Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN RESMI

PRATIKUM KIMIA ANALITIK

PERCOBAAN III
ASIDI – ALKALIMETRI

Kelompok :5
Nama/NIM : Oktavina Kristaningtyas / 24030119130058
Hari/Tanggal : Rabu, 16 September 2020
Asisten : Indah Salma

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK
PERCOBAAN III
“ASIDI – ALKALIMETRI”

Semarang, 16 September 2020


Mengetahui
Asisten, Praktikan,

Nama : Indah Salma Nama : Oktavina Kristaningtyas


    NIM. 24030117120008 NIM. 24030119130058
PERCOBAAN III

ASIDIMETRI - ALKALIMETRI

I. TUJUAN PERCOBAAN
I.1. Melakukan prosedur standardisasi larutan standar sekunder sebelum analisis.
I.2. Menentukan kadar senyawa dalam sampel:
a. Kadar Nakarbonat dalam Produk Pangan
b. Kadar Asam asetat dalam Asetat Glasial dan Cuka
I.3. Menentukan komposisi campuran CO3- dan NaOH
I.4. Menentukan pilihan indikator yang tepat dalam analisis campuran.Dapat
menentukan pilihan indikator dalam analisis campuran

I. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Titrasi

2.1.1 Pengertian Titrasi


Analisis volumetri adalah salah satu analisis kuantitatif yang
didasarkan pada pengukuran volume dari larutan yang telah diketahui
konsentrasinya secara pasti (larutan standart). Salah satu larutan yang
mengandung pereaksi ditempatkan pada erlenmeyer (titrat). Dalam proses
ini, perlahan-lahan titran ditambahkan ke dalam larutan sampai titran dan
titrat bereaksi secara sempurna secara stoikiometri. Titrasi harus
diberhentikan bila dekat dengan titik ekuivalen yang disebut titik akhir
titrasi yang ditandai dengan perubahan warna indikator.
(Rivai, 1995 )
Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volum larutan
standar ditambahkan ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui
komponen yang tidak dikenal. Larutan standar adalah larutan yang
konsentrasinya sudah diketahui secara pasti. Berdasarkan kemurniannya
larutan standar dibedakan menjadi larutan standar primer dan larutan
standar sekunder. Larutan standar primer adalah larutan standar yang
dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan
kemurnian tinggi (konsentrasi diketahui dari massa - volume larutan).
Larutan standar sekunder adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan
menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian relatif
rendah sehingga konsentrasi diketahui dari hasil standardisasi (Day, 1999)
Titrasi adalah cara analisis yang memungkinkan untuk mengukur
jumlah yang pasti dari suatu larutan dengan mereaksikan dengan suatu
larutan lain yang konsentrasinya diketahui. Analisis semacam ini yang
menggunakan pengukuran volume larutan reaktan disebut analisis
volumetri.Pada suatu titrasi, salah satu larutan yang mengandung suatu
reaktan dimasukkan ke dalam buret, sebuah tabung panjang yang salah
satu ujungnya mempunyai kran dan diberi skala dalam mililiter dan
sepersepuluh mililiter. Larutan dalam buret disebut penitrasi (titran) dan
selama titrasi, larutan ini diteteskan secara perlahan melalui kran ke dalam
labu Erlenmeyer yang mengandung larutan reaktan lain. Larutan penitrasi
ditambahkan sampai seluruh reaksi selesai yang dinyatakan dengan
berubahnya warna indikator, suatu zat yang umumnya ditambahkan ke
dalam larutan dalam bejana penerima dan yang mengalami perubahan
warna ketika reaksi berakhir. Perubahan warna ini menandakan telah
tercapainya titik akhir titrasi, diberi nama demikian karena pada titik ini,
penetesan larutan penitrasi dihentikan dan volumenya dicatat (Brady,
1987).
2.1.2 Titik Ekuivalen Titrasi
Titik pada saat terjadi reaksi sempurna atau titik pada saat
ditambahkan kuantitas asam atau basa yang ekivalen (Daintith, 1994).
Volume pada jumlah reagen yang ditambahkan tepat sama dengan
yang diperlukan untuk bereaksi sempurna oleh zat yang dianalisis disebut
sebagai titik ekivalen (Khopkar, 1985).
2.1.3 Titik Akhir Titrasi
Titik pada saat indikator berubah warna. Perubahan warna akan terjadi
apabila zat yang dititrasi sudah mencapai PH yang sesuai atau tertentu
(Daintith, 1994).
Titik akhir titrasi yaitu suatu peristiwa dimana indikator telah
menunjukkan warna dan titrasi harus dihentikan (Brady, 1987).
2.2 Asidi – Alkalimetri
Titrasi asam basa sering disebut asidimetri-alkalimetri. Asidimetri dan
alkalimetri sebaiknya diartikan secara umum saja, yakni titrasi yang
menyangkut reaksi-reaksi asam dengan basa. Secara tersirat diartikan di atas,
bahwa asidimetri-alkalimetri menyangkut reaksi dengan asam dan atau
dengan basa. Diantaranya :

