Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH PERKAWINAN USIA MUDA

TERHADAP PROSES TUMBUH KEMBANG


ANAK

Oleh :

Drs. MUKHLIS HASANI


PENYULUH KB AHLI MUDA KECAMATAN PARON KAB. NGAWI
2021
PENGARUH PERKAWINAN USIA MUDA
TERHADAP PROSES TUMBUH KEMBANG ANAK

A. Latar Belakang
Perkawinan sebagai jalan untuk bisa mewujudkan suatu keluarga/rumah tangga
yang bahagiaa dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini
dimaksudkan bahwa perkawinan itu hendakny berlangsung seumur hidup dan
tidak boleh berakhir begitu saja.
Pembentukan keluarga yang bahagia dan kekal itu haruslah berdasaran
Ketuhanan Yang Maha Esa.
Perkawinan bagi manusia merupakaan hal yang penting, karena dengn sebuah
perkawinan seseorang aakan memperoleh keseimbangan hidup baik secara
biologis, psikologis maupun secara sosial.
Kematangan emosi merupakan aspek yang penting untuk menjaga kelangsungan
perkawinan. Keberhasilan rumah tangga sangat banyak ditentukan oleh
kematangan emosi, baik suami maupun istri.
Dengan dilangsungkannya perkawinan maka status sosialnya dalamkehidupan
bermasyarakat diakui sebagai pasangan suami istri dan sah secara hukum.
Batas usia dalam melangsungkan perkawinan adalah penting dan dapat
dikatakan sangat penting, hal ini disebabkan karena didalam perkawinan
menghendaki kematangan psikologis. Usia perkawinan yang terlalu muda dapat
mengakibatkan meningkatnya kasus perceraian karena kurangnya kesadaran
untuk bertanggung jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri.
Pernikahan yang sukses sering ditandai dengan kesiapan memikul tanggung
jawab.
Begitu memutuskan untuk menikah, mereka siap menanggung segala beban
yang timbul akibat adanya pernikahan, baik menyangkut pemberian nafkah,
pendidikan anak, maupun yang berkaitan dengan perlindungan, pendidikan serta
pergaulan yang baik.
Tujuan dari perkawinan yang lain adalah memperoleh keturunan yang baik.
Dengan Perkawinan pada usia yang terlalu muda mustahil akan memperoleh
keturunan yang berkualitas. Kedewasaan ibu juga sanat berpengaruh tehadap
perkembangan anak, karena ibu yang telah dewasa secara psikologis akan lebih
erkendali emosi maupun tindakannya, apabila dibandingkan dengan para ibu
muda. Selain mempengaruhi aspek fisik, umur ibu juga mempengaruhi aspek
psikologi anak, ibu usia remaja sebenarnya belum siap untuk menjadi ibu dalam
arti ketrampilan mengasuh tumbuh kembang anaknya. Ibu muda lebih
menonjolkan sifat keremajaannya dari pada sifat keibuannya.
Remaja adalah anak yang pada masa peralihan dari anak-anak menuju usia
dewasa. Pada masa peralihan ini biasanya terjadi percepatan pertumbuhan
dalam segi fisik maupun psikis.
Baik di tinjau dari bentuk badan, sikap, cara berfikir dan berindak mereka bukan
lagi anak-anak. Mereka juga belum dikatakan manusia dewasa yang memiliki
kematangan pikiran . Sifat-sifat keremajaan ini (seperti emosi yang tidak stabil,
belum mempunyai kemampuan yang matang untuk menyelesaikan konplik-
konplik yang dihadapi, serta belum mempunyai pemikiran yang matang tentang
masa depan yang baik), akan sangat mempengaruhi perkembangan psikososial
anak, dalam hal ini kemampuan konplikpun usia itu berpengaruh.
Perkawinan usia muda juga membawa pengaruh yang tidak baik bagi anak-
anak mereka. Biasanya anak-anak kurang kecerdasannya.
Anak-anak yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang masih muda (remaja)
mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih rendah bila dibandingkan dengan anak
yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang lebih dewasa. Rendahnya angka kecerdasan
anak-anak tersebut karena si ibu belum memberi stimulasi mental pada anak-
anak mereka. Hal ini disebabkan karena ibu-ibu yang masih remaja belum
mempunyai kesiapan untuk menjadi ibu. Perkembangan Bahasa si anak
Sangat tergantung pad acara ibu berbicara pada anaknya. Aspek kecerdasan non
Bahasa berkembang bila si ibu dapat memberikan permainan atau stimulasi
mental yang baik. Ibu remaja biasanya kurang mampu memberikan stimulant
mental itu.
Dari ulasan diatas bisa di simpulkan bahwa kecerdasan ibu baik secara fisik
maupun secara mental sangat penting, karena hal itu akan berpengaruh
terhadap tumbuh kembang anak kelak dikemudian hari. Oleh sebab itu maka
sangat penting untuk memperhatikan umur pada anak yang akan menikah.
Peranan orang tua sangat penting artinya bagi perkembangan psikologis anak-
anaknya. Orang tua dengan anak-anak akan mempengaruhi kepribadian anaknya
dimasa dewasanya. Anak yang masih dalam proses perkembangan tersebut
mempunyai kebutuhan-kebutuhan pokok terutama kebutuhan rasa harga diri.
Apabila kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak terpenuhi akan mengaakibatkan
goncangan pada peerkembangan anak. Masih banyak orang tua yang belum
menyadari pentingnya keterlbatan mereka secara langsung dalam mengasuh
anak. Tak jarang akibatnya merugikan perkembangan fisik dan mental anaknya
sendiri.
Pada umumnya wanita yang telah melangsungkan perkawinan di usia muda
khususnya yang hidup di pedesaan tidak semua memiliki tingkat
kedewasaan/kematangan yang ideal sesuai dengan pasal 7 ayat 1 undang-
undang No. 1 tahun 1974.
Adapun penyebab terjadinya perkawinan usia muda ini banyak dipengaruhi
berbagai macam faktor, diantaranya adalah :
- Karena pengaruh ilmu pengetahuan dan tehnologi yang tidak terkendali yang
akhirnya menjurus ke pergaulan bebas sehingga memaksa terjadinya
perkawinan usia muda, rasa nya ini yang menjadi factor yang paling dominan
di masyarakat.
- Rendahnya tingkat pendidikan mereka sangat mempengaruhi pola piker
mereka dalam memahami dan mengerti tentang hakekat dan tujuan
perkawinan
- Faktor ekonomi maupun lingkungan tempat tinggal juga bisa menjadi
penyebab terjadinya perkawinan di usia muda.

