahnya yang sudah menikah muda, entah
faktor latar belakang apa sehingga anak tersebut lebih memilih menikah, ada yang
faktor cinta, ada yang menghindari zina, ada yang paksaan orang tua.
Faktor yang mempengaruhi pernikahan usia muda adalah faktor sosial
budaya, faktor pendidikan, dan faktor ekonomi. Faktor yang memengaruhi remaja
untuk melakukan hubungan seks pranikah adalah membaca buku porno dan
menonton blue film. Sehingga jika terjadi kehamilan akibat hubungan seks pra
nikah maka jalan yang diambil adalah menikah pada usia muda. Tingkat pendidikan
yang rendah atau tidak melanjutkan sekolah lagi bagi seorang wanita dapat
mendorong untuk cepat-cepat menikah.Permasalahan yang terjadi karena mereka
tidak mengetahui seluk beluk pernikahan sehingga cenderung untuk cepat
berkeluarga dan melahirkan anak. Selait itu tingkat pendidikan keluarga juga dapat
mempengaruhi terjadinya perkawinan usia muda. Perkawinan usia muda juga
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan masyarakat secara keseluruhan. Mayoritas
laki-laki dan perempuan yang kawin dibawah umur 20 tahun akan menyesali
pernikahan mereka. Sayang sekali orang tua sendiri sering tetangga dan media,
faktor pengetahuan yang minim ditambah rasa ingin tahu yang berlebihan, dan
faktor perubahan zaman. Pernikahanusia muda terjadi karena akibat kurangnya
pemantauan dari orang tua yang mana mengakibatkan kedua anak tersebut
melakukan tindakan yang tidak pantas tanpa sepengetahuan orang tua.
Hal ini tidak sepenuhnya kedua anak tersebut haruslah disalahkan.Mungkin
dalam kehidupannya mereka kurang mendapat perhatian dari orang tuanya, kasih
sayang dari orang tuanya dan pemantauan dari orang tua dan mengakibatkan
mereka melakukan pergaulan secara bebas yang mengakibatkan merusak karakter
pemuda sebagai makhluk Tuhan.Masa-masa seumuran mereka yang pertumbuhan
seksualnya meningkat dan masa-masa dimana mereka berkembang menuju
kedewasaan. Pernikahan usia muda terjadi karena orang tuanya takut anaknya
dikatakan perwawan tua sehingga segera dikawinkan. Faktor adat dan budaya,
dibeberapa belahan daerah di Indonesia, masih terdapat beberapa pemahaman
tentang perjodohan. Dimana anak gadisnya sejak kecil telah dijodohkan orang
tuanya dan akan segera dinikahkan sesaat setelah anak tersebut mengalami masa
menstruasi. Padahal umunya anak-anak perempuan mulai menstruasi diusia 12
tahun. Maka dipastikan anak tersebut akan dinikahkan pada usia 12 tahun, jauh
dibawah batas usia minimum sebuah pernikahan yang diamanatkan UU.
Pada penelitian ini faktor yang mempengaruhi pernikahan usia muda adalah
faktor pengetahuan, pendidikan, dorongan orang tua, pergaulan bebas, dan budaya.
Sebelum menikah lebih baik dipikirkan dulu secara matang matang dan sesuai
dengan proporsi nantinya, agar tidak salah orang/ tidak salah jodoh, dikarenakan
nikah muda sendiri jika dilihat juga banyak yang cerai di usia muda, hal itu
dikarenakan kurangnya kesiapan dan kurangnya tanggung jawab saat hendak
melakukan/ menetujui pernikahan. Pernikahan usia muda adalah suatu keadaan
dimana seseorang dituntut untuk menjalankan suatu peran (sebagai orang tua) yang
belum saatnya untuk dijalankan sehingga hal ini mengakibatkan terjadinya
kesenjangan contohnya iri hati menjadi halangan dalam penyesuaian diri.
Pernikahan usia muda adalah pernikahan yang dilakukan oleh usia muda antara
laki-laki dengan perempuan yang mana usia mereka belum ada 20 tahun, berkisar
antara 17-18 tahun.
Di usia muda tentunya kita masih mempunyai pikiran yang labil, masih
senang bertemu teman- teman, masih senang berjalan – jalan. Nah, jika pikiran
tersebut masih belum bisa diubah, alhasil rumah tangga akan di ujung tanduk/ ujung
perpisahan. Pernikahan bukan faktor cepat atau lambatnya, yang terpenting siap
atau tidaknya, hanya berkata siap pun juga salah karena harus dilakukan dengan
tanggung jawab dari lisan dan juga perbuatan, sebagai kepala rumah tangga pun
juga harus memberikan nafkah lahir batin kepada istrinya, jangan sampai istri
merasa terbebani karena menikah.
