Anda di halaman 1dari 23

Praktikum Kimia Umum

PEMBUATAN LARUTAN ASAM OKSALAT DAN STANDARISASI NaOH

Disusun oleh :

Nama : Assyifa Putri Asdiani

NPM : 22420093

Dosen/Asisten : 1. Rr. Wiwiek E.M., S.ST., MT.

2. Lestari W., S.Pd, M.Tr.

3. Danny Y. Sinuraya., ST.

Politeknik STTT Bandung

2022
PEMBUATAN LARUTAN ASAM OKSALAT DAN STANDARISASI NaOH

Tanggal Praktikum : 27 September 2022

I. Maksud dan Tujuan Praktikum


Maksud praktikum :
Tujuan praktikum : Mahasiswa mampu untuk menentukan normalitas
dan kadar NaOH dengan menggunakan larutan baku asam oksalat.

II. Teori Dasar


Larutan baku adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui.
Berfungsi sebagai titran sehingga ditempatkan dalam buret yang juga
berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku. Larutan baku primer
yaitu larutan yang mengandung zat padat murni yang konsentrasi
larutannya diketahui secara tepat melalui metode gravimetri
(perhitungan massa), dapat digunakan untuk menetapkan konsentrasi
larutan lain yang belum diketahui. Nilai konsentrasi dihitung melalui
perumusan sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti dari zat
pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu.
Syarat agar suatu zat menjadi larutan baku primer :
• Murni dan mudah dimurnikan
• Tidak bersifat higroskopis dan tidak berubah berat dalam
penimbangan di udara
• Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji kualitatif
dan kepekaan tertentu
• Memiliki massa relative dan massa ekivalen yang besae,
sehingga kesalahan karena penimbangan dapat diabaikan
• Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih
• Reaksi yang berlangsug dengan pereaksi tersebut harus
bersifat stoikiometrik dan langsung.

Asam oksalat (H2C2O4) dengan nama sistematis asam etanadioat.


Asam dikarboksilat paling sederhana ini biasa digambarkan dengan
rumus HOOC-COOH, merupakan asam organik yang relatif kuat,
10.000 kali lebih kuat daripada asam asetat. Asam oksalat diproduksi
secara komersil dalam bentuk kristal dihidrat berwarna putih
(C2H2O4.2H2O) dengan berat molekul 126,07.

Natrium hidroksida (NaOH) yang dikenal sebagai soda kostik atau


sodium hidroksida adalah sejenis basa logam kostik dengan BM.40.
NaOH membentuk larutan alkali yang kuat ketika dilarutkan kedalam
air. NaOH murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk
tablet, serpihan, butiran atau larutan jenuh 50%. Bersifat higroskopis
secara spontan menyerap karbondioksida dari udara bebas, sangat
larut dalam air dan akan memelepaskan panas ketika dilarutkan.

Dalam aplikasinya di industri tekstil, NaOH merupakan suatu zat


yang banyak digunakan dalam proses basah tekstil seperti untuk
mengontrol Ph, misalnya diperlukan suatu kondisi alkali untuk proses
basah tekstil maka dalam prosesnya ditambahkan NaOH sebagai
pembentuk suasana alkali. Proses desizing (penghilangan kanji) NaOH
banyak digunakan sebagai zat penghilang kanji karena memiliki daya
untuk melarutkan kanji sehingga kanji larut dalam air.

