Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS KUANTITATIF

“TITRASI ASAM BASA”

Disusun Oleh:

Kelompok 3

BENEDIKTA DA MANIS ………………….

HESTI AULIA ANANDA 11194762010527

M. RIZQY NANDA SAPUTRA 111947620105....

NINA AULIA 11194762010540

NURUL HIDAYAH 11194762010545

RIHADDATUL AISYA 111947620105…

KELAS 4A

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS SARI MULIA

2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...........................................................................................i


DAFTAR TABEL....................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN......................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................1
1.2 Kompentensi (tujuan) Praktikum.........................................1

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA...........................................................3


2.1 Deskripsi Bahan Praktikum.......................................................3
2.2 Deskripsi Bahan Hasil Praktikum...............................................10

BAB III : METODE PRAKTIKUM........................................................21


3.1 Alat dan Bahan....................................................................21
3.2 Prosedur Kerja .....................................................................22
BAB IV : HASIL .................................................................................. 27
4.1 Hasil Percobaan ..................................................................27
BAB V : PEMBAHASAN......................................................................37
5.1 Pembahasan ........................................................................37
BAB VI : KESIMPULAN.......................................................................47

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................48

i
ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Analisa kuantitatif adalah suatu analisa yang digunakan untuk
mengetahui kadar suatu zat. Analisa kuantitatif berkaitan dengan
penetapan beberapa banyak suatu zat tertentu yang terkandung
dalam suatu sampel. Zat yang ditetapkan tersebut, yang sering kali
dinyatakan sebagai konstituen atau analit, menyusun sebagian kecil
atau sebagian besar sampel yang di analisis.
Secara garis besar metode yang digunakan dalam analisis
kuantitatif dibagi menjadi dua macam yaitu kimia analisis
kuantitatif instrumental, yaitu metode analisis bahan-bahan kimia
menggunakan alat-alat instrumen, dan analisa kimia konvensional.
Metode volumetri adalah analisa kuantitatif yang dilakukan
dengan cara menambahkan sejumlah larutan baru yang lebih
diketahui kadarnya. Dengan mengetahui jumlah larutan baru yang
ditambahkan dan reaksinya berjalan secara kuantitatif sehingga
senyawa yang dianalisis dapat dihitung jumlahnya.
Analisis volumetri merupakan suatu analisa untuk menentukan
suatu volume larutan yang konsentrasinya sudah diketahui.
Biasanya untuk mengukur volume larutan standar tersebut harus
ditambahkan melalui alat yang disebut buret. Proses penambahan
larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya (titran) ke
dalam larutan analit yang belum diketahui konsentasinya (titrat)
sampai terjadi reaksi yang sempurna disebut titrasi.
Analisis dilakukan dengan menentukan konsentrasi larutan
melalui penetesan larutan titran yang terdapat pada buret ke
larutan titrat yang terdapat pada Erlenmeyer hingga tercapai titik
ekuivalen (Almatsier, 2003). Titrasi asam basa merupakan
penetapan konsentrasi senyawa yang bersifat asam dengan larutan
standar yang bersifat basa begitupun sebaliknya dengan

3
penetesan larutan standar melalui buret ke dalam larutan yang ingin
diketahui konsentrasinya pada Erlenmeyer hingga mencapai titik
ekuivalen (Budi et al., 2020).
Menurut Raymond Chang (2005), dasar titrasi menggunakan
beberapa reaksi kimia diantaranya yaitu, reaksi yang melibatkan
asam kuat dan basa kuat, reaksi yang melibatkan asam lemah dan
basa kuat, serta reaksi yang melibatkan asam kuat dengan basa
lemah. Suatu zat asam dapat didefinisikan sebagai zat yang dapat
memberi proton (ion H+) kepada zat lain (zat basa) ataupun
menerima pasangan electron bebas dari suatu zat basa. Berbagai
macam zat asam yang dapat ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari yaitu cuka yang mengandung asam asetat, jeruk
yang mengandung asam sirat, dan anggur yang mengandung
asam tartrat (Keenan, 1984).
Sedangkan larutan basa merupakan larutan dengan kandungan
pH lebih dari 7. Suatu zat basa dapat didefinisikan sebagai zat
yang menerima proton dan menyerap ion hydronium ketika
dilarutkan dalam air. Berbagai macam zat basa yang dapat
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari yaitu air kapur, obat maag,
sabun (Keenan, 1984).
Berdasarkan uraian di atas tentang analisis kuantitatif titrasi
asam basa, maka laporan ini akan membahas lebih lanjut tentang
analisis kuantitatif titrasi asam basa yang dilakukan di
Laboratorium Kimia Farmasi Universitas Sari Mulia, Banjarmasin.
1.2. KOMPETENSI PRAKTIKUM
1. Memahami prinsip-prinsip metode analisis titrasi asam basa
2. Menetapkan kadar asam cuka dalam perdagangan

