Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

PRAKTIKUM PENGANTAR KIMIA FARMASI


“ASIDIMETRI ALKALIMETRI”

Shafa Fitri Khairunnisa


260110190125
Kelas D 2019
Rabu, 07.00-10.00

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
I. Tujuan
Dapat menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan metode titrasi
asidimetri maupun alkalimetri

II. Prinsip
2.1 Analisis Kuantitatif
Analisis kualitatif merupakan cara analisis yang berkaitan dengan
penetapan berapa banyak suatu zat tertentu yang terkandung dalam
suatu sampel (Day dan Underwood, 2002).
2.2 Titrasi
Titrasi yang melibatkan asam dan basa digunakan secara luas
dalam pengendalian analitik banyak produk komersial (Day dan
Underwood, 2002).
2.3 Netralisasi
Reaksi asam-basa (netralisasi) digunakan dalam penetapan kadar
berdasarkan perpindahan proton dari zat yang bersifat asam atau
basa (Gandjar dan Rohman, 2007).

III. Reaksi
-
IV. Teori Dasar
Analisis kuantitatif merupakan suatu analisis yang
digunakan untuk menentukan jumlah atau kadar absolut
dari suatu elemen yang terkandung dalam suatu sampel
(Gandjar dan Rohman, 2007).
Analisis kuantitatif yang sering digunakan adalah
analisis titrimetri. Analisis titrimetri dilakukan melalui
proses titrasi. Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk
menentukan konsentrasi dari suatu analit dengan cara
menitrasikannya dengan larutan yang konsentrasinya
diketahui secara pasti. Larutan yang telah diketahui
konsentrasinya secara pasti disebut larutan baku atau
larutan standar (Amelia, 2015).
Larutan standar dapat dipersiapkan dengan
menguraikan suatu sampel dari zat terlarut yang diinginkan
dan menimbang secara akurat dalam suatu larutan yang
volumenya diketahui secara akurat pula. Pada umumnya,
metode ini sulit untuk diterapkan. Hal ini dikarenakan oleh
jarangnya reagen kimiawi yang diperoleh dalam bentuk
murni untuk memenuhi kebutuhan analis dalam hal
keakuratan. Substansi yang memadai untuk hal ini disebut
standar primer. Secara umum, larutan distandardisasi
melalui cara titrasi, di mana larutan tersebut bereaksi
dengan sejumlah standar primer yang telah diukur (Day dan
Underwood, 2002).
Pada titrasi, diketahui istilah titik ekuivalen dan titik
akhir titrasi. Titik ekuivalen adalah suatu titik dimana analit
dan larutan standar yang digunakan berada dalam kondisi
setimbang yang mana mol antara analit dan titran bernilai
sama. Sedangkan titik akhir merupakan titik ketika titrasi
akan berakhir atau dihentikan (Padmaningrum, 2010).
Asidimetri dan alkalimetri merupakan reaksi
netralisasi, yaitu reaksi antara ion hidrogen yang berasal
dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa,
untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi
dapat pula didefinisikan sebagai reaksi antara pemberi
proton dengan penerima proton (asam dengan basa)
(Gandjar dan Rohman, 2007).
Asidimetri merupakan penetapan kadar secara
kuantitatif terhadap senyawa-senyawa yang memiliki sifat
basa dengan menggunakan larutan baku bersifat asam.
Sebaliknya, alkalimetri merupakan penetapan kadar secara
kuantitatif terhadap senyawa-senyawa yang memiliki sifat
asam dengan menggunakan larutan baku bersifat basa
(Gandjar dan Rohman, 2007).
Indikator asam basa ialah asam atau basa organik
yang memiliki suatu warna jika konsentrasi hidrogen lebih
tinggi dari suatu harga tertentu dan memiliki warna lain
apabila konsentrasi hidrogen tersebut lebih rendah.
Indikator asam-basa dapat berubah warna jika terjadi
perubahan pH di lingkungannya (Sundari, 2016).
Ada beragam jenis indikator asam-basa yang
biasanya digunakan di laboratorium kimia, diantaranya
adalah indikator universal, kertas lakmus, indikator alami,
serta larutan indikator seperti fenolftalein, metil merah,
brom timol biru, dll (Indira, 2015).
Pada titrasi asam-basa (asam lemah-basa kuat)
dengan indikator fenolftalein yang mempunyai trayek pH
8,3 hingga 10,0; pada awal titrasi, sistem tidak memiliki
warna, dan pada akhir titrasi, sistem berwarna merah muda
(Padmaningrum, et.al., 2012).

