Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

ANALISIS FARMASI

“KROMATOGRAFI GAS”

OLEH

KELOMPOK VIII

1. REZA RAHMANSYAH (O1A115127)


2. SEKAR DWILAKSITA (O1A115136)
3. WILDA PUSPITA AGAM (O1A115147)
4. NURMAYANI (O1A115156)
5. TUTI MAULIA (O1A115164)

KELAS D

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah swt, karena
atas limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya penulis masih diberikan kesehatan
dan kekuatan untuk menyelesaikan tugas makalah Analisis Farmasi yang berjudul
“Kromatografi Gas” ini.
Tidak lupa pula penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah mendukung penulis, sehingga makalah “Kromatografi
Gas” ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam
makalah ini, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun tetap penulis
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Kendari, September 2017

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ......................................................................................................1


Kata Pengantar .........................................................................................................2
Daftar Isi ..................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah ...............................................................................................5
C. Tujuan .................................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Kromatografi Gas ..................................................................................6
B. Pembagian Kromatografi Gas .............................................................................7
C. Peralatan dalam Kromatografi Gas .....................................................................8
D. Cara Kerja Kromatografi Gas ............................................................................12
BAB III ISI ............................................................................................................13
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................................20
Daftar Pustaka ........................................................................................................21

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kromatografi berasal dari kata chroma (warna) dan graphein (penulisan)
merupakan suatu teknik pemisahan fisik karena memanfaatkan perbedaan yang
kecil sifat-sifat fisik dari komponen- komponen yang akan dipisahkan. Istilah
penulisan warna sudah tidak tepat lagi karena pemisahan dengan kromatografi
dapat dipakai untuk memisahkan komponen-komponen yang tidak berwarna.
Kromatografi adalah pemisahan fisik suatu campuran zat-zat kimia berdasarkan
pada perbedaan migrasi dari masing-masing komponen campuran yang terpisah
pada fase diam dibawah pengaruh fase gerak.
Kromatografi terbagi atas beberapa macam, salah satunya adalah
kromatografi gas, yang merupakan metode kromatografi pertama yang
dikembangkan pada zaman instrumen dan elektronika. Kromatografi gas dapat
dipakai untuk setiap campuran dimana semua komponennya mempunyai
tekanan uap yang berarti, suhu tekanan uap yang dipakai untuk proses
pemisahan. Tekanan uap memungkinkan komponen menguap dan bergerak
bersama-sama dengan fase gerak yang berupa gas.
Kromatografi gas pada mulanya hanya digunakan dalam analisis gas,
tetapi dengan kemajuan teknologi, kromatografi gas dapat digunakan untuk
analisis bahan cair dan padat dengan syarat bahwa bahan yang akan
dianalisis mudah menguap atau bisa diderivatisasi terlebih dahulu menjadi
bahan yang mudah menguap. Kromatografi gas dapat pula digunakan dalam
pemisahan dan metode penentuan baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Bentuk analisis lengkap ini merupakan keunggulan utama dari kromatografi.
Kromatografi gas juga merupakan jenis kromatografi yang paling tua dan
sudah digunakan sejak tahun 1800-an. Penggunaan kromatografi gas juga cukup
luas terutama dalam industri minyak dan gas, hingga farmasi.

4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditarik beberapa rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan kromatografi gas?
2. Apa saja jenis-jenis kromatografi gas?
3. Apa saja komponen alat dalam kromatografi gas?
4. Bagaimana mekanisme kerja dari kromatografi gas?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini, antara lain:
1. Untuk mengetahui pengertian dari kromatografi gas
2. Untuk mengetahui jenis-jenis kromatografi gas
3. Untuk mengetahui komponen-komponen alat dalam kromatografi gas
4. Untuk mengetahui mekanisme kerja dari kromatografi gas

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Kromatografi Gas

Kromatografi gas atau KG merupakan teknik instrumental yang dikenalkan


pertama kali pada tahun 1950-an, dan saat ini merupakan alat utama yang
digunakan oleh laboratorium untuk melakukan analisis. Perkembangan
teknologi yang signifikan dalam bidang elektronik, komputer, dan kolom telah
menghasilkan batas deteksi yang lebih rendah serta identifikasi senyawa menjadi
lebih akurat melalui teknik analisis dengan resolusi yang meningkat.
Kromatografi gas merupakan teknik analisis yang telah digunakan dalam
bidang-bidang seperti industri, lingkungan, farmasi, minyak, kimia, klinik,
forensik, makanan, dan lain-lain.
Kromatografi gas merupakan metode yang dinamis untuk pemisahan dan
deteksi senyawa-senyawa yang mudah menguap dalam suatu campuran.
Kromatografi gas merupakan suatu cara kromatografi di mana sampel diuap dan
diinjeksikan ke dalam kolom. Sampel kemudian dibawa melalui kolom oleh gas
pembawa yang bersifat inert. Di dalam kolom sendiri telah ada fase diam.
Kegunaan umum KG adalah untuk melakukan pemisahan dinamis dan
identifikasi semua jenis senyawa organik yang mudah menguap dan juga untuk
melakukan analisis kualitatif serta kuantitatif senyawa dalam suatu campuran.
Kromatografi umumnya sebagaimana yang telah kita ketahui melibatkan
sampel yang terlarut dalam fase gerak yang didorong melewati fase diam dengan
berbagai cara. Kromatografi gas terdiri dari fase gerak berupa gas dan fase diam
berupa padat (GSC: gas solid chromatography) atau cairan yang dilekatkan pada
suatu fase penyokong (GLC: gas liquid chromatography). KG dapat
diotomatisasi untuk analisis sampel-sampel padat, cair, dan gas. Sampel padat
diekstraksi dalam suatu pelarut sehingga dapat diinjekskan ke dalam sistem KG,
demikian juga sampel gas dapat langsung diambil dengna penyuntik (syringe)
yang ketat terhadap gas.

