BAB I
ALKALIMETRI & ASIDIMETRI
1.1. Alkalimetri
kimia yang jelas dan murni.[3] Lagi pula standard primer itu harus mempunyai
karakteristik berikut:
- Harus tersedia dengan mudah dalam bentuk murni atau dalam keadaan
kemurnian tertentu.
- Zat itu haruslah stabil, mudah dikeringkan, tidak boleh terlalu higroskopik
sehingga menyerap air, dan ketika ditimbang tidak boleh susut bila dibiarkan di
udara. Biasanya hidrat garam tidak digunakan sebagai standard primer.
- Mempunyai bobot ekuivalen yang wajar tingginya agar galat dalam
penimbangan dapat diminimumkan.[4]
Metode volumetri dapat diklasifikasikan dalam empat kategori sebagai:
1. Titrasi asam basa yang meliputi reaksi asam dan basa baik kuat maupun lemah.
2. Titrasi redoks adalah titrasi yang meliputi hampir semua reaksi oksidasi
reduksi.
3. Titrasi pengendapan adalah titrasi yang meliputi pembentukan endapan.
4. Titrasi kompleksometri sebagian besar meliputi titrasi EDTA seperti titrasi
spesifik dan juga dapat digunakan untuk melihat perbedaan pH pada
pengkompleksan.[3]
Asidi-alkalimetri adalah teknik analisis kimia berupa titrasi yang
menyangkut asam dan basa atau sering disebut titrasi asam-basa.
Untuk mengetahui keadaan ekivalen dalam proses asidi-alkalimetri ini,
diperlukan suatu zat yang dinamakan indikator asam-basa. Indikator asam-basa
adalah zat yang dapat berubah warna apabila pH lingkungannya berubah. Asidi-
alkalimetri menyangkut reaksi antara asam kuat-basa kuat, asam kuat-basa lemah,
asam lemah-basa kuat, asam kuat-garam dari asam lemah, dan basa kuat-garam
dari basa lemah.[5]
Indikator asam basa ialah zat yang dapat merubah warna apabila pH
lingkungannya berubah. Misalnya bromtimol biru dalam asam ia berwarna
kuning, tetapi lingkungan basa warnanya biru. Warna dalam keadaan asam
dinamakan warna asam dari indikator, sedang warna yang ditunjukkan dalam
keadaan basa disebut warna basa. Beberapa indikator asam basa yaitu:
3
A. Aquadest
- rumus molekul : H2O
- berat molekul : 18 gram/mol
- bentuk fisik : cairan
- warna : tak berwarna
- bau : tidak berbau
- titik beku : 0 oC
- titik didih : 100 oC
- pH :7
B. Asam Asetat
- rumus molekul : CH3COOH
- massa molar : 60,05g/mol
- densitas : 1,049 g/cm3 (cairan)
1,266 g/cm3 (padatan)
- titik lebur : 16,5ºC
- titik didih : 118,2ºC
- bentuk fisik : cairan
- warna : tak berwarna
- pKa : 4.76 pada 25ºC
C. Asam Oksalat
- rumus kimia : C2H2O4
- massa molar : 90.03 g/mol
- bentuk fisik : kristal putih
- warna : putih
- densitas : 1,90 g/cm3
D. Indikator Fhenolptalein
- rumus molekul : C20H14O4
- massa molar : 318,32 g/mol
- densitas : 1,277 g/cm3 pada 32ºC
- bentuk fisik : cair
6
- warna : putih
- range pH : 8,0-9,6
- titik lebur : 260ºC
- kelarutan dalam air : Tidak larut
E. Natrium Hidroksida
- rumus molekul : NaOH
- massa molar : 39,9971 g/mol
- bentuk fisik : zat padat
- warna : putih
- densitas : 2,1 g/cm3
- titik lebur : 318 °C (591 K)
- titik didih : 1390 °C (1663 K)
A. Alat: B. Bahan:
- batang pengaduk - aquadest (H2O)
- beakerglass - asam cuka (CH3COOH)
- botol aquadest - asam oksalat (H2C2O4.2H2O)
- buret - natrium hidroksida (NaOH)
- corong kaca - fhenolptalein (C20H14O4)
- Erlenmeyer
- gelas arloji
- karet penghisap
- labu ukur
- neraca digital
- pipet tetes
- pipet volume
- statif dan klem
7
A. Preparasi larutan
- Membuat larutan natrium hidroksida 0,1 N, sebanyak 500 mL
- Membuat larutan standard asam oksalat 0,1 N, sebanyak 100 mL.
B. Standardisasi natrium hidroksida dengan larutan standard asam oksalat
- Memipet 10 mL larutan asam oksalat ke dalam Erlenmeyer dan
menambahkan indikator PP sebanyak 3 tetes
- Menstandardisasi dengan larutan natrium hidroksida sampai warna
larutan berubah dari bening tidak berwarna menjadi warna pink
- Mengulangi percobaan sampai 3 kali.
C. Penentuan kadar asam dalam asam cuka yang diperdagangkan
- Menimbang beakerglass kosong kemudian masukkan 5 mL asam cuka
contoh dan timbang lagi sehingga diperoleh berat asam cuka
- Melarutkan dengan aquadest sampai volumenya 100 mL
- Memipet 10 mL kemudian memasukkan dalam Erlenmeyer dan
menambahkan 4 tetes indikator PP
- Menitrasi dengan larutan standard natrium hidroksida sampai larutan
berubah warna menjadi warna merah jambu dan catat volume yang
diperlukan
- Mengulangi percobaan diatas sampai 3 kali.
8
Keterangan I II III
1.1.8. Pembahasan
1.1.9. Kesimpulan
1.2. Asidimetri
Analisis volumetri juga dikenal sebagai titimetri, dimana zat yang akan
dianalisis dibiarkan bereaksi dengan zat lain yang konsentrasinya diketahui dan
dialirkan dari buret dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang tidak
diketahui (analit) kemudian dihitung. Syaratnya adalah reaksi harus berlangsung
secara cepat, reaksi berlangsung secara kuantitatif dan tidak ada reaksi samping.
Selain itu juga reagen penitrasi yang diberikan berlebih, maka harus dapat
diketahui dengan suatu indikator.
Semua metode titrimetri tergantung pada larutan standar yang
mengandung sejumlah reagen persatuan volume larutan dengan ketetapan yang
tinggi. Larutan standar disiapkan dengan menimbang reagen murni. Standar
primer yaitu zat yang tersedia dalam komposisi kimia yang jelas dan murni.
Larutan tersebut hanya bereaksi pada kondisi titrasi dan tidak melakukan reaksi
sampingan. Tidak berubah ataupun bereaksi di tempat terbuka (atmosfer). Berat
ekivalennya sebaiknya besar, untuk menghindarkan kesalahan akibat
penimbangan. Bila suatu asam atau basa maka hendaknya mempunyai tetapan
ionisasi yang besar.
Metode volumetri secara garis besar dapat diklasifikasikan dalam empat kategori
sebagai:
a. Titrasi asam basa yang meliputi reaksi asam dan basa baik kuat maupun lemah.
b. Titrasi redoks adalah titrasi yang meliputi hampir semua reaksi oksidasi
reduksi. Bagian besar titrasi terliput oleh dua kategori ini.
c. Titrasi pengendapan adalah titrasi yang meliputi pembentukan endapan.
11
1
larutan 1 molar berisi 1 mol zat per liter larutan.
n
1
1N= M atau 1 M = n × N.................................................................(3)
n
Karena dalam titrasi biasanya volume diukur dalam Ml, maka juga sering dipakai
jumlah miliekivalen (me) = 10 -3 ekivalen.
ekivalen
1 N = larutan 1 = larutan mek/mL..........................................(4)
liter
13
1
Jumlah zat = konsentrasi . volume 1 N = M atau 1 M = n × N
n
Maka jumlah ekivalen = N× V(dalam liter)
Jumlah me = N ×V (dalam mililiter)
Larutan yang diketahui dengan tepat konsentrasinya dan dipakai sebagai pereaksi
disebut larutan baku.[1]
Standarisasi asam kuat yaitu asam klorida menggunakan natrium klorida
karena zat ini tersedia dalam bentuk garam murni sehingga lebih praktis. Zat ini
juga dipilih karena memenuhi kriteria larutan standart utama dari asam kuat.
Natrium karbonat bersifat sedikit higroskopis, memiliki berat ekivalen yang tinggi
dan merupakan basa kuat sehingga baik untuk titrasi asam kuat.
Pada percobaan ini HCl digunakan untuk mentitrasi larutan sampel.
Sebelum digunakan dalam proses titrasi yang melibatkan analisis kuantitatif HCl
harus distandarisasi terlebih dahulu. Proses standarisasi bertujuan untuk
menentukan konsentrasi larutan secara akurat. Biasanya dilakukan dengan
menimbang sejumlah gram tertentu substansi lalu dilarutkan dalam sejumlah
volume yang diketahui. Namun tidak mungkin untuk menyiapkan HCl dalam
kemurnian secara akurat sehingga konsentrasinya hanya diketahui secara ‘kurang
lebih’. Sehingga dilakukan standarisasi dengan larutan standarisasi primer asam
lemah. Penggunaan senyawa yang sama sebagai standar primer dengan larutan
sampel dapat memperkecil kesalahan (persen error). Pada percobaan kali ini HCl
distandarisasi oleh asam lemah Na2CO3. [3]
Rumus kimia untuk washing soda adalah Na 2 CO 3, dan juga dikenal
sebagai natrium karbonat. Ini adalah garam dari asam karbonat , zat kimia yang
memproduksi berbagai macam garam yang dikenal sebagai karbonat. Salah satu
sumber yang sama soda cuci adalah abu tanaman, karena alasan ini, kadang-
kadang disebut abu soda . Natrium karbonat juga dapat dibuat dari natrium
klorida , juga dikenal sebagai garam meja. [6]
14
- Aquadest (H2O)
Berat molekul : 18,02 g/mol
pH : netral (7)
Titik didih : 100 oC
Merupakan bahan kimia yang tidak berbahaya karena mempunyai pH
netral sehingga tidak mempunyai efek tertentu bagi manusia.
- Asam klorida (HCl)
Massa molar : 36,46 g/mol
Densitas : 1,18 g/cm3
Titik didih : 110oC
Bersifat korosif terhadap jaringan tubuh dengan potensi kerusakan pada
rongga pernapasan, mata, kulit dan usus.
- Methylorange (C15H15N3O2)
Massa molar : 327,33 g/mol
Densitas : 1,28 g/cm3
Titik didih : >300oC
Metil Orange (Methyl Orange) adalah senyawa organik dengan rumus
C14H14N3NaO3S dan biasanya dipakai sebagai indikator dalam titrasi
asam basa. Indikator metil orange ini berubah warna dari merah pada
pH dibawah 3.1 dan menjadi warna kuning pada pH diatas 4.4 jadi warna
transisinya adalah orange.
- Natrium karbonat (Na2CO3)
Berat molekul : 106 g/mol
Densitas : 1,311 g/cm3
Titik leleh : 851 oC [4]
15
A. Preparasi larutan
- Buat larutan asam klorida 0,1 N, sebanyak 250 mL
- Buat larutan standard natrium karbonat 0,1 N, sebanyak 50 mL.
B. Standarisasi asam klorida dengan larutan standard natrium karbonat
- Pipet 10 mL larutan natrium karbonat ke dalam Erlenmeyer dan
tambahkan indikator methyl orange sebanyak 3 tetes
- Standarisasi dengan larutan asam klorida sampai warna larutan berubah
dari orange menjadi warna pink
- Ulangi percobaan sampai 3 kali.