Pada penetapan normalitas dan kadar NaOH dengan asam oksalat


sebagai larutan standar primer terjadi reaksi sebagai berikut ;

NaOH + H2C2O4 → Na2C3O4 + H2O

III. Alat dan Bahan


Alat :
• Neraca analitik
• Kertas timbang
• Labu ukur 100 ml
• Corong gelas
• Pipet tetes
• Erlenmeyer 250 ml
• Pipet volume 10 ml
• Buret 50 ml

Bahan :

• Asam oksalat
• NaOH
• Indikator PP

IV. Cara kerja


Prosedur pembuatan larutan asam oksalat
1. Timbang tepat H2C2O4.2H2O sebanyak 0,6300 g dengan kertas
timbang
2. Memasukkan kedalam labu ukur 100 ml melalui corong gelas,
larutkan dan encerkan hingga garis takar (garis miniskus) dengan
air suling
3. Larutkan dikocok 12 kali sampai homogen
4. Larutan sudah siap digunakan sebagai larutan baku primer

Prosedur standarisasi NaOH

1. Bersihkan buret dan bilas dengan air suling


2. Bilas buret dengan larutan NaOH 0,1 N lalu diisi hingga penuh dam
diimpitkan di garis (skala) nol
3. Pipet 10 ml larutan baku H2C2O4.2H2O 0,1000 N kedalam
Erlenmeyer
4. Bubuhi 2 tetes indikator PP
5. Kemudian dititar dengan larutan NaOH dari buret hingga titik akhir
berwarna merah muda
6. Menghitung titar NaOH dan menghitung kadarnya dalam g/L

V. Data dan Perhitungan


Data titrasi :
1. Titik akhir : 9,6 ml
Titik awal : 0,0 ml
9,6 – 0,0 = 9,6 ml

2. Titik akhir : 19,4 ml


Titik awal : 9,6 ml
19,4 – 9,6 = 9,8 ml

9,6 +9,8
Rata-rata = 2
= 9,7 𝑚𝑙
Perhitungan :
VH2C2O4.NH2C2O4 = VNaOH.NNaOH
10 ml.0,1 N = 9,7.N2
10 𝑚𝑙 .0,1
N2 = 9,7
= 0,1030 𝑁

VI. Diskusi
Pada pembuatan larutan asam oksalat dilakukan menimbang tepat
0,63 gr yang kemudian dilarutkan pada labu ukur 100 ml menggunakan
air suling. Lalu dihomogenkan dengan cara dikocok sebanyak 12 kali.
Ada 2 jenis metode penimbangan yaitu timbang tepat dan timbang teliti.
Timbang tepat adalah hasil timbangan harus tepat yaitu 0,6300 gr
sedangkan timbang teliti adalah adanya toleransi maksimal 0,01
misalnya 0,6300 gr menjadi 0,6310 gr.
Larutan NaOH merupakan larutan baku sekunder yang
konsentasinya selalu berubah dan mempunyai tingkat kemurnian yang
rendah, oleh karena itu larutan NaOH perlu di standarisasi terlebih
dahulu menggunakan metode titrasi dengan asam oksalat. Titrasi
adalah suatu metoda Analisa kimia yang digunakan untuk menentukan
konsentrasi suatu analit. Zat peniter (titran) merupakan larutan baku
dimasukkan ke dalam buret yang telah diketahui konsentrasinya,
sedangkan zat yang dititrasi (titrat) ditempatkan pada labu Erlenmeyer
yang ditempatkan tepat dibawah buret berisi titran. Pada praktikum ini
larutan standar primer yang digunakaan yaitu asam oksalat sebagai
titrat dan NaOH sebagai titran.
Sebelum melakukan titrasi, asam oksalat dibubuhi 2 tetes indicator
PP terlebih dahulu pada Erlenmeyer. Ditambahkannya indicator PP
bertujuan untuk menunjukkan titik akhir titrasi atau saat adanya
perubahan warna. Perubahan warna pada praktikum titrasi ini adalah
dari yang semula tidak berwarna menjadi warna merah muda. Saat
perubahan warna sudah terlihat maka keran pipet ditutup lalu mencatat
banyaknya NaOH yang masuk kedalam zat yang dititrasi. Percobaan
pada praktikum ini dilakukan sebanyak 2 kali untuk membandingkan
volume NaOH yang digunakan. Normalitas NaOH pada praktikum ini
didapatkan hasil 0,1030 N.
VII. Kesimpulan
Berat asam oksalat yang ditimbang 0,6300 gr.
Dalam praktikum standarisasi NaOH didapatkan hasil normalitas
0,1030 N
VIII. Daftar Pustaka
https://www.academia.edu/11179531/Larutan_Baku_Primer_dan_Sek
under_pada_Titrasi
https://m-edukasi.kemdikbud.go.id/medukasi/produk-
files/kontenkm/km2016/KM201611/materi1.html
buku : pedoman praktikum Kimia Umum 2013 (Juju Juhana, AT,M.Si
dan Wulan Safrihartini Atikah, SST,MT).
Praktikum Kimia Umum

PENETAPAN KADAR ASAM ASETAT

disusun oleh :

Nama : Assyifa Putri Asdiani

NPM : 22420093

Dosen/Asisten : 1. Rr. Wiwiek E.M., S.ST., MT.

2.Lestari W., S.Pd, M.Tr.


3. Danny Y. Sinuraya., ST.

Politeknik STTT Bandung


2022
PENETAPAN KADAR ASAM ASETAT

Tanggal praktikum : 4 Oktober 2022


I. Maksud dan Tujuan
Maksud praktikum : Menentukan kadar asam asetat dengan NaOH
Tujuan praktikum : Mahasiswa mampu untuk menentukan kadar asam
asetat dengan menggunakan NaOH yang normalitasnya diketahui dari
percobaan sebelumnya.

II. Teori Dasar


Asidimetri dan alkalimetri adalah analisis kuantitatif volumetric
berdasarkan reaksi netralisasi. Asidimetri adalah reaksi netralisasi
(titrasi) larutan basa dengan larutan standar asam. Alkalimetri adalah
reaksi netralisasi (titrasi) larutan asam dengan larutan basa. Keduanya
dibedakan pada larutan standarnya. Penentuan kadar CH3COOH
dengan cara alkalimetri menggunakan larutan NaOH yang sudah
diketahui konsentasinya, akan dihasilkan garam yang berasal dari
asam lemah dan basa kuat, dengan persamaan sebagai berikut :
NaOH (aq) + CH3COOH (aq) → CH3COONa + H2O
Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling
sederhana dan sebuah asam lemah. Asam asetat merupakan pereaksi
kimia dan bahan baku industry yang penting. Asam asetat digunakan
dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat
dan polivinil asetat dan jenis serat, kain yang lainnya. Asam asetat
dapat diperoleh dari hasil daur ulang, dari industry petrokimia maupun
dari sumber hayati.
Dalam praktikum penentuan kadar asam asetat ini diperlukan
proses pengenceran. Bila tidak dilakukan pengenceran maka akan
diperlukan jumlah zat penitar yang cukup banyak dan tidak memiliki
ketelitian yang cukup baik. Pemakaian asam asetat di industry tekstil
yaitu untuk mengatur ph larutan celup pada pencelupan dengan zat
warna disperse dan zat warna asam, untuk netralisasi pada proses
pengurangan berat dan merserisasi.

III. Alat dan Bahan


Alat :
• Erlenmeyer 250 ml
• Pipet volume 10-25 ml
• Buret 50 ml
• Labu ukur
• Corong gelas

Bahan :

• NaOH
• CH3COOH
• Indikator PP
IV. Prosedur
1. Bersihkan buret dan bilas dengan air suling
2. Bilas buret dengan larutan NaOH yang sudah diketahui
normalitasnya lalu diisi hingga penuh dan diimpit digaris nol
3. Pipet 25 ml asam asetat kedalam labu ukur 100 ml, encerkan
sampai tanda garis
4. Larutan dikocok sebanyak 12 kali
5. Pipet 10 ml larutan encer kedalam erlenmeyer
6. Bubuhi 2 tetes indicator PP
7. Kemudian titar dengan larutan NaOH dari buret hingga titik akhir
berwarna merah muda
8. Menghitung kadar asam asetat dalam % dan g/l

V. Data dan perhitungan


Kadar CH3COOH (mg/l) : ml titrasi × NNaOH × BE CH3COOH × P
𝑔 𝑔
Kadar CH3COOH (%) : 1000×𝐵𝐽 × 100% → 𝐿×𝐵𝐽
× 100%

P = 1000/25 × 100/10 = 400


P tidak selalu 400

Data Titrasi
1. Titik akhir : 12 ml
Titik awal : 0,0 ml
12 – 0,0 = 12 ml
2. Titik akhir : 44,5ml
Titik awal : 33,6 ml
44,5 – 33,6 = 11,9 ml

12−11,9
Rata-rata = 2
= 11,95 𝑚𝑙

Perhitungan
CH3COOH → H+ + CH3COO-
C = 12 × 2 = 24
H=1×4=4
O = 16 × 2 = 32

BM = 60
𝐵𝑀 60
BE = 𝑉𝑎𝑙 = 1
= 60

Mg/L = rata-rata ml titrasi × NNaOH × BE CH3COOH × P


Mg/L = 11,9 × 0,1030 × 60 × 1000
= 73,542 ml/L

𝑚𝑔/𝐿 73,542
Gr/L = = = 73,54 𝑔𝑟/𝐿
1000 1000

𝑔𝑟/𝐿
% = 1000×1 × 100
73,54
= 1000×1 × 100 = 7,35%

VI. Diskusi
Suatu senyawa bersifat asam dapat ditentukan konsentrasinya
menggunakan titrasi alakalimetri dengan titran NaOH. NaOH dapat
digunakan sebagai titran karena termasuk jenis basa kuat yang dapat
menetralkan suatu asam dengan cepat. Akan tetapi, NaOH ini
termasuk dalam larutan standar sekunder yaitu zat yang tidak terlalu
stabil dan dapat dipengaruhi oleh beberapa factor, contohnya seperti
udara.
Dalam praktikum ini penggunaan buret harus diperhatikan
kebersihannya. Sebelum digunakan,buret harus dibilas menggunakan
air suling dan juga larutan yang akan digunakan. Pada praktikum kal ini
larutan yang digunakan adalah NaOH sehingga buret harus dibilas
dengan NaOH. Tujuan dari pembilasan dngan larutan ini adalah untuk
memastikan bahwa buret yang akan digunakan tidak terkontaminasi
oleh zat lain yang memungkinkan untuk mempengaruhi hasil analisis.
Indicator yang digunakan yaitu indicator fenolftalein yang merupakan
indicator yang disintesis dari kondensasi anhidriida flatat dengan dua
ekuivalen fenol dibawah kondisi asam. Ketika titik akhir titrasi terjadi
perubahan warna menjadi merah muda dan warna merah muda
dihasilkan ketika suasana basa.
Penentuan kadar asam asetat dalam larutan dapat ditentukan
dengan titrasi menggunakan NaOH yang telah distandarisasi. Asam
asetat yang ada dalam larutan akan bereaksi dengan NaOH membentu
garam CH3COONa yang larut dalam air. Kemudian kelebihan NaOH
akan menunjukan titik akhir titrasi yang mengalami perubahan warna
merah muda.
VII. Kesimpulan
Kadar asam asetat ialah sebesar 7,35%
VIII. Daftar Pustaka
https://p2k.unkris.ac.id/id3/3065-2962/Asam-Asetat_21925_p2k-
unkris.html
https://www.studocu.com/id/document/universitas-
pakuan/kimia/laporan-asam-asetat/14206014
buku : pedoman praktikum Kimia Umum 2013 (Juju Juhana, AT,M.Si
dan Wulan Safrihartini Atikah, SST,MT).
Praktikum Kimia Umum

PEMBUATAN LARUTAN BORAKS DAN STANDARISASI HCl

disusun oleh

Nama : Assyifa Putri Asdiani

NPM : 22420093

Dosen/Asisten : 1. Rr. Wiwiek E.M., S.ST., MT.