1. asam kuat – basa kuat


2. asam lemah – basa kuat
3. asam kuat – basa lemah
4. asam kuat – garam dan asam lemah
5. basa kuat – garam dan basa lemah
dalam titrasi asidi alkalimetri, perubahan terpenting yang mendasari
penentuan titik akhir dan cara perhitungan ialah perubahan pH titrat

1. Asam dengan basa (reaksi penetralan), agar kuantitatif maka asam dan
atau basa yang bersangkutan harus kuat.
2. Asam dengan garam (reksi pembentukan asam lemah), agar kuantitatif,
asam harus kuat dan garam itu harus terbentuk dari asam lemah sekali.
3. Basa dengan garam, agar kuantitatif basa harus kuat dan garam harus
terbentuk dari basa lemah sekali, jadi berdasar pembentukan basa lemah
tersebut.
(Harjadi, 1993)

Analisa cara titrimetri berdasarkan reaksi kimia seperti :


aA + tT             hasil
dengan keterangan : a molekul analit A bereaksi dengan molekul pereaksi
T. Pereaksi T disebut titran ditambahkan secara sedikit-sedikit, biasanya
dari sebuah buret, dalam bentuk larutan dengan konsentrasi yang
diketahui. Larutan yang disebut belakangan disebut larutan standar dan
konsentrasinya ditentukan dengan suatu proses, disebut stsndarisasi.
Penambahan titran dilanjutkan hingga sejumlah T yang kimia ekivalen
dengan A telah ditambahkan.  Maka dikatakan bahwa titik ekivalen titran
telah tercapai.Agar mengetahui bila penambahan titran berhenti, kimiawan
dapat menggunakan sebuah zat kimia, yang disebut indikator, yang
bertanggap terhadap adanya titran berlebih dengan perubahan
warna.Perubahan warna inidapat atau tidak dapat terjadi tepat pada titik
ekivalen.Titik titrasi pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir.
    Reaksi-reaksi kimia yang dapat diterima sebagai dasar untuk penentuan
titrimetrik salah satunya adalah reaksi asam-basa. Reaksi ini memiliki
nama lain sebagai asidi-alakalimetri. Terdapat banyak asam dan basa yang
ditentukan dengan titrimetri. Jika HA merupakan asam yang akan
ditentukan dan BOH basanya, reaksinya adalah :
HA + OH-  A- + H2O dan BOH + H3O+  B+  + 2H2O
Titran biasanya merupakan larutan standar elektrolit kuat, seperti natrium
hidroksida dan asam klorida (Underwood dan Day, 2002).
    Asidi dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion
hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari
basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral.Netralisasi dapat juga
dikatakan sebagai reaksi antara pemberi proton (asam) dengan penerima
proton (basa).
    Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap
senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam.
Sebaliknya alkalimetri merupakan penetapan kadar senyawa-senyawa
yang bersifat asm dengan menggunakan baku basa.
    Titrasi asam-basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan
untuk itu digunakan pengamatan dengan indikator bila pH pada titi
ekivalen antara 4-10. Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam pada
titrasi asam tau basa lemah jika pentitrasian adalah basa atau asam kuat
dengan perbandingan tetapan disosiasi asam lebih besar dari 10. Selama
titrasi asam-basa , pH larutan berubah secara khas. pH berubah secara
dratis bila volume titrasinya mencapai titik ekivalen .
(Underwood dan Day, 2002)
2.3 Standarisasi Larutan
Standarisasi merupakan suatu proses yang digunakan untuk menentukan
secara teliti konsentrasi suatu larutan. Larutan standar adalah larutan yang
konsentrasinya telah diketahui. Larutan standar kadang-kadang dapat dibuat dari
sejumlah contoh solute yang diinginkan yang secara teliti ditimbang dengan
melarutkannya ke dalam volume larutan yang secara teliti diukur volumenya.
Cara ini biasanya tidak dapat dilakukan, akan tetapi karena relatif sedikit reaksi
kimia yang diperoleh dalam bentuk cukup murni untuk memenuhi permintaan
analis akan ketelitiannya. Beberapa zat tadi yang memadai dalam hal ini disebut
standar primer. Suatu larutan lebih umum distandarisasikan dengan cara titrasi
yang pada proses itu dengan sebagian berat dari standar primer (Oxtoby, 2001).
Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya telah diketahui secara
teliti. Larutan standart disebut juga larutan baku. Larutan standart ditambahkan
melalui buret. Dalam titrasi sering digunakan larutan asam karena lebih mudah
diawetkan dari pada larutan basa. Dalam memilih larutan asam sebagai larutan
standart, faktor – faktor yang harus diperhatikan :