C. Menentukan kadar natrium karbonat dalam washing soda
- Timbang 1 gram washing soda dan masukkan ke dalam labu ukur 50 mL
16
Keterangan I II III
1.2.8. Pembahasan
1.2.9. Kesimpulan
BAB II
PERMANGANOMETRI
2. Natrium Oksalat juga merupakan bahan baku primer yang baik, sangat murni,
stabil selama pengeringan, dan tidak higroskopis. Na-oksalat dititrasi dalam
larutan asam:
5 H2C2O4 + 2MnO4- + 6 H+ 2Mn 2+ + 10 CO2 + 8 H2O
(oksalat)(permanganat) (hidrogen) (mangan) (karbondioksida) (air)
Reaksi sebenarnya kompleks sekali dan berjalan lambat walaupun pada suhu
tinggi, tetapi setelah mulai, selanjutnya berlangsung lebih cepat berkat katalisa
oleh MnO4- yang terbentuk (otokatalisa). Diperkirakan Mn 2+
dengan cepat
dioksidasi oleh MnO4- menjadi Mn bervalensi 3 atau 4 inilah yang dengan
2+
cepat sekali mengoksidasi oksalat sambil kembali menjadi Mn . Umumnya
titrasi oksalat oleh KMnO4 berlangsung pada larutan yang sudah dipanaskan
sampai sekitar 60 oC, dengan penambahan KMnO4 tidak terlalu cepat dan juga
tak terlalu lambat.
3. Fe
Fe yang dapat diperoleh sebagai kawat dengan kemurnian yang sangat tinggi.
Kawat dilarutkan dalam HCl dan dapat dititrasi dingin. Terjadi kesulitan disini
karena reaksi MnO4- dengan Cl- berjalan cepat.
Berat ekivalen zat-zat yang turut serta dalam titrasi oksidasi-reduksi ialah
banyaknya zat yang secara langsung atau tidak langsung menyebabkan 1 mol
elektron terpakai. Nilai BE dapat diperoleh dengan membagi BM zat yang
bersangkutan dengan n, yaitu perubahan bilangan oksidasi yang dialami satu
molekul zat tersebut:
BM BM
BE = =
∆BO/mol n
Keterangan:
BE = berat ekivalen
∆BO = Perubahan bilangan oksidasi
N = mol
BM = berat molekul
1. Larutan pentiter KMnO4 pada buret. Apabila percobaan dilakukan dalam waktu
yang lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan terurai menjadi
MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat
coklat yang seharusnya adalah larutan berwarna merah rosa.
2. Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan seperti Na2C2O4.
Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan Na2C2O4 yang telah
ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi
antara MnO4 dengan Mn2+.
MnO4 + 3Mn2+ + 2H2O 5MnO2 + 4H+
(permanganat) (mangan) (air) (mangan oksida) (hidrogen)
3. Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan seperti Na2C2O4 dan
telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat karena membentuk
peroksida yang kemudian terurai menjadi air.
Na2C2O4 + O2 Na2O2 + 2CO2
(natrium oksalat) (oksigen) (natrium peroksida) (karbon dioksida)
Na2O2 Na2O + O2
(natrium peroksida) (air) (oksigen)
4. Kesalahan oksigen.
Oksigen di udara dapat menyebabkan hasil titrasi terlalu tinggi karena dapat
mengoksidasi ion kalium permanganat menjadi mangan oksida.
Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO 4 yang diperlukan untuk
titrasi yang pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi permanganometri yang
dilaksanakan.[1]
Penerapan permanganometri dalam larutan asam adalah digunakan untuk
pereduksi dengan Zn, pereduksi dengan SnCl2. Garam oksalat yang sukar larut
disaring, dicuci dan dilarutkan dalam asam sehingga didapatkan asam oksalat
yang kemudian asam oksalat dititrasi, setelah itu diberi waktu 15 menit bereaksi
dengan kalium permanganat berlebih lalu dititrasi kembali. [3]
Penggunaan aquadest yang sebelumnya telah didihkan telebih dahulu bertujuan
untuk menghilangkan zat-zat pereduksi, karena zat pereduksi tersebut akan
membentuk MnO2 yang mengkatalis penguraian KMnO4, dan untuk memisahkan
endapan mangan oksida yang berwarna kecoklatan.
23
Fungsi penambahan asam sulfat adalah sebagai pendonor H+, membuat larutan
dalam suasana asam dan juga melepas oksigen dari ion oksalat agar bilangan
oksidasinya turun, sehingga asam oksalat lebih mudah bereaksi dengan kalium
permanganat. [4]
Untuk pengasaman sebaiknya dipakai asam sulfat, karena asam ini tidak
menghasilkan reaksi samping. Sebaliknya jika dipakai asam klorida dapat terjadi
kemungkinan teroksidasinya ion klorida menjadi gas klor dan reaksi ini
mengakibatkan dipakainya larutan permanganat dalam jumlah berlebih.
Permanganometri biasanya digunakan untuk:
1. Menganalisis vitamin C (asam askorbat) [6]
2. Penentuan besi dalam bijih-bijih besi [7]
Merupakan aplikasi terpenting dalam permanganometri. Mula-mula bijih besi
dilarutkan dalam asam klorida, lalu besi direduksi menjadi Fe 2+
3. Pengolahan air, dimana secara permanganometri dapat diketahui kadar suatu
zat sesuai dengan sifat oksidasi reduksi yang dimilikinya sehingga dapat
dipisahkan apabila tidak diperlukan. [8]
24
A. H2O
Tidak menyebabkan iritasi pada kulit, dan tidak berbahaya pada manusia.
Masa molar : 18,02 g/mol
Tekanan uap : 2,3 kPa (20 oC)
Titik lebur : 0 oC (32 oF)
Titik didih : 100 oC
Bentuk fisik : cair, tak berwarna
25
B. KMnO4
Penampilannya padat ungu tua dan merupakan oksidator kuat. Kontak
dengan bahan lain dapat menyebabkan kebakaran. Dapat menyebabkan
kerusakan ginjal. Berbahaya jika tertelan. Dapat mengganggu saluran
pernapasan dan infeksi pada luka bakar.
Masa molar : 158,034 g/mol
Densitas : 2,703 g/cm3
Titik lebur : 240 °C, 513 K, 464°F
Kelarutan : menguraikan/memisahkan di dalam bahan pelarut
organik dan alkohol
Bentuk fisik : solid, ungu
C. H2SO4
Asam sulfat merupakan asam mineral (anorganik) yang sangat kuat. Zat ini
larut dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat mempunyai banyak
kegunaan dan merupakan salah satu produk utama industri kimia.
Masa molar : 98,08 g/mol
Densitas : 1,84 g/cm3
Titik lebur : 240 °C, 513 K, 464°F
Keasaman (pKa) : -3
Viskositas : 26,7 (20°C)
Bentuk fisik : Tidak berwarna,tidak berbau dan berbentuk cair
D. NaNO2
Beracun jika tertelan atau dihirup. Menyebabkan gangguan pada kulit, mata
dan saluran pernapasan.
Masa molar : 69,01 g/mol
Densitas : 2,17 g/cm3
Titik lebur : 281 °C
Titik didih : 320 oC
Bentuk fisik : padat, putih Kristal
26
E. Na2C2O4
Natrium oksalat digunakan untuk membakukan kalium permanganat. Sangat
diharapkan bahwa suhu campuran titrasi lebih besar dari 60°C untuk
memastikan bahwa semua permanganat menambahkan bereaksi cepat.
Kinetika reaksi adalah kompleks, dan manganat (II) terbentuk mengkatalisis
reaksi lebih lanjut antara permanganat dan asam oksalat (dibentuk dengan
penambahan asam sulfat berlebih).
Masa molar : 134,00 g/mol
Densitas : 2.34 g/cm3
Titik lebur : 270°C
Kelarutan : 3,7 g/100 ml (20°C)
Bentuk fisik : Kristal halus,putih
- waterbath
A. Preparasi larutan
- membuat larutan kalium permanganat 0,1 N, sebanyak 250 mL
(menggunakan aquadest yang sudah didihkan)
- membuat larutan asam sulfat 1 N, sebanyak 100 mL
- membuat larutan natrium oksalat 0,1 N, sebanyak 100 mL
- membuat larutan natrium nitrit 0,1 N, sebanyak 100 mL.
B. Standardisasi larutan kalium permanganat dengan larutan natrium oksalat
- memipet 50 mL larutan natrium oksalat ke dalam Erlenmeyer,
tambahakan 50 mL asam sulfat 1N, kemudian panaskan sampai 70°C
- memipet 10 mL larutan tersebut dan masukkan ke dalam Erlenmeyer
- titrasi dengan larutan kalium permanganat sampai dicapai titik akhir
- ulangi prosedur tersebut sebanyak tiga kali.
C. Penentuan kadar kemurnian garam nitrit
- memipet 10 mL larutan natrium nitrit 0,1 N ke dalam Erlenmeyer
- menambahkan 5 mL larutan asam sulfat 1 N
- dipanaskan sampai suhu 70°C
- titrasi dengan larutan kalium permanganat sampai dicapai titik akhir
- ulangi prosedur tersebut sebanyak tiga kali.
Keterangan I II III
Keterangan I II III
2.7. Pembahasan
2.8. Kesimpulan
BAB III
IODIMETRI-IODOMETRI
Oksidimetri adalah metode titrasi redoks yang dimana larutan baku yang
digunakan bersifat sebagai oksidator. Titrasi oksidi-reduktometri merupakan
teknik titrasi yang melibatkan perpindahan elektron dengan perlibatan unsur yang
mengalami perubahan tingkat oksidasi. Titrasi I2 dan natrium tiosulfat merupakan
salah satu teknik yang menggunakan prinsip reduktometri. [13]
Metode titrasi iodometri tak langsung atau iodometri adalah titrasi dari
iod yang dibebaskan dalam reaksi kimia. [2]
Iodimetri adalah suatu proses analit dimana suatu rereagen pereduksi
dititrasi dengan iod, dan iod bertindak sebagai zat pengoksidasi. Sedangkan
iodometri adalah suatu proses tak langsung yang melibatkan iod. Ion iodida
berlebih ditambahkan pada suatu reagen pengoksidasi, membebaskan iodida, yang
kemudian dititrasi dengan natrium tiosulfat. [1]
Natrium tiosulfat biasanya dibuat dari garam pentahidartnya,
Na2S2O3.5H2O dan larutan ini perlu di standarisasi. Kestabilan larutan mudah
dipengaruhi oleh:
- pH rendah
- sinar matahari
- adanya bakteri yang memanfaatkan sulfur. [3]
Pada titrasi iodometri, analit yang dipakai adalah oksidator yang dapat
bereaksi dengan iodida, untuk menghasilkan I2, I2 yang terbentuk secara
kuantitatif dapat dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3). Dari
pengertian di atas maka titrasi iodometri dapat dikategorikan sebagai titrasi
kembali.
Iodida adalah reduktor yang lemah dan dengan mudah akan teroksidasi
jika direaksikan dengan oksidator kuat. Iodida tidak dipakai sebai titran, hal ini
disebabkan karena faktor kecepatan reaksi dan kurangnya jenis indikator yang
dapat dipakai untuk iodida. Oleh karena itu titrasi kembali merupakan proses
titrasi yang sangat baik untuk titrasi yang melibatkan iodida. Senyawaan iodida
ummumnya KI ditambahkan secara berlebih pada larutan oksidator sehingga
terbentuknya I2. I2 yang terbentuk adalah ekuivalen dengan jumlah oksidator yang
akan ditentukan jumlah I2 ditentukan dengan menitrasi I2 dengan larutan standard
natrium tiosulfat (Na2S2O3) dengan indikator amilum. Jadi perubahan warnanya
dari biru tua kompleks amilum-I2 sampai tepat warna ini hilang [11]
Pada pembakuan larutan tio dengan larutan baku primer K2Cr2O7
keberlangsungan reaksi Na2S2O3-K2Cr2O7 bergantung pada beberapa kondisi
33
sehingga sifat reaksinya yang pasti harus ditetapkan. Reaksi yang terlibat pada
pembakuan larutan tio dengan larutan baku primer K2Cr2O7 yaitu:
Cl2 + 2 K 2KCl + I2
(klorida) (kalium iodida) (kalium klorida) (iodida)
1. Amilum
Indikator ini akan membentuk kompleks biru tua dengan ion triyodida.
2. Kompleks Fe(II)-oftofenantrolin
Indikator ini berwarna biru muda dalam kenyataannya warna titrasi berubah
dari hamper tidak bewarna menjadi merah karena berbeda intensitas.
3. Difenilamin
35
Namun, indikator yang umum digunakan dalam titrasi iodometri adalah larutan
kanji (amilum). Indikator larutan kanji memiliki kekurangan dan kelebihan.
Amilum atau pati adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam
air. Amilosa memberikan warna ungu pekat pada tes iodin.
Rumus molekul : C12H20O10
Bentuk fisik : bubuk putih
Densitas : 1,5 g/cm3 [5]
pH : netral (7)
A. Preparasi larutan
- membuat larutan natrium tiosulfat 0,2 N, sebanyak 100 ml
(menggunakan aquadest yang sudah didihkan)
- membuat larutan kalium dikromat 0,1 N, sebanyak 50 ml
- membuat larutan kalium iodida 0,1 N, sebanyak 50 ml
38
Keterangan I II III
Volume larutan kalium dikromat (ml) 10 10 10
39
Keterangan I II III
Volume larutan tang dititrasi (ml) 10 10 10
Perlakuan Pengamatan
A. Standarisasi Na2S2O3.5H2O dengan
K2Cr2O7
- K2Cr2O7 + H2O + HCl
Larutan berwarna kuning
Lar.1
- Lar.1 + KI Lar.2 Larutan berwarna coklat
Larutan berwarna kuning
- Lar.2 + C12H20O10 Lar.3 Larutan berwarna bening
- Lar.3 dititrasi
B. Menetapkan kadar tembaga
- CuSO4.5H2O + KI Lar.4
Larutan berwarna
kuning tua
Oksidasi : 2I- I2 + 2e X3
(ion iodida) (iodium)
40
3.8. Pembahasan
3.9. Kesimpulan
42
BAB IV
KOMPLEKSOMETRI
w
dinyatakan dengan satuan ppm berat per volume ( ) dari CaCO3. [5]
v
46
Pada industri yang menggunakan ketel uap, air yang digunakan harus
terbebas dari kesadahan. Proses penghilangan kesadahan air yang sering
dilakukan pada industri-industri adalah melalui penyaringan dengan
menggunakan resin pengikat kation dan anion. Resin adalah zat polimer alami
ataupun sintetik yang salah satu fungsinya adalah dapat mengikat kation dan anion
tertentu. Secara teknis, air sadah dilewatkan melalui suatu wadah yang berisi resin
pengikat kation dan anion, sehingga diharapkan kation Ca 2+ dan Mg2+ dapat diikat
resin, sehingga air tersebut terbebas dari kesadahan.[5]
A. Amonium (NH3)
Amonia adalah senyawa dari nitrogen dan hidrogen. Amonia baik secara
langsung maupun tidak langsung digunakan untuk sintesis obat-obatan
produk pembersih komersial. Walaupun digunakan secara luas, ammonia
bersifat kaustik dan berbahaya.
- Rumus molekul : NH3
- Berat molekul : 17,031 g/mol
- Bentuk fisik : gas tidak berwarna dan bau mnyengat
- Titik lebur : -77,73 oC, 195 K, -108 °F
- Titik didih : -33,34 oC, 240 K, -28 °F
- Densitas : 0,86 kg/m3
B. Amonium klorida (NH4Cl)
Amonium klorida merupakan sebuah senyawa anorganik yang sangat larut
dalam air dan merupakan produk dari reaksi antara asam klorida dan
amonia. Aplikasi utama dari amonium klorida sebagai sumber nitrogen
dalam pupuk, misalnya fosfat chloroammonium.
- Rumus molekul : NH4Cl
- Berat molekul : 53,491 g/mol
- Bentuk fisik : padat berwarna putih dan tanpa bau
- Densitas : 1,5274 g/cm3
49
A. Preparasi larutan
- membuat larutan seng sulfat 0,01 M sebanyak 100 mL
- membuat larutan buffer pH 10 sebanyak 100 mL (6,75 gram amonium
klorida kemudian menambahkan dengan 57 mL larutan amonia pekat)
- membuat larutan natrium hidroksida 2 M sebanyak 100 mL
- membuat larutan EDTA 0,01 M sebanyak 500 mL
- membuat campuran EBT-NaCl dan Murexide-NaCl.
B. Standarisasi larutan EDTA 0,01 M
- memipet 25 mL larutan seng sulfat 0,01 M dan memasukkan ke dalam
Erlenmeyer 250 mL
- menambahkan kurang lebih 75 mL aquadest dan 2 mL larutan buffer pH
10
53
Keterangan I II III
Volume larutan seng sulfat dititrasi
25 25 25
(mL)
Volume larutan EDTA-peniter (mL) 24,5 24,3 24,7
Volume rata-rata larutan peniter (mL) 24,5
54
Keterangan I II III
Volume larutan yang dititrasi – sampel
25 25 25
(mL)
Volume larutan EDTA-peniter (mL) 13,5 13,8 13,7
Volume rata-rata larutan peniter (mL) 13,6
Tabel 4.6.3. Data pengamatan penentuan kesadahan total pada sampel air
sumur
Keterangan I II III
Volume larutan yang dititrasi –
25 25 25
sampel (mL)
Volume larutan EDTA-peniter (mL) 9 9,2 9,5
Volume rata-rata larutan peniter (mL) 9,23
Keterangan I II III
Volume larutan yang dititrasi –
25 25 25
sampel (mL)
Volume larutan EDTA-peniter (mL) 11,5 11,8 11,7
Volume rata-rata larutan peniter (mL) 11,6
Tabel 4.6.5. Data Pengamatan penentuan kesadahan tetap pada sampel air
sumur
Keterangan I II III
Volume larutan yang dititrasi –
25 25 25
sampel (mL)
Volume larutan EDTA-peniter (mL) 12 12,3 12,5
Volume rata-rata larutan peniter (mL) 12,26
55
B. Kesadahan total
Ca(HCO3)2 CO2 (g) + H2O (l) + CaCO3
(Kalsium bikarbonat) (Karbon dioksida) (Air) (Kalsium Karbonat)
4.8. Pembahasan
kesadahan pada air sampel 1 (air PDAM) sebesar 464 ppm sedangkan air
sampel 2 (air sumur) sebesar 490,4 ppm. Kadar kesadahan ini menunjukkan
bahwa masing-masing air sampel memiliki tingkat kesadahan yang tinggi
sekali yaitu >300 ppm namun tidak melebihi standart batas maksimum
kesadahan air minum yang dianjurkan yaitu 500 mg/L CaCO3.
3. Menentukan kesadahan tetap
Pada penentuan kesadahan tetap setelah ditambahkan larutan NaOH dan
larutan buffer pH 10 dengan indikator EBT-NaCl akan membentuk warna
merah anggur, namun saat dititrasi dengan larutan EDTA terjadi perubahan
warna menjadi biru. Hasil perhitungan dari pengamatan pada air PDAM
kadar Ca2+ sebesar 217,6 ppm dan kadar Mg2+ sebesar 59,8752 ppm.
Sedangkan pada air sumur kadar Ca2+ sebesar 147,68 ppm dan kadar Mg2+
83,28096 ppm.
4.8. Kesimpulan
BAB V
ARGENTOMETRI
dengan cara dengan larutan standard perak nitrat. Endapan putih perak klorida
akan terbentuk selama proses titrasi berlangsung dan digunakan indikator larutan
kalium kromat encer. Setelah semua ion klorida mengendap maka kelebihan ion
perak pada saat titik akhir titrasi dicapai akan bereaksi dengan indikator
membentuk endapan coklat kemerahan perak kromat. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut:
Ag+(aq) + Cl-(aq) AgCl(s) (endapan putih)
(ion perak) (ion klorida) (perak klorida)
Ag+(aq) + CrO42-(aq) Ag2CrO4(s) (endapan coklat kemerahan) [11]
(ion perak) (ion kromat) (perak kromat)
Metode titrasi mohr terbatas untuk larutan dengan nilai pH antara 6 - 10.
[2]
Pengaturan pH perlu agar tidak terlalu rendah ataupun terlalu tinggi. Bila terlalu
tinggi dapat terbentuknya endapan perak hiroksida yang selanjutnya terurai
menjadi perak oksida sehingga titrant terlalu banyak terpakai.
2Ag+ + 2OH- 2AgOH Ag2O + H2O
(ion perak) (ion hidroksida) (perak hidroksida) (perak oksida) (air)
Bila pH terlalu rendah ion kromat sebagian akan berubah menjadi ion dikromat.
2CrO4 2- + 2H+ Cr2O7 2- + H2O [3]
(ion kromat) (ion hidrogen) (ion dikromat) (air)
Keasaman larutan dapat diatur dengan menggunakan larutan natrium
bikarbonat atau kalsium karbonat. Larutan alkalis diasamkan dahulu dengan asam
asetat atau asam borat sebelum dinetralkan dengan kalsium karbonat.
Syarat kondisi pada metode mohr adalah:
a. Larutan harus bersifat netral atau sedikit basa, tetapi tidak boleh terlalu basa
sebab perak akan diendapkan sebagai perak hidroksida.
b. Jika terlalu asam, maka titik akhir tidak terlihat sebab konsentrasi ion kromat
berkurang, yaitu terjadinya reaksi:
H+ + CrO42- HCrO4–
(ion hidroksida) (ion dikromat) (hidrogen dikromat)
c. Pada titrasi ini endapan indikator harus lebih larut dibanding endapan utama
yang terbentuk selama titrasi. [12]
59
A. Natrium klorida
- rumus kimia : NaCl
- massa molar : 58.44 g/mol
- bentuk : kristal
- kelarutan dalam air : 35.9 g/100 mL (25°C)
- titik didih : 1465°C (1738 K)
- warna : putih [4]
B. Perak nitrat
- rumus kimia : AgNO3
- massa molar : 169,87 g/mol
- bentuk : padatan
- densitas : 4,35 g/cm3
- warna : putih [5]
C. Kalium kromat
- rumus kimia : K2CrO4
- massa molar : 194,19 g/mol
- densitas : 2,73 g/cm3
- kelarutan dalam air : 637 g/l (20°C)
- titik didih : 1000°C [6]
61
A. Alat B. Bahan
- batang pengaduk aquadest (H2O)
A. Preparasi larutan
- Membuat larutan perak nitrat 0,01 M sebanyak 250 mL
- Membuat larutan natrium klorida 0,01 M sebanyak 100 mL
- Membuat larutan kalium kromat 1% sebanyak 50 mL.
B. Standardisasi larutan perak nitrat dengan larutan natrium klorida 0,01 N
- Memipet 15 mL larutan natrium klorida 0,01 M, masukkan ke dalam
Erlenmeyer 250 mL
- Menambahkan kurang lebih 5 mL indikator kalium kromat 1%
62
- Menitrasi dengan larutan perak nitrat sampai terjadi endapan merah dari
indikatornya
- Mengulangi percobaan sampai 3 kali.
C. Menetapkan kadar natrium klorida dalam garam dapur kotor
- Mengencerkan 0,06 gram sampel ke dalam labu ukur 100 mL
- Memipet 10 mL larutan contoh, memasukkan ke dalam Erlenmeyer
- Menambahkan kurang lebih 5 mL indikator kalium kromat 1%
- Menitrasi dengan larutan perak nitrat sampai larutan berubah dari
endapan putih menjadi endapan merah
- Melakukan percobaan sampai 3 kali.
Keterangan I II III
Keterangan I II III
5.8. Pembahasan
5.9. Kesimpulan
BAB VI
ANALISA DENGAN SPEKTROFOTOMETER
SINAR TAMPAK
Bagian Optis
Wadah
Sumber Monokromator sampel Detektor
Bagian Listrik
Penguat
Piranti Baca
Keterangan:
1. Sumber energi cahaya
Suatu piranti yang memberikan radiasi pada sebuah spektrofotometer. Pada
daerah tampak dari spektrum maupun daerah ultraviolet dan inframerah dekat,
sumber energi cahaya yang digunakan adalah sebuah lampu pijar dengan kawat
rambut yang terbuat dari wolfram.
2. Motokromator
Suatu piranti untuk mengecilkan suatu berkas radiasi yang datang dari sumber
cahaya yang mempunyai kemurnian spektral yang tinggi sesuai dengan
panjang gelombang yang diinginkan.
3. Wadah sampel
Pada spektrofotometri melibatkan larutan yang mana larutan tersebut
ditempatkan pada suatu wadah yang harus bisa meneruskan energi cahaya
dalam daerah spektral.
4. Detektor
Merupakan suatu piranti yang berfungsi untuk mengubah energi cahaya
menjadi energi listrik, yang memberikan suatu isyarat listrik dan berhubungan
dengan daya radiasi yang diserap oleh permukaan yang peka. [2]
5. Penguat
Suatu piranti yang berfungsi untuk memperbesar arus yang dihasilkan oleh
detektor agar dapat dibaca oleh piranti baca. [1]
6. Piranti baca
Suatu sistem baca (piranti pembaca) yang memperagakan besarnya isyarat
listrik, menyatakan dalam bentuk % Transmitan (% T) maupun Adsorbansi
(A). [3]
Pada metoda spektrofotometri, prinsipnya yaitu sampel menyerap radiasi
(pemancaran) elektromagnetis, yang pada panjang gelombang tertentu dapat
terlihat. Larutan tembaga misalnya berwarna biru karena larutan tersebut
menyerap warna komplementer, yaitu kuning. Semakin banyak molekul tembaga
per satuan volum, semakin banyak cahaya kuning yang diserap, dan semakin tua
warna biru larutanya. [4]
66
3. Spektrofotometri UV-Vis
Interaksi Radiasi Elektro Magnetik (REM) dengan atom atau molekul yang
berada dalam media yang transparan, maka sebagian dari radiasi tersebut akan
dipercikkan oleh atom atau molekul tersebut.
6. Spektrofotometri Fluorescensi dan Fosforescensi
Suatu zat yang berinteraksi dengan radiasi, setelah mengabsorpsi radiasi
tersebut, bisa mengemisikan radiasi dengan panjang gelombang yang
umumnya lebih besar daripada panjang gelombang radiasi yang diserap.
Fenomena tersebut disebut fotoluminensi yang mencakup dua jenis yaitu
fluoresensi dan fosforesensi.
7. Spektrofotometri Resonansi Magnetik Inti
Resonansi Magnet Inti (RMI). Spektrofotometri RMI sangat penting artinya
dalam analisis kualitatif, khususnya dalam penentuan struktur molekul zat
organik. [3]
Selain itu ada jenis-jenis spektrofotometer berdasarkan instrumennya,
diantaranya:
1. Spektrofotometer Berkas Tunggal
Spektrofotometer jenis ini merupakan suatu instrumen dengan satu jalan optis.
Sampel dan pelarut murni (blanko reagensia) diperiksa secara terpisah untuk
menegakkan P dan P0 untuk pengukuran absorban. Biasanya dioperasikan
secara manual.
2. Spektrofotometer Berkas Rangkap
Suatu instrumen di mana berkas monokromatik radiasi, dari sumber lampu
wolfram dibagi menjadi dua berkas identik, satu melewati sel pembanding dan
yang lain melewati sampel. [6]
3. Spektrofotometer Diferensial
Suatu teknik di mana sampel dibandingkan dengan larutan penyerap lain,
bukan dengan pelarut murni atau blanko reagensia. Analisis menggunakan
spektrofotometer diferensial lebih tepat dibandingkan dengan spektrofotometer
biasa.
69
gelombang yang sama maka data yang diperoleh makin akurat atau kesalahan
yang muncul makin kecil.
Berdasarkan hukum Beer absorbansi akan berbanding lurus dengan
konsentrasi, karena b atau l harganya 1 cm dapat diabaikan dan ε merupakan suatu
tetapan. Artinya konsentrasi makin tinggi maka absorbansi yang dihasilkan makin
tinggi, begitupun sebaliknya konsentrasi makin rendah absorbansi yang dihasilkan
makin rendah.
Spektrofotometer memiliki beberapa keuntungan untuk keperluan
kuantitatif diantaranya:
- Dapat digunakan secara luas
- Memiliki kepekaan yang tinggi
- Keselektifannya cukup baik
Zat yang dapat dianalisis menggunakan spektrofotometri sinar tampak
adalah zat dalam bentuk larutan dan zat tersebut harus tampak berwarna. Jika
tidak berwarna maka larutan tersebut harus dijadikan berwarna dengan cara
memberi reagen tertentu yang spesifik. Reagen ini disebut reagen pembentuk
warna. Berikut adalah sifat-sifat yang harus dimiliki oleh reagen pembentuk
warna:
1. Kestabilan dalam larutan. Pereaksi-pereaksi yang berubah sifatnya dalam
waktu beberapa jam, dapat menyebabkan timbulnya semacam cendawan bila
disimpan. Oleh sebab itu harus dibuat baru dan kurva kalibarasi yang baru
harus dibuat saat setiap kali analisis.