2. Lestari W., S.Pd, M.Tr.

3. Danny Y. Sinuraya., ST.

Politeknik STTT Bandung


2022

PEMBUATAN LARUTAN BORAKS DAN STANDARISASI HCl

Tanggal praktikum : 11 Oktober 2022

I. Maksud dan Tujuan


Maksud praktikum :
Tujuan praktikum : Mahasiswa mamou untuk membuat larutan baku
primer boraks 0,1000 N dan mahasiswa mampu untuk menentukan
normalitas HCl dengan larutan baku primer boraks 0,1000 N.
II. Teori Dasar
Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah
diketahui dengan pasti. Larutan standar dapat dibuat dengan cara
penimbangan zat tersebut lalu dilarutan dalam sejumlah pelarut (air).
Larutan baku ini sangat bergantung pada jenis zatyang
ditimbangnya/dibuat. Terdapat 2 macam larutan baku yaitu
1. Larutan baku primer
Suatu larutan yang telah diketahui secara tepat
konsentrasinya melalui metode gravimetri. Syarat agar suatu
zat menjadi larutan baku primer adalah
• Murni dan mudah dimurnikan
• Tidak bersifat higroskopis dan tidak berubah berat
dalam penimbangan di udara
• Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji
kualitatif dan kepekaan tertentu
• Memiliki massa relative dan massa ekivalen yang
besae, sehingga kesalahan karena penimbangan dapat
diabaikan
• Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang
dipilih
• Reaksi yang berlangsug dengan pereaksi tersebut
harus bersifat stoikiometrik dan langsung
2. Larutan baku sekunder
Suatu larutan dimana konsetrasinya ditentukan dengan jalam
pembakuan menggunakan larutan baku primer, biasanya
melalui metode titrimetri.
Konsentrasi larutan baku yang digunakan dapat berupa
molaritas (jumlah mol zat terlarut dalam satu liter larutan) dan
normalitas ( jumlah ekivalen zat terlarut dalam satu liter larutan).
Satuan molaritas merupakan satuan dasar yang digunakan
secara internasional,sedangkan satuan normalitas biasa juga
dilakukan alam analisis karena dapat memudahkan
perhitungan.

Boraks (natrium tetra borat) merupakan senyawa berhidrat dengan


rumus kimia Na2B4O7.10H2O merupakan padatan kristal berwarna
putih. Boraks banyak digunkan sebagai larutan baku dan bahan
pengawet makanan. Boraks berwarna putih agak sukar larut dalam air
dan memiliki berat molekul 381,372 dan merupakan garam berbas
dua. Di industry teksti boraks digunakan sebagai zat penyempurnaan
tahan api.

Asidimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan


menggunakan larutan baku basa dengan larutan baku asam. Oleh
karena itu, keduanya disebut juga sebagai titrasi asam basa.
Reaksi yang berlangsung adalah

Na2B4O7 + 2HCl + 5H2O → 2NaCl + 4H3BO3

HCl atau asam klorida merupakan larutan akuatik dari gas


hydrogen klorida yang merupakan asam kuat berbasa 1, sehingga BE
= Mr = 36,46 berbentuk cair dan berwarna kekuningan. Selain itu, HCl
juga memiliki bau yang menyengat dengan massa jenis 1,16 dan
mudah larut dalam air. HCl meleleh pada suhu 40̊C dan mendidih pada
suhu 84̊C. asam klorida pekat akan membentuk kabut asam. Baik
kabut dan larutan tersebut bersifat korosif terhadap jaringan tubuh
dengan potensi kerusakan pada organ pernapasan, mata, kulit dan
usus. Ketika asam klorida bercampur dengan bahan kimia oksidator
lainnya, seperti natrium hipoklorit atau kalium permanganate,gas
beracun klorin akan terbentuk.