Menurut saya alangkah lebih baiknya jika kita mempersiapkan diri terlebih
dahulu, mulai dari sikap, financial, dan memperbaiki hal- hal yang kurang baik di
diri kita, karena nantinya allah/ tuhan akan memberikan istri yang lebih baik
daripada kita. Jika ditelisik lebih jauh, menikah bukan hanya sekedar memberi
nafkah ke keluarga, tetapi ilmu juga harus diajarkan kepada istri dan anak- anak. Di
usia yang muda lebih baik kita belajar menuntut ilmu agar masa depan kita terarah
karena kematangan usia sangat mempengaruhi proses pemikiran kita.
Oleh karena itu diperlukan penelitian terkait pengaruh pernikahan muda
terhadap keadaan mental, perilaku, tingkat stress, maupun keadaan finansial
keluarga tersebut.
I.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang disusun penulis dalam mini riset ini yaitu:
1. Bagaimana pengaruh pernikahan muda terhadap mental anak ?
2. Bagaimana pengaruh pernikahan muda terhadap tingkat stress, pola perilaku
dan kesehatan financial ?
I.3 Tujuan
Tujuan penulisan mini riset ini yaitu:
1. Untuk Mengetahui pengaruh pernikahan muda terhadap mental anak.
2. Untuk Mengatahui pengaruh pernikahan muda terhadap tingkat stress, pola
perilaku dan kesehatan financial.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pernikahan adalah suatu kesepakatan antara seorang laki-laki dan seorang


perempuan untuk membentuk sebuah keluarga dan dari pernikahan ini manusia
dapat meneruskan keturunan mereka. Pada umumnya pernikahan dilakukan oleh
orang dewasa yang sudah memiliki kematangan emosi karena dengan adanya
kematangan emosi ini mereka akan dapat menjaga kelangsungan pernikahan.
Akhir- akhir ini di kalangan muda muncul trend yang namanya nikah muda, padahal
mereka masih diragukan kesiapannya, nikah muda ini dilatar belakangi karena
takutnya zina, oleh sebab itu mereka lebih baik menikah muda daripada melakukan
hal – hal yang dilarang oleh ajaran agama islam.
Pernikahan usia muda adalah pernikahan yang dilakukan oleh seorang laki-laki
dan seorang wanita yang umur keduanya masih dibawah batasan minimum yang
diatur oleh Undang-Undang. Faktor yang mempengaruhi pernikahan usia muda
adalah faktor sosial budaya, faktor pendidikan, dan faktor ekonomi. Faktor yang
memengaruhi remaja untuk melakukan hubungan seks pranikah adalah membaca
buku porno dan menonton blue film. Sehingga jika terjadi kehamilan akibat
hubungan seks pra nikah maka jalan yang diambil adalah menikah pada usia muda.
Tingkat pendidikan yang rendah atau tidak melanjutkan sekolah lagi bagi seorang
wanita dapat mendorong untuk cepat-cepat menikah.
Pernikahan menjadi sebuah prosesi sacral yang benar benar harus dipersiapkan
secara matang dari berbagai aspek diantaranya yaitu aspek mental, pikiran,
kesiapan secara fisik, finansial, maupun emosi. Selain itu edukasi tentang
kehidupan pernikahan juga diperlukan sebelum menuju ke jenjang tersebut. Oleh
karena itu pernikahan muda dikhawatirkan dapat menimbulkan berbagai masalah
baru dalam kehidupan baik kehidupan pribadi maupun sosial. Hal ini dikarenakan
belum terpenuhinya aspek aspek yang telah disebutkan diatas oleh pasangan muda-
mudi ini. Kondisi mental, perilaku, tingkat stress, bahkan keadaan finansial patut
dipertanyakan kepada pasangan yang terlalu cepat melaksanakan pernikahan.
Jika dipaksakan melangsungkan pernikahan muda justru akan jadi trauma,
perobekan yang luas dan infeksi yang akan membahayakan organ reproduksinya
sampai membahayakan jiwa anak. Patut dipertanyakan apakan hubungan seks yang
demikian atas dasar kesetaraan dalam hak reproduksi antara istri dan suamiatau
adanya kekerasan seksual dan pemaksaan terhadap seorang anak. Secara psikis
anak juga belum siap dan mengerti tentang hubungan seks, sehingga akan
menimbulkan trauma psikis berkepanjangan dalam jiwa anak yang sulit
disembuhkan. Anak akan murung dan menyesali hidupnya yang berakhir pada
pernikahan yang dia sendiri tidak mengerti atas putusan hidupnya. faktor sosial
budaya dalam masyarakat patriarki yang bias gender, yang menempatkan
perempuan pada 26 posisi yang rendah dan hanya dianggap pelengkap seks laki-
laki saja. Kondisis ini sangat bertentangan dengan ajaran agama apapun termasuk
agama islam yang sangat menghormati perempuan.
