ANALISIS FARMASI
“KROMATOGRAFI GAS”
OLEH
KELOMPOK VIII
KELAS D
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
KENDARI
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah swt, karena
atas limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya penulis masih diberikan kesehatan
dan kekuatan untuk menyelesaikan tugas makalah Analisis Farmasi yang berjudul
“Kromatografi Gas” ini.
Tidak lupa pula penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah mendukung penulis, sehingga makalah “Kromatografi
Gas” ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam
makalah ini, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun tetap penulis
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kromatografi berasal dari kata chroma (warna) dan graphein (penulisan)
merupakan suatu teknik pemisahan fisik karena memanfaatkan perbedaan yang
kecil sifat-sifat fisik dari komponen- komponen yang akan dipisahkan. Istilah
penulisan warna sudah tidak tepat lagi karena pemisahan dengan kromatografi
dapat dipakai untuk memisahkan komponen-komponen yang tidak berwarna.
Kromatografi adalah pemisahan fisik suatu campuran zat-zat kimia berdasarkan
pada perbedaan migrasi dari masing-masing komponen campuran yang terpisah
pada fase diam dibawah pengaruh fase gerak.
Kromatografi terbagi atas beberapa macam, salah satunya adalah
kromatografi gas, yang merupakan metode kromatografi pertama yang
dikembangkan pada zaman instrumen dan elektronika. Kromatografi gas dapat
dipakai untuk setiap campuran dimana semua komponennya mempunyai
tekanan uap yang berarti, suhu tekanan uap yang dipakai untuk proses
pemisahan. Tekanan uap memungkinkan komponen menguap dan bergerak
bersama-sama dengan fase gerak yang berupa gas.
Kromatografi gas pada mulanya hanya digunakan dalam analisis gas,
tetapi dengan kemajuan teknologi, kromatografi gas dapat digunakan untuk
analisis bahan cair dan padat dengan syarat bahwa bahan yang akan
dianalisis mudah menguap atau bisa diderivatisasi terlebih dahulu menjadi
bahan yang mudah menguap. Kromatografi gas dapat pula digunakan dalam
pemisahan dan metode penentuan baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Bentuk analisis lengkap ini merupakan keunggulan utama dari kromatografi.
Kromatografi gas juga merupakan jenis kromatografi yang paling tua dan
sudah digunakan sejak tahun 1800-an. Penggunaan kromatografi gas juga cukup
luas terutama dalam industri minyak dan gas, hingga farmasi.
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditarik beberapa rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan kromatografi gas?
2. Apa saja jenis-jenis kromatografi gas?
3. Apa saja komponen alat dalam kromatografi gas?
4. Bagaimana mekanisme kerja dari kromatografi gas?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini, antara lain:
1. Untuk mengetahui pengertian dari kromatografi gas
2. Untuk mengetahui jenis-jenis kromatografi gas
3. Untuk mengetahui komponen-komponen alat dalam kromatografi gas
4. Untuk mengetahui mekanisme kerja dari kromatografi gas
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
Kromatografi gas memiliki beberapa keuntungan, antara lain efisien,
resolusi tinggi sehingga dapat digunakan untuk menganalisis partikel berukuran
sangat kecil seperti polutan dalam udara, sangat mudah terjadi pencampuran uap
sampel kedalam fasa bergerak, kromatograf sangat mudah digabung dengan
instrumen fisika-kimia yang lainnya, analisis cepat, biasanya hanya dalam
hitungan menit, tidak merusak sampel, serta sensitivitas tinggi sehingga dapat
memisahkan berbagai senyawa yang saling bercampur dan mampu menganalisis
berbagai senyawa meskipun dalam kadar/konsentrasi rendah. Namun demikian,
kromatografi ini juga memiliki beberapa kekurangan seperti terbatas untuk zat
yang mudah menguap, tidak mudah dipakai untuk memisahkan campuran dalam
jumlah besar, fase gas dibandingkan sebagian besar fase cair tidak bersifat
reaktif terhadap fase diam dan zat terlarut.
7
pun dapat muncul dengan jelas sebagai puncak terpisah dalam kromatogram.
