Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS KUALITATIF DAN

KUANTITATIF

TITRASI ASAM BASA METODE ALKALIMETRI

Dosen pengampu :
apt. Embriana Dinar P., S.Farm., M.Farm

Disusun Oleh :

Mohammad Fadly

122020047

Semester II

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MEDIKA SUHERMAN
TAHUN 2022/2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 1
BAB II DASAR TEORI 2
A. Prinsip Titrasi Asam Basa 2
B. Titrasi Alkalimetri 4
C. Asam Oksalat 4
D. Asam Sitrat 5
BAB III METODE PENELITIAN 6
A. Alat dan Bahan 6
B. Prosedur Kerja 7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 8
A. Hasil 8
B. Perhitungan 9
C. Reaksi Zat 10
D. Pembahasan 10
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 13
A. Kesimpulan 13
B. Saran 13
DAFTAR PUSTAKA 14
LAMPIRAN 15

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Titrasi merupakan metode analisis kimia secara kuantitatif yang
biasa digunakan di laboratorium untuk menentukan konsentrasi suatu
reaktan. Oleh karena itu pengukuran volume berperan penting dalam
titrasi, maka teknik ini juga disebut dengan analisis volumetrik.
Reaksi asam-basa sering digunakan untuk menentukan konsentrasi
larutanasam atau larutan basa. Penentuan itu dapat dilakukan dengan
cara meneteskan larutan basa yang sudah diketahui konsentrasinya
atau sebaliknya. Alkalimetri sendiri merupakan metode titrasi untuk
penentuan kadar asam dengan menggunakanlarutan baku standar
serta indikator pH yang sesuai. Larutan baku standar adalah larutan
yang konsentrasinya telah diketahui dengan teliti dimana larutan ini
setiap liternya mengandung sejumlah gram ekuivalen tertentu.
Larutan baku standar basa digunakan sebagai titran sedangkan larutan
asam yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai titrat.
Tujuan dari titrasi untuk menentukan secara kuantitatif suatu zat
dalam larutan dengan zat/larutan lain yang konsentrasinya telah
diketahui melalui reaksi secara bertahap hingga mencapai titik
stoikhiometri.

B. Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami metode analisis secara kuantitatif
denganmetode Alkalimetri.

1
BAB II DASAR

TEORI

A. Prinsip Titrasi Asam Basa


Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer
maupun titran. Titer adalah larutan standar, yaitu larutan yang sudah
diketahui konsentrasinya dan ditempatkan dalam buret, sedangkan
titran adalah larutan yang akan ditentukan konsentrasinya, biasanya
ditempatkan dalam labu Erlenmeyer. Kadar atau konsentrasi asam
ditentukan dengan menggunakan larutan biasa atau sebaliknya.
Reaksi yang terjadi adalah reaksi penetralan, sehingga titrasi asam-
basa sering disebut juga dengan titrasi netralisasi. Reaksi yang terjadi
adalah reaksi netralisasi yaitu:
H+ +OH- H2 O
Penambahan larutan standar dilakukan sampai mencapai titik
ekivalen atau titik stoikhiometri, yakni ion hidrogen dan ion hidroksida
habis bereaksi. Titik ekivalen dapat ditentukan dengan menggunakan
suatu indikator yang berubah warna disekitar titik tersebut. Titik
dimana perubahan warna indikator terjadi disebut titik akhir titrasi.
Pada titrasi asam basa, ada beberapa istilah yang harus diperhatikan,
yaitu:
1. Larutan Standar
Larutan standar adalah larutan yang telah ditetapkan
konsentrasinya, dalam titrasi larutan standar disebut dengan titran.
Tahap pertama yang harus dilakukan sebelum melakukan titrasi
adalah pembuatan larutan standar. Suatu larutan dapat digunakan
sebagai larutan standar bila memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Mempunyai kemurnian yang tinggi
b. Mempunyai rumus molekul yang pasti
c. Tidak bersifat higroskopis dan mudah ditimbang
2
d. Larutannya harus bersifat stabil
e. Mempunyai massa molekul relatif (Mr) tinggi tetapi muatan
ionnya rendah.
Suatu larutan yang memenuhi persyaratan disebut larutan
standard primer, sedangkan larutan standard sekunder adalah
larutan standard yang bila akan digunakan untuk standardisasi
harus distandardisasi lebih dahuludengan larutan standard primer.
2. Cara menghitung konsentrasi larutan yang belum diketahi
konsentrasinya.
Jika volume larutan standar sudah diketahui dari percobaan
maka konsentrasi senyawa didalam larutan yang belum diketahui
dapat dihitung.
3. Indikator.
Indikator adalah suatu asam dan basa organik lemah yang
menunjukan warna berbeda antara bentuk molekular (tidak
terionisasi) dan bentuk terinisasinya. Kedua bentuk ini tergantung
pada pH larutan yang diuji. Indikator ditambahkan pada titran
sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator akan berubah warna
ketika titik ekivalen terjadi, jika warna indikator berubah, maka
pada saat itu titrasi dihentikan. Indikator yang digunakan pada
titrasi asam basa adalah indikator yang perubahan warnanya
dipengaruhi oleh pH.
4. Titik ekivalen.
Titik ekivalen adalah titik dimana reaksi penetralan tepat
tercapai sehingga titrasi harus dihentikan. Hal ini dapat diamati dari
perubahan warna indikator. Sejatinya indikator akan berubah
warna pada saat titik ekivalen tercapai dimana titer yang
ditambahkan dengan jumlah mol tertentu sama dengan jumlah mol
dari larutan titran. Pada titrasi asam basakuat, titik akhir dari titrasi
adalah titik pada saat pH reaktan sekitar 7, jika menggunakan
3
indikator fenolphtalein maka akan terjadi perubahan warna
menjadi merah muda, tetapi indikator yang tepat untuk titrasi asam
basa adalah bromtimol biru atau BTB.