B. Pengertian
1. Pengertian perkawinan
Perkawinan menurut Undang-Undang No. 1 tahun 1974 pasal 1 perkawinan
adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai seorang
suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia
dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Perkawinan menurut hukum adat perkawinan merupakan urusan
kerabat/urusan masyarakat, urusan pribadi satu sama lain dalam hubungan
yang berbeda-beda, atau merupakan salah satu cara untuk menjalankan
upacara-upacara yang banyak corak ragamnya menurut tradisi masing-
masing
Menurut Hukum Islam, perkawinan adalah akad atau persetujuan antara
calon suami dan calon istri karenanya berlangsung melalui ijab dan qabul
atau serah terima. Apabila aqad nikah tersebut telah dilangsungkan, maka
mereka telah berjanji dan bersedia menciptakan rumah tangga yng harmonis,
akan hidup semati dalam menjalani rumah tangga bersama-sama.
2. Perkawinan Usia Muda.
Pada pasal 6 ayat 2 Undang – undang No. 1 Tahun 1974 menyatakan bahwa
untuk melngsungkan suatu perkawinan seseorang yang belum mencapai
umur 21 tahun harus mendapat ijin dari kedua orang tua . Namun dalam
prakteknya dimasyarakat masih dijumpai sebagian masyarakat yang
melangsungkan perkawinan diusia muda atau dibawah umur. Sehingga bisa
dikatakan sebagian masyarakat tidak menggunakan undang-undang ini.
Menurut data di Kecamatan Kwadungan Kabupaten Ngawi jumlah
Perkawinan pertama penduduk wanita usia di bawah 20 tahun untuk tahun
2018 keadaan sampai bulan oktober2018 adalah sebesar 9,37 %.
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkawinan Muda.
Diantara sebab-sebab perkawinan usia muda adalah :
1. Keinginan untuk segera mendpatkan tambahan anggota keluarga.
2. Belum terpikirnya akibat buruk dari perkawinan terlalu muda, baik dari
mempelai nya atau bagi orang tuanya.
3. Dari sisi ekonomi, perkawinan muda terjadi karena keadaan ekonomi
keluarganya belum menguntungkan, sehingga untuk meringankan beban
keluarga maka anak wanitanya segera di kawinkan.
4. Faktor pendidikan yang rendah dan pengetahuan orang tua menyebabkan
adanya kecenderungan mengawinkan anak nya yang masih dibawah umur.
5. Faktor orang tua yang khawatir kena aib karena anak perempuannya sudah
berpacaran dengan laki-laki, sehingga segera mengawinkannya.
6. Faktor adat, perkawinan muda dilalui karena orang tuanya takut dikatakan
anaknya perawan tua.
7. Faktor penggunaan tehnologi yang tidak terkendali yang mengakibatkan
pergaulan bebas, sehingga memaksa untuk segera melangsungkan
pernikahan secara dini, factor ini yang kelihatannya yang paling banyak
terjadi.
D. Dampak Perkawinan Usia Muda.
Dampak perkawinan usia muda akan menimbulkan hak dan kewajiban
diantara kedua belah fihak, baik dalam hubungannya dengan mereka sendiri,
terhadap anak, maupun terhadap keluarga masing-masing.
Adapun dampaknya yang timbul diantaranya adalah :
1. Dampak terhadap suami istri.
Tidak bisa dipungkiri bahwa pada pasangan suami istri yang telah
melangsungkan perkawinan di usia muda tidak bisa memenuhi atau tidak
mengetahui hak dan kewajbannya sebagai suami istri. Hal tersebut terjadi
karena mereka belum matangnya fisik maupun mental mereka yang
cenderung keduanya memiliki keegoisan yang tinggi
2. Dampak terhadap anak-anaknya, masyarakat yang telah melangsungkan
perkawinan pada usia muda atau dibawah umur (Menurut
Kesehatan/BKKBN : Wanita kurang 21Tahun dan pria dibawah 25 Tahun)
akan mendapat dampak. Selain berdampak pada pasangan yang
melangsungkan perkawinan juga berdampak kepada anak-anak yang
dilahirkannya. Karena kalau wanitanya nanti hamil masih dibawah umur 21
tahun akan mengalami banyak gangguan pada kehamilannya.
3. Dampak terhadap masing-masing keluarga (Orang tua)
Apabila pasangan usia muda kehidupannya tidak bahagia dan akhirnya yang
terjadi adalah perceraian. Hal ini akan mengakibatkan bertambahnya biaya
hidup mereka dan yang paling parah lagi akan memutuskan tali persaudaraan
diantara kedua belah fihak.
E. Pola Asuh Anak.
1. Pengertian.
Pola Asuh merupakan suatu cara yang terbaik yang dapat ditempuh orang tua
dalam mendidik anak aebagai perwujudan dan rasa tanggung jawab kepada
anak (Chatib Thoha).
Pola asuh merupakan sikap orang tua dalam berhubungan dengan anaknya.
Sikap ini dapat dilihat dari berbagai segi antara lain cara orang tua
memberikan peraturan kepada anak, cara memberikan hadiah, dan hukuman
(solaieman )
Pola asuh menurut soekiman adalah kemampuan keluarga dan masyarakat
unruk menyediakan waktu , perhatian dan dukungan terhadap anak agar
dapat tumbuh kembang secara sempurna baik secara fisik mental dan social.
Anak memang akan mengalami pertumbuhan secara alamiah dalam
kehidupannya, walaupun demikian anak tetap tergantung pada keberadaan
orang tuanya. Pola asuh akan sangat berpengaruh pada proses tumbuh
kembang anak secara optimal.
Pola pengasuhan anak dalam hal sikap dan perilaku ibu atau pengasuh
lain dalam hal kedekatannya dengan anak memberikan makanan, merawat
kebersihan, semuanya itu berhubungan dengan keadaan ibu dalam hal
kesehatan (fisikmental) status gizi, pendidikan umum keluarga dan
masyarakat untuk pengetahuan tentang pengasuhan anak yang baik, peran
dalam keluarga.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh anak.


a. Pendidikan Ibu.
Pendidikan merupakan alat untuk memperbaiki dirinya dalam
melangsungkan kehidupan bemasyarakat. Pada hakekatnya pendidikan
adalah usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di
dalam dan diluar sekolah yang berlangsung seumur hidupnya.
b. Pengetahuan Ibu.
Pengetahuan ibu tentang kesehatan dan gizi mempunyai hubungan erat
dengan pendidikan. Anak dari ibu yang mempunyai pendidikan tinggi
akan memungkinkan akan mendapat kesempatan untuk hadir dalam
memantau tumbuh kembang anaknya secara optimal.
Mengasuh/membina anak tidak hanya cukup dengan naluri kasih saying
belaka, namun ibu perlu pengetahuan dan ketrampilan dalam proses
tumbuh kembang anaknya dengan baik.

c. Aktivitas Ibu.
Aktivitas seorang ibu akan sangat mempegaruhi pola asuh kepada
anaknya, apabila ibu bekerja maka yang paling cocok untuk menggantiakn
tugasnya adalah orang yang mengetahui kebutuhan makan anaknya,
mencintai dan harus sanggup dalam memelihara dan mengasuhnya.
Sedang untuk ibu yang tidak bekerja dapat mengasuh anaknya dengan
baikdan mencurahkan sepenuhnya.
d. Status social ekonomi.
Status ekonomi keluarga pasangan muda dkalangan menengah dan
bawah ibu lebih condong melakukan pengetahuan dengan yang lebih
cocok menurut dirinya yaitu cenderung demokratis.
F. Kesimpulan.
Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Dampak yang timbul dari perkawinan usia muda meliputi dampak pada suami
istri yaitu terjadi pertengkaran dan percekcokan kecil dalam rumah
tangganya, sehingga akan berdampak pada anak-anaknya yaituadanya
gaangguan pada perkembangan fisik dan mentalnya.
Dampak terhadap masing-masing keluarga apabila perkawinan diantara
anaknya tidak berjalan baik maka orang tua akan merasa kecewa dan
prihatin, akhirnya akan sangat berpengaruh pada proses tumbuh kembang
anaknya.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perkawinan muda, antara lain
adalah factor penddikan, factor orang tua , factor pendidikan, factor diri
sendiri dan factor adat setempat.
Faktor ekonomi juga berpenagruh karena dengan ekonomim yang kurang
akan sulit mencukupi kebutuhan hidupnya, sehingga juga berdampak pada
pola asuh yang diterapkan kepada anaknya.

Penulis
Penyuluh KB Kec. Paron

Drs. MUKHLIS HASANI


NIP ; 19670628 199303 1 010

Anda mungkin juga menyukai