III. Alat dan Bahan


Alat:
• Neraca analitik
• Corong gelas
• Labu ukur 100 ml
• Erlenmeyer 250 ml
• Pipet volume 10ml
• Buret 50ml
• Gelas piala 100 ml

bahan :

• Boraks
• HCl
• Indicator MO
IV. Cara Kerja
• Pembuatan Larutan Boraks
1. Timbang tepat boraks sebanyak 1,906 gram dengan kertas
timbang
2. Masukkan kedalam labu ukur 100ml melalui corong gelas
3. Larutan diencerkan sampai garis miniskus dengan air suling
4. Larutan dikocok 12 kali sampai homogen
5. Larutan sudah siap untuk dijadikan larutan standar primer
• Menetapkan normalitas HCl
1. Bersihkan buret danbilas dengan air suling
2. Bilas buret dengan larutan HCl lalu diisi hingga penuh dan
diimpitkan di garis skala (nol)
3. Pipet 10ml larutan baku boraks yang telah diketahui
kadarnya dalam Erlenmeyer
4. Bubuhi 2 tetes indicator MO
5. Kemudian dititar dengan larutan HCl dari buret hingga titik
akhir berwarna jingga
6. Hitung normalitas dan kadar HCl dalam gr/L
V. Data dan Perhitungan
Data Titrasi
1. Titik akhir : 27,2 ml
Titik awal : 13,5 ml
27,2-13,5 = 13,7 ml

2. Titik akhir : 13,7 ml


Titik awal : 0,0 ml
13,7-0,0 = 13,7 ml

13,7+13,7
Rata-rata = = 13,7 𝑚𝑙
2

Perhitungan
Nboraks.Vboraks = NHCl.VHCl
𝑁𝑏𝑜𝑟𝑎𝑘𝑠.𝑉𝑏𝑜𝑟𝑎𝑘𝑠
NHCl =
𝑉𝐻𝐶𝑙
0,1000𝑁.10𝑚𝑙
= 13,7𝑚𝑙

= 0,0729 N
VI. Diskusi
Dalam praktikum ini HCl sebagai titran dan boraks sebagai titrat.
Standarisasi ini dilakukan untuk menguji keakuratn konsentrasi HCl
yang dibuat dari pengenceran.
Pada praktikum ini boraks merupakan larutan standar primer dan
HCl merupakan larutan standar sekunder. Karena boraks adalah
garam yang bersifat lemah, sifatnya yang tidak mudah teroksidasi,
boraks cenderung stabil dan tidak korosif. HCl merupakan larutan gas
Cl dalam air. Hal ini memungkinkan kelarutannya mudah sekali
berubah terhadap perubahan suhu, perubahan kelarutan tersebut akan
mempengaruhi konsentrasinya.
Indicator yang digunakan dalam praktikum ini yaitu indicator MO
dan terjadiperubahan warna dari kuning menjadi orange. Dalam
melakukan standarisasi asam-basa haris dengan ketelitian tinggi. Titik
akhir dari larutan yang distandarisasi dari beberapa titrasi yang
dilakukan adalah tetap.
VII. Kesimpulan
Berat boraks yang ditimbang 1,906 gr.
Normalitas HCl yang didapat ialah sebesar 0,0729 N
VIII. Daftar Pustaka
http://poltekkesbengkulu.ac.id/analis/introduction-larutan-hcl
https://www.academia.edu/11179531/Larutan_Baku_Primer_dan_Sek
under_pada_Titrasi
https://www.scribd.com/document/256414985/Laporan-Praktikum-
Standarisasi-Hcl
buku : pedoman praktikum Kimia Umum 2013 (Juju Juhana, AT,M.Si
dan Wulan Safrihartini Atikah, SST,MT).
Praktikum Kimia Umum

PENETAPAN KADAR NATRIUM BIKARBONAT (NaHCO 3)

disusun oleh

Nama : Assyifa Putri Asdiani

NPM : 22420093

Dosen/Asisten: : 1. Rr. Wiwiek E.M., S.ST., MT.

2. Lestari W., S.Pd, M.Tr.

3. Danny Y. Sinuraya., ST.

Politeknik STTT Bandung

2022
PENETAPAN KADAR NATRIUM BIKARBONAT (NaHCO 3)

Tanggal praktikum : 18 Oktober 2022

I. Maksud dan Tujuan


Maksud praktikum : Menentukan kadar NaHCO3 yang merupakan
larutan basa lemah dengan menggunakan asam kuat sebagai titran.
Tujuan praktikum : mahasiswa mampu untuk menentukan kadar
NaHCO3 yang merupakan larutan basa lemah dengan menggunakan
asam kuat.

II. Teori Dasar


NaHCO3 (Natrium Bikarbonat) atau banyak dikenal sebagai
sodakue, di industry tekstil banyak digunakan sebagai zat yang dapat
membantu dalam pembentuka suasana alkali misalnya untuk fiksasi
zat warna reaktif. NaHCO3 dihasilkan dari hasil samping pada proses
solvay yang merupakan reaksi dari kalsium karbonat, natrium klorida,
ammonium, dan karbondioksida dalam air. NaHCO 3 mudahlarut dalam
air sampai 100 g/l pada suhu 20̊C dan mempunyai titik leleh 270̊C.
Asidimetri adalah salah satu Teknik titrasi yang menggunakan
asam sebagai titran. Asam yang sering dipakai dalam analisis
asidimetri adalah asam klorida (HCl) yang sudah distandarisasi. Asam
klorida merupakan asam kuat yang berbentuk cair dan biasanya
mempunyai kadar 39,1% dan density 1/16 g/ml. HCl digunakan pada
titrasi netralisasi yaitu suatu proses yang tidak mengakibatkan
terjadinya perubahan, baik perubahan valensi maupun terbentuknya
endapan dan atau terjadinya suatu senyawa kompleks dan zat-zat
yang saling bereaksi.
Reaksi yang terjadi pada penetapan kadar NaHCO3 dengan larutan
standar HCl
NaHCO3 + HCl →NaCl + H2O + CO2
Dalam penetapan natrium bikarbonat ini indicator yang digunakan
adalah indicator metal orange (MO). Metal orange adalah senyawa
organic dengan rumus C14H14N2NaO3S dan biasanya dipakai sebagai
indicator dalam titrasi asam basa. MO dipergunakan pada penetapan
kadar natrium hidrogem karbonat dengan asam klorida karena reaksi
yang terjadi antara basa lemah dan asam kuat sehingga ph titik
ekivalensi bergeser ke ph asam indicator MO ini berubah warna dari
merah pada ph dibawah 3,1 dan menjadi warna kuning pada ph diatas
4,4 jadi warna titrasinya adalah orange, struktur indicator ini adalah

III. Alat dan Bahan


Alat :
• Erlenmeyer 250 ml
• Pipet volume 10 ml
• Labu ukur 100 ml
• Buret 50 ml
• Gelas piala 100 ml
• Corong gelas
• Pipet tetes

Bahan :

• NaHCO3
• HCl
• Indicator MO
• Air suling bebas CO2

IV. Cara Kerja


1. Bersihkan buret dan dibilas dengan dengan air suling
2. Isi buret dengan HCl
3. 25ml larutan NaHCO3 0,2500 N dipipet kedalam labu ukur 100 ml
lalu diencerkan dengan air suling sampai pada tanda garis. Kocok
12 kali. Air suling yang dipakai tidak mengandung CO 2
4. 10ml larutan encer dipipet kedalam erlnmeyer lalu dibubuhi 2 tetes
indicator MO
5. Kemudian dititar dengan larutan HCl dari buret hingga titik akhir
berwarna orange antara merah+kuning
6. Menghitung kadar NaHCO3