4
B. Titrasi Alkalimetri
Titrasi alkalimetri merupakan suatu teknik analisis untuk
mengetahui kadar kasaman suatu zat dengan menggunakan larutan
standar basa. Basa yangdigunakan biasanya adalah natrium hidroksida
(NaOH). Sebelu digunakan, larutan NaOH harus distandarisasi dahulu
dengan asam oksalat (H2C2O4). Hidroksida-hidroksida dari natrium
kalium dan barium umumnya digunakan sebagai larutan standar
alkalis (basa). Ketiganya merupakan basa kuat dan sangat mudah larut
dalam air. Pembuatan larutan standar alkalis dari amoniumhidroksida
tidak dibenarkan, kecuali bersifat sebagai basa lemah, sebab pada
proses pelarutan dilepaskan gas ammonia (beracun).
Natrium hidroksida paling sering digunakan karena murah dan
kemurniannya tinggi. Oleh karena sifatnya yang sangat higroskopis,
maka diperlukan ketelitian pada proses penimbangan. Pada saat
penimbangan gunakan botol timbang bertutup untuk mengurangi
kesalahan. NaOH yang digunakan tidak perlu yang analitas karena
akan distandarisasi setiap akan digunakan, yang penting setiap akan
digunakan harus distandarisasi terlebih dahulu.

C. Asam Oksalat
Asam oksalat adalah senyawa kimia yang memiliki rumus H2C2O4
dengan nama sistematis asam etanadioat. Asam dikarboksilat paling
sederhana ini biasa digambarkan dengan rumus HOOC-COOH.
Merupakan asam organik yang relatif kuat, 10.000 kali lebih kuat
daripada asam asetat. Di-anionnya, dikenal sebagai oksalat, juga agen
pereduktor. Banyak ion logam yang membentuk endapan tak larut
dengan asam oksalat, contoh terbaik adalah kalsium oksalat(CaOOC-
COOCa), penyusun utama jenis batu ginjal yang sering ditemukan.

5
D. Asam Sitrat
Asam sitrat merupakan asam organik lemah yang ditemukan
pada daun dan buah tumbuhan genus Citrus (Jeruk). Senyawa ini
merupakan bahan pengawet yang baik dan alami, selain digunakan
sebagai penambah rasa masampada makanan dan minuman ringan.
Dalam biokimia, asam sitrat dikenal sebagai senyawa dalam
siklusasam sitrat yang terjadi di dalam mitokondria, yang terpenting
dalam metabolism makhluk hidup. Zat ini juga dapat sebagai zat
pembersih yang ramah lingkungan dan sebagai antioksidan.
Asam sitrat terdapat pada berbagai jenis buah dan sayuran,
namun ditemukan pada konsentrasi yang tinggi, yang dapat mencapai
8% bobot kering, pada jeruk lemon dan jeruk limau. Rumus kimia asam
sitrat ( C6 H8 O7).