Teknik ini penting dalam pemisahan dan identifikasi sejumlah kecil zat yang
mungkin beracun dalam sampel lingungan atau biologi.
2. Kromatografi gas-padat (KGP)
Pada KGP ini, digunakan fase diam padatan (kadang-kadang
polimerik). Mekanisme sorpsi-nya adalah adsorpsi. Prinsip pemisahan
komponen sampel adalah perbedaan fisik adsorpsi oleh fase diam. KGP lebih
efektif untuk pemisahan komponen-komponen dengan massa relative (Mr)
rendah. Namun adsorpsi fase diam terhadap komponen-komponen sample
bersifat semipermanen terutama terhadap molekul yang aktif atau molekul
yang polar. Di samping itu, KGP sering kali memberikan bentuk
kromatogram yang berekor.
8
1. Fase gerak
Fase gerak pada KG juga disebut dengan gas pembawa. Gas ini terdapat
pada suatu tanki bertekanan sangat tinggi (±150 atm). Gas pembawa
bertujuan untuk membawa solut ke kolom, karenanya gas pembawa tidak
berpengaruh pada selektifitas. Selain itu, gas pembawa juga difungsikan
sebagai penghasil nyala untuk KG dengan detektor ionisasi nyala (flame
ionization detector). Untuk keperluan ini digunakan gas seperti hidrogen,
oksigen, dan udara. Persyaratan ideal gas pembawa, antara lain:
a. Gas pembawa harus bersifat inert
b. Murni, murah, dan mudah diperoleh
c. Pemilihan gas pembawa sangat tergantung pada jenis detektor yang
digunakan
d. Sistem pendukung gas pembawa harus menyediakan molecular sieves
sebagai bahan untuk menghilangkan air dan impurities yang lain
9
logam yang dilengkapi dengan septum karet pada satu ujung untuk
mengakomodasi injeksi dengan syringe. Karena gas pembawa mengalir
melalui tabung, sejumlah volume cairan yang diinjeksikan (biasanya antara
0,1-3 µL) akan segera diuapkan untuk selanjutnya dibawa menuju kolom.
Pada dasarnya ada 4 jenis injektor pada kromatografi gas, yaitu:
a. Injeksi langsung (direct injection), yang mana sampel diinjeksikan akan
diuapkan dalam injektor yang panas dan 100% sampel masuk menuju
kolom.
b. Injeksi terpecah (split injection), yang mana sampel yang diinjeksikan
diuapkan dalam injektor panas dan selanjutnya dilakukan pemecahan.
c. Injeksi tanpa pemecahan (splitness injection), yang mana hampir semua
sampel diuapkan dalam injektor yang panas dan dibawa ke dalam kolom
karena katup pemecah ditutup
d. Injeksi langsung ke kolom (on column injection), yang mana ujung
syringe dimasukkan langsung ke dalam kolom. Teknik injeksi langsung
ke dalam kolom digunakan untuk senyawa-senyawa yang mudah
menguap, karena jika penyuntikannya melalui lubang suntik secara
langsung dikhawatirkan akan terjadi peruraian senyawa tersebut karena
suhu yang tinggi.
3. Kolom
Kolom pada KG merupakan tempat terjadinya proses pemisahan karena
di dalamnya terdapat fase diam. Lazimnya tampak luar suatu kolom adalah
tabung berbentuk kumparan, akan tetapi terdapat pula kolom yang berbentuk
lurus atau bengkok seperti huruf V/W. Tabung ini terbuat dari bermacam-
macam bahan seperti tembaga, teflon, stainless steel, aluminium, dan gelas.
Tabung tembaga tidak digunakan untuk senyawa-senyawa seperti amina,
asetilen, terpena, dan steroid karena akan terjadi reaksi kimia.
Semakin sempit diameter kolom, maka efisiensi pemisahan kolom
semakin besar atau puncak kromatogram yang dihasilkan semakin tajam.
Dalam kromatografi gas terdapat dua jenis kolom yaitu kolom kemas dan
kolom kapiler.