6
Kromatografi gas memiliki beberapa keuntungan, antara lain efisien,
resolusi tinggi sehingga dapat digunakan untuk menganalisis partikel berukuran
sangat kecil seperti polutan dalam udara, sangat mudah terjadi pencampuran uap
sampel kedalam fasa bergerak, kromatograf sangat mudah digabung dengan
instrumen fisika-kimia yang lainnya, analisis cepat, biasanya hanya dalam
hitungan menit, tidak merusak sampel, serta sensitivitas tinggi sehingga dapat
memisahkan berbagai senyawa yang saling bercampur dan mampu menganalisis
berbagai senyawa meskipun dalam kadar/konsentrasi rendah. Namun demikian,
kromatografi ini juga memiliki beberapa kekurangan seperti terbatas untuk zat
yang mudah menguap, tidak mudah dipakai untuk memisahkan campuran dalam
jumlah besar, fase gas dibandingkan sebagian besar fase cair tidak bersifat
reaktif terhadap fase diam dan zat terlarut.

B. Pembagian Kromatografi Gas


Kromatografi gas merupakan teknik pemisahan yang mana solut-solut yang
mudah menguap (dan stabil terhadap panas) bermigrasi melalui kolom yang
mengandung fase diam dengan suatu kecepatan yang tergantung pada rasio
distribusinya. Ada dua jenis kromatografi gas, antara lain:
1. Kromatografi gas-cair (KGC)
KGC adalah suatu teknik pemisahan yang paling penting untuk
penelitian kimia modern. Pada KGC ini, fase diam yang digunakan adalah
cairan yang diikatkan pada suatu pendukung sehingga solut akan terlarut
dalam fase diam. Mekanisme sorpsi-nya adalah partisi. Sampel diuapkan dan
dilewatkan melalui kolom, terbawa dalam aliran gas lembam seperti helium
atau nitrogen. Waktu tinggal dalam kolom tergantung pada koefisien partisi
spesies terlarut, yang memungkinkan pemisahan yang efisien dari campuran.
Zat terlarut yang meninggalkan kolom pada waktu tertentu dapat dideteksi
oleh bermacam teknik yang menghasilkan kromatogram gas dengan puncak
yang sesuai dengan setiap spesies terlarut dalam campuran.
Kromatografi gas-cair banyak digunakan untuk memisahkan produk
hasil reaksi organik. Kromatografi ini juga dapat digunakan untuk
menentukan kemurnian senyawa, karena jumlah pengotor yang sangat kecil

7
pun dapat muncul dengan jelas sebagai puncak terpisah dalam kromatogram.
Teknik ini penting dalam pemisahan dan identifikasi sejumlah kecil zat yang
mungkin beracun dalam sampel lingungan atau biologi.
2. Kromatografi gas-padat (KGP)
Pada KGP ini, digunakan fase diam padatan (kadang-kadang
polimerik). Mekanisme sorpsi-nya adalah adsorpsi. Prinsip pemisahan
komponen sampel adalah perbedaan fisik adsorpsi oleh fase diam. KGP lebih
efektif untuk pemisahan komponen-komponen dengan massa relative (Mr)
rendah. Namun adsorpsi fase diam terhadap komponen-komponen sample
bersifat semipermanen terutama terhadap molekul yang aktif atau molekul
yang polar. Di samping itu, KGP sering kali memberikan bentuk
kromatogram yang berekor.

C. Peralatan pada Kromatografi Gas

Komponen utama dalam kromatografi gas seperti ditunjukkan pada gambar


di atas terdiri atas kontrol dan penyedia gas pembawa, ruang suntik sampel,
kolom yang diletakkan dalam oven yag dikontrol secara termostatik, sistem
deteksi dan pencatat (detektor dan recorder), serta komputer yang dilengkapi
dengan perangkat pengolah data.

8
1. Fase gerak
Fase gerak pada KG juga disebut dengan gas pembawa. Gas ini terdapat
pada suatu tanki bertekanan sangat tinggi (±150 atm). Gas pembawa
bertujuan untuk membawa solut ke kolom, karenanya gas pembawa tidak
berpengaruh pada selektifitas. Selain itu, gas pembawa juga difungsikan
sebagai penghasil nyala untuk KG dengan detektor ionisasi nyala (flame
ionization detector). Untuk keperluan ini digunakan gas seperti hidrogen,
oksigen, dan udara. Persyaratan ideal gas pembawa, antara lain:
a. Gas pembawa harus bersifat inert
b. Murni, murah, dan mudah diperoleh
c. Pemilihan gas pembawa sangat tergantung pada jenis detektor yang
digunakan
d. Sistem pendukung gas pembawa harus menyediakan molecular sieves
sebagai bahan untuk menghilangkan air dan impurities yang lain

Pemilihan gas pembawa tergantung pada penggunaan spesifik dan jenis


detektor yang digunakan. Helium merupakan tipe gas pembawa yang sering
digunakan karena memberikan efisiensi kromatografi yang baik
(mengurangi pelebaran pita). Selain helium, gas pembawa lainnya seperti
nitrogen, hidrogen, atau campuran argon dan metana.