6
BAB III METODE

PENELITIAN

A. Alat dan Bahan


a. Alat
 Buret
 Pipet volume
 Labu ukur
 Timbangan analitik
 Corong
 Beaker
 Erlemeyer
 Botol semprot
 Bulp
 Gelas ukur
b. Bahan
 NaOH 0,1 N
 Aquadest
 Asam oksalat
 Phenolftalein
 Sampel asam (asam sitrat)

7
B. Prosedur Kerja
1. Alkalimetri
a) Pembuatan larutan titer NaoH
0,1N 𝑔 𝑟 𝑎 𝑚 ×𝑣 𝑎 𝑙 𝑒 𝑛
N=
𝑠 𝑖
𝑀 𝑟 × 𝑣 𝑜 𝑙 𝑢 𝑚 𝑒 (𝑙 𝑖 𝑡 𝑒 𝑟 )
0,1 𝑁 × 40 × 1 𝐿
Gram =
1

Gram = 4 gram
Larutkan 4,0 gram NaOH dalam air bebas CO2 hingga 1000,0 ml.
b) Pembuatan indikator phenolftalein
Larutkan 0,1 g di indikator dalam 50 ml etaol 96%,
tambahkan air hingga 100 ml.
c) Pembakuan larutan titer NaOH 0,1 N
Timbang seksama 150 mg asam oksalat larutkan dengan 10
ml air, masukkan dalam erlenmeyer 100 ml, larutkan dengan
air bebas CO2. Titrasi dengan NaOH menggunakan indikator
phenolftalein, titrasi hingga warna merah jambu. Larutkan
pembakuan duplo (dua kali) hitung normalitas larutan.
d) Penetapan kadar sampel (asam sitrat)
Sample di timbang 200 mg, masukkan ke dalam Erlenmeyer
larutkan dengan 10 ml air bebas CO2 titrasi dengan NaOH 0,1
N menggunakan indikator phenolftahein. Lakukan
penetapan kadar duplo (dua kali) hitung kadar sampel.

8
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Pembuatan NaOH 0,1 N
No Nama Bahan Bobot (mg)
1. NaOH 2,0 g

Pembakuan NaOH 01, N


Replikasi Bobot Vol (ml)
As.Oksalat(mg)
I 150 mg 29,8 ml
II 150 mg 26,1 ml
III 150 mg 23 ml

Penetapan kadar sampel as.sitrat


Replikasi Bobot As.Sitrat(mg) Vol (ml)
I 200 mg 28,5 ml
II 205 mg 30,2 ml
III 201 mg 29,3 ml

9
B. Perhitungan
1. Perhitungan pembakuan NaOH
0,1 NValensi H2C2O4 = 22
Mr H2C2O4 = (Ar H x 2) + (Ar C x 2) + (Ar O x 4)
= (1x2) + (6x2) + (8x4) = 46

𝑚𝑔 × 𝑣 𝑎 𝑙 𝑒 𝑛 𝑠 𝑖 𝑁 𝑎 𝑂𝐻
N=
𝑀 𝑟 × 𝑣 𝑜 𝑙 𝑢 𝑚 𝑒 (𝑙 𝑖 𝑡 𝑒 𝑟 )

N1 =
150× 2 = 0,2188 N
46 × 29,8

N2 =
150 × 2 = 0,2498 N
46 × 26,1

150 × 2
N3 = = 0,2835 N
46 × 23

Rata-rata N1,2,3 = 0,2188 N + 0,2498 N + 0,2835 N : 3 = 0,2507 N

2. Perhitungan % kadar titrasi


Mr C6 H8 O7 = (Ar C x 6) + (Ar H x 8) + (Ar O x7)= (6x6) + (1x8) + (8x7)
= 100
ml C6H8O7 X N NaOH X Mr NaOH X 100%
% kadar =
mg X normalitas pembakuan

28,5 ml X 0.1 N X 100 X 100%


% kadar = = 5,6840 %
200 mg X 0.2507

30,2 ml X 0.1 N X 100 X 100%


% kadar = = 5,8762 %
205 mg X 0.2507

29,3ml X 0.1 N X 100 X 100%


% kadar = = 5,8145 %
201 mg X 0,2507

Rata-rata % kadar 1,2,3 = 5,6840 % + 5,8762 % + 5,8145 % : 3 = 5,7915


%.

10
C. Reaksi Zat
Reaksi kimia yang digunakan dalam praktikum ini yaitu reaksi yang
melibatkan asam lemah (C6 H8 O7) dan basa kuat (NaOH).