10
a. Kolom kemas, jenis kolom ini terbuat dari gelas atau logam yang tahan
karat atau dari tembaga dan aluminium. Efisiensi kolom akan meningkat
dengan semakin bertambah halusnya partikel fase diam. Semakin kecil
diameter partikel fase diam, maka efisiensinya akan meningkat.
b. Kolom kapiler, jenis kolom ini terdapat rongga pada bagian dalam yang
menyerupai pipa. Fase diam melekat mengelilingi dinding dalam kolom.
Fase diam yang digunakan dapat bersifat non polar, polar, atau semi
polar. Jenis fase diam akan menentukan urutan elusi komponen dan
campuran.
4. Detektor
Detektor pada kromatografi adalah suatu sensor elektronik yang
berfungsi mengubah sinyal gas pembawa dan komponen-komponen di
dalamnya menjadi sinyal elektronik atau dengan kata lain mengubah sifat-
sifat molekul dari senyawa organik menjadi arus listrik untuk kemudian
diteruskan ke recorder atau pencatat menjadi gambar/ kromatogram. Sinyal
elektronik detektor akan sangat berguna untuk analisis kualitatif maupun
kuantitatif terhadap komponen-komponen yang terpisah di antara fase diam
dan fase gerak.
Banyak detektor yang dapat digunakan dalam kromatografi gas. Jenis
detektor yang berbeda akan memberikan selektivitas yang berlainan.
Detektor yang non selektif akan memberikan respon pada semua senyawa
kecuali senyawa gas pembawa. Sedangkan detektor yang selektif hanya akan
memberikan respon pada kisaran senyawa yang memiliki sifat fisika atau
kimia yang sama, serta detektor yang spesifik hanya memberikan respon
pada satu senyawa saja.
5. Komputer
Komponen terakhir dalam KG ialah komputer. Pada KG modern,
komputer dilengkapi dengan perangkat lunak untuk digitalisasi signal
detektor dan mempunyai beberapa fungsi, antara lain:
a. Memfasilitasi setting parameter instrumen seperti aliran fase gas, suhu
oven, dan pemrograman suhu, serta penyuntikan sampel secara otomatis
11
b. Menampilkan kromatogram dan informasi lain dengan menggunakan
grafik berwarna
c. Merekam data kalibrasi, retensi, serta perhitungan-perhitungan dengan
statistik
d. Menyimpan data parameter analisis untuk analisis senyawa tertentu
12
BAB III
ISI
A. Pokok Bahasan
Jurnal yang akan ditelaah adalah jurnal yang berkaitan dengan analisis
kandungan senyawa ester asam ftalat dalam air dengan metode kromatografi
gas. Sebagai fase padat digunakan graphene magnet yang diperoleh dari hasil
sintesis melalui reaksi hidrotermal sederhana.Sintesis hidrotermal termasuk
salah satu teknik dari pengkristalan dari temperatur tinggi pada aqueous
solutions pada tekanan tinggi. Sintesis hidrotermal dapat didefinisikan sebagai
metode sintesis dari kristal tunggal yang tergantung pada kesolutan dari mineral
pada air panas dibawah tekanan tinggi(Waludjojati, 2008).
Pemilihan metode kromatografi gas dipilih karena selain mempersingkat
waktu analisis suatu senyawa dalam sampel juga memiliki tingkat kepekaan dan
ketajaman pemisahan yang besar.
13
B. Pengenalan Ester Asam Ftalat
Ester asam ftalat atau biasa disebut
dengan ester ftalat (1,2-
benzenedicarboxylic, Paes) adalah ester dari
asam ftalat yang umumnya digunakan
sebagai plasticizer (bahan penigkat
fleksibilitas dan transparansi plastik). Ftalat
diproduksi dengan mereaksikan ftalat
anhidrat dengan senyawa alcohol seperti
metanol, etanol dan tridecyl alkohol.
Ftalat memiliki kelarutan yang rendah dalam air namun memiliki kelarutan
yang tinggi dalam lemak. Sifat lain dari senyawa ini adalah memiliki volatilitas
yang rendah.
Pengaplikasian senyawa ini dalam bidang farmasi yaitu digunakan sebagai
lapisan enteric dari sediaan pil dan suplemen nutrisi hingga agen pengendali
viskositas, agen pembentuk gel, pembentuk lapisan film, stabilisator, dispersan,
pelumas, pengikat, bahan pengemulsi dan agen pensuspensi.
C. Metode Analisis
1. Reagen dan bahan
Campuran standar Paes mengandung dimetil ftalat (DMP), dietil
ftalat (DEP), di-iso-butil ftalat (DIBP), di-n-butil ftalat (DBP), di- (2-
ethylhexyl) phthalate ( DEHP), butilbenzil phthalate (BBP) dan di-n-
oktilftalat (DNOP). Semua bahan kimia lainnya dan reagen yang kelas
analitis. Air suling dimurnikan dengan sistem Milli-Q (Milford, MA, USA).
Larutan standar dari Paes disiapkan untuk mengencerkan Paes
dalam aseton dengan konsentrasi 2,0 mg / L. Larutan standar kemudian
disimpan dalam pendingin dengan suhu di bawah 4ᴼC dan dan didiamkan
selama 3 bulan hingga menjad istabil.
Untuk menghindari akumulasi dari Paes, semua gelas laboratorium
dicuci dengan asam klorida pekat, dan kemudian dibilas dengan air
deionisasi dan aseton, akhirnya dikeringkan dalam oven laboratorium pada
14
suhu100ᴼC selama 1 jam. Sampel air disimpan pada 4ᴼC dalam botol kaca
dan dianalisis seharisetelahpenyimpanan.
2. Sintesis dan karakterisasi dari graphene magnet
Graphene magnet disiapkan melalui metode hidrotermal. Graphene
(400 mg) didispersikan kedalam 50 mL asam nitrat pekat pada suhu 60ᴼC
dengan pengadukan magnetik selama 7 jam. Graphene yang diolah
denganHNO3dikumpulkan dengan mencuci dengan air sebanyak enam kali
dan kemudian pengeringan di vakum pada 50ᴼC. Olahan kering graphene
kering (150 mg) dan FeCl3.6H2O (200 mg) didispersikan kedalam 40 mL
larutan etilena glikol dengan trinatrium sitrat (0,15 g), natrium asetat (1,8 g)
dan poli (etilena glikol) - 20.000 (1,0 g) secara ultrasonikasi dan
pengadukan magnetik selama 2 jam. Campuran itu disegel dan dimasukan
kedalam autoklaf, dipanaskan padasuhu 200ᴼC selama 10 jam. Graphene
magnet yang diperoleh dicuci dengan air dan dikumpulkan dengan teknik
pemisahan magnetik.
3. Instrumentasi
Digunakan sistem fokus GC, ditambah dengan spektrometer massa
quadrupole Thermo DSQ II. Senyawa yang diekstrak dipisahkan
menggunakan kolom HP-5ms kapiler (30 m × 0,25 mm ID, film 0,25 μm).
Pelarut ekstraksi setelah MSPE disuntikkan langsung dalam modus pisah.
Suhu ovendiprogramdenganketentuan: Suhu awal adalah 60ᴼC, dan ditahan
selama 2 menit; kemudian meningkat menjadi 300ᴼC pada tingkat
30ᴼC/menit, dan terus mempertahankan pada 300ᴼC selama 5 menit. Suhu
injeksi adalah 250ᴼC. Helium (99,999%) digunakansebagai gas
pembawadengan laju alir 1,0 mL/menit. Suhu quadrupole, suhu transfer line
dan sumber MSmasing-masingdiaturdengan suhu 150ᴼC, 280ᴼC dan 230ᴼC.
Digunakan elektron dampak ionisasi (EI) dengan energi elektron nominal
70 eV. Analisis kuantitatif dilakukan dalam mode SIM. Waktu retensi dan
rasio massa terhadap muatan (m/z) dari ion karakteristik untuk setiap PAE
disajikan pada tabelberikut.
15
4. Prosedur MSPE
Prosedur MSPE untuk ekstraksi Paes adalah sebagai berikut:
pertama, 10 mL sampel air yang mengandung Paes dengan konsentrasi 100
g/L ditambahkan dalam mL vial 10 dengan septum PTFE-silikon.