2. Ruang suntik sampel


Fungsi ruang suntik adalah untuk mengantarkan sampel ke dalam aliran
gas pembawa. Penyuntikan sampel dapat dilakukan secara manual atau
secara otomatis (yang dapat menyesuaikan jumlah sampel). Sampel yang
akan dikromatografi dimasukkan ke dalam ruang suntik melalui gerbang
suntik yang biasanya berupa lubang yang ditutupi septum atau pemisah
karet. Ruang suntik harus dipanaskan tersendiri (terpisah dari kolom) dan
biasanya 10-15oC lebih tinggi daripada suhu kolom maksimum. Jadi seluruh
sampel akan menguap segera setelah sampel disuntikkan.
Lubang injeksi didesain untuk memasukkan sampel secara cepat dan
efisien. Desain yang populer terdiri atas saluran gelas yang kecil atau tabung

9
logam yang dilengkapi dengan septum karet pada satu ujung untuk
mengakomodasi injeksi dengan syringe. Karena gas pembawa mengalir
melalui tabung, sejumlah volume cairan yang diinjeksikan (biasanya antara
0,1-3 µL) akan segera diuapkan untuk selanjutnya dibawa menuju kolom.
Pada dasarnya ada 4 jenis injektor pada kromatografi gas, yaitu:
a. Injeksi langsung (direct injection), yang mana sampel diinjeksikan akan
diuapkan dalam injektor yang panas dan 100% sampel masuk menuju
kolom.
b. Injeksi terpecah (split injection), yang mana sampel yang diinjeksikan
diuapkan dalam injektor panas dan selanjutnya dilakukan pemecahan.
c. Injeksi tanpa pemecahan (splitness injection), yang mana hampir semua
sampel diuapkan dalam injektor yang panas dan dibawa ke dalam kolom
karena katup pemecah ditutup
d. Injeksi langsung ke kolom (on column injection), yang mana ujung
syringe dimasukkan langsung ke dalam kolom. Teknik injeksi langsung
ke dalam kolom digunakan untuk senyawa-senyawa yang mudah
menguap, karena jika penyuntikannya melalui lubang suntik secara
langsung dikhawatirkan akan terjadi peruraian senyawa tersebut karena
suhu yang tinggi.
3. Kolom
Kolom pada KG merupakan tempat terjadinya proses pemisahan karena
di dalamnya terdapat fase diam. Lazimnya tampak luar suatu kolom adalah
tabung berbentuk kumparan, akan tetapi terdapat pula kolom yang berbentuk
lurus atau bengkok seperti huruf V/W. Tabung ini terbuat dari bermacam-
macam bahan seperti tembaga, teflon, stainless steel, aluminium, dan gelas.
Tabung tembaga tidak digunakan untuk senyawa-senyawa seperti amina,
asetilen, terpena, dan steroid karena akan terjadi reaksi kimia.
Semakin sempit diameter kolom, maka efisiensi pemisahan kolom
semakin besar atau puncak kromatogram yang dihasilkan semakin tajam.
Dalam kromatografi gas terdapat dua jenis kolom yaitu kolom kemas dan
kolom kapiler.

10
a. Kolom kemas, jenis kolom ini terbuat dari gelas atau logam yang tahan
karat atau dari tembaga dan aluminium. Efisiensi kolom akan meningkat
dengan semakin bertambah halusnya partikel fase diam. Semakin kecil
diameter partikel fase diam, maka efisiensinya akan meningkat.
b. Kolom kapiler, jenis kolom ini terdapat rongga pada bagian dalam yang
menyerupai pipa. Fase diam melekat mengelilingi dinding dalam kolom.
Fase diam yang digunakan dapat bersifat non polar, polar, atau semi
polar. Jenis fase diam akan menentukan urutan elusi komponen dan
campuran.
4. Detektor
Detektor pada kromatografi adalah suatu sensor elektronik yang
berfungsi mengubah sinyal gas pembawa dan komponen-komponen di
dalamnya menjadi sinyal elektronik atau dengan kata lain mengubah sifat-
sifat molekul dari senyawa organik menjadi arus listrik untuk kemudian
diteruskan ke recorder atau pencatat menjadi gambar/ kromatogram. Sinyal
elektronik detektor akan sangat berguna untuk analisis kualitatif maupun
kuantitatif terhadap komponen-komponen yang terpisah di antara fase diam
dan fase gerak.
Banyak detektor yang dapat digunakan dalam kromatografi gas. Jenis
detektor yang berbeda akan memberikan selektivitas yang berlainan.
Detektor yang non selektif akan memberikan respon pada semua senyawa
kecuali senyawa gas pembawa. Sedangkan detektor yang selektif hanya akan
memberikan respon pada kisaran senyawa yang memiliki sifat fisika atau
kimia yang sama, serta detektor yang spesifik hanya memberikan respon
pada satu senyawa saja.
5. Komputer
Komponen terakhir dalam KG ialah komputer. Pada KG modern,
komputer dilengkapi dengan perangkat lunak untuk digitalisasi signal
detektor dan mempunyai beberapa fungsi, antara lain:
a. Memfasilitasi setting parameter instrumen seperti aliran fase gas, suhu
oven, dan pemrograman suhu, serta penyuntikan sampel secara otomatis