V. Alat dan Bahan


5.1 Alat
5.1.3. Batang Pengaduk
5.1.2. Beaker Glass
5.1.3. Bulb
5.1.4. Buret
5.1.5. Erlenmeyer
5.1.6. Kaca arloji
5.1.7. Kertas perkamen
5.1.8. Labu ukur
5.1.9. Penangas air
5.1.10. Pipet tetes
5.1.11. Pipet volume
5.1.12. Spatel
5.1.13. Statif dan Klem
5.1.14. Timbangan analitik

5.2 Bahan
5.2.1. Asam oksalat
5.2.2. Aquades
5.2.3. CaCO3
5.2.4. Gliserin
5.2.5. NaOH
5.2.6. HCl

VI. Perhitungan
6.1 Pembakuan NaOH
a. NaOH = 12,7 mL
N1V1 = N2V2
N1.12,7 = 0,1.10
N1 = 0,079 N

b. NaOH = 12,6 mL
N1V1 = N2V2
N1.12,6 = 0,1.10
N1 = 0,079 N

c. NaOH = 12,2 mL
N1V1 = N2V2
N1.12,2 = 0,1.10
N1 = 0,082 N

0,079 + 0,079 + 0,082


𝑥=
3
𝑥 = 0,08 𝑁

6.2 Penentuan Kadar CaCO3


a. NaOH = 4 mL
N1V1 = N2V2
N1.25 = 0,08.4
N1 = 0,0128 N

b. NaOH = 7 mL
N1V1 = N2V2
N1.25 = 0,08.7
N1 = 0,0224 N

c. NaOH = 9 mL
N1V1 = N2V2
N1.25 = 0,08.9
N1 = 0,0288 N

0,0128 + 0,0224 + 0,0288


𝑥=
3
𝑥 = 0,021 𝑁

VII. Data Pengamatan


No. Perlakuan Hasil
7.1 Pembuatan asam oksalat 0,1 N Pembuatan asam oksalat 0,1 N
-Menimbang padatan Asam Oksalat -telah ditimbang padatan Asam
-Melarutkannya dengan 50 mL Oksalat
aquadest -telah dilarutkan dengan 50 mL
aquadest

7.2 Pembuatan NaOH Pembuatan NaOH


-Mendidihkan air, lalu dinginkan -telah di didihkan air, lalu
dalam keadaan tertutup dinginkan dalam keadaan
-Timbang padatan NaOH tertutup
-Larutkan, masukkan ke dalam botol -telag ditimbang padatan NaOH
penyimpanan -telah dilarutkan, dan
dimasukkan ke dalam botol
penyimpanan

7.3 Pembakuan NaOH Pembakuan NaOH


-Masukkan larutan NaOH kedalam -telag dimasukkan larutan NaOH
buret kedalam buret
-Masukan larutan asam oksalat dan -telah dimasukan larutan asam
indikator metil jingga, bakukan oksalat dan indikator metil
jingga, bakukan

7.4 Pembakuan HCl Pembakuan HCl


-Masukkan HCl kedalam buret -telah dimasukkan HCl kedalam
-Masukkan NaOH dan indikator buret
metil jingga, bakukan -telah dimasukkan NaOH dan
indikator metil jingga, bakukan

7.5 Penentuan kadar CaCO3 Penentuan kadar CaCO3


-Larutkan sampel dalam 25 mL HCl -telah dilarutkan sampel dalam
-masukkan NaOH ke buret 25 mL HCl
- masukkan indikator metil jingga, -masukkan NaOH ke buret
Lakukan Titrasi - telah dimasukkan indikator
metil jingga, telah dilakukan
Titrasi

