Anda di halaman 1dari 11

LABORATORIUM KIMIA FARMASI

PROGRAM STUDI D3 ANALISIS FARMASI & MAKANAN FMIPA


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI KUALITATIF

PERCOBAAN II
ANALISIS KUALITATIF SENYAWA OBAT MENGGUNAKAN
SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

Disusun Oleh:
Ahmad Shaufi
1701011310002
Kelompok X

PROGRAM STUDI D3 ANALISIS FARMASI & MAKANAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2018
LABORATORIUM KIMIA FARMASI
PROGRAM STUDI D3 ANALISIS FARMASI & MAKANAN FMIPA
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

PERCOBAAN II
ANALISIS KUALITATIF SENYAWA OBAT MENGGUNAKAN
SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

Asisten Nilai Laporan Awal Nilai Laporan Akhir

(Linda Wati) Tanggal Praktikum : Tanggal Dikumpul :


11 Oktober 2018 18 Oktober 2017

PROGRAM STUDI D3 ANALISIS FARMASI & MAKANAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2018
PERCOBAAN II
ANALISIS KUANTITATIF SENYAWA OBAT MENGGUNAKAN
SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

I. TUJUAN
Tujuan pratikum kali ini adalah menentukan panjang gelombang pada obat
parasetamol dan asetosal (aspirin) dengan spektrofotometri UV-Vis.

II. TINJAUN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori

Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang digunakan oleh
semua makhluk untuk bagian dalam maupun luar. Hal tersebut digunakan untuk
mencegah, meringankan, maupun menyembuhkan penyakit. Menurut undang-
undang, yang dimaksud dengan obat adalah suatu bahan atau campuran bahan
yang digunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, dan luka pada
manusia atau hewan, termasuk memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia
(Syamsuni, 2006).
Kimia analitik dibagi menjadi 2 bidang yaitu analisis kuantitatif dan
kualitatif. Analisis kuantitatif berkaitan dengan penetapan jumlah atau banyaknya
suatu zat yang terkandung dalam suatu sampel. Sedangkan analisis kualitatif
berkaitan dengan identifikasi zat-zat kimia diantaranya mengenali suatu unsur dan
senyawa apa yang ada dalam suatu sampel (Day & Underwood, 2002).
Teknik analisis obat secara kualitatif (identifikasi obat) menggunakan
pereaksi-pereaksi kimia, dengan memperhatikan reaksi warna yang terjadi dari
hasil-hasil uji tersebut. Oleh karena ilmu farmasi merupakan bidang yang terkait
dengan kajian berbagai aspek obat, sehingga kemampuan dalam mengidentifikasi
dan menganalisis senyawa obat sangat penting dimiliki oleh seorang ahli farmasi
(pharmacyst). Analisis kualitatif obat diarahkan pada pengenalan senyawa obat,
meliputi semua pengetahuan tentang analisis yang hingga kini telah dikenal.
Dalam melakukan analisis kita mempergunakan sifat-sifat zat atau bahan, baik
sifat-sifat fisik maupun sifat-sifat kimianya. Teknik analisis obat secara kualitatif
didasarkan pada golongan obat menurut jenis senyawanya secarakimia, dan bukan
berdasarkan efek farmakologinya (Cartika, 2016).
Dalam bidang farmasi, analisis kualitatif/identifikasi bahan baku yang
digunakan sebagai bahan obat atau bahan baku pembantu/bahan tambahan,
diperlukan untuk memastikan jenis bahan obat atau bahan tambahan tersebut.
Dalam dunia kedokteran dewasa ini digunakan sekitar 1000 macam senyawa obat.
Tidaklah praktis melakukan identifikasi sedemikian banyak senyawa, karena itu
materi analisis kualitatif ini diarahkan kepada beberapa golongan obat yang
khusus saja (Cartika, 2016).
Dalam analisis kualitatif/identifikasi senyawa-senyawa anorganik dan
senyawa-senyawa organik, terdapat perbedaan-perbedaan yang penting. Sebagian
besar senyawa-senyawa anorganik merupakan senyawa-senyawa ionik yang dapat
ditentukan dengan suatu bagan tertentu dalam identifikasinya secara konvensional
(secara kimiawi). Senyawa-senyawa organik pada umumnya terikat melalui ikatan
kovalen, dan belum ada suatu skema yang dapat digunakan untuk melakukan
identifikasinya secara konvensional (Cartika, 2016).
Umumnya senyawa obat adalah senyawa organik, maka hal ini juga
menjadi kendala dalam analisis senyawa obat tersebut. Dengan semakin
berkembangnyailmu pengetahuan, maka teknik analisis kualitatif senyawa organik
juga semakin berkembang. Identifikasi pemastian jenis senyawa dilakukan secara
modern menggunakan instrumen-instrumen seperti spektrofotometri UV–Vis,
spektrofotometri IR, spektrofotometri Massa, kromatografi cair kinerja tinggi
(KCKT) atau High Performance Liquid Chromatography (HPLC), kromatografi
gas (KG) atau Gas Chromatography (GC) yang dapat memberikan hasil yang
valid (Cartika, 2016).
Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota teknik analisis spektroskopi
memakai sumber radiasi elektromagnetik ultra violet dekat (190-380 nm) dan
sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer
(Noviyanto et al., 2014). Parasetamol atau asetaminofen atau N-asetil-para-
aminofenol adalah obat analgesik dan antipiretik yang populer digunakan.
Parasetamol tergolong obat yang agak sukar larut dalam air, kelarutannya dalam
air 1:70 (1). Sediaan parasetamol dapat dijumpai dalam bentuk kapsul dan kaplet
karena kelarutannya sangat kecil. Suatu obat harus mempunyai kelarutan dalam
air agar manjur secara terapi sehingga obat masuk ke sistem sirkulasi dan
menghasilkan efek terapeutik. Untuk obat-obat yang akan dibuat dalam sediaan
berbentuk larutan harus diperhatikan kelarutannya karena dapat mempengaruhi
absorbsinya. Penambahan surfaktan dan pelarut atau kosolven merupakan salah
satu upaya peningkatan kelarutan suatu obat yang mempunyai kelarutan kecil atau
praktis tidak larut dalam air (Noviza et al., 2015).
Penelitian ini menggunakan metode spektrofotometri ultraviolet.
Parasetamol mudah larut dalam air mendidih, sangat mudah larut dalam
kloroform, larut dalam etanol, metanol, dimetil formamida, aseton dan etil asetat,
praktis tidak larut dalam benzen. Berdasarkan kelarutan dalam etanol, maka
dilakukan modifikasi penetapan kadar parasetamol dengan menggunakan pelarut
etanol (Tulandi et al., 2015).
Persyaratan penetapan kadar parasetamol dalam tablet ini perlu dilakukan,
yaitu tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%. Penentuan panjang
gelombang pada penelitian ini dilakukan dengan mengukur absorbansi dari
parasetamol pada panjang gelombang ultraviolet yaitu antara panjang gelombang
200 nm – 400 nm. Secara teoritis atau literature, serapan maksimum untuk
parasetamol adalah 244 nm (Tulandi et al., 2015).

