Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KIMIA ANALISIS II

PERCOBAAN IV

PENETAPAN KADAR SULFADIAZIN DENGAN METODE BRATTON-


MARSHALL

OLEH :

NAMA :

NIM :

KELAS :

KELOMPOK :

ASISTEN :

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sulfadiazin merupakan derivat dari sulfonamida. Sulfonamid bersifat


amfoter yang berarti bahwa senyawa-senyawa ini dapat membentuk garam
baik dengan asam maupun dengan basa. Sulfonamid efektif sebagai
bakteriostatik terhadap bakteri gram positif, gram negatif, pseudomonas, dan
protein melalui persaingan substrat. Sulfonamid seperti sulfadiazin memiliki
gugus amin aromatis primer bebas sehingga dalam penetapan kadarnya dapat
melalui diazotasi.
Metode Bratton-Marshall merupakan cara umum untuk penetapan kadar
sneyawa yang mempunyai amin aromatis primer. Metode ini berdasarkan
reaksi diazotasi yang dilanjutkan dengan pengkoplingan garam diazonium
yang terbentuk dengan N-(1-naftil) etilen diamina dihidroklorida membentuk
warna ungu yang dapat diukur pada panjang gelombang visible.
Sulfadiazin dapat langsung diukur kadarnya menggunakan
spektrofotometer UV, dikarenakan sulfadiazin menghasilkan larutan yang
tidak berwarna dan hanya bisa menyerap radiasi pada panjang gelombang 200-
400 nm. Namun, dengan serangkaian mekanisme diazotasi, larutan yang tidak
berwarna tersebut dapat diubah menjadi larutan berwarna yang selanjutnya
dapat diukur kadarnya menggunakan spektrofotometer visibel dengan panjang
gelombang yang lebih tinggi.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan penetapan kadar
sulfadiazin sebagai senyawa yang memiliki gugus amin aromatis primer bebas
menggunakan metode Bratton-Marshall untuk merubah sulfadiazin menjadi
larutan berwarna dan kemudian diukur kadarnya menggunakan
spektrofotometer visibel.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari percobaan ini adalah bagaimana penetapan kadar
sulfadiazin dengan metode Bratton-Marshall?

C. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menetapkan kadar sulfadiazin
dengan metode Bratton-Marshall.

D. Manfaat
Manfaat dari percobaan ini adalah agar dapat menetapkan kadar
sulfadiazin dengan metode Bratton-Marshall.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
Suatu senyawa amina primer (R-NH2) yang dapat mengalami reaksi
diazotisasi dan kemudian digabung dengan pereaksi 2-naftol membentuk suatu
senyawa berwarna yang menyerap radiasi di daerah sinar tampak. Diazotisasi
adalah pembentukan garam diazonium melalui reaksi amina aromatik dengan
asam nitrit. Senyawa dilarutkan dalam HCl dan direaksikan dengan asam nitrit
menghasilkan benzendiazonium klorida. Amina aromatik primer tidak
tersulfonasi diekstraksi menggunakan toluen dari sampel yang bersifat basa,
kemudian diekstraksi kembali dalam asam, dan ditentukan secara
spektrofotometri setelah dilakukan reaksi diazotisasi dengan menggunakan
pereaksi asam nitrit dan reaksi kopling dengan menggunakan pereaksi garam
dinatrium 2-naftol-3, 6 disulfonat (Kartasasmita & Inayah, 2012).
Titrasi diazotasi disebut juga dengan nitrimetri yakni metode penetapan
kadar secara kuantitatif dengan menggunakan larutan baku natrium nitrit.
Metode ini didasarkan pada reaksi diazotasi yakni reaksi antara amina aromatik
primer dengan asam nitrit dalam suasana asam membentuk garam diazonium.
Titrasi diazotasi dapat digunakan untuk penetapan kadar senyawa-senyawa
yang mempunyai gugus amina aromatis primer bebas seperti sulfanilamid,
penetapan kadar senyawa-senyawa yang mana gugus amin aromatik terikat
dengan gugus lain seperti suksinil sulfatiazol, ftalil sulfatiazol dan parasetamol,
serta senyawa-senyawa yang mempunyai gugus nitro aromatis seperti
kloramfenikol (Gandjar & Abdul, 2015).
Sulfadiazin merupakan derivat pirimidin bersama sulfametoksazol dan
sulfafurazol yang memiliki kegiatan atas dasar mg yang terkuat dari semua
sulfa. Resorpsinya dari usus agak lambat sehingga sebagian obat bisa mencapai
usus besar. Oleh karena itu sulfadiazin berkhasiat terhadap disentri basiler,
bahkan lebih efektif dibandingkan dengan kloramfenikol dan tetrasiklin.
Sulfadiazin juga merupakan obat pilihan kedua untuk infeksi saluran kemih
(Tjay & Kirana, 2007). Sulfadiazin merupakan golongan sulfonamida dengan
masa kerja sedang. Mekanisme kerjanya bersifat bakteriostatik dengan
menghambar sintesis asam folat, serta menghambat enzim yang membentuk
asam folat dan para amino benzoic acid (PABA). Sebagian bahan ini
menginaktivasi enzim seperti dehidrogenase atau karboksilase yang berperan
pada respirasi bakteri (Suparman, 2012).
Spektrofotometri visible disebut juga spektrofotometri sinar tampak. Yang
dimaksud sinar tampak adalah sinar yang dapat dilihat oleh mata manusia.
Cahaya yang dapat dilihat oleh mata manusia adalah cahaya dengan panjang
gelombang 400-800 nm dan memiliki energi sebesar 299-149 kJ/mol. Cahaya
yang diserap oleh suatu zat berbeda dengan cahaya yang ditangkap oleh mata
manusia. Cahaya yang tampak atau cahaya yang dilihat dalam kehidupan
sehari-hari disebut warna komplementer. Misalnya suatu zat akan berwarna
orange bila menyerap warna biru dari spektrum sinar tampak dan suatu zat akan
berwarna hitam bila menyerap semua warna yang terdapat pada spektrum sinar
tampak (Subodro & Sunaryo, 2013).
B. Uraian Bahan
1. Akuades (Ditjen POM, 1979: 96)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling
RM/ BM : H2O/ 18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwrna, tidak berasa, dan tidak
berbau
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut
2. Asam sulfamat (Ditjen POM, 1979: 652)
Nama resmi : ASAM SULFAMAT
Nama lain : Asam sulfamat P
Rumus kimia : NH2.SO3.H
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur, putih
Kelarutan : Mudah larut dalam air
3. HCl (Ditjen POM, 1979: 53)
Nama resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM
Nama lain : Asam klorida
RM/ BM : HCl/ 36,46
Pemerian : Cairan, tidak berwarna, berasap, bau merangsang.
Jika diencerkan dengan 2 bagian air, asap dan bau
hilang
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Zat tambahan
4. NaOH (Ditjen POM, 1979: 412)
Nama resmi : NATRII HYDROXYDUM
Nama lain : Natrium hidroksida
RM/ BM : NaOH/ 40,00
Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping,
kering, keras, rapuh dan menunjukkan susunan
hablur, putih, mudah melelh basah. Sangat alkalis
dan korosif. Segera menyerap karbon dioksida.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol
(95%) P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Zat tambahan
5. Natrium nitrit (Ditjen POM, 1979: 714)
Nama resmi : NATRIUM NITRIT
Rumus kimia : NaNO2
Pemerian : Hablur atau granul, tidak berwarna atau putih atau
kekuningan, merapuh
Kelarutan : Larut dalam 1,5 bagian air, agak sukar larut dalam
etanol (95%) P
6. Sulfadiazin ( Ditjen POM, 1979: 579)
Nama resmi : N-2-piridinil sulfanilamide
Nama lain : Sulfadiazinum/sulfadiazine
RM/ BM : C10H10N4O2S/ 250,27
Rumus Struktur :
N

H2N SO2NH

Pemerian : Putih, putih kekuningan atau putih agak jambu;


hampir tidak berbau; tidak berasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; agak sukar larut dalam
etanol (95%) P dan dalam aseton P; mudah larut
dalam asam mineral encer dan dalam larutan alkali
hidroksida.
Khasiat : Antibakteri
Dosis maksimum : Sekali 2 g, sehari 8 g
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 22 Mei 2017, pukul 13.00
WITA sampai selesai. Tempat dilaksanakannya percobaan ini yaitu di
Laboratorium Farmasi Universitas Halu Oleo.

B. Alat dan Bahan


1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
a. Batang pengaduk
b. Gelas kimia 100 mL
c. Gelas ukur 100 mL
d. Kuvet
e. Labu takar 50 mL dan 100 mL
f. Pipet tetes
g. Spektrofotometer UV-Vis
h. Spoit
i. Timbangan nalitik
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
a. Akuades
b. Asam sulfamat 0,5%
c. HCl 0,02 N
d. N-(1-naftil) etilen diamin dihidroklorida 0,1%
e. Natrium hidroksida 0,5 N
f. Natrium nitrit 0,1%
g. Sulfadiazine
C. Cara Kerja
1. Pembuatan Larutan Induk

Sulfadiazine

Ditimbang 100 mg menggunakan timbangan analitik


Dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL
Ditambahkan NaOH 0,5 N hingga tanda tera
Dihomogenkan

Larutan Induk

2. Pembuatan Kurva Baku

Larutan Induk

Diambil 100 L larutan induk


Dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL
Ditambahkan HCl 0,02 N, 5 mL HCl 0,5 N, dan 5 mL larutan
natrium nitrit 0,1%
Didiamkan selama 3 menit
Ditambahkan 5 mL pereaksi asam sulfamat 0,5%
Ditambahkan 5 mL pereaksi N-(1-naftil) etilen diamin
hidroklorida 0,1%
Dicukupkan dengan akuades hingga tanda tera
Diukur absorbansinya pada 545 nm
Diulangi perlakuan di atas dengan volume larutan induk
sebesar 150 L, 200 L, 250 L, dan 300 L

Hasil Pengamatan...?
3. Penentuan Kadar Sulfadiazine

Sampel Sulfadiazine

Dilarutkan sampel dalam 100 mL akuades


Diambil 100 L larutan sampel
Dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL
Ditambahkan HCl 0,02 N, 5 mL HCl 0,5 N, dan 5 mL larutan
natrium nitrit 0,1%
Didiamkan selama 3 menit
Ditambahkan 5 mL pereaksi asam sulfamat 0,5%
Ditambahkan 5 mL pereaksi N-(1-naftil) etilen diamin
hidroklorida 0,1%
Dicukupkan dengan akuades hingga tanda tera
Diukur absorbansinya pada 545 nm

Hasil Pengamatan...?
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
1. Tabel pengamatan

No. Konsentrasi Absorbansi


1. 0,1 0,116
2. 0,15 0,165
3. 0,2 0,216
4. 0,25 0,267
5. 0,3 0,323
2. Kurva baku

Kurva Baku Sulfadiazine


0.35
y = 1.032x + 0.011
0.3
R = 0.9994
0.25
Absorbansi

0.2
0.15 absorbansi
0.1 Linear (absorbansi)
0.05
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4
Konsentrasi

3. Perhitungan
y = 1,032x + 0,011
Absorbansi sampel = 0,201
y = 1,032x + 0,011
0,201 = 1,032x + 0,011
1,032x = 0,190
0,190
x =
1,032
x = 0,184 ppm
B. Pembahasan
Sulfadiazin merupakan obat yang digunakan untuk mengobati dan
mencegah berbagai infeksi. Sulfadiazin termasuk obat golongan antibiotik
turunan sulfonamid. Sulfadiazin bekerja dengan menghentikan pertumbuhan
bakteri dan organisme lain. Sulfadiazin memiliki rumus struktur C10H10N4O2S.
Sulfadiazin berbentuk serbuk putih, putih kekuningan atau putih agak merah
jambu, hampir tidak berbau dan tidak berasa. Obat ini praktis tidak larut dalam,
agak sukar larut dalam etanol, dan dalam aseton, mudah larut dalam asam
mineral encer dan dalam larutan alkali hidroksida. Percobaan yang dilakukan
bertujuan untuk menetapkan kadar sulfadiazin berdasarkan metode Bratton-
Marshall menggunakan spektrofotometer UV-Vis.
Sulfadiazin merupakan larutan yang tidak berwarna, karena itu dalam
penetapan kadar biasanya digunakan spektrofotometer UV yang memiliki
rentang panjang gelombang yang kecil, yakni 200 hingga 400 nm. Penyerapan
sinar oleh zat dapat dilakukan karena adanya gugus kromofor berupa gugus
benzen dan gugus auksokrom berupa gugus amina pada sulfadiazin. Namun,
bila pengukuran kadar dilakukan melalui spektrofotometer visibel yang
memiliki rentang panjang gelombang lebih tinggi, yakni 200 hingga 800 nm,
maka dapat dilakukan dengan mereaksikan terlebih dahulu sulfadiazin dengan
pereaksi tertentu.
Metode Bratton-Marshall merupakan cara umum untuk penetapan kadar
senyawa-senyawa yang mempunyai amin aromatis primer, termasuk
sulfadiazin yang memiliki gugus amin aromatis primer. Metode ini
berdasarkan reakzi diazotasi yang dilanjutkan dengan pengkoplingan garam
diazonium yang terbentuk dengan n-(1-naftil) etilen diamina dihidroklorida
membentuk warna ungu yang dapat diukur pada panjang gelombang 545 nm.
Reaksi diazotasi merupakan reaksi yang terjadi antara amin aromatis primer
dengna asam nitrit yang berasal dari natrium nitrit dalam suasana asam untuk
membentuk garam diazonium. Dengan metode ini, sulfadiazin yang awalnya
memiliki panjang gelombang pada rentang UV dapat naik menjadi panjang
gelombang visibel (sinar tampak), yakni 545 nm.
Suatu senyawa amina primer (R-NH2) dapat mengalami reaksi diazotisasi
dan kemudian digabung dengan pereaksi n-(1-naftil) etilen diamina
dihidroklorida membentuk suatu senyawa berwarna yang menyerap radiasi di
daerah sinar tampak. Asam nitrit dihasilkan melalui reaksi natrium nitrit
dengan HCl. Garam diazonium yang terbentuk sangat reaktif, oleh karena itu
campuran reaksi harus didinginkan terlebih dahulu sebelum ditambahkan
pereaksi n-(1-naftil) etilen diamina dihidroklorida. Kelebihan asam nitrit
(HNO) juga terlebih dahulu dinetralisir dengan mereaksikan reagen
ammonium sulfamate. Dalam kondisi optimum reaksi kopling akan terjadi
melalui suatu mekanisme substitusi elektrofilik aromatik.
Larutan sampel berupa sulfadiazin yang telah mengalami reaksi diazotasi
akan menghasilkan larutan berwarna, sehingga penetapan kadarnya dapat
dilakukan melalui spektrofotometer UV-Vis. Spektrofotometri merupakan
metode analisis yang dapat digunakan untuk menentukan kadar berdasarkan
banyaknya serapan (absorbansi) analit pada panjang gelombang tertentu. Sinar
polikromatis mula-mula melewati monokromator dan dipecah menjadi sinar
monokromatis. Sinar monokromatis ini kemudian dapat melewati kuvet yang
selanjutnya oleh materi akan diserap pada panjang gelombang yang sesuai.
Selain sinar yang diserap, terdapat pula sinar yang diteruskan. Sinar yang
diteruskan inilah yang akan terbaca oleh detektor sehingga nilai transmitan dan
absorbansi dapat diketahui.
Hubungan antara konsetrasi dan absorbansi adalah berbanding lurus,
sehingga bila konsentrasi semakin tinggi maka nilai absorbansi yang diperoleh
juga semakin tinggi. Varian konsentrasi larutan sampel sulfadiazin yakni 0,1,
0,15, 0,2, 0,25, dan 0,3 menghasilkan nilai absorbansi berturut-turut 0,116,
0,165, 0,216, 0,267, dan 0,323. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa semakin
tinggi konsentrasi, nilai absorbansi yang diperoleh juga semakin tinggi. Selain
itu, rentang nilai absorbansi yang baik berdasarkan hukum Lambert-Beer
berkisar antara 0,2 hingga 0,8 nm, dan dari data yang diperoleh nilai absobansi
berada dalam rentang tersebut. Nilai absorbansi larutan sampel yang diperoleh
juga berpengaruh pada kurva standar yang dihasilkan, yakni akan terbentuk
garis linear dengan nilai r = 0,9994. Dengan persamaan fungsi yang diperoleh
dari kurva baku, maka diperoleh kadar sulfadiazin pada absorbansi 0,201 nm
adalah sebesar 0,184 ppm.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan penetapan kadar
sulfadiazine dapat dilakukan dengan metode bratton-marshall, yaitu sampel
diazotisasi dengan natrium nitrit dan asam hidroklorida, kelebihan asam nitrit
(HNO) dinetralisir dengan mereaksikan reagen ammonium sulfamate,
kemudian ion diazonium mengalami pengkoplingan dengan reagen N-(1-naftil)
etilen diamin hidroklorida untuk menghasilkan kompleks azodye yang sangat
berwarna yang diukur pada 550 nm. Konsentrasi sulfadiazine dalam larutan sampel
yang diperoleh adalah sebesar 31,775 %.
B. Saran
Saran bagi praktikan agar berhati-hati dan teliti dalam mereaksikan sulfadiazin
dengan pereaksi dalam metode Bratton-Marshall agar diperoleh larutan berwarna yang
dapat diukur dengan spektrofotometer UV-Vis.
DAFTAR PUSTAKA

Ditjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi Ketiga, Departemen Kesehatan RI:
Jakarta.

Gandjar, I. G., dan Abdul R., 2015, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar:
Yogyakarta.

Kartasasmita, R. E., dan Inayah, 2012, Modifikasi Metode Penentuan Amina


Aromatik Primer Tidak Tersulfonasi dalam Bahan Baku Zat Warna Tartrazin
Dihitung sebagai Anilina secara Spektrofotometri UV-Sinar Tampak, Acta
Pharmaceutica Indonesia, Vol. 37 (4).

Subodro, R., dan Sunaryo, Ekstraksi Pewarna Bahan Antosianin Kulit Terong Ungu
sebagai Pewarna Alami pada Sel Surya Dye Dye-Sensitized Solar Cell (DSSC),
Politeknosains, Vol. 11 (2).

Suparman, E., 2012, Toksoplasmosis dalam Kehamilan, Jurnal Biomedik, Vol, 4


(1).

Tjay, T. H., dan Kirana R., 2007, Obat-Obat Penting Edisi Keenam, Penerbit PT
Elex Media Komputindo: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai