Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

Pernikahan Usia Dini

Disusun Oleh
Nama : Cintia Herdianti
NIM : 51916285
Kelas : DKV 7

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA


FAKULTAS SENI DAN DESAIN
JURUSAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pernikahan dini banyak terjadi dari dahulu sampai sekarang. Kebanyakan


para pelaku pernikahan dini adalah remaja desa yang memiliki tingkat
pendidikan kurang, seperti remaja di Cileunyi, Jawa Barat. Remaja disana
kebanyakan masih beranggapan malu untuk menikah pada umur 20 tahun
keatas. Anggapan ini lebih memungkinkan untuk menikah diusia muda karena
disana ada anggapan bahwa perempuan yang berumur 20 tahun keatas belum
menikah berarti “Perawan Tua”. Persoalan mendasar dari seorang anak
perempuan yaitu ketika dia memasuki usia dewasa, banyak orang tua
menginginkan anaknya untuk tidak menjadi perawan tua karena bagi
kebanyakan masyarakat dianggap sebagai bentuk kekurangan yang terjadi
pada diri perempuan. Untuk itu, dalam bayangan ketakutan yang tidak
beralasan banyak orang tua yang menikahkan anaknya pada usia muda.
Anggapan-anggapan tersebut muncul karena kurangnya pengetahuan dari
masyarakat mengenai pentingnya pendidikan bagi remaja. Pada akhirnya,
secara psikis, ekonomi, agama, sosial, maupun bentuk kemandirian lainnya
belum mampu membangun komunitas baru bernama rumah tangga.

Pernikahan usia dini akan berdampak pada kualitas anak, keluarga,


keharmonisan keluarga dan perceraian. Karena pada masa remaja yang
berumur kira-kira 15-19 tahun, memiliki ego yang masih tinggi. Apabila
dilihat dari aspek pendidikan, kebanyakan dari mereka tidak melanjutkan ke
jenjang yang lebih tinggi, dikarenakan faktor ekonomi, social, budaya dan
tingkat pendidikan rata-rata orang tua mereka juga rendah, sehingga kurang
mendukung anak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Itulah
sepenggal realitas yang masih dihadapi masyarakat Cilenyi, Jawa Barat saat
ini.

1.2 Rumusan Masalah

1. Adakah pengaruh pendidikan terhadap keputusan remaja desa Cileunyi


untuk melakukan pernikahan dini?
2. Faktor apakah yang mendorong terjadinya pernikahan usia dini?
3. Apa dampak yang dialami mereka yang melangsungkan pernikahan pada
usia muda?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sebarapa besar pengaruh pendidikan terhadap
keputusan remaja Desa Cileunyi dalam memutuskan untuk menikah dini.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong terjadinya pernikahan
usia dini.
3. Untuk mengetahui dampak yang timbul dari mereka yang melangsungkan
pernikahan usia dini.

1.4 Manfaat
1. Mengetahui pengetahuan akan pentingnya pendidikan bagi remaja agar
tidak terburu-buru melakukan pernikahan dini.

2. Menambah wawasan bagi masyarakat mengenai seluk-beluk pernikahan


dini. Serta membentuk keluarga bahagia dengan meminimalkan
banyaknya pernikahan dini bagi yang belum matang usianya.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pernikahan Dini


Pernikahan dini banyak dijumpai dalam masyarakat, terutama pada
masyarakat pedesaan seperti di Cileunyi. Jika mengacu pada UU Perkawinan,
usia ideal itu 21 tahun, namun toleransi bagi yang terpaksa menikah di bawah
usia 21 tahun ada batas 16 tahun untuk anak perempuan dan 19 tahun untuk
laki–laki dengan persetujuan wali. Jika mengacu pada UU Perlindungan Anak
No. 23 tahun 2002, perkawinan di usia 18 tahun ke bawah termasuk
pernikahan dini.
Pernikahan dini juga diartikan sebagai instituisi agung untuk mengikat dua
insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan keluarga. Yang kedua
yaitu menurut Prof. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono. Beliau mengartikan
pernikahan dini adalah sebuah nama yang lahir dari komitmen moral dan
keilmuan yang sangat kuat, sebagai sebuah solusi alternatif.
Kurangnya pendidikan dapat memicu terjadinya pernikahan usia dini,
karena tanpa dibekali pendidikan yang cukup remaja tidak bisa berpikir
panjang dalam menentukan pilihan sehingga memilih untuk cepat-cepat
menikah.
2.2 Faktor Terjadinya Pernikahan Dini
Faktor penyebab pernikahan usia dini masyarakat desa Cileunyi,
Kabupaten Bandung, diantaranya perkawinan terjadi karena orang tuanya
takut anaknya dikatakan perawan tua sehingga segera dikawinkan, hal
tersebut dikarenakan mitos-mitos yang marak dikalangan masyarakat
tersebut. Kebanyakan orang desa Cileunyi, mengatakan bahwa mereka itu
mengawinkan anaknya begitu muda karena mengikuti adat kebiasaan saja,
ada juga karena faktor ekonomi keluarga. Rendahnya tingkat pendidikan
maupun pengetahuan orang tua, anak dan masyarakat, menyebabkan adanya
kecenderungan mengawinkan anaknya yang masih dibawah umur, mareka
tidak memepedulikan bahkan tidak mengerti keuntungan maupun kerugian/
dampak negatif yang ditimbulkan dari menikah pada usi dini. Para orang tua
yang masih belum paham pentingnya pendidikan memaksa anak mereka
untuk segera menikah. Hal itu biasanya terjadi setelah remaja lulus SMP atau
SMA. Mereka menganggap, melanjutkan pendidikan tinggi itu tidak penting.
Bagi mereka, lulus SMP dan SMA saja sudah cukup, tidak perlu ke perguruan
tinggi. Disana ada beberapa pasangan yang menikah di usia dini karena
adanya faktor ekonomi juga dorongan dari orang tua mereka.

2.3 Pengaruh Pendidikan Terhadap Pernikahan Dini


Tingkat pendidikan yang tinggi akan memberikan pemahaman secara
matang kepada individu untuk memilih atau memutuskan suatu hal. Individu
tersebut tidak menginginkan jika hal yang buruk yang tidak diinginkan
menimpa dirinya akibat dari keputusan yang telah diambil olehnya. Kalau
pernikahan dilakukan di bawah 20 tahun, maka secara emosi remaja masih
ingin berpetualang menemukan jati dirinya.

Kurangnya pendidikan bisa dikarenakan faktor ekonomi, dari faktor


ekonomi inilah seseorang tidak mampu melanjutkan pendidikan dan juga
dikarenakan oleh keluarga yang relatif besar. Selain itu faktor sosial budaya
juga mempengaruhi kurangnya pendidikan, mungkin pendidikan masyarakat
di lingkungan sekitar yang tergolong rendah menyebabakan para remaja desa
Cileunyi, Bandung malas melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.
Dampak yang bisa ditimbulkan akibat pernikahan dini tersebut
bermacam-macam. Mungkin awalnya secara fisik anak bisa lebih cepat
matang dan dewasa, namun dari segi lain yaitu segi psikis, ekonomi, agama,
sosial, maupun bentuk kemandirian lainnya belum tentu mampu membangun
komunitas baru bernama keluarga, disebabkan emosi diusia remaja yang
belum stabil. Bila dikaji lebih dalam lagi, fenomena pernikahan usia dini akan
beruntut pada masalah-maslah sosial. Sebut saja kehamilan yang tidak
diinginkan/ ketidaksiapan untuk membentuk keluarga baru yang ujungnya
berakhir dengan perceraian, tindak kriminal aborsi, serta perilaku
menyimpang lainnya. Dari segi finansial, usia remaja juga menimbulkan
persoalan,yaitu dari sisi pendidikan yang minim. Karena minimnya
pendidikan, pekerjaan semakin sulit didapat dan hal tersebut dapat
berpengaruh pada pendapatan keluarga.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pernikahan dini adalah sebuah ikatan antara seorang pria dan seorang
wanita yang masih remaja berumur di bawah 20 tahun, yang pada hakekatnya
kurang memiliki persiapan atau kematangan baik secara jasmani atau fisik
maupun mental, emosional, dan sosial.

 Faktor penyebab adanya pernikahan dini pada remaja yaitu :


- Faktor Ekonomi
- Pergaulan Bebas
- Keinginan Remaja Itu Sendiri
- Pendidikan
- Orang Tua

 Dampak dari pernikahan dini terhadap remaja adalah :

- Dampak biologis
- Dampak psikologis
- Dampak perilaku seksual menyimpang

Cara mengurangi kasus pernikahan dini di Lingkungan sekitar


yaitu menegakkan hukum yang berlaku terkait pernikahan anak di bawah umur
sehingga pihak-pihak yang ingin melakukan pernikahan dengan anak di bawah
umur berpikir dua kali terlebih dahulu sebelum melakukannya. Antara pemerintah
dan masyarakat merupakan jurus terampuh sementara ini untuk mencegah
terjadinya pernikahan anak di bawah umur sehingga kedepannya di harapkan
tidak akan ada lagi anak yang menjadi korban akibat pernikahan tersebut dan
anak-anak Indonesia bisa lebih optimis dalam menatap masa depannya kelak.
DAFTAR PUSTAKA

Sukardi, Ph.D. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.


Arikunto, Suharsimi Prof. Dr. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: Reinka Cipta.
Mappiare, Andi. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.
Asmin. 1986. Status Perkawinan Antar Agama tinjauan dari undang-undang
perkawinan No.1/1974. Jakarta: PT Dian Rakyat.
https://irmakpiciain.weebly.com/materi.html
http://www.definisimenurutparaahli.com/pengertian-pernikahan-dini/
http://piksmansario.blogspot.com/2014/10/artikel-pengertian-pernikahan-
dini.html
http://aufiasucitraelfiana.blogspot.com/2014/11/karya-tulis-pernikahan-dini.html
http://tydar.blogspot.com/2012/01/makalah-pernikahan-dini.html
https://ridhamujahidahulumuddin.wordpress.com/2014/12/14/tugas-bahasa-
indonesia-makalah-pernikahan-usia-muda/

Anda mungkin juga menyukai