11
b. Menampilkan kromatogram dan informasi lain dengan menggunakan
grafik berwarna
c. Merekam data kalibrasi, retensi, serta perhitungan-perhitungan dengan
statistik
d. Menyimpan data parameter analisis untuk analisis senyawa tertentu

D. Cara Kerja Kromatografi Gas


Pada umumnya solut akan terelusi berdasarkan pada peningkatan titik
didihnya, kecuali jika ada interaksi khusus antara solut dengan fase diam.
Pemisahan pada kromatografi gas didasarkan pada titik didih suatu senyawa
dikurangi dengan semua interaksi yang mungkin terjadi antara solut dengan fase
diam. Fase gerak yang berupa gas akan mengelusi solut dari ujung kolom lalu
menghantarkannya ke detektor. Penggunaan suhu yang meningkat (biasanya
pada kisaran 50-350oC) bertujuan untuk menjamin bahwa solut akan menguap
dan karenanya akan cepat terelusi. Secara garis besar, prinsip kerja kromatografi
gas dapat dirangkum sebagai berikut.
Dasar kerja : partisi/ adsorpsi
Fase gerak : gas (helium, nitrogen, dan lain-lain)
Fase diam : padatan (silika, alumina, grafit) dan bahan polimer berpori
Cara kerja dari kromatografi gas adalah gas pembawa lewat melalui satu sisi
detector kemudian memasuki kolom. Di dekat kolom ada suatu alat di mana
sampel-sampel bisa dimasukkan ke dalam gas pembawa ( tempat injeksi).
Sampel-sampel tersebut dapat berupa gas atau cairan yang volatil (mudah
menguap). Lubang injeksi dipanaskan agar sampel teruapkan dengan cepat.
Aliran gas selanjutnya menemui kolom, kolom berisi suatu padatan halus
dengan luas permukaan yang besar dan relatif inert. Sebelum diisi ke dalam
kolom, padatan tersebut diimpregnasi dengan cairan yang diinginkan yang
berperan sebagai fasa diam atau stasioner sesungguhnya, cairan ini harus stabil
dan non volatil pada temperatur kolom dan harus sesuai dengan pemisahan
tertentu. Setelah muncul dari kolom itu, aliran gas lewat melalui sisi lain
detector. Maka elusi zat terlarut dari kolom mengatur ketidakseimbangan antara
dua sisi detector yang direkam secara elektrik.

12
BAB III

ISI

Judul Penentuan Tingkat Jejak Pengotor Genotoksik pada Zat Obat


Molekul Kecil Menggunakan Kromatografi Gas Headspace
Konvensional dengan Pengencer Cairan Ionik Kontemporer dan
Deteksi Penangkapan Elektron
Jurnal Journal of Chromatography A
Penulis Tien D. Hoa, Peter M. Yehla, Nik P. Chetwyna, Jin Wanga, Jared
L. Andersonb, Qiqing Zhonga
Tahun 2014

A. Pokok Bahasan
Jurnal yang akan ditelaah adalah jurnal yang berkaitan dengan analisis
kandungan senyawa ester asam ftalat dalam air dengan metode kromatografi
gas. Sebagai fase padat digunakan graphene magnet yang diperoleh dari hasil
sintesis melalui reaksi hidrotermal sederhana.Sintesis hidrotermal termasuk
salah satu teknik dari pengkristalan dari temperatur tinggi pada aqueous
solutions pada tekanan tinggi. Sintesis hidrotermal dapat didefinisikan sebagai
metode sintesis dari kristal tunggal yang tergantung pada kesolutan dari mineral
pada air panas dibawah tekanan tinggi(Waludjojati, 2008).
Pemilihan metode kromatografi gas dipilih karena selain mempersingkat
waktu analisis suatu senyawa dalam sampel juga memiliki tingkat kepekaan dan
ketajaman pemisahan yang besar.

13
B. Pengenalan Ester Asam Ftalat
Ester asam ftalat atau biasa disebut
dengan ester ftalat (1,2-
benzenedicarboxylic, Paes) adalah ester dari
asam ftalat yang umumnya digunakan
sebagai plasticizer (bahan penigkat
fleksibilitas dan transparansi plastik). Ftalat
diproduksi dengan mereaksikan ftalat
anhidrat dengan senyawa alcohol seperti
metanol, etanol dan tridecyl alkohol.
Ftalat memiliki kelarutan yang rendah dalam air namun memiliki kelarutan
yang tinggi dalam lemak. Sifat lain dari senyawa ini adalah memiliki volatilitas
yang rendah.
Pengaplikasian senyawa ini dalam bidang farmasi yaitu digunakan sebagai
lapisan enteric dari sediaan pil dan suplemen nutrisi hingga agen pengendali
viskositas, agen pembentuk gel, pembentuk lapisan film, stabilisator, dispersan,
pelumas, pengikat, bahan pengemulsi dan agen pensuspensi.