II.2 Uraian Bahan

II.2.1 Akuades
Nama Resmi : Aquadestillata
Nama latin : Aquadest
Struktur Kimia : H2O

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak


mempunyai rasa.
Kelarutan :-
Indikasi : Sebagai pelarut injeksi
BM : 18,02
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
(Depkes RI, 1979).

II.2.2 Paracetamol
Nama Resmi : Acetaminophen
Nama latin : Paracetamol
Struktur Kimia : C8H9NO2

Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau,


rasa sedikit pahit
Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan
natrium hidroksida 1 N, mudah larut
dalam etanol
Indikasi : Nyeri ringan sampai sedang
BM : 151,16
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, tidak
tembus cahaya. Simpan dalam suhu
ruang, hidarkan dari kelembapan
dan panas
(Kemenkes RI, 2014).

II.2.3 Etanol
Nama Resmi : Aethanolum
Nama latin : Etanol
Struktur Kimia : CH2H6O
Pemerian : Cairan tidak berwarna, bau khas
Kelarutan : Bercampur dengan air
Indikasi : Sebagai pelarut
BM : 46,07
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
(Depkes RI, 1979).

II.2.4 FeCl3
Nama Resmi : Ferri Chlorida
Nama latin : Besi (III) klorida
Struktur Kimia : FeCl3

Pemerian : Serbuk, putih keabuan, rasa logam,


sepat
Kelarutan : Perlahan-lahan larut hampir
sempurna dalam air bebas
karbondioksida pekat
Indikasi :-
BM : 151,90
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
(Depkes RI, 1979).