D. Pembahasan
Pada praktikum alkalimetri ini, sampel yang akan ditentukan
konsentrasi atau kadarnya adalah senyawa basa kuat yaitu natrium
karbonat (NaOH). Pada sampel ini berbentuk serbuk, kemudian
ditimbang menggunakan timbangan analitik sampai massanya 2,0 g,
setelah ditimbang kemudian NaOH masukkan kedalam beaker glass
dan di larutkan dengan aquadest pada labu ukur sebanyak 1000 ml.
Pertama siapkan buret dan statif, setelah itu pasang buret ke statif,
kemudian masukkan aquadest kedalam buret dan dibuang kembali
untuk membilas buret, lalu masukkan NaOH kedalam buret sampai
tanda batas 0. Setelah larutan H2C2O4 ditetesi indikator pp dan berubah
warna lalu masukkan NaOH kedalam erlenmeyer sambil di gojok dan
NaOHnya dikeluarkan sedikit demi sedikit sambil dilihat tanda
batasnya, jika sudah berubah warna menjadi warna merah jambu
hentikan titrasinya, setelah itu bisa diamati dengan seksamaperubahan
warna apa yang terjadi setelah titrasi.
Senyawa asam lemah yaitu asam sitrat (C6 H8 O7). Sampel ini
berbentuk kristal, pertama C6 H8 O7 ditimbang menggunakan
timbangan analitik sampai massanya 200 mg, setelah itu masukkan C6
H8 O7 kedalam beker glass dan di larutkan menggunakan aquadest
pada beker glass sebanyak 10 ml, setelah itu masukkan ke dalam
erlenmeyer, kemudian di tetesi indikator pp sampai berubah warna
maksimal 5 tetes, kemudian di titrasi menggunakan NaOH. Pertama
siapkan buret dan statif, setelah itu pasang buret ke statif, kemudian

11
masukkan aquadest kedalam buret dan dibuang kembali untuk
membilas buret, lalu masukkan NaOH kedalam buret sampai tanda
batas 0. Setelah larutan C6

12
H8 O7 ditetesi indikator pp dan berubah warna menjadi warna merah
muda lalu masukkan NaOH kedalam erlenmeyer sambil di gojok dan
NaOHnya dikeluarkan sedikit demi sedikit sambil dilihat tanda
batasnya, jika sudahberubah warna hentikan titrasinya, setelah itu bisa
diamati dengan seksama perubahan warna apa yang terjadi setelah
titrasi.

13
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa titrasi
merupakan metode analisis kimia secara kuantitatif yang biasa digunakan di
laboratorium untuk menentukan konsentrasi suatu reaktan. Tujuan dari titrasi
untuk menentukan secarakuantitatif suatu zat dalam larutan dengan zat/larutan
lain yang konsentrasinya telah diketahui melalui reaksi secara bertahap hingga
mencapai titik stoikhiometri. Dalam proses titrasi diperlukan penambahan
indikator fenolftalein (PP) yang berfungsi sebagai penentu titik akhir titrasi yang
ditandai dengan perubahan warna larutan sampel (titrat) berwarna pink atau
merah jambu. Dari proses titrasi asam basa yang telah dilakukan, terdapat NaOH
perubahan warna menjadi warna merah jambu, sedangkan asam sitrat terdapat
perubahan warna menjadi merah jambu. Setelah dihitung rata-rata Normalitas
NaOH terdapat 0.5767 N.

B. Saran
Saran yang dapat diberikan adalah diharapkan lebih fokus, teliti, dan tertib,
saat proses praktikum berlangsung agar praktikum dapat terlaksana denganbaik
tanpa kendala. Diharapkan untuk lebih banyak membaca dan memahami
literature terkait dengan materi praktikum untuk menambah wawasan dan
pemahaman mengenai materi titrasi alkalimetri.

13
DAFTAR PUSTAKA

apt. Embriana Dinar P., S.Farm., M.Farm. (2023). Kimia Analisis Kualitatif Dan
Kuantitatif.
Modul Praktikum, 21-22.
Dyah.P. (2012). Asidi
Alkalimetri.
Restu . (2012). Titrasi asidimetri dan alkalimetri .
Tati Setiawati. (n.d.). Titrasi Asam Basa. Bandung: KEMDIKBUD PPPPTK IPA.

14
LAMPIRAN

Pembuatan larutan NaOH 0,1 N Mengisi larutan NaOH kedalam buret

Menetesi larutan dengan indikator pp Hasil larutan asam sitrat yang sudah dititrasi

Hasil larutan asam oksalat yang sudah dititrasi

15

Anda mungkin juga menyukai