C. Metode Analisis
1. Reagen dan bahan
Campuran standar Paes mengandung dimetil ftalat (DMP), dietil
ftalat (DEP), di-iso-butil ftalat (DIBP), di-n-butil ftalat (DBP), di- (2-
ethylhexyl) phthalate ( DEHP), butilbenzil phthalate (BBP) dan di-n-
oktilftalat (DNOP). Semua bahan kimia lainnya dan reagen yang kelas
analitis. Air suling dimurnikan dengan sistem Milli-Q (Milford, MA, USA).
Larutan standar dari Paes disiapkan untuk mengencerkan Paes
dalam aseton dengan konsentrasi 2,0 mg / L. Larutan standar kemudian
disimpan dalam pendingin dengan suhu di bawah 4ᴼC dan dan didiamkan
selama 3 bulan hingga menjad istabil.
Untuk menghindari akumulasi dari Paes, semua gelas laboratorium
dicuci dengan asam klorida pekat, dan kemudian dibilas dengan air
deionisasi dan aseton, akhirnya dikeringkan dalam oven laboratorium pada

14
suhu100ᴼC selama 1 jam. Sampel air disimpan pada 4ᴼC dalam botol kaca
dan dianalisis seharisetelahpenyimpanan.
2. Sintesis dan karakterisasi dari graphene magnet
Graphene magnet disiapkan melalui metode hidrotermal. Graphene
(400 mg) didispersikan kedalam 50 mL asam nitrat pekat pada suhu 60ᴼC
dengan pengadukan magnetik selama 7 jam. Graphene yang diolah
denganHNO3dikumpulkan dengan mencuci dengan air sebanyak enam kali
dan kemudian pengeringan di vakum pada 50ᴼC. Olahan kering graphene
kering (150 mg) dan FeCl3.6H2O (200 mg) didispersikan kedalam 40 mL
larutan etilena glikol dengan trinatrium sitrat (0,15 g), natrium asetat (1,8 g)
dan poli (etilena glikol) - 20.000 (1,0 g) secara ultrasonikasi dan
pengadukan magnetik selama 2 jam. Campuran itu disegel dan dimasukan
kedalam autoklaf, dipanaskan padasuhu 200ᴼC selama 10 jam. Graphene
magnet yang diperoleh dicuci dengan air dan dikumpulkan dengan teknik
pemisahan magnetik.
3. Instrumentasi
Digunakan sistem fokus GC, ditambah dengan spektrometer massa
quadrupole Thermo DSQ II. Senyawa yang diekstrak dipisahkan
menggunakan kolom HP-5ms kapiler (30 m × 0,25 mm ID, film 0,25 μm).
Pelarut ekstraksi setelah MSPE disuntikkan langsung dalam modus pisah.
Suhu ovendiprogramdenganketentuan: Suhu awal adalah 60ᴼC, dan ditahan
selama 2 menit; kemudian meningkat menjadi 300ᴼC pada tingkat
30ᴼC/menit, dan terus mempertahankan pada 300ᴼC selama 5 menit. Suhu
injeksi adalah 250ᴼC. Helium (99,999%) digunakansebagai gas
pembawadengan laju alir 1,0 mL/menit. Suhu quadrupole, suhu transfer line
dan sumber MSmasing-masingdiaturdengan suhu 150ᴼC, 280ᴼC dan 230ᴼC.
Digunakan elektron dampak ionisasi (EI) dengan energi elektron nominal
70 eV. Analisis kuantitatif dilakukan dalam mode SIM. Waktu retensi dan
rasio massa terhadap muatan (m/z) dari ion karakteristik untuk setiap PAE
disajikan pada tabelberikut.

15
4. Prosedur MSPE
Prosedur MSPE untuk ekstraksi Paes adalah sebagai berikut:
pertama, 10 mL sampel air yang mengandung Paes dengan konsentrasi 100
g/L ditambahkan dalam mL vial 10 dengan septum PTFE-silikon.
Kemudian 20 mg komposit graphene magnet ditambahkan dalam vial untuk
mengekstrak analit, dan campurandivortexselama 15 menit. Berikutnya,
batang magnet ditempatkan di sampingbotoluntukmenahankomposit
graphene magnetik yang sudah diekstrak analitnya. Selanjutnya air
dikeluarkan dari botol dengan sorben tetapberada di dalam vial. 0,4 mL etil
asetat dan 0,5 g anhidrat Na2SO4ditambahkan, dan kemudian campuran
diultrasonikasi selama 15 menit untuk desorb analit. Etil asetat digunakan
untuk desorb analit, dan anhidrat Na2SO4digunakan untuk menghilangan air
residu. Terakhir, 0,1 mL supernatan ditransferkedalamvial 1,5 mL, dan 1,0
μL disuntikkan ke dalam GC-MS untuk menganalisis.
5. Validasi metode
Linearitas diselidiki dengan mereplikasi tiga analisis dari rentang
konsentrasi yang menarik (0,1-200 μg/L). Metode presisi dipelajari oleh
enam analisis mereplikasi Paes dalam air dengan MSPE di bawah kondisi
optimum. Relatif standar deviasi (RSD) dihitung atas dasar luas puncak
yang diperoleh. Pemulihan juga diselidiki dengan menambahkan 50 L
larutan stok standar (10 μg/mL) ke 10 mLsampel air yang
diketahuimengandung sejumlah Paes. Pengukuran rangkap tiga
dilakukanoleh MSPE-GC-MS. Batas deteksi (LOD) dan batas kuantifikasi
(LOQ) diperkirakan dengan cara melakukan lima replikasi analisis dari
larutan kalibrasi dengan konsentrasi yang diketahui.