Kemudian 20 mg komposit graphene magnet ditambahkan dalam vial untuk
mengekstrak analit, dan campurandivortexselama 15 menit. Berikutnya,
batang magnet ditempatkan di sampingbotoluntukmenahankomposit
graphene magnetik yang sudah diekstrak analitnya. Selanjutnya air
dikeluarkan dari botol dengan sorben tetapberada di dalam vial. 0,4 mL etil
asetat dan 0,5 g anhidrat Na2SO4ditambahkan, dan kemudian campuran
diultrasonikasi selama 15 menit untuk desorb analit. Etil asetat digunakan
untuk desorb analit, dan anhidrat Na2SO4digunakan untuk menghilangan air
residu. Terakhir, 0,1 mL supernatan ditransferkedalamvial 1,5 mL, dan 1,0
μL disuntikkan ke dalam GC-MS untuk menganalisis.
5. Validasi metode
Linearitas diselidiki dengan mereplikasi tiga analisis dari rentang
konsentrasi yang menarik (0,1-200 μg/L). Metode presisi dipelajari oleh
enam analisis mereplikasi Paes dalam air dengan MSPE di bawah kondisi
optimum. Relatif standar deviasi (RSD) dihitung atas dasar luas puncak
yang diperoleh. Pemulihan juga diselidiki dengan menambahkan 50 L
larutan stok standar (10 μg/mL) ke 10 mLsampel air yang
diketahuimengandung sejumlah Paes. Pengukuran rangkap tiga
dilakukanoleh MSPE-GC-MS. Batas deteksi (LOD) dan batas kuantifikasi
(LOQ) diperkirakan dengan cara melakukan lima replikasi analisis dari
larutan kalibrasi dengan konsentrasi yang diketahui.
16
D. Hasil dan Pembahasan
1. Karakterisasi komposit graphene magnetik
Morfologi komposit graphene magnetik dikarakterisasi dengan SEM
(Gambar 1) dan TEM (Gambar 2). Dari citra SEM dan TEM dari komposit
graphene magnetik, diamati bahwa mikrosfer magnetit dengan ukuran
sekitar 200 nm terdispersi dengan baik dalam matriks pelat graphene yang
hampir transparan. Hal ini mengindikasikan kombinasi berhasil Fe3O4 pada
permukaan graphene.
Gambar 1 Gambar 2
2. Optimalisasi kondisi ekstraksi
Untuk mendapatkan efisiensi ekstraksi maksimal, beberapa parameter
penting harus diperhatikan seperti jenis dan volume pelarut elusi, jumlah
graphene magnetik, waktu adsorpsi dan elusi waktu dipelajari dan
dioptimalkan. Analisis dalam matriks berair dikecualikan, dipekatkan dan
disuntikkan ke dalam GC-MS untuk analisis.
a. Tipe dan volume pemilihan pelarut elusi
Pemilihan pelarut elusi cukup penting untuk ekstraksi analit oleh
komposit graphene magnet. Pelarut elusi yang digunakan yaitu aseton,
etil asetat dan klorform. Berdasarkan jurnal ini etil asetat memiliki
efisiensi tinggi, sementara aseton memiliki efisiensi menyerap relatif
rendah. Jadi etil asetat yang digunakan sebagai pelarut eluting. Volume
elusi pelarut juga merupakan faktor penting untuk mendapatkan handal
17
dan direproduksi hasil analisis. Dalam analisis ini digunakan untuk
mengetahui pengaruh efisensi ekstraksi. Selain itu waktu Ekstraksi dan
jumlah adsorben juga merupakan parameter penting yang dapat
mempengaruhi efisiensi. Efisiensi dari tiap pelarut dapat dilihat pada
grafik berikut.
18
waktu ekstraksi yang optimal. Pada waktu ekstraksi 15 menit, waktu
eluting yang berbeda (5, 10, 15 dan 25 menit) juga diselidiki. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa 15 menit cukup untuk mendapatkan
efisiensi ekstraksi maksimal dari semua analit. Jadi, waktu elusi 15
menit dipilih.
19
dianalisis dengan MSPE diikuti dengan GC-MS. Rentang linear dan
koefisien korelasi (r) yang diperoleh untuk setiap PAE diberikan dalam
Tabel 1. Seperti yang terlihat dari Tabel 1, yang sesuai nilai-nilai (r) lebih
0,9973 dan metode memiliki linearitas yang baik. Ketepatan metode
bervariasi dari 5,1% menjadi 8,4%. Nilai-nilai LOD dihitung atas dasar
rasio S / N 3 dan nilai-nilai dari Lytes ana- yang 0,01-0,056 g / L. Atas dasar
rasio S / N dari 10, nilai-nilai LOQ analit yang 0,035-0,19 g / L. Hasil ini
menunjukkan bahwa metode kami memiliki rentang linear yang baik, batas
deteksi rendah dan reproduktifitas tinggi. Jadi metode yang diusulkan itu
dapat diandalkan.
5. Analisis kuantitatif Paes dalam sampel air
Metode yang diusulkan diterapkan untuk ekstraksi Paes dari sampel
air sungai 10 mL dan mL sampel 10 air kolam. Sampel air disaring melalui
0,45 mm filter membran sebelum analisis. Kromatogram sampel air sungai
ditunjukkan pada gambar di bawah.
Pada sampel air sungai, DIBP, DBP, DEHP dan BBP terdeteksi.
Dalam sampel air kolam, enam jenis Paes terdeteksi kecuali DMP.
Konsentrasi Paes dihitung dengan metode standar eksternal, dan hasilnya
dirangkum pada Tabel 2. Untuk mengetahui pengaruh matriks ple sam- pada
efisiensi ekstraksi, sampel dibubuhi masing-masing senyawa target pada
konsentrasi 50 g / L. Pemulihan relatif (RR) diperoleh sebagai persamaan
20
berikut: RR = C didirikan- C nyata / C menambahkan × 100%, di mana C
didirikan, C nyata, dan C ditambahkan adalah konsentrasi analit setelah
penambahan jumlah dikenal standar di nyata sampel, konsentrasi analit
dalam sampel nyata dan konsentrasi diketahui jumlahnya standar yang
dibubuhi dengan sampel nyata masing-masing. The pemulihan relatif dari
tujuh Paes berkisar antara 88% sampai 110%. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa metode memungkinkan mination deter- tepat dan sensitif standar dan
dapat diterapkan untuk mendeteksi Paes dalam sampel nyata.
E. Kesimpulan
Berdasarkan review diatas dapat ditarik kesimpulan, komposit graphene
magnet yang disintesis oleh reaksi hidrotermal satu langkah. Posites magnetik
graphene com- digunakan sebagai adsorben untuk analisis Paes memiliki
beberapa tages advan- termasuk kapasitas adsorpsi tinggi dan ekstraksi yang
baik abil- ity. Setelah penyelidikan kondisi ekstraksi, metode cepat dan sensitif
untuk penentuan Paes didirikan oleh MSPE kopling dengan GC-MS. Akhirnya,
metode yang diusulkan adalah cessfully SUC- diterapkan untuk analisis Paes
dari air lingkungan
21
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini, antara lain:
1. Kromatografi gas merupakan metode yang dinamis untuk pemisahan dan
deteksi senyawa-senyawa yang mudah menguap dalam suatu campuran.
2. Kromatografi gas terbagi atas dua jenis, yakni kromatografi gas-cair yang
menggunakan fase diam berupa cairan, serta kromatografi gas-padat yang
menggunakan fase diam berupa padatan.
3. Sistem peralatan dalam kromatografi gas terdiri atas fase diam, fase gerak
(cairan pembawa, kolom, detektor, serta komputer yang dilengkapi dengan
perangkat pengolah data.
4. Cara kerja dari kromatografi gas yakni gas pembawa lewat melalui satu sisi
detektor dan memasuki kolom.
5. Di dekat kolom ada suatu alat di mana sampel-sampel bisa dimasukkan ke
dalam gas pembawa ( tempat injeksi). Lubang injeksi dipanaskan agar
sampel teruapkan dengan cepat. Aliran gas selanjutnya menemui kolom,
kolom berisi suatu padatan halus dengan luas permukaan yang besar dan
relatif inert. Setelah muncul dari kolom itu, aliran gas lewat melalui sisi lain
detector. Maka elusi zat terlarut dari kolom mengatur ketidakseimbangan
antara dua sisi detector yang direkam secara elektrik.