VIII. Pembahasan
Praktikum kali ini dilakukan untuk mengetahui cara untuk
mengetahui kadar CaCO3 menggunakan metode titrasi asidimetri
atau alkalimetri. Dalam praktikum kali ini digunakan larutan baku
primer dan sekunder.
Praktikum kali ini diawali dengan membuat larutan asam
oksalat terlebih dahulu, yang akan digunakan untuk membakukan
NaOH. Dalam pembuatannya, dilakukan penimbangan padatan
asam oksalat terlebih dahulu lalu dilarutkan dalam aquadest.
Setelah larutan asam oksalat terbuat, selanjutnya larutan baku
sekunder, NaOH dengan konsentrasi 0,1 N. Pembuatan NaOH
harus menggunakan pelarut berupa air bebas CO2. Air dibuat
bebas CO2 karena CO2 dalam pelarut maka akan berpengaruh
terhadap reaksi pada larutan sehingga mengurangi kemurnian
larutan. Terlebih larutan baku sekunder merupakan larutan yang
memiliki tingkat kestabilan yang kurang kuat, sehingga harus
sangat hati-hati saat pembuatan dan pemakaian bila konsentrasi
larutannya tidak mau berubah.
Dalam pembuatannya, praktikan memanaskan aquadest yang
akan digunakan untuk menghilangkan kandungan CO2 di
dalamnya. Pemanasan dlakukan sampai aquadest mendidih.
Setelah aquadesr mendidih, ditutupkan mulut gelas menggunakan
plastic wrap guna menghindari percampuran kembali CO2
kedalam aquadest. Pelarut aquadest ini tidak dapat langsung di
gunakan untuk melarutkan padatan NaOH karena akan
memberikan reaksi berlebih akibat suhu yang terlalu tinggi.
Aquadest dibiarkan dan didinginkan selama beberapa menit,
hingga mencapai suhu ruang.
Untuk mendinginkan aquadest mendidih yang telah bebas CO2,
digunakan baskom berisi air untuk merendam gelas beaker agar
penurunan suhu berlangsung lebih cepat. Selama proses
membersihan CO2 dari aquadest, praktikan menyiapkan botol
penyimpanan berwarna cokelat. Warna coklat pada botol ini
digunakan untuk menghindari larutan dari perubahan kandungan
zat karena pengaruh cahaya. Begitu aquadest mencapai suhu ruang
kurang lebih, praktikan mulai melarutkan padatan dengan
aquadest. Dikarenakan banyaknya jumlah pelarut berpengaruh
terhadap cepat tidaknya padatan terlarut, maka praktikan membagi
aquadest yang telah di didihkan kedalam gelas beaker yang lebih
kecil untuk melarutkan padatan NaOH. Begitu padatan terlarut,
praktikan memasukkannya kedalam botol penyimpanan
dilanjutkan dengan dimasukannya aquadest lainnya sampai jumlah
yang diinginkan.
Sebagai larutan baku sekunder, ketika akan digunakan
dilakukan pembakuan terlebih dahulu. Pembakuan NaOH bisa
dilakukan dengan cara memasukkan larutan yang sudah terjadi ke
dalam botol coklat, seperti yang tadi dijelaskan. Botol coklat dapat
mempertahankan stabilitas larutan NaOH. Sehingga, jika akan
disimpan lama konsentrasi nya tidak akan berubah. Botol coklat
juga harus di simpan di suhu ruang agar konsentrasi nya tidak
berubah dan harus selalu di tutup rapat. Selanjutnya dilakukan
pembakuan terhadap larutan NaOH menggunakan larutan asam
oksalat. Pembakuan dilakukan menggunakan metode titrasi
dengan larutan asam oksalat sebagai larutan analit yang dimasukan
kedalam erlenmeyer. Sedangkan larutan NaOH berperan sebagai
titrannya. Sebelum melakukan pembakuan, diteteskan terlebih
dahulu 3 tetes indikator metil jingga sebagai indikator batasan
kesetimbangan reaksi yang akan ditunjukkan dengan terjadinya
perubahan warna menjadi warna oren muda. Pembakuan ini
dilakukan sebanyak tiga kali atau biasa dikenal denga istilah triplo.
Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil akhir yang akurat.
Setelah itu dilakukan pembakuan HCl dengan larutan baku
boraks. Larutan boraks dibuat terlebih dahulu dengan cara
dilarutkan dalam pelarut air bebas CO2 bersuhu ruang. Setelah itu,
ambil 10 mL boraks ke labu erlenmeyer, dan masukkan HCl ke
buret. Lakukan titrasi setelah meneteskan 3 tetes indikator meti
jingga. Titrasi dilaksanakan 3x (triplo), agar hasil yang didapatkan
akurat.
Prosedur yang selanjutnya kami lakukan adalah penentuan
kadar sampel CaCO3. CaCO3 dilarutkan dalam HCl, lalu diambil
sebanyak 10 mL dan dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer. Pada
buret dimasukkan NaOH yang telah dibakukan. Lakukan titrasi
setelah meneteskan 3 tetes indikator metil jingga. Titrasi dilakukan
sebanyak 3x untuk mendapat nilai yang akurat.

IX. Kesimpulan
Telah ditentukan kadar suatu zat dengan menggunakan metode titrasi
asidimetri maupun alkalimetri.
DAFTAR PUSTAKA

Amelia, F.R. 2015. Penentuan Jenis Tanin dan Penetapan Kadar Tanin
dari Buah Bungur Muda Secara Spektofotometri dan
Permanganometri. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya,
vol.4 (2): 1-20.

Day dan Underwood.2002. Analisis Kimia Kuantitatif.


Jakarta:Erlangga

Gandjar dan Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Padmaningrum, Marwati dan Wiyarsi. 2012. Karakter Ekstrak Zat


Warna Kayu Secang Sebagai Indikator Titrasi Asam Basa. Prosiding
Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan MIPA,
FMIPA UNY

Sundari, R. 2016. Pemanfaatan Efisiensi Kurkumin Kunyit sebagai


Indikator Titrasi Asam Basa. Jurnal Teknoin vol.22 no. 8, hlm.595-601

Anda mungkin juga menyukai