16
D. Hasil dan Pembahasan
1. Karakterisasi komposit graphene magnetik
Morfologi komposit graphene magnetik dikarakterisasi dengan SEM
(Gambar 1) dan TEM (Gambar 2). Dari citra SEM dan TEM dari komposit
graphene magnetik, diamati bahwa mikrosfer magnetit dengan ukuran
sekitar 200 nm terdispersi dengan baik dalam matriks pelat graphene yang
hampir transparan. Hal ini mengindikasikan kombinasi berhasil Fe3O4 pada
permukaan graphene.

Gambar 1 Gambar 2
2. Optimalisasi kondisi ekstraksi
Untuk mendapatkan efisiensi ekstraksi maksimal, beberapa parameter
penting harus diperhatikan seperti jenis dan volume pelarut elusi, jumlah
graphene magnetik, waktu adsorpsi dan elusi waktu dipelajari dan
dioptimalkan. Analisis dalam matriks berair dikecualikan, dipekatkan dan
disuntikkan ke dalam GC-MS untuk analisis.
a. Tipe dan volume pemilihan pelarut elusi
Pemilihan pelarut elusi cukup penting untuk ekstraksi analit oleh
komposit graphene magnet. Pelarut elusi yang digunakan yaitu aseton,
etil asetat dan klorform. Berdasarkan jurnal ini etil asetat memiliki
efisiensi tinggi, sementara aseton memiliki efisiensi menyerap relatif
rendah. Jadi etil asetat yang digunakan sebagai pelarut eluting. Volume
elusi pelarut juga merupakan faktor penting untuk mendapatkan handal

17
dan direproduksi hasil analisis. Dalam analisis ini digunakan untuk
mengetahui pengaruh efisensi ekstraksi. Selain itu waktu Ekstraksi dan
jumlah adsorben juga merupakan parameter penting yang dapat
mempengaruhi efisiensi. Efisiensi dari tiap pelarut dapat dilihat pada
grafik berikut.

b. Jumlah seleksi graphene magnetic


Jumlah adsorben berpengaruh signifikan terhadap ekstrakuretik.
Dalam jurnal ini, jumlah magnetgrafi (5, 10, 15, 20 dan 30 mg) yang
berbeda digunakan untuk ekstraksi analit. Menurut hasil yang
ditunjukkan, analisis lebih dapat diekstraksi sebagai jumlah komposit
graphene magnetik. Bila jumlahnya mencapai 20 mg, kurvanya tidak
rata, dan tidak ada peningkatan yang jelas terhadap efisiensi ekstraksi.
Bila jumlahnya meningkat lebih dari 50 mg, lebih dari 0,5 mLsolvent
harus ditambahkan untuk memastikan semua bahan menenggelamkan,
dan mungkin akan mengencerkan analit dalam pelarut. Jadi, 20 mg
komposit graphene magnetik terpilih sebagai jumlah optimum.
c. Pengaruh waktu ekstraksi dan waktu elusi
Waktu ekstraksi juga merupakan parameter penting yang dapat
mempengaruhi efisiensi. Dalam jurnal ini, waktu ekstraksi yang
berbeda (5, 10, 15,20 dan 30 menit) dipelajari. Seperti ditunjukkan
pada gambar, ekstraksi meningkat dengan meningkatnya waktu
ekstraksi dari 5 sampai 15 menit, dan kemudian tetap konstan selama
15 menit. Oleh karena itu, waktu ekstraksi 15 menit dipilih sebagai

18
waktu ekstraksi yang optimal. Pada waktu ekstraksi 15 menit, waktu
eluting yang berbeda (5, 10, 15 dan 25 menit) juga diselidiki. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa 15 menit cukup untuk mendapatkan
efisiensi ekstraksi maksimal dari semua analit. Jadi, waktu elusi 15
menit dipilih.

3. Resuabilitas dari absorben


Reusabilitas komposit graphene magnetik telah diteliti dalam
penelitian ini. Setelah setiap penggunaan adsorben magnetik, dicuci dengan
etil asetat dua kali (setiap kali dicuci 2 jam dengan 5 mL etil asetat) dan
dikeringkan pada suhu 50°C selama 24 jam. Selanjutnya, adsorben
magnetik regenesis 20 mg ditambahkan dalam 10 mLvial dengan 10 mL air
suling. Selanjutnya, kami menguji sesuai prosedur bagian 2.4 dan tidak ada
PAE yang terdeteksi dalam etil asetat. Jadi tidak ada pemeriksaan dari analit
terdeteksi pada adsorben. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adsorben
magnetik dapat digunakan kembali paling sedikit 12 kali tanpa kehilangan
kapasitas penyerapan yang signifikan.
4. Validasi dari metode
Metode yang diharapkan yaitu metode linearitas. Untuk
mendapatkan metode linearitas, solusi standar dari 0,1 g / L untuk 200 g / L