22
DAFTAR PUSTAKA
Gandjar, I. G., dan Abdul R., 2015, Kimia Analiss Farmasi, Pustaka Pelajar:
Yogyakarta.
Oxtoby, D. W., Gills H. P., dan Norman H. N., 2001, Prinsip-Prinsip Kimia
Modern Edisi 4, Penerbit Erlangga: Jakarta.
23
Hasil Diskusi Kromatografi Gas
24
lain selama proses pemisahan. Sedangkan komponen yang berperan dalam
pemisahan ialah kolom, di mana pada kolom terdapat fase diam (baik
berupa cair maupun padatan) yang berperan untuk memisahkan sampel
berdasarkan dua prinsip, yakni perbedaan kepolaran dan perbedaan titik
didih.
4. Pak Handoyo
Pertanyaan : Jelaskan kromatogram dan metode spike dalam review
jurnal!
Jawaban :
25
Terdapat 2 kromatogram pada jurnal di mana pada kromatogram A
merupakan hasil analisis senyawa untuk alkil/aril halida dan kromatogram
B merupakan hasil analisis untuk senyawa nitroaromatik. Kedua hasil
kromatogram didapat dengan menggunakan diluen dimetil sulfoxide
(DMSO) dengan oven headspace pada temperatur 130 0C. Pada background
kromatogram ‡ dengan menggunakan diluen DMSO murni didapatkan hasil
latar belakang kromatogram dengan puncak serapan yang kurang jelas.
Untuk mendapatkan puncak serapan yang jelas, pada analisisnya
digunakan metode spike. Metode spike (spiked-placebo recovery)
merupakan metode umum yang digunakan dalam validasi metode dimana
sejumlah analit bahan murni (senyawa pembanding kimia) ditambahkan ke
dalam campuran sampel lalu campuran tersebut dianalisis dan hasilnya
dibandingkan dengan kadar analit yang ditambahkan (kadar yang
sebenarnya). Hasil dari metode spike dapat dilihat pada latar belakang
kromatogram †, dimana dapat dilihat puncak yang terbentuk semakin jelas.
Latar belakang kromatogram † dan kromatogram ‡ kemudian dibandingkan
sehingga dapat dengan jelas ditentukan puncak serapan senyawa yang
dituju.
Puncak (1) merupakan Iodobutane, (2) 1-bromo-3-chloropropane, (3)
n-propyl bromoacetate, (4) benzyl chloride, (5) benzyl bromide, (6)
benzotrichloride, (7) 1- chloro - 2- nitrobenzene, (8) 1,6 - dibromohexane,
(9) 2, 4 - dimethylnitrobenzene, (10) nitrobenzaldehyde, (11) 4-
nitrobenzaldehyde, (12) 1-(2-chloro-5-nitrophenyl)ethanone, (13) 1-
nitronaphthalene, (14) 2-chloro-5-nitroaniline, (15) 2-nitrofluorene.
26
5. Gapri (Kelompok I)
Pertanyaan : Jelaskan fungsi diluen IL pada jurnal kelompok anda? dan
apa hubungannya dengan titik didih?
Jawaban :
Diluen IL merupakan diluen yang digunakan sebagai pengganti diluen
konvensional seperti dimethyl sulfoxide (DMSO) dan dimethylacetamide
(DMAC). Dibandingkan dengan pelarut organik konvensional, diluen IL
menunjukkan karakteristik fisikokimia unik yang sangat baik seperti
stabilitas termal yang tinggi, tekanan uap yang dapat diabaikan, viskositas
yang bervariasi, tidak mudah terbakar. Semua fitur gabungan ini membuat
diluen IL sangat menarik bagi banyak aplikasi dalam kimia analitik. Karena
stabilitas termalnya yang tinggi dan volatilitas rendah. Penerapan diluen IL
memungkinkan suhu oven headspace yang tinggi, dan berkontribusi pada
latar belakang kromatografi yang rendah serta sensitivitas metode yang
sangat baik.
27