1. asam harus kuat terdissosiasi tinggi


2. asam tidak boleh mudah menguap
3. larutan asam harus stabil
4. garam dan asamnya harus kuat
5. asam bukan oksidator yang kuat untuk merusak senyawa organik.
( Underwood, 1998 )

2.4 Analisis Bahan


2.4.1 HCl

Sifat Kimia : Senyawa hidrogen dan khlorin, bersifat korosif, , dapat


mengiritasi kulit, reaktif, dan merupakan asam kuat.

Sifat Fisik : titik leleh -140C dan titik didih -850C

(Daintih, 1994)

2.4.2 NaOH

Sifat Kimia : Kristal berwarna putih, menyerap air dan CO2 dari udara,
larut dalam air, alkohol.

Sifat Fisik : titik didih 19390C dan titik leleh 3180C.


(Daintith,1994)

2.7.3 Na2CO3 dalam soda

Sifat Kimia : Digunakan untuk standar primer, agak higrokopis, dapat


dititrasi dengan indikator PP, merupakan soda
pembersih, larut dalam air.

Sifat Fisik : Berbentuk bubuk putih.

(Underwood,1998)

2.4.4 Boraks (Natrrium Tetraborat Dekahidrat)

Sifat Kimia : Natrium tetraborat dekahidrat, untuk pekerjaan yang


sangat teliti, kristalnya dikristal ulang, dua kali dari
larutan air kemudian dikeringkan dalam desikator dengan
dengan kelembaban relatif 70% atau diatas larutan jenuh.
Untuk titik akhir yang baik dapat di pakai larutan asam
borat di tambah NaCl sebagai pembanding warna dengan
volume, konsentrasi serta jumlah indikator seperti yang di
peroleh dalam standarisasi.

Sifat Fisik : NaBaO7.10H2O BM=381, 4 gram / mol, berwujud padatan


putih

(Daintith,1994)

2.4.5 Indikator Metil orange

Sifat Kimia : (CH3)2 NC6 H$NN C6H4COOH, asam


paradimetilaminoazbenzena karbooksilat,
larutan 0,02% dalam etanol 60%, digunakan
sebagai indikator.

Sifat Fisik : pH 4,4 (Merah) hingga 6,0 (kuning), berwarna orange.

(Daintith,1994)

2.7.6 Indikator Phenolftalein


Sifat Kimia : Senyawa hablur putih, sukar larut dalam air, tetapi dapat
berinteraksi dengan air, larut dalam alkohol.

Sifat Fisik : Titik leleh :2610C, trayek pH:8,0-9,8, perubahan warna


dari tak berwarna menjadi merah.

(Daintith,1994)

2.4.7 Asam oksalat kristal

Sifat Kimia : Sangat stabil dalam keadaan atmosfer biasa, harus


dititrasi sebagai asam berbasa dua dengan indikator
Fenolftalein atau biru timol berdasar reaksi :

2NaOH + (COOH)2 (COONa)2 + 2H2O

Sifat Fisik : (COOH)2.2H2O BM 126 gram / mol, densitas 1,90 g cm-3 .


(Daintith, 1994)

2.4.8 NaHCO3

Sifat Kimia : Larut dalam air dan sedikit larut dalam etanol, serbuk
kuning pemadam api dikenal sebagai soda kue.

Sifat Fisik : Padatan kristal putih, 84.01 gram / mol , densitas 2.159
gram / ml .

(Daintith, 1994)

2.4.9 Aquades

Sifat Kimia : Senyawa dengan formula H 2O, berbentuk cair, tidak


berwarna, tidak berbau, tidak berbasa, bersifat polar, dan
merupakan pelarut universal.

Sifat Fisik : Titik leleh 00C, titik didih 100oC, densitas 1 g/ml

(Daintith,1994)

2.4.10 Asam Cuka (CH3COOH)

Sifat Kimia : larut dalam air, berdifat berbahaya dan iritan, disebut
juga asam asetat glasial, asam asetat digunakan dalam
produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa
asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat
dan kain

Sifat Fisik : massa molar 60,05 g·mol−1, titik didih 391 sampai 392
K, berupa cairan atau kristal tak berwarna

(Daintith,1994)

2.4.11 Garam ammonium

Sifat Kimia : bentuk molekul tetrahedral, amonium juga merupakan


nama umum untuk amina tersubstitusi melalui protonasi
atau bermuatan positif dan kation amonium kuarterner
(NR4+), yang satu atau lebih atom hidrogennya digantikan
oleh gugus organik

Sifat Fisik : massa molar 18,04 g·mol−1, berupa kristal berwarna


putih

(Daintith, 1994)

2.4.12 Sampel soda


Sifat Kimia : Digunakan untuk standar primer, agak higrokopis, dapat
dititrasi dengan indikator PP, merupakan soda pembersih, larut dalam air.
Sifat Fisik : Berbentuk bubuk putih.

(Underwood,1998)
II. METODE PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
1. Neraca listrik 6. Pipet ukur
2. Labu takar 250 ml 7. Gelas arloji
3. Buret 8. Gelas beker
4. Erlenmeyer 9. Gelas ukur
5. Pipet tetes
3.1.2 Bahan
1. Na2B4O7 6. Indikator metil orange
2. HCl pekat 7. Indikator PP
3. Kristal H2C2O4 8. Sampel soda
4. Akuades 9. CH3COOH
5. Na2CO3 11. Garam ammonium
6. NaOH 12. NaHCO3

3.2 Skema kerja


A. Prosedur 1
1) Preparasi dan standarisasi HCl
a) Preparasi HCl 0,1 N

x ml HCl pekat 37%

Labu takar 100 ml

-Penambahan akuades hingga tanda batas

Hasil
b) Standarisasi HCl dengan Boraks
0,5 g natrium tetraborat murni

Erleneyer

Penambahan 50 ml aquadest

Penambahan 2 tetes indikator M.O

Larutan berwarna Kuning

Erlenmeyer

Penitrasian dengan HCl


Pencatatan volume HCl
Pengulangan triplo titrasi
Hasil

2) Preparasi dan Standarisasi NaOH


a) Preparasi larutan NaOH bebas karbonat

50 gram NaOH

Beker glass

- Penambahan 50ml akuades


- Diamkan hingga larutan atas berwarna bening,
larutan bening merupakan NaOH pekat

Hasil
b) Pembuatan larutan NaOH 0,1 N

6,5 ml larutan NaOH pekat

Labu ukur 1000 ml

- Penambahan akuades
- Penggojogan hingga homogen

Hasil

c) Standarisasi NaOH dengan HCL Nx


10 ml larutan NaOH
Erlenmeyer

Penambahan 2 tetes metil orange

Larutan berwarna kuning


Erlenmeyer

Penitrasian dengan HCl Nx


Pencatatan volume HCL Nx
Pengurangan triplo titrasi
Hasil
d) Standarisasi NaOH dengan H2C2O4
0,2 g H2C2O4
Erlenmeyer

Penambahan 50 ml aquadest
Penambahan 2 tetes PP

Larutan berwarna bening


Erlenmeyer

Penitrasian dengan NaOH


Pencatatan volume NaOH
Hasil
Prosedur 2
1) Penentuan Na2CO3 dalam soda

3,5 g soda

Labu takar 250 ml

- + akuades hingga tanda tera


- Pengocokan sampai homogen

25 mL larutan soda

Erlenmeyer
Penambahan 2 tetes MO

Penitrasian dengan HCl 0,1N

Pencatatan Volume HCl 0,1N

Pengulangan titrasi sebanyak 3x

Hasil
2) Penentukan Asam Asetat Glasial
2 gr asam asetat glasial
Labu ukur 250 ml

Penambahan aquades hingga tanda batas

25 mL asam asetat glasial


Erlenmeyer

Penambahan indikator PP 2 tetes


Penitrasian sebanyak 3 kali dengan NaOH
Hasil
3) Penentuan campuran NaOH + Na2CO3

25 ml larutan campuran

erlenmeyer

- + 2 tetes indikator PP dan pengenceran

Larutan berwarna merah muda

Erlenmeyer
Penitrasian dengan HCl 0,1N
Pencatatan volume HCl 0,1N
Larutan berwarna bening

Erlenmeyer

Penambahan 2 tetes MO

Larutan berwarna orange

Erlenmeyer
Penitrasian menggunakan HCl 0,1N

Pencatatan volume HCl 0,1N


Hasil

4) Penentuan campuran Na2CO3-NaHCO3

25 ml larutan campuran

erlenmeyer
- + 2 tetes indikator PP

Larutan berwarna merah muda

Erlenmeyer
Penitrasian dengan HCl 0,1N
Pencatatan volume HCl 0,1N
Larutan berwarna jernih

Erlenmeyer

Penambahan 2 tetes MO

Larutan berwarna kuning

Erlenmeyer
Penitrasian menggunakan HCl 0,1N

Pencatatan volume HCl 0,1N


Hasil

5) Penentuan ammonium dalam garam ammonium

25 ml garam amonium

Erlenmeyer
Penambahan a ml NaOH 0,0991N
Pemanasan hingga mendidih
Pendinginan, kemudian penambahan 2 tetes
MO
Penitrasian dengan HCl 0,1N
Pencatatan volume HCl 0,1N

Hasil

IV. Data Pengamatan


No Perlakuan Hasil
1 Standarisasi HCl dengan Boraks
(NaBaO7.10H2O)

- Natrium tetraborat murni dan larutkan dalam


aquadest
- Penambahan beberapa tetes indikator metil
merah (metil orange)
- Penitrasian dengan HCl
- Perhitungan konsentrasi HCl dan berat garam
- Perhitungan volume titrasi
2 Standarisasi NaOH dengan H2C2O3

- Natrium oksalat dilarutkan dalam aquadest


- Penambahan 2 tetes indicator PP
- Penitrasian dengan NaOH
- Perhitungan volume
3 Menentukan Na2CO3 dalam soda

- 3,5 g soda, dilarukan dalam aquadest


- Penambahan 2 tetes metil orange
- Penitrasian dengan HCl 0,1 N
4 Menentukan campuran NaOH + Na2CO3

- Penambahan 2 tetes indicator PP pada


campuran
- Penitrasian dengan HCl sampai PP hilang
- Penambahan indicator MO 2 tetes
- Penitrasian dengan HCl 0,1 N
5 Menentukan Asam Asetat Glasial
- 25 ml asam asetat glasial + 2 tetes indicator PP

- Penitarisan dengan menggunakan NaOH


- Pencatatan voume

V. HIPOTESA
Percobaan asidi-alkalimetri ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi
yang tepat dari larutan standar, menentukan jumlah Na 2CO3 dalam sampel,
menentukan jumlah campuran NaOH dan Na2CO3 dalam larutan dan untuk
menentukan indikator yang tepat. Pada percobaan ini metode yang digunakan
adalah metode titrasi. Prinsip yang dilakukan adalah standarisasi larutan-larutan
standar skunder dengan menggunakan beberapa indikator dan reaksi asam basa.
Penambahan PP memberi warna merah muda dengan basa. Titik ekivalen dan
titik akhir diketahui dari perubahan warnanya. Indikator metil orange memberikan
warna merah kekuningan (orange) pada saat titrasi.

DAFTAR PUSTAKA

Brady, James E. 1987. Kimia Univeritas Asas dan Struktur. Tangerang : Binarupa


Aksara.

Daintith, John. 1994. Kamus Lengkap Kimia. Erlangga : Jakarta


Day, Underwood. 1999. Kimia Analisis Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.

Hardjadi, W,1993, “ Ilmu Kimia Analitik Dasar”, PT Gramedia Pustaka Utama :


Jakarta
Khopkar, S.M. 1985.KonsepDasar Kimia Analitik.Depok : UI Press.

Rivai, H, 1995,” Asas Pemeriksaan Kimia”, UI Press : Jakarta


Underwood,A.L.dan R. A. Day Jr. 1998 . Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi
Keempat.  Jakarta :Erlangga.

Oxtoby, David W. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern Edisi Keempat Jilid I.


Erlangga: Jakarta

LAMPIRAN PERHITUNGAN

 Prosedur 1
1. Preparasi dan standarisasi HCl
a. Menghitung volume HCl pekat 37% yang dibutuhkan untuk
membuat 100ml larutan HCl 0,1 N
Diketahui :

N = 0,1 N L = 37%
Vakhir = 100 ml Mr HCl = 36,5
k (BJ) = 1,015 g/ml
Ditanya : VHCl ?
Jawab :
n = N . Vakhir
n = 0,1 N . 100ml = 10 mmol
sehingga,

x ml . L . k
x ¿=
100

x ml . L . k g /ml
x ¿. =
100 . Mr mg/mmol

x ml . L. k . 10 00 mg/ml
x ¿. =
100 . Mr mg/mmol

10 . x . L . k
x ¿. = mmol
Mr

10 . x . L. k
n mmol= mmol
Mr

10 . x . 37 .1,015
10=
36,5
b. x=0,971 ml atau x=1 mlStandarisasi HCl
Diketahui :
massa boraks = 0,5 gr
BM boraks = 381,37 g/mol
e boraks = 2
V boraks = 50 ml
Ditanya : NHCl ?
Jawab :
11,8 +11,2+12,3
Vrata−rata HCl=
3
Vrata−rata HCl=11,76 ml

gr 1000
M boraks= x
BM P
e
0,5 1000
M boraks= x
381,37 50
2
M boraks=0,052 M

VHcl . NHCl = Vboraks. Nboraks


11,76 . NHCl = 50 . 0,052
NHCl = 0,22 N
2. Standarisasi NaOH
a. Dengan HCl Nx
Diketahui :
VHCl = 9,2 ml
VHCl = 8,8 ml
VHCl = 9,6 ml
V NaOH = 10 ml

BM HCl = 36,5 gr/mol


HCl Nx = 0,1 N

Ditanya : NNaOH ?

Jawab :

9,2+ 8,8+9,6
Vrata−rata HCl Nx=
3
Vrata−rata HCl Nx=9,2 ml

VHCl . NHCl = VNaOH. NNaOH


9,2 . 0,1 = 10 . N2
NNaOH = 0,092 N

b. Dengan H2C2O4

Diketahui :

VNaOH = 16,6 ml

VNaOH = 16,3 ml

VNaOH = 15,9 ml

e asam oksalat = 2

BM Asam Oksalat = 126,07 gram/mol

Ditanya : NNaOH ?

Jawab :

16,6+16,3+ 15,9
Vrata−rata HCl Nx=
3

Vrata−rata HCl Nx=16,26 ml


0,2 1000
M as . oksalat= x
126,07 50
2

M as . oksalat=0,063 M

Vas. oksalat . Nas. oksalat = VNaOH . NNaOH

50 . 0,063 = 16,26 . NNaOH

NNaOH = 0,1937 N

 Prosedur 2
1. Menentukan Na2CO3 dalam Soda
Diketahui :
NHCl = 0,1 N

V1 = 2,2 ml

V2 = 2,2 ml

V3 = 1,5 ml

BM Na2CO3 = 105,99

e Na2CO3 = 2

Ditanya : % kemurnian Na2CO3 ?

Jawab :

2,2+2,2+1,5
Vrata−rata= =1,967 ml
3

Mgrek Na2CO3 = Mgrek HCl

Mgrek Na2CO3 = NHCl x VHCl=0,1 N x 1,967 ml = 0,1967 mg


BM
Massa Na2CO3 = Mgrek Na2CO3 x
e
105,99
Massa Na2CO3 = 0,1967 mg x =10,424 mg
2

Massa Na2CO3 = 0,010424 gram

Massa hasil timbang = 3,5 gram

Massa Na 2CO 3
Kemurnian = x 100 %
Massahasil timbang

0,010424
¿ x 100 %=0,297 %
3,5 gram

2. Standarisasi NaOH dengan Asam asetat Glasial


Diketahui :

NNaOH = 0,1 N

V1 = 21,6 ml

V2 = 22,3 ml

V3 = 22,0 ml

BM asam asetat = 60,053

e asam asetat = 1

Ditanya : % kemurnian asam asetat ?

Jawab :

21,6+22,3+22,0
Vrata−rata= =21,96 ml
3

Mgrek asam asetat = Mgrek HCL

= NNaOH x VNaOH = 0,1 N x 21,96 ml = 2,196 mg


BM
Massa asam asetat= Mgrek Na2CO3 x
e

60,053 g /mol
= 2,196 mg x =131,87 mg
1

= 0,13187 gram

Massa asetat sampel = P x Vsampel

= 1,05 x 25 ml

= 26,25 gram

Kemurnian

Massaasam asetat 0,13187


x 100 %= x 100 %=0,5023 %
Massa Sampel 26,25 gram

3. Penentuan campuran NaOH-Na2CO3


Diketahui :
m gram NaOH=(a-b)0,1x BM NaOH
a = Volume HCl indikator pp = 12,6 ml
b = Volume HCl indikator MO = 3,3 ml
Ditanya : mgram NaOH? mgram Na2CO3?
Jawab :
mgram NaOH = (12,6 ml – 3,3 ml)x 0,1 x 40 gram/mol
= 37,2 mgram
= 0,0372 gram
mgram Na2CO3 = b x 0,1 x 2 x BM Na2CO3
= 3,3 ml x 0,1 x 2 x 105,99 gram/mol
= 69,954 mgram
= 0,069954 gram
4. Penentuan campuran Na2CO3-NaHCO3
Diketahui :
m gram NaHCO3 =(a-b)0,1x BM NaHCO3
a = Volume HCl indikator pp = 12 ml
b = Volume HCl indikator MO = 3,6 ml
Ditanya : mgram Na2CO3? mgram NaHCO3?
Jawab :
mgram NaHCO3 = (12 ml – 3,6 ml)x 0,1 x 84 gram/mol
= 70,56 mgram
= 0,07056 gram
mgram Na2CO3 = b x 0,1 x 2 x BM Na2CO3
= 3,6 ml x 0,1 x 2 x 105,99 gram/mol
= 76,3128 mgram
= 0,0763128 gram
5. Penentuan ammonia dalam gram ammonium

Diketahui :

a = 35 ml

b = 10 ml

Ditanya : massa NH3?

NH3 = {[(a x 0,0991) - (b x 0,1)] x BM NH3} mgr

NH3 = {[(35 x 0,0991) – (10 x 0,1)] x 17} mgr

NH3 = {[2,468] x 17} mgr

NH3 = 41,965 mgr

NH3 = 0,041965 g

Anda mungkin juga menyukai