19
dianalisis dengan MSPE diikuti dengan GC-MS. Rentang linear dan
koefisien korelasi (r) yang diperoleh untuk setiap PAE diberikan dalam
Tabel 1. Seperti yang terlihat dari Tabel 1, yang sesuai nilai-nilai (r) lebih
0,9973 dan metode memiliki linearitas yang baik. Ketepatan metode
bervariasi dari 5,1% menjadi 8,4%. Nilai-nilai LOD dihitung atas dasar
rasio S / N 3 dan nilai-nilai dari Lytes ana- yang 0,01-0,056 g / L. Atas dasar
rasio S / N dari 10, nilai-nilai LOQ analit yang 0,035-0,19 g / L. Hasil ini
menunjukkan bahwa metode kami memiliki rentang linear yang baik, batas
deteksi rendah dan reproduktifitas tinggi. Jadi metode yang diusulkan itu
dapat diandalkan.
5. Analisis kuantitatif Paes dalam sampel air
Metode yang diusulkan diterapkan untuk ekstraksi Paes dari sampel
air sungai 10 mL dan mL sampel 10 air kolam. Sampel air disaring melalui
0,45 mm filter membran sebelum analisis. Kromatogram sampel air sungai
ditunjukkan pada gambar di bawah.

Pada sampel air sungai, DIBP, DBP, DEHP dan BBP terdeteksi.
Dalam sampel air kolam, enam jenis Paes terdeteksi kecuali DMP.
Konsentrasi Paes dihitung dengan metode standar eksternal, dan hasilnya
dirangkum pada Tabel 2. Untuk mengetahui pengaruh matriks ple sam- pada
efisiensi ekstraksi, sampel dibubuhi masing-masing senyawa target pada
konsentrasi 50 g / L. Pemulihan relatif (RR) diperoleh sebagai persamaan

20
berikut: RR = C didirikan- C nyata / C menambahkan × 100%, di mana C
didirikan, C nyata, dan C ditambahkan adalah konsentrasi analit setelah
penambahan jumlah dikenal standar di nyata sampel, konsentrasi analit
dalam sampel nyata dan konsentrasi diketahui jumlahnya standar yang
dibubuhi dengan sampel nyata masing-masing. The pemulihan relatif dari
tujuh Paes berkisar antara 88% sampai 110%. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa metode memungkinkan mination deter- tepat dan sensitif standar dan
dapat diterapkan untuk mendeteksi Paes dalam sampel nyata.

E. Kesimpulan
Berdasarkan review diatas dapat ditarik kesimpulan, komposit graphene
magnet yang disintesis oleh reaksi hidrotermal satu langkah. Posites magnetik
graphene com- digunakan sebagai adsorben untuk analisis Paes memiliki
beberapa tages advan- termasuk kapasitas adsorpsi tinggi dan ekstraksi yang
baik abil- ity. Setelah penyelidikan kondisi ekstraksi, metode cepat dan sensitif
untuk penentuan Paes didirikan oleh MSPE kopling dengan GC-MS. Akhirnya,
metode yang diusulkan adalah cessfully SUC- diterapkan untuk analisis Paes
dari air lingkungan

21
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini, antara lain:
1. Kromatografi gas merupakan metode yang dinamis untuk pemisahan dan
deteksi senyawa-senyawa yang mudah menguap dalam suatu campuran.
2. Kromatografi gas terbagi atas dua jenis, yakni kromatografi gas-cair yang
menggunakan fase diam berupa cairan, serta kromatografi gas-padat yang
menggunakan fase diam berupa padatan.
3. Sistem peralatan dalam kromatografi gas terdiri atas fase diam, fase gerak
(cairan pembawa, kolom, detektor, serta komputer yang dilengkapi dengan
perangkat pengolah data.
4. Cara kerja dari kromatografi gas yakni gas pembawa lewat melalui satu sisi
detektor dan memasuki kolom.
5. Di dekat kolom ada suatu alat di mana sampel-sampel bisa dimasukkan ke
dalam gas pembawa ( tempat injeksi). Lubang injeksi dipanaskan agar
sampel teruapkan dengan cepat. Aliran gas selanjutnya menemui kolom,
kolom berisi suatu padatan halus dengan luas permukaan yang besar dan
relatif inert. Setelah muncul dari kolom itu, aliran gas lewat melalui sisi lain
detector. Maka elusi zat terlarut dari kolom mengatur ketidakseimbangan
antara dua sisi detector yang direkam secara elektrik.

22
DAFTAR PUSTAKA

Gandjar, I. G., dan Abdul R., 2015, Kimia Analiss Farmasi, Pustaka Pelajar:
Yogyakarta.

Maharrami, Laila K., 2011, Penentuan Kadar Kolesterol dengan Metode


Kromatografi Gas, Agrointek, Vol. 5 (1).

Oxtoby, D. W., Gills H. P., dan Norman H. N., 2001, Prinsip-Prinsip Kimia
Modern Edisi 4, Penerbit Erlangga: Jakarta.

Rubianto, Dwiarso, 2016, Teknik Dasar Kromatografi, Deepublish: Yogyakarta.

Rubianto, Dwiarso, 2017, Metode Kromatografi: Prinsip dasar, Praktikum, dan


Pendekatan Pembelajaran Kromatografi, Deepublish: Yogyakarta.

23
Hasil Diskusi Kromatografi Gas

1. Sarmadhan Saputra (Kelompok VI)


Pertanyaan : Mengapa oven pada kromatografi gas digunakan
pemanasan sementara di injektor juga telah dilakukan pemanasan?
Jawaban : Proses pemanasan pada injektor bertujuan untuk mengubah
sampel yang diinjeksikan (misalnya dalam bentuk cairan) menjadi bentuk
gas sehingga sampel dapat bercampur dengan gas pembawa atau fase
geraknya. Sementara itu, bila suhu pada oven terlalu rendah maka sampel
yang telah berada dalam fase gas dapat berubah menjadi cair, sehingga suhu
oven tetap dijaga dalam suhu yang sama dengan sampel (50-350oC).
2. Roni Saputra Agency
Pertanyaan : Apakah fase pembawa pada kromatografi gas bisa
dikombinasikan atau tidak?
Jawaban : Tidak, fase pembawa pada kromatografi gas tidak perlu
dikombinasikan karena kombinasi fase pembawa akan memiliki kecepatan
alir yang berbeda-beda yang tentunya akan menghasilkan nilai
kromatogram yang tidak akurat. Contoh kombinasi gas nitrogen dan gas
helium, dimana gas helium bekerja paling efisien jika digunakan dengan
kecepatan alir ± 10 ml/menit, sedangkan helium akan efisien pada kecepatan
alir 40 ml/menit. Gas pembawa yang sering digunakan adalah gas helium
saja karena merupakan gas pembawa yang memberikan efisiensi
kromatografi yang lebih baik (mengurangi pelebran pita). Selain itu gas
pembawa juga hanya menghantarkan solut kekolom, karenanya gas
pembawa tidak berpengaruh pada selektifitas.
3. Ulvayani Toto (Kelompok VI)
Pertanyaan : Mengapa fase gerak pada kromatografi gas tidak
berpengaruh pada proses pemisahan sampel?
Jawaban : Fase gerak pada kromatografi gas hanya berperan sebagai
pembawa. Fase gerak pada kromatografi ini berfungsi untuk menghantarkan
sampel dari kolom hingga menuju detektor sehingga penggunaan fase gerak
ini harus bersifat inert atau tidak bereaksi dengan sampel atau komponen

24
lain selama proses pemisahan. Sedangkan komponen yang berperan dalam
pemisahan ialah kolom, di mana pada kolom terdapat fase diam (baik
berupa cair maupun padatan) yang berperan untuk memisahkan sampel
berdasarkan dua prinsip, yakni perbedaan kepolaran dan perbedaan titik
didih.
4. Pak Handoyo
Pertanyaan : Jelaskan kromatogram dan metode spike dalam review
jurnal!
Jawaban :

25
Terdapat 2 kromatogram pada jurnal di mana pada kromatogram A
merupakan hasil analisis senyawa untuk alkil/aril halida dan kromatogram
B merupakan hasil analisis untuk senyawa nitroaromatik. Kedua hasil
kromatogram didapat dengan menggunakan diluen dimetil sulfoxide
(DMSO) dengan oven headspace pada temperatur 130 0C. Pada background
kromatogram ‡ dengan menggunakan diluen DMSO murni didapatkan hasil
latar belakang kromatogram dengan puncak serapan yang kurang jelas.
Untuk mendapatkan puncak serapan yang jelas, pada analisisnya
digunakan metode spike. Metode spike (spiked-placebo recovery)
merupakan metode umum yang digunakan dalam validasi metode dimana
sejumlah analit bahan murni (senyawa pembanding kimia) ditambahkan ke
dalam campuran sampel lalu campuran tersebut dianalisis dan hasilnya
dibandingkan dengan kadar analit yang ditambahkan (kadar yang
sebenarnya). Hasil dari metode spike dapat dilihat pada latar belakang
kromatogram †, dimana dapat dilihat puncak yang terbentuk semakin jelas.
Latar belakang kromatogram † dan kromatogram ‡ kemudian dibandingkan
sehingga dapat dengan jelas ditentukan puncak serapan senyawa yang
dituju.
Puncak (1) merupakan Iodobutane, (2) 1-bromo-3-chloropropane, (3)
n-propyl bromoacetate, (4) benzyl chloride, (5) benzyl bromide, (6)
benzotrichloride, (7) 1- chloro - 2- nitrobenzene, (8) 1,6 - dibromohexane,
(9) 2, 4 - dimethylnitrobenzene, (10) nitrobenzaldehyde, (11) 4-
nitrobenzaldehyde, (12) 1-(2-chloro-5-nitrophenyl)ethanone, (13) 1-
nitronaphthalene, (14) 2-chloro-5-nitroaniline, (15) 2-nitrofluorene.

26
5. Gapri (Kelompok I)
Pertanyaan : Jelaskan fungsi diluen IL pada jurnal kelompok anda? dan
apa hubungannya dengan titik didih?
Jawaban :
Diluen IL merupakan diluen yang digunakan sebagai pengganti diluen
konvensional seperti dimethyl sulfoxide (DMSO) dan dimethylacetamide
(DMAC). Dibandingkan dengan pelarut organik konvensional, diluen IL
menunjukkan karakteristik fisikokimia unik yang sangat baik seperti
stabilitas termal yang tinggi, tekanan uap yang dapat diabaikan, viskositas
yang bervariasi, tidak mudah terbakar. Semua fitur gabungan ini membuat
diluen IL sangat menarik bagi banyak aplikasi dalam kimia analitik. Karena
stabilitas termalnya yang tinggi dan volatilitas rendah. Penerapan diluen IL
memungkinkan suhu oven headspace yang tinggi, dan berkontribusi pada
latar belakang kromatografi yang rendah serta sensitivitas metode yang
sangat baik.

27

Anda mungkin juga menyukai