V. Data dan Perhitungan


Data Titrasi
1. Titik akhir : 7,2 ml
Titik awal : 0.0 ml
7,2 – 0,0 = 7,2 ml
2. Titik akhir : 21,5 ml
Titik awal : 14,3 ml
21,5 – 14,3 = 7,2 ml

7,2𝑚𝑙+7,2𝑚𝑙
Rata-rata = 2
= 7,2 𝑚𝑙

Perubahan warna

• Warna larutan sebelum titrasi : tidak berwarna


• Warna larutan setelah ditetes indicator MO : kuning
• Warna larutan setelah titrasi : orange

Perhitungan

NaHCO3 : Na=23, H=1, C=12, O=16×3=48 (Mr=23+1+12+48=84)

𝑀𝑟 84
BE = 1
= 1
= 84

1000𝑚𝑙 100𝑚𝑙
Fp = 10
× 25𝑚𝑙
= 400

Mg/L = rata-rata ml titrasi × NHCl × BE NaHCO3 × P

= 7,2ml × 0,0729 ×84×400

= 17,635 mg/L

𝑚𝑔/𝐿
Gr/L = 1000

17,635 𝑚𝑔/𝐿
= = 17,63 𝑔𝑟/𝐿
1000

𝑔𝑟/𝐿
% = 1000×1 × 100
17,63
= 1000×1 100 = 1,76%

VI. Diskusi
Penetapan kadar natrium bikarbonat dilakukan dengan metode titrasi.
Untuk kadar natrium bikarbonat pada praktikum diperoleh 1,76%.
Besar kadar natrium bikarbonat dipengaruhi oleh N HCl. HCl harus
distandarisasi karena larutan HCl mudah menguap dan mudah
bereaksi dengan senyawa lain di udara. NaOH digunakan sebagai
larutan baku primer dari proses standarisasi HCl. Fungsi HCl adalah
agar sampel tetap berada pada keadaan setimbang. Pemilihan HCl
sebagai larutan standar asam untuk penetapan kadar natrium
bikarbonat karena HCl memenuhi persyaratan dari larutan standar
yang tidak dimilikioleh asam lain. Persyaratan tersebut adalah HCl
merupakan asam kuat, yaitu sangat disosiasi, larutan asam yang stabil,
garam dari larutan asam mudah larut.
Indicator yang digunakan dalam titrasi asidimetri dalam menentukan
kadar natrium bikarbonat adalah indikator metil orange. Indikator metil
orange digunakan agar titik akhir titrasi mendekati titik ekuivalen dan
trayek pHnya tidak jauh dari titik ekuivalen yaitu 3,1-4,4. Titik akhir
titrasi ditandai dengan perubahan warna dari jingga menjadi jingga
kemerahan. Saat praktikum cukup sulit untuk menentukan titik akhir
titrasi karena warna titik akhir titrasi yang hampir sama dengan warna
saat larutan ditambah indicator metil orange hanya sedikit lebih merah.
Oleh karena itu, pada saat pengerjaan perlu membandingkan dengan
warna semula agar terlihat kemerahannya atau tidak. Jika warnanya
ada merahnya maka sudah mencapai titik akhir.
VII. Kesimpulan
Kadar NaHCO3 hasil percobaa ialah 1,76%
VIII. Daftar Pustaka
https://www.wikiwand.com/id/Metil_jingga
https://www.scribd.com/doc/213697315/ASIDIMETRI-Penentuan-
Kadar-Natrium-Bikarbonat
https://nabsya.wordpress.com/2013/06/01/pembuatan-larutan-dan-
standarisasinya/
buku : pedoman praktikum Kimia Umum 2013 (Juju Juhana, AT,M.Si
dan Wulan Safrihartini Atikah, SST,MT).

Anda mungkin juga menyukai