2. Pembentukan warna yang dianalisis harus cepat.
3. Reaksi dengan komponen yang dianalisa harus berlangsung secara
stoikiometrik.
4. Pereaksi tidak boleh menyerap cahaya dalam spektrum dimana dilakukan
pengukuran.
5. Pereaksi harus selektif dan spesifik (khas) untuk komponen yang dianalisa,
sehingga warna yang terjadi benar-benar merupakan ukuran bagi komponen
tersebut saja.
72
A. Aquadest
Aquadest atau biasa disebut air suling merupakan air hasil penyulingan
(diuapkan).Air suling juga memiliki rumus kimia pada air umumnya yaitu
H2O yang berarti dalam 1 molekul terdapat 2 atom hidrogen kovalen dan
atom oksigen tunggal. Sifat fisik dan kimia H2O:
- rumus molekul : H2O
- berat molekul : 18 gram/mol
- bentuk fisik : cairan tak berwarna dan tidak berbau
- titik beku : 0 oC
- titik didih : 100 oC
- pH :7
B. Asam klorida (HCl)
Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas hidrogen klorida (HCl). HCl
merupakan asam kuat, dan merupakan komponen utama dalam asam
lambung. Senyawa ini juga digunakan secara luas dalam industri. Asam
klorida harus ditangani dengan memperhatikan keselamatan yang tepat
karena merupakan cairan yang sangat korosif. Sifat fisik dan kimia HCl:
74
A. Preparasi Larutan
- membuat larutan kalium sulfat 100 ppm sebanyak 250 mL
- membuat larutan asam klorida 2 M sebanyak 50 mL.
B. Menentukan panjang gelombang maksimum.
- memipet larutan kalium sulfat 100 ppm sebanyak 50 mL lalu
menambahkan 0,2 gram padatan barium klorida
- mengocok selama kurang lebih 1 menit sampai terbentuk endapan barium
sulfat, mendiamkan selama 5 menit
- mengukur nilai % T dan A dari larutan 100 ppm dengan spektrofotometer
sinar tampak pada panjang gelombang 400 nm sampai 520 nm
- menggunakan larutan blangko untuk mengenolkan harga % T sebelum
pengukuran serapan larutan standart pada setiap penggantian panjang
gelombang
76
%T
λ(nm)
21 22
400 65 37,3
410 64 36,6
420 63 36,3
440 64 36,5
450 64 36,6
460 64 36,7
480 65 39,2
490 65 38,9
500 66 39,0
510 67 39,5
520 67 39,7
78
%T
ppm (x)
21 22
5 ppm 95 95,9
20 ppm 88 83,8
35 ppm 81 69,4
50 ppm 79 66,7
65 ppm 74 64,1
80 ppm 59 39,8
Sampel 95 97,8
Spektrofotometer 21 Spektrofotometer 22
λ(nm)
%T A %T A
5 0,0222 25 0,111
20 0,0555 400 1,11
35 0,0915 1225 3,2025
50 0,1023 2500 5,115
65 0,1307 4225 8,4955
80 0,2291 6400 18,328
6.8. Grafik
0.21
0.2
0.2
0.19
Absorban
0.19
0.18
0.18
0.17
0.17
0.16
400 410 420 430 440 450 460 470 480 490 500 510 520
Panjang gelombang (λ)
Spektrofotometer 22
0.45
0.44
0.43
Absorban
0.42
0.41
0.4
0.39
0.38
400 410 420 430 440 450 460 470 480 490 500 510 520
0.2
f(x) = 0 x + 0
R² = 0.9
0.15
Absorban
0.1
0.05
0
0 20 40 60 80
Konsentrasi (ppm)
0.45
0.4
0.35
0.3 f(x) = 0 x − 0.01
R² = 0.87
Absorban
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 20 40 60 80
Konsentrasi (ppm)
6.10.Pembahasan
6.11.Kesimpulan
BAB VII
ANALISIS KATION-ANION
1. Garam 1:
- Larutan sampel + HCl larutan Tidak ada endapan
a Warna biru encer
Muncul endapan
- Larutan a + HCl larutan b
Warna lebih encer Kemungkinan
- Larutan c + HCl + H2S larutan kation
Endapan hitam golongan II
d
Muncul endapan
- Larutan d + air suling larutan
Tidak ada endapan
e Biru kehitaman Jadi,
kationnya
2. - Larutan e + H2S larutan f adalah kation
Cu2+
- Larutan f + HNO3 larutan g
- Larutan g + NH4Cl larutan h Garam larut
- Larutan h + NH4OH larutan i Tidak ada endapan
Garam 2: Warna lebih encer
- Larutan sampel + HCl larutan Muncul endapan
a Merah kecoklatan Kemungkinan
kation
- Larutan a + H2S larutan b
golongan III
Tidak ada endapan
- Larutan b + H2O larutan c
Tidak ada endapan
- Larutan c + HNO3 larutan d
Tidak ada endapan
- Larutan d + NH4OH larutan e
Endapan biru tua Jadi,
kationnya
- Larutan e + H2S larutan f
adalah kation
- Larutan f + NaOH larutan g Fe2+
- Larutan g + H2O larutan h
- Larutan h + K4Fe(CN)6 larutan
i
86
12
- 4Fe(OH)2(l) + 3K4Fe(CN)6 (l) Fe4[Fe(CN)6]3 (l) + 12K+(aq)+ 8OH--
8
(aq)
(besi hidroksida) (kalium heksasianoferat) (besi(III) heksasianoferat) (ion kalium) (ion hidroksida)
87
- SO42-(aq) + H2SO4(encer)
(ion sulfat) (asam sulfat)
- SO42-(aq) + H2SO4(encer)
(ion sulfat) (asam sulfat)
7.4. Kesimpulan