III. PRINSIP
III.2 Prinsip Kerja
Prinsip kerja alat spektrofotometri UV-VisSinar dari sumber dilewatkan
melalui celah masuk, kemudian sinar dikumpulkan agar sampai ke prisma untuk
di difraksi menjadi sinar-sinar dengan panjang gelombang tertentu. Selanjutnya
sinar dilewatkan ke monokromator melewati sampel dan akan ada sinar yang
diserap dan diteruskan, sinar yang diteruskan akan dideteksi oleh detektor, radiasi
yang diterima oleh detektor diubah menjadi sinar listrik yang kemudian terbaca
dalam bentuk transmitan.

IV. ALAT DAN BAHAN


IV.1 Alat
Alat – alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
1. Gelas beker 250 mL
2. Gelas ukur 10 mL
3. Labu ukur 10 mL
4. Spektrofotometri UV-Vis
5. Pipet volume 5 mL
6. Pipet tetes
7. Tabung reaksi
8. Rak tabung
IV.2 Bahan
Bahan – bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
1. Akuades
2. Asetosal murni
3. Asetosal paten
4. Etanol
5. FeCl3
6. Paracetamol murni
7. Paracetamol paten

V. CARA KERJA
V.1 Paracetamol
Parasetamol
- Ditimbang sebanyak 10 mg
- Dilarutkan
Etanol
- Dilarutkan kedalam 10 mg parasetamol sampai larut
Larutan parasetamol

- Dimasukkan kedalam labu ukur


Akuades
- Ditambahkan kedalam larutan parasetamol
sebanyak 10 mL
Larutan paracetamol diatas
- Diambil sebanyak 1 mL
- Dimasukkan kedalam labu ukur
Akuades
- Ditambahkan kedalam larutan parasetamol tadi
sebanyak 10 mL

Larutan parasetamol diatas


- Diambil lagi sebanyak 1 Ml
- Dimasukkan kedalam labu ukur

Akuades
- Ditambahkan kedalam larutan parasetamol tadi
sebanyak 10 mL
- Dibaca larutan tersebut pada spektrofotometer UV-
Vis sampai didapatkan panjang gelombang
Hasil maksimumnya

V.2 Asetosal
Asetosal
- Ditimbang sebanyak 10 mg
Etanol
- Dilarutkan dengan 10 mg asetosal

Larutan asetosal

- Dimasukkan kedalam labu ukur


Akuades
- Ditambahkan sebanyak 10 mL kedalam larutan
asetosal
Larutan asetosal diatas
- Diambil sebanyak 1 mL
- Dimasukkan kedalam labu ukur
Akuades
- Ditambahkan sebanyak 10 mL kedalam larutan
asetosal yang sudah diambil sebanyak 1 mL tadi
- Diambil larutan secukupnya
- Dimasukkan kedalam tabung reaksi

1 mL FeCl3
- Ditambahkan kedalam larutan yang berada didalam
tabung reaksi tadi
- Dibaca panjang gelombang maksimumnya
-
Hasil
DAFTAR PUSTAKA
Cartika, H. 2016. Modul Bahan Ajar Farmasi Kimia Farmasi. Pusdik SDM
kesehatan, Jakarta.
Day, R. A & A. L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kiantitatif Edisi Keenam.
Erlangga, Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi


III. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia. Edisi


V. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.
Noviyanto, F., Tjiptasurasa & P.I Utami. 2014. Ketoprofen, Penetapan Kadarnya
dalam Sediaan Gel dengan Metode Spektrofotometri Ultraviolet-Visibel.
Jurnal Pharmacy. 11(2) : 1-8.
Noviza, D., N. Febriyanti & S.Umar.2015. Solubilsasi Parasetamol dengan Ryoto
Sugar Ester dan Propilen glikol. Jurnal Sains Farmasi & Klinis, 1(2): 132
139.

Syamsuni. 2005. Farmasetika Dasar dam Hitungan Farmas. EGC, Jakarta.

Tulandi, G. P., S. Sudewi & W.A. Lolo. 2015. Validasi Metode Anallisis Untuk
Penetapan Kadar Parasetamol Dalam Sediaan Tablet Secara
Spektrofotometri Ultraviolet. Jurnal Ilmiah Farmasi. 4(4) : 168-178.

Anda mungkin juga menyukai