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DESKRIPSI BAHAN PRAKTIKUM


1. Larutan NaOH 0,1 N (Menurut FI III)
Natrium Hidroksida mengandung tidak kurang dari 96,5% alkali jumlah
dihitung sebagai NaOH, dan tidak lebih dari 2,5% Na2CO3.
Rumus Kimia : NaOH
Pemerian : Bentuk batang, butiran massa hablur atau keeping,
kering, keras, rapuh, dan menunjukkan susunan hablur;
putih, mudah meleleh basah. Sangat alkalis dan korosif.
Segera menyerap karbondioksida.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan etanol 95% P Titik
Titik lebur : 323 °C (613 °F; 596 K)
Titik Didih : 1.388 °C (2.530 °F; 1.661 K)
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Zat tambahan

2. Asam Cuka Perdagangan (Menurut FI III)


Asam Asetat mengandung tidak kurang dari 32,5% dan tidak
lebih dari 33,5%
Rumus Kimia : NaOH
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; bau menusuk; rasa asam,
Tajam
Kelarutan : Dapat dicampur dengan air, dengan etanol (95%) P dan
dengan gliserol P
Titik lebur : 16,6°C (61,6°F)
Titik Didih : 181.1°C (244.5°F)
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Zat tambahan

5
3. Asam Oksalat (Menurut Depkes RI, 1979)
Rumus Kimia : H2C2O4
Pemerian : Hablur dan tidak berwarna
Kelarutan : Larut dalam air dan dalam etanol (95%)
Titik lebur :
Titik didih :
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan :

4. Aqua Destilata ( Menurut FI III)


Air suling dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum.
Rumus Kimia : H2O
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak
mempunyai rasa
Kelarutan : Larut dalam etanol gliser
Titik lebur : 0°C (273,15°K; 32°F)
Titik didih : 100°C
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pelarut

5. Larutan HCl 0,1 N (Menurut FI III)


Asam Klorida mengandung tidak kurang dari 35,0% dan tidak
lebih dari 38,0% HCl
Rumus Kimia : HCl
Pemerian : Cairan; tidak berwarna; berasap, bau merangsang. Jika
diencerkan dengan 2 bagian air, asap dan bau hilang.
Kelarutan : larut dalam etanol, asam asetat, tidak larut dalam air
Titik lebur : −27,32 °C (247 K) larutan 38%
Titik didih : 110 °C (383 K), larutan 20,2%; 48 °C (321 K), larutan
38%.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Zat tambahan

6
6. Magnesium Hidroksida ( Menurut FI IV)
Magnesium Hidroksida yang telah dikeringkan pada suhu 105 °C
selama 2 jam mengandung tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari
100,5% Mg(OH)2
Rumus Kimia : Mg(OH) 2
Pemerian : Serbuk putih; ruah
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol; larut
dalam asam encer.
Titik lebur : 350 °C (662 °F)
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Zat tambahan

7. Natrium Tetraborat (Menurut FI III)


Natrium Tetraborat mengandung tidak kurang dari 99,0% dan
tidak lebih dari 105,0%
Rumus Kimia : Na 2 B 4 O 7 .10H 2 O
Pemerian : Hablur transparan tidak berwarna atau serbuk hablur
putih; tidak berbau; rasa asin dan basa. Dalam udara
kering merapuh.
Kelarutan : Larut dalam 20 bagian air, dalam 0,6 bagian air
mendidih, dalam 1 bagian gliserol, praktis tidak larut
dalam etanol 95%
Titik lebur : 743°C
Titik didih : 1575 °C
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Antiseptikum ekstern.

7
8. Indikator PP (Menurut FI III)
Membentuk larutan tidak berwarna dalam suasana asam dan
alkali lemah dan memberikan warna merah dalam alkali kuat
(trayek pH 8,3 sampai 10)
Rumus Kimia : C20H14O4
Pemerian : Serbuk hablur putih; putih atau agak kekuningan; larut
dalam etanol; agak sukar larut dalam eter.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, larut dalam etanol 95%
Titik lebur : 260°C
Titik didih : 557,8 °C
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai larutan indikator

9. Indikator Metyl Orange (Menurut FI III)


Indikator Metyl Orange merupakan trayek pH dan perubahan
warna pada pH 3,1 sampai 4,4, warna berubah dari merah
menjadi kuning.
Rumus Kimia : C14H14N3NaO3S
Pemerian : Serbuk; jingga kekuningan
Kelarutan : Mudah larut dalam air panas, sukar larut pada air dingin
Titik lebur : 300°C (527°F, 573°K)
Titik didih : terdekomposisi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai larutan indikator pH

8
2.2. DESKRIPSI BAHAN HASIL PRAKTIKUM

2.3. Metode Praktikum


2.3.1 Titrasi Alkalimetri
Titrasi Alkalimetri adalah penetapan kadar senyawa-
senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan baku basa.
Alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara
ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida
yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat
netral. Titrasi ini memerlukan suatu indikator yang
merupakan asam atau basa lemah yang berubah warna
diantara bentuk terionisasinta dan bentuk tidak
terionisasinya. Contoh indikator yang digunakan adalah
indikator PP (Phenolftalein), memiliki pKa 9,4 (perubahan
warna antara pH 8,4-10,4). Struktur indikator Phenolftalein
akan mengalami perataan ulang pada kisaran pH ini karena
proton dipindahkan dari struktur fenol dari PP sehingga pH
meningkat akibatnya akan terjadi perubahan warna (Rohman,
2007).
2.3.2 Titrasi Asidimetri

9
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Alat Dan Bahan


1. Alat
a) Erlenmeyer
b) Labu ukur 25 ml
c) Buret dan perlengkapannya
d) Alat-alat gelas lainnya : Gelas ukur, gelas beker
e) Batang pengaduk
f) Corong
g) Pro pipet
h) Pipet volume

Gambar 1. Alat-Alat yang digunakan

2. Bahan
a) Larutan NaOH 0,1 N
b) Asam cuka perdagangan
c) Asam oksalat
d) Aqua destillata
e) Larutan HCl 0,1 N
f) Magnesium Hidroksida (obat Promagh)
g) Natrium tetraborat
h) Indikator PP
i) Indikator Metyl Orange

10
3.2 Prosedur Kerja
a. Percobaan 1
Penentuan Kadar Asam Cuka Dalam Perdaganngan

Standarisasi baku primer


(Asam Oksalat)

Timbang asam oksalat


sebanyak 630 mg dan
Tambahkan 100 ml
masukkan ke dalam
aqua destilat
erlenmeyer

Hitung normalitas dari baku


primer dengan ketentuan
g×n
N=
BM × V

11
Standarisasi
baku larutan
NaOH

Tambahkan 100 Ambil larutan


ml aqua distillata oksalat (baku
Timbang 400 Masukkan HCL
dan masukan primer)
mg NaOH ke dalam burret
NaOH ke dalam sebanyak 10
sebagai larutan
labu takar add 100 ml masukkan
titran
ml ke dalam
BVG erlenmeyer

Titrasi dengan NaOH 0,1 N


menggunakan indikator
methyl orange sebanyak 3
tetes sampai TAT

Lakukan percobaan sebanyak


3 kali

Hitung normalitas NaOH


dengan rumus
N=V1.N1=V2.N2

12
Penetapan kadar asam
ditambah cuka
perdagangan

Ambil 1 ml asam cuka sampel,


kemudain masukkan kedalam labu ukur
25 ml dan encerkan sampai tanda

Ambil 10 ml larutan
diatas

Titrasi dengan NaOH 0,1 N


menggunakan indikator pp 3 tetes
samapai TAT

Lakukan percobaan
sebanyak 2 kali

Hitung dengan rumus


Kadar asam cuka=
V NaOH × N NaOH × BE Asam Asetat x faktor pengencer x 100 %
(ml sampel x 1000)

13
b. Percobaan II
Penentapan Kadar Magnesium Hidroksida

Standarisasi baku primer


(natrium tetraborat)

Timbang natrium
tetraborat sebanyak 950
Tambahkan 50 ml
mg dan masukkan
aqua destilata
kedalam erlenmeyer

Hitung normalitas dari baku


primer dengan ketentuan
g×n
N=
BM × V

14
Standarisasi
baku larutan
HCL

Ambil 10 ml Tambahkan Masukan larutan Ambil larutan


larutan baku indikator Metyl HCL dalam oksalat (baku
primer Orange burret sebagai primer)
larutan titran sebanyak 10
ml masukkan
ke dalam
BVG erlenmeyer

Titrasi dengan HCL 0,1 N


menggunakan indikator
methyl orange sebanyak
sampai TAT

Lakukan percobaan sebanyak


2 kali

Hitung normalitas NaOH


dengan rumus
N=V1.N1=V2.N2

15
Penetapan kadar
Magnesium Hidroksida

Ambil 50 mg Magnesium hidroksida sampel,


kemudian masukkan ke dalam labu ukur 25
ml

Tambahkan aquadest
add tanda

Ambil 10 ml larutan di atas

Titrasi dengan NaOH 0,1 N


menggunakan indikator
methyl orange sebanyak 3
tetes sampai TAT

Titrasi dilakukan
sebanyak 2 kali

Hitung dengan rumus


V NaOH × N NaOH × BE MgOH 2 x Fp
Kadar asam cuka= x 100%
mg sampel

16
BAB IV
HASIL

4.1 Hasil Percobaan I ( Penentuan Kadar Asam Cuka Dalam Perdagangan)


Tabel 4.1 Prosedur Kerja Percobaan I
No Prosedur Kerja Gambar
1. Standarisasi baku primer (Asam Oksalat)

Gambar 1. Penimbangan asam


oksalat dan Penambahan
aquadest
2. Standarisasi baku larutan NaOH
Masukkan larutan NaOH ke dalam buret
yang berfungsi sebagai larutan titran

Gambar 2. NaOH sebagai titran


Titrasi asam oksalat dengan NaOH
menggunakan indikator PP (3 tetes)
sampai TAT. Replikasi sebanyak 3 kali

Gambar 3. Proses titrasi


Titrasi sampai warna ….
3. Penetapan kadar asam cuka dalam
perdagangan
1 ml asam cuka diencerkan dengan 25 ml
aquadest

Gambar 4. Pengenceran Asam

17
Cuka
Ambil 10 ml larutan diatas kemudian
dititrasi dengan NaOH menggunakan
indikator PP (3 tetes) sampai TAT.
Titrasi dilakukan sebanyak 2 kali

Gambar 5. Proses titrasi asam


cuka
Titrasi sampai warna merah
keunguan
Titrasi dilakukan sebanyak 2 kali -

Tabel 4.1.1 Perhitungan Penentuan Kadar Asam Cuka Dalam Perdagangan


No Perhitungan Gambar

1. Normalitas dari baku primer (Asam


Oksalat)
g xn
N=
BM x V
630 mg x 2
¿
g Gambar 6. Standarisasi Asam
126,07 x 100 ml
mol
Oksalat
= 0,09  0,1 N
2. Normalitas dari NaOH Replikasi I (V NaOH : 10,2
Asam oksalat : V1 = 10 ml ; N1 = 0,1 N ml)
NaOH : N2 ? ; V2 (rata-rata) = 10,43 ml Replikasi II (V NaOH : 13,8
V1xN1 ml)
N 2=
V2
Replikasi III (V NaOH : 7,3
1O ml x 0,1 N
¿ ml)
10,43 ml
= 0,09 N  0,1 N

18
Gambar 7. Standarisasi NaOH

3. Penentuan kadar dari Asam Cuka 5% Replikasi I (V NaOH : 24,5


NaOH : V NaOH (rata-rata) = 25 ml ; ml)
N NaoH = 0,1 N Replikasi II (V NaOH : 25,5
BE Asam Asetat = 60,05 ml)
Faktor pengencer = 25 ml/10 ml = 2,5 ml
Ml sampel = 1 ml x 1.000 = 1.000 ml
V NaOH x N NaOH x BE Asam Asetat x Fp
Kadar Asam Cuka=
Ml sampel
x 100%
Gambar 8. Hasil Penentuan
g
25 ml x 0,1 N x 60,05 x 2,5 ml Kadar Asam Cuka
mol x 100%
¿
1.000 ml
375,31
= x 100%
1.000
= 37,531 %

19
4.2 Hasil Percobaan II (Penentuan Kadar Magnesium Hidroksida)
Tabel 4.2 Prosedur Kerja Percobaan II
No Prosedur Kerja Gambar
1. Standarisasi baku primer (Natrium
Tetraborat)

Gambar 9. Melarutkan natrium


tetraborat
2. Standarisasi baku larutan HCl
Masukkan larutan HCl ke dalam buret
yang berfungsi sebagai larutan titran

Gambar 10. HCl sebagai titran


Titrasi Natrium Tetraborat dengan HCl
menggunakan indikator methyl orange (3
tetes) sampai TAT. Replikasi sebanyak 3
kali

Gambar 11 . Proses titrasi


Titrasi sampai warna orange
kemerahan
3. Penetapan kadar MgOH2
Timbang 50 mg obat Promagh, kemudian
dimasukkan ke dalam labu ukur 25 ml

Gambar 12. Pengenceran obat


promag
Ambil 10 ml larutan diatas kemudian
dititrasi dengan HCl 0,1 N menggunakan

20
indikator metyl orange (3 tetes) sampai
TAT. Titrasi dilakukan sebanyak 2 kali

Gambar 13. Proses titrasi


Titrasi sampai warna orange
kemerahan
Titrasi dilakukan sebanyak 2 kali -

Tabel 4.2.1 Perhitungan Kadar Magnesium Hidroksida


No Perhitungan Gambar

1. Normalitas dari baku primer (Natrium


Tetraborat)
g xn
N=
BM x V
950 mg x 2
¿
g Gambar 14. Standarisasi
381,37 x 50 ml
mol Na2S2O3
= 0,09  0,1 N
2. Normalitas dari HCl Replikasi I (V HCl : 10 ml)
Natrium Tetraborat : V1 = 10 ml ; N1 = 0,1 Replikasi II (V HCl : 9,8 ml)
N Replikasi III (V HCl : 9,9 ml)
HCl: N2 ? ; V2 (rata-rata) = 9,9 ml
V1xN1
N 2=
V2
1O ml x 0,1 N
¿
9,9 ml
= 0,10 N  0,1 N Gambar 15. Standarisasi HCl

3. Penentuan kadar dari Magnesium Replikasi I (V HCl : 0,4 ml)


Hidroksida Replikasi II (V HCl : 0,6 ml)
HCl : V HCl (rata-rata) = 0,5 ml ;

21
N HCl = 0,1 N
BE MgOH2 = 29,16
Faktor pengencer = 25 ml/10 ml = 2,5 ml
Mg sampel = 50 mg
V HCl x N HCl x BE MgOH 2 x Fp
Kadar Magnesium Hidroksida=
Mg sampel
Gambar 16. Hasil Penentuan
x 100% Kadar MgOH2
g
0,5 ml x 0,1 N x 29,16 x 2,5 ml
mol x 100%
¿
50 mg
3,645
= x 100%
50
= 7,29 %

22
BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Percobaan I (Penentuan Kadar Asam Cuka dalam Perdagangan)


Pada percobaan I ini dilakukan Titrasi Asam Basa menggunakan sampel
Asam Cuka dalam perdagangan dengan konsentrasi Asam Asetatnya 5% dan
indikator Phenolftalein. Titrasi Alkalimetri merupakan titrasi terhadap larutan
asam dengan larutan standar basa. Alkalimetri adalah penetapan kadar
senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan larutan baku basa.
Titrasi dengan menggunakan larutan NaOH 0,1 N dan indikator Phenolftalein.
Titik akhir titrasi diketahui dari larutan tidak berwarna berubah menjadi warna
merah muda. Titrasi ini terjadi reaksi antara asam lemah (CH 3COOH) dengan
basa kuat (NaOH).
Larutan baku primer yang digunakan adalah Asam oksalat yang terlebih
dahulu distandarisasi dan dihitung normalitasnya. Asam oksalat ditambahkan
aqua distilata dan didapat normalitasnya sebesar 0,1 N. Selanjutnya dilakukan
standarisasi baku larutan NaOH (baku sekunder) dan didapat normalitasnya
sebesar 0,1 N. Standarisasi ini dilakukan sebanyak 3 kali. Terakhir dilakukan
penentuan kadar asam cuka dalam perdagangan. Asam cuka terlebih dahulu
diencerkan dengan aquadest kemudian dititrasi dengan larutan titran, yaitu
larutan NaOH 0,1 N dengan indikator indikator PP (3 tetes). Titrasi dilakukan
sampai sampel berubah warna menjadi merah keunguan dan dilakukan
sebanyak 2 kali. Didapat hasil kadar asam cuka (asam asetat) sebesar
37,531%. Reaksi yang terjadi : NaOH (Aq) + CH 3COOH  NaCH3COOH
(Aq) + H2O.
Pada titik ekuivalen, pH larutan bersifat basa (pH > 7) karena pada saat
semua ion H+ dari asam asetat dinetralisir oleh NaOH membentuk H2O, maka
ion asetat yang ada di dalam larutan akan terhidrolisis (bereaksi dengan air)
membentuk molekul asam asetat dan ion hidroksida (OH-). Adanya ion OH-

23
hasil hidrolisis dalam larutan menyebabkan larutan pada titik ekuivalen
bersifat sedikit basa (Indiyatmi, 2020).
Sampel yang digunakan adalah asam cuka dengan konsentrasi asam asetat
sebesar 5%, namun saat percobaan didapat kadar asam cuka (asam asetat)
sebesar 37,531% yang mana menujukkan perbedaan kadar asam cuka yang
sangat jauh antara sampel dengan percobaan di lab. Beberapa faktor yang
memungkinkan antara hasil percobaan dengan teori berbeda, yaitu larutan
titran (NaOH 0,1 N) terjadi pembiasan (keruh atau tidak murni lagi), kurang
tepat saat melakukan proses titrasi.
5.2 Percobaan II (Penentuan Kadar Magnesium Hidroksida dari Obat
Promagh)
Pada percobaan ke II ini dilakukan titrasi Asam Basa menggunakan
sampel Magnesium Hidroksida dari obat Promagh dengan indikator metyl
orange. Titrasi ini dilakukan untuk melihat seberapa besar kadar Magnesium
Hidroksida pada obat Promag yang beredar dipasaran. Titrasi Asidimetri
adalah titrasi terhadap larutan basa dengan larutan standar asam. Asidimetri
merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-senyawa
yang bersifat basa dengan menggunakan larutan baku asam.
Larutan baku primer yang digunakan adalah Natrium Tetraborat (Na 2S2O3)
yang terlebih dahulu distandarisasi dan didapat normalitasnya sebesar 0,1 N.
Selanjutnya dilakukan standarisasi baku larutan HCl (baku sekunder)
menggunakan indikator metyl orange. Percobaan dilakukan sebanyak 3 kali
dan dihitung volume rata-rata dari HCl. Perhitungan normalitas HCl didapat
sebesar 0,1 N. Kemudian dilakukan penetapan kadar MgOH2 menggunakan
sampel obat Promag. Pada percobaan yang berperan sebagai larutan titran
adalah HCl dan digunakan indikator metyl orange. Titik akhir titrasi ditandai
dengan perubahan warna larutan, semula tidak berwarna kemudian berwarna
menjadi orange kemerahan. Reaksi ini terjadi antara basa lemah (MgOH 2)
dengan asam kuat (HCl). Perhitungan kadar MgOH2 dalam obat Promag
didipatkan hasil sebesar 7, 29%. Kandungan MgOH2 didalam obat Promag
adalah 150 mg.

24
BAB VI
KESIMPULAN

25
DAFTAR PUSTAKA

Indiyatmi. 2020. Analisis Titrimetri Dan Gravimetri. AG Publisher : Yogyakarta.


Sulistyarti, Hermin dan Ani Mulyasuryani. 2021. Kimia Analisis Kuantitatif
Dasar. UB Press : Malang.

26

Anda mungkin juga menyukai