Kondisi ini hanya akan melestarikan budaya patriarki yang bias gender yang
akan melahirkan kekerasan terhadap perempuan. Dampak terhadap suami yakni
Hal tersebut timbul dikarenakan belum matangnya fisik maupun mental mereka
yang cenderung keduanya memiliki sifat keegoisan yang tinggi. Pernikahan usia
muda juga berdampak pada anak-anaknya. Karena bagi wanita yang
melangsungkan pernikahan dibawah umur 20 tahun, bila hamil akan mengalami
gangguan pada kandungannya dan banyak juga dari mereka yang melahirkan anak
yang premature.
BAB III
METODE PENELITIAN

III.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah
suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka
sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin diketahui oleh
peneliti. Angka-angka yang terkumpul sebagai hasil penelitian kemudian dapat
dianalisis menggunakan metode statistik.
III.2 Variabel Penelitian
Penelitian ini membahas masalah pernikahan usia muda dan pengaruhnya
terhadap mental, tingkat stress, pola perilaku, dan keadaan finansial orang tersebut.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini berupa variabel bebas (independen) yaitu
pernikahan usia muda, dan variabel terikat (dependen) yaitu mental anak, tingkat stress,
pola perilaku, dan keadaan finansial keluarga tersebut.
III.3 Definisi Operasional Variabel
Definisi Operasional Variabel adalah penarikan batasan yang lebih
menjelaskan ciri-ciri spesifik yang lebih substantive dari suatu konsep. Tujuannya
agar peneliti dapat mencapai suatu alat ukur yang yang sesuai dengan hakikat
variabel yang sudah di definisikan konsepnya, maka peneliti harus memasukkan
proses atau operasionalnya alat ukur yang akan digunakan untuk kuantifikasi gejala
atau variabel yang ditelitinya.
Berikut ini adalah pengertian tentang defenisi operasional variabel:
1. Pernikahan usia muda merupakan pernikahan yang di lakukan di bawah usia
yang seharusnya serta belum siap dan matang untuk melaksanakan
pernikahan dan menjalani kehidupan rumah tangga.
2. Mental adalah kondisi di mana individu memiliki kesejahteraan yang
tampak dari dirinya yang mampu menyadari potensinya sendiri, memiliki
kemampuan untuk mengatasi tekanan hidup normal pada berbagai situasi
dalam kehidupan, mampu bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta
mampu memberikan kontribusi kepada komunitasnya.
3. Tingkat Stress
Stress merupakan salah satu gangguan mental yang disebabkan karena
adanya tekanan dari luar maupun dari dalam diri seseorang yang mampu
membuat terjadinya gangguan gangguan yang lain.
4. Pola Perilaku
Perilaku adalah segenap manifestasi hayati individu dalam berinteraksi
dengan lingkungan, mulai dari perilaku yang paling nampak sampai yang
tidak tampak, dari yang dirasakan sampai paling yang tidak dirasakan. Pola
perilaku merupakan pola yang terjadi pada seseorang ketika menghadapi
sesuatu dan memutuskan bagaimana ia akan bertindak.
5. Kondisi Finansial Keluarga
Kondisi finansial merupakan kondisi bagaimana sikap dan tindakan kita
dalam mengatur keuangan yang dimiliki.
III.4 Populasi dan Sampel
A. Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang menjadi sasaran untuk
dapat menyimpulkan data, baik berupa benda, manusia, maupun hal-hal
yang terjadi dan yang diselidiki secara nyata menurut pandangan kolektif
dan berdasarkan ciri-ciri yang telah ditetapkan. Sesuai dengan masalah yang
diajukan pada penelitian ini, maka yang akan menjadi populasi adalah
pasangan pernikahan.
B. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi tersebut. Dalam hal ini sampel
yang digunakan yaitu pasangan muda yang menikah dibawah usia 19
tahun. Teknik sampling
III.5 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi lapangan dan
proses wawancara dengan responden. Proses wawancara mengacu pada panduan
atau pedoman interview dan observasi.
III.6 Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang disusun dalam penelitian ini yaitu
H1 : Pernikahan usia muda berpengaruh positif terhadap mental anak
H2 : Pernikahan usia muda berpengaruh positif terhadap tingkat stress anak
H3 : Pernikahan usia muda berpengaruh positif terhadap pola perilaku anak
H4 : Pernikahan usia muda berpengaruh positif terhadap kondisi finansial keluarga
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai