Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN FARMASETIKA TERAPAN

PERCOBAAN IV

“HIPERLIPIDEMIA”

OLEH :

NAMA : SEKAR DWILAKSITA

NIM : O1A1 15 136

KELAS :D

KELOMPOK : III

ASISTEN : JUMADIL

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Tujuan
Tujuan percobaan ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan memahami cara melakukan skrining resep pasien
hiperlipidemia pada kondisi khusus.
2. Untuk mengetahui dan memahami cara pelayanan informasi obat dan
konseling pasien hiperlipidemia pada kondisi khusus.

B. Landasan Teori
Lipid merupakan komponen utama dari membran sel, asam empedu, dan
hormon steroid. Lipid sangat penting untuk menunjang fungsi sel, dan digunakan
sebagai sumber energi, pelindung tubuh, pembentukan sel, sintesis hormon
steroid, an prekursor prostaglandin. Kadar lipid darah yang tinggi telah diketahui
memiliki kaitan yang erat dengan penyakit jantung koroner (PJK). Kolesterol
yang menentukan resiko aterosklerosis atau PJK adalah LDL, trigliserid, dan
kolesterol HDL. Ketiga senyawa ini dikenal sebagai triad lipid (Rabie’ah dkk.,
2014).
Dua lemak utama dalam darah adalah kolesterol dan trigliserida. Lemak
mengikat dirinya pada protein tertentu sehingga bisa mengikuti aliran darah;
gabungan antara lemak dan protein ini disebut lipoprotein. Lipoprotein yang
utama adalah Kilomikron, VLDL (very low density lipoproteins) dan LDL (low
density lipoproteins) serta HDL (high density lipoproteins). Setiap jenis
lipoprotein memiliki fungsi yang berbeda dan dipecah serta dibuang dengan cara
yang sedikit berbeda. Misalnya, kilomikron berasal dari usus dan membawa
lemak jenis tertentu yang telah dicerna dari usus ke dalam aliran darah.
Serangkaian enzim kemudian mengambil lemak dari kilomikron yang digunakan
sebagai energi atau untuk disimpan di dalam sel-sel lemak (LIPI, 2009)
Hiperlipidemia adalah peningkatan satu atau lebih dari komponen lemak
yang terdiri dari kolesterol, fosfolipid, atau trigliserida. Hiperlipoproteinemia
adalah terjadinya peningkatan konsentrasi lipoprotein, suatu zat untuk
transportasi lemak dalam plasma. Lipoprotein terdiri dari silomikron, silomikron
remnant, very low density lipoprotein (VLDL), intermediate density lipoprotein
(IDL), low density lipoprotein (LDL), dan high density lipoprotein (HDL).
Abnormalitas dari lemak plasma merupakan predisposisi timbulnya penyakit
jantung koroner (Priyanto, 2009).
Hiperlipidemia juga dapat didefinisikan sebagai peningkatan konsentrasi
kolesterol total puasa yang mungkin atau mungkin tidak terkait dengan
konsentrasi TG (trigliserida) tinggi. Namun, lipid tidak larut dalam plasma,
tetapi diangkur dalam partikel yang dikenal sebagai lipoprotein. Oleh karena itu,
klasifikasi hiperlipidemia juga didasarkan pada abnormalitas lipoprotein
(Nelson, 2013).

Jika kolesterol total kurang dari 200 mg/dL (>5,17 mmol/L), maka pasien
memiliki tingkat kolesterol darah yang diinginkan. Jika HDL juga lebih besar
dari 40 mg/dL (>1,03 mmol/L), tidak ada tindak lebih lanjut untuk pasien tanpa
PJK (penyakit jantung koroner) dan yang memiliki kurang dari dua faktor resiko.
Pada pasien dengan kolesterol darah batas tinggi (200-239 mg/dL atau 5,17-6,18
mmol/L), menilai faktor resiko perlu dilakukan untuk mengetahui dengan jelas
resiko terjadinya penyakit (Dipiro dkk., 2015).
Hiperlipidemia terbagi atas dua sub kategori yaitu hiperkolesterolemia dan
hipertrigliseridemia. Hiperkolesterolemia merupakan suatu keadaan di mana
level kolesterol tinggi, sedangkan hipertrigliseridemia adalah suatu keadaan di
mana level trigliserida tinggi dan umumnya berasal dari lemak. Hiperlipidemia
dapat diklasifikasikan sebagi faktor famili (juga dikenal primer) yang
disebabkan abnormalitas genetik yang spesifik, atau faktor diperoleh (juga
dikenal sekunder), yang merupakan hasil dari penyakit lain dan menyebabkan
perubahan dalam metabolisme lipid plasma dan lipoprotein. Sedangkan
berdasarkan klasifikasi fredrickson, hiperlipidemia dibagi atas 5 yaitu tipe 1
(kenaikan kolesterol disertai kadar trigliserida tinggi), tipe 2 (kolesterol tinggi
disertai kadar trigliserida normal), tipe 3 (kenaikan kolesterol dan trigliserida),
tipe 4 (kenaikan trigliserida, atheroma, dan asam urat), dan tipe 5 (kenaikan
trigliserida) (Harikumar dkk., 2013).
Asupan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kadar kolesterol
dan trigliserida. Peningkatan konsumsi kolesterol sebanyak 100 mg/hari dapat
meningkatkan kolesterol total sebanyak 2-3 mg/dl, sebaliknya penurunan
konsumsi kolesterol sebanyak 100 mg menyebabkan penurunan ±0,13 mmol/L
kolesterol dalam darah. Diet tinggi karbohidrat >60% dari kebutuhan energi
dapat mempengaruhi peningkatan kadar trigliserida darah. Selain karbohidrat,
trigliserida juga dapat disintesis dari protein. Banyak asam amino dapat diubah
menjadi asetil-KoA dan kemudian dapat disintesis menjadi trigliserida. Oleh
karena itu bila seseorang mengonsumsi protein dalam makanan melebihi jumlah
protein yang dapat digunakan jaringannya, sejumlah besar kelebihan ini akan
disimpan sebagai lemak. Keadaan ini dapat berpengaruh pada proses biosintesis
kolesterol. Sintesis kolesterol dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya
penurunan aktivitas HMG KoA reduktase yang dapat menurunkan sintesis
kolesterol (Balgis, 2013).
Strategi farmakologis menggunakan obat dapat mencapai kadar kolesterol
yang ditargetkan. Pemilihan obat yang tepat tergantung pada faktor/ mekanisme
yang menyebabkan abnormalitas lipid/ kolesterol tersebut. Obat pertama yang
dapat digunakan adalah golongan statin. Statin memiliki efek yang baik terhadap
profil lipid secara keseluruhan. Statin menurunkan kadar LDL yang berkaitan
dengan resiko kardiovaskuler, juga menurunkan kadar trigliserida dan kadar
kolesterol total dalam serum. Golongan kedua adalah fibrat. Efek utama fibrat
adalah penurunan kadar trigliserida, juga penurunan kolesterol LDL yang
moderat pada pasien yang kadarnya meningkat dan meningkatkan kolesterol
HDL. Bile acid sequestrant adalah golongan obat selanjutnya yang digunakan.
Mekanisme kerja obat ini ada dua, meningkatkan klirens kolesterol dan
menurunkan resirkulasi asam empedu. Terakhir turunan asam nikotinat atau
niasin dan senyawa turunannya juga diketahui menurunkan kolesterol, walaupun
mekanismenya masih belum jelas (Lyrawati, 2008).
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Kasus
Ny. Abe 34 tahun dengan BB 60 kg, TB 160 cm, merupakan seorang
ibu rumah tangga. Ny. Abe sedang hamil dan mengidap dislipidemia. Hasil
lab: HDL 30 mg/ dL, LDL 195 mg/ dL, dan kolesterol total 220 mg/ dL.
Pasien juga mengidap hipertensi, hasil pemeriksaan TD terakhir saat kontrol
150 mg/ 100 mmHg. Ny. Abe mengeluh sering mengalami mual dan
muntah.

2. Resep Asli

Rumah Sakit Umum Daerah Kendari


dr. Balawa, Sp. Pd
SIP. 15/DKK/XI/2016/002
Alamat : Jln. Bunga Seroja No. 93 Kendari
No Tlp. 0401-123456789

Kendari, 21 April 2018

R/
Metildopa 250 mg No. X
S 2 dd 1 det
R/
Simvastatin 20 mg No. XV
S 1 dd 1 det
R/
Metformin 500 mg No. XV
S 2 dd 1 det
R/
Anelat 1000 mcg No. XV
S 1 dd 1 det

Pro : Ny. Abe


Umur : 34 tahun
Alamat : -
3. Resep Sesudah Skrining

Rumah Sakit Umum Daerah Kendari


dr. Balawa, Sp. Pd
SIP. 15/DKK/XI/2016/002
Alamat : Jln. Bunga Seroja No. 93 Kendari
No Tlp. 0401-123456789

Kendari, 21 April 2018

R/
Metildopa 250 mg tab No. X
S 2 dd 1

R/
Kolestiramin 4 g pulv No. X
S 3 dd 1

R/
Anelat 1000 mcg kapl No. XV
S 1 dd 1

Pro : Ny. Abe


Umur : 34 tahun
Alamat : Jln. Azharna
B. Pembahasan
Hiperlipidemia merupakan suatu abnormalitas atau terganggunya
metabolisme lemak akibat faktor genetik, lingkungan, atau faktor lain seperti
penyakit dan penggunaan obat-obatan. Hiperlipidemia ditandai dengan adanya
peningkatan satu atau lebih dari komponen lemak meliputi kolesterol, fosfolipid,
dan trigliserida. Diagnosis yang dapat dilakukan untuk mengetahui apakah
seseorang menderita hiperlipidemia dapat dilihat dari nilai TC (total kolesterol)
≥240 mg/ dL, LDL (low density cholesterol) ≥190 mg/ dL, HDL (high density
cholesterol) < 30 mg/ dL, dan nilai trigliserida > 240 mg/ dL.
Kasus dalam resep menunjukkan hasil pemeriksaan laboratorium pasien di
mana nilai HDL nya 30 mg/dL, LDL 195 mg/dL, dan kolesterol totalnya 220
mg/dL dan didiagnosa mengidap dislipidemia. Pasien juga menunjukkan hasil
pemeriksaan TD (tekanan darah) terakhir saat kontrol adalah 150 mg/100 mmHg
dan sedang dalam keadaan hamil, serta sering mengalami mual dan muntah.
Resep yang diberikan dokter untuk kasus tersebut meliputi metildopa 250 mg,
simvastatin 20 mg, metformin 500 mg, indapamid 2,5 mg, dan anelat 1000 mcg.
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam skrining resep adalah
melihat kelengkapan administratif dari resep yang diberikan. Berdasarkan hasil
skrining resep diketahui bahwa resep yang diberikan tidak lengkap, di mana
resep tidak mencantumkan alamat pasien dan tidak dibubuhi paraf dokter.
Langkah kedua adalah melihat kesesuaian farmasetik. Kesesuaian farmasetik
yang dimaksud meliputi bentuk sediaan, cara pemberian, aturan pakai, dan
sebagainya. Berdasarkan resep yang diberikan dapat dilihat bahwa resep sudah
cukup lengkap, di mana resep mencantumkan kekuatan obat, jumlah yang
diberikan, dan aturan pakai, sedangkan untuk bentuk sediaan pada resep seperti
tablet, kapsul, atau bentuk sediaan yang dimaksud di resep tidak dicantumkan.
Resep asli dari dokter juga seharusnya tidak mencantumkan detur yang berarti
sudah diberikan. Detur dapat dicantumkan pada salinan resep bila obat sudah
diberikan atau diserahkan kepada pasien yang bersangkutan.
Langkah terakhir dalam skrining resep adalah melihat pertimbangan klinis.
Apoteker harus melihat kecocokan antara resep yang diberikan dengan gejala-
gejala klinis yang dialami pasien. Bila terdapat ketidakcocokan obat yang
diberikan dengan penyakit yang diderita pasien, maka apoteker dapat melakukan
konsultasi dengan dokter untuk mengganti atau meninjau ulang mengenai
penggunaan obatnya. Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium, pasien
memiliki nilai LDL ≥190 mg/dL yang termasuk kategori sangat beresiko, serta
nilai TC 220 mg/dL yang termasuk kategori batas tinggi, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pasien mengidap hiperlipidemia tipe IIa. Pasien juga
memiliki nilai TD 150 mg/100 mmHg yang artinya pasien mengidap hipertensi
stadium 1.
Obat yang diberikan oleh dokter dalam resep untuk menurunkan kadar
kolesterol pasien adalah simvastatin 20 mg. Indeks keamanan kehamilan untuk
obat simvastatin termasuk kategori X, sehingga obat ini tidak aman diberikan
untuk ibu hamil. Pasien ibu hamil yang mengidap hiperlipidemia dapat diberikan
diet suplemen seperti minyak ikan untuk menurunkan kadar kolesterolnya.
Namun, dalam kasus ini pasien memiliki kadar LDL yang masuk dalam kategori
sangat beresiko, sehingga dalam penanganannya membutuhkan terapi
farmakologis atau terapi dengan obat-obatan. Pasien mengidap hiperlipidemia
tipe IIa, di mana obat yang dapat diberikan meliputi golongan statin, resin,
niasin, atau kombinasi obat-obat tersebut.
Rekomendasi obat hiperlipidemia untuk pasien ibu hamil adalah obat
golongan resin seperti kolestiramin. Indeks keamanan obat ini untuk ibu hamil
termasuk kategori C, sehingga selama masa penggunaan pasien harus selalu
dipantau baik keadaan ibu maupun janin yang dikandungnya. Kerja obat ini
adalah dengan cara mengikat asam empedu di usus sehingga menghambat
sirkulasi enterohepatik dari asam empedu dan meningkatkan perubahan
kolesterol menjadi asam empedu di hati. Obat ini dapat meningkatkan
katabolisme LDL dan menurunkan absorpsi kolesterol sehingga kadar LDL dan
kolesterol turun. Kolestiramin tersedia dalam bentuk sachet isi 4 gram, diberikan
8 gram dalam 3 dosis terbagi (3 kali sehari). Obat dapat diminum sebelum atau
setelah makan. Obat diminum dengan mencampurkan 150 mL air atau jus buah.
Efek sampingnya berkenaan dengan sistem pencernaan seperti rasa kenyang,
terbentuknya gas, dan konstipasi.
Obat selanjutnya yang diberikan oleh dokter dalam resep untuk mengatasi
hipertensi pasien adalah metildopa dan indapamid. Rekomendasi obat hipertensi
untuk pasien adalah metildopa 250 mg. Metildopa merupakan obat hipertensi
yang aman digunakan untuk ibu hamil dan termasuk dalam kategori B untuk
indeks keamanannya. Hipertensi yang diderita pasien termasuk hipertensi
stadium I atau stadium ringan, sehingga obat tidak perlu dikombinasi dengan
indapamid. Hal ini juga untuk mengurangi resiko yang mungkin terjadi pada
pasien ibu hamil bila diberikan terapi kombinasi. Metildopa tersedia dalam
bentuk tablet diminum 2 kali sehari sebelum atau saat makan. Efek samping yang
mungkin terjadi meliputi gangguan pencernaan, sakit kepala, ruam kulit, dan
mulut kering.
Obat terakhir yang diberikan oleh dokter adalah anelat. Anelat berisi asam
folat atau vitamin B9 1000 mcg dalam bentuk kaplet yang baik dikonsumsi oleh
ibu hamil. Asam folat umumnya diresepkan bagi ibu hamil sebagai vitamin
tambahan karena memiliki khasiat menghindarkan ibu hamil dari anemia,
mencegah bayi lahir cacat, dan membantu proses pembentukan sel-sel dalam
tubuh. Anelat diminum satu kali sehari, namun penggunaan suplemen ini perlu
diperhatikan karena mengalami interaksi dengan kolestiramin berupa penurunan
absorpsi asam folat dalam tubuh, sehingga anelat harus dikonsumsi 1 jam
sebelum atau 4 jam sesudah mengonsumsi kolestiramin.
Obat lain yang tertera dalam resep adalah metformin 500 mg. Obat ini
tidak perlu diberikan karena pasien tidak menunjukkan gejala diabetes dan hasil
laboratorium tidak pula menunjukkan kadar gula darah tinggi, sehingga obat-
obat yang direkomendasikan untuk pasien meliputi kolestiramin 8 g, metildopa
250 mg, dan anelat 1000 mcg. Selain terapi farmakologis, terapi non
farmakologis juga perlu dilakukan untuk membantu menurunkan kadar
kolesterol tinggi pada pasien terutama pada ibu hamil.
Terapi non farmokologis yang dapat dilakukan oleh pasien seperti
mengatur pola makan yang seimbang, mengurangi konsumsi lemak jenuh seperti
daging dan memperbanyak konsumsi lemak tak jenuh seperti ikan, suplemen
omega 3, serta memperbanyak serat dari buah dan sayur. Pasien juga disarankan
untuk mengurangi konsumsi karbohidrat dan memperbanyak makanan yang
mengandung asam folat alami seperti sayuran hijau, kacang-kacangan, buah
seperti pisang, serta makanan seperti roti, sereal, dan jus.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari percobaan adalah sebagai berikut :
1. Skrining resep pasien hiperlipidemia pada kondisi khusus dapat dilakukan
dengan memperhatikan kondisi pasien dengan kesesuaian obat yang
diresepkan. Hal ini juga dilakukan untuk meningkatkan harapan hidup
pasien dan menghindari resiko yang merugikan dari penggunaan obat-
obatan. Hasil skrining menunjukkan bahwa penggunaan metildopa 250 mg
2 kali sehari, kolestiramin 3 kali sehari dan anelat 1 kali sehari adalah aman
untuk pasien hiperlipidemia dengan kondisi khusus sedang hamil dan
mengidap hipertensi.
2. Pelayanan informasi obat dan konseling pasien hiperlipidemia pada kondisi
khusus dilakukan dengan penggunaan bahasa yang mudah dimengerti dan
pemberian semangat kepada pasien agar pasien sembuh. Obat kolestiramin
digunakan untuk menurunkan kadar lipid dalam darah, obat metildopa
digunakan untuk menurunkan kadar gula darah dan suplemen anelat sebagai
sumber asam folat yang baik bagi ibu hamil.
DAFTAR PUSTAKA

Balgis, Binar P., 2014, Pengaruh pemberian Angkak terhadap kadar Kolesterol
Total dan Trigliserida pada Wanita Penderita Hiperlipidemia, Journal Of
Nutrition college, Vol 2 (4).

Dipiro, J. T., Barbara G. W., Terry L. S., dan Cecily V. D., 2015, Pharmacotherapy
Handbook Ninth Edition, McGraw-Hill Education: Unites States.

Harikumar, K., S. Abdul A., B. Kishore K., M. Ramunaik, dan CH. Suvarna, 2013,
A Review on Hyperlipidemic, International Journal of Novel Trends in
Pharmaceutical Sciences, Vol. 3 (4).

LIPI, 2009, Hiperlipidemia, UPT Balai Informasi Teknologi LIPI: Jakarta.

Lyrawati, D., 2008, Dislipidemia-Terapi Obat, Terj. Mod. Hellen Williams 2005.

Nelson, R. H., 2013, Hyerlipidemia as A Risk Factor fo Cardiovascular Disease,


Prim Care Clin Office, Vol. 40.

Priyanto, 2009, Farmakoterapi & Terminologi Medis, Penerbit Leskonfi, Jakarta.

Rabie’ah, Friedi K. C., Johanna G. S., Wijihari P. S., Stella K., dan Marshell T.,
2014, Tatalaksana Terkini Dislipidemia, Jurnal Kedokteran Meditek, Vol. 20
(54).

Anda mungkin juga menyukai