Anda di halaman 1dari 43

LABORATORIUM KIMIA FARMASI

PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS FARMASI II

UNIVERSITAS TADULAKO

PERCOBAAN III

“PENETAPAN KADAR RIVANOL’’

DISUSUN OLEH :

NAMA : MUHAMMAD FAHRIL

STAMBUK : G 701 16 190

KELAS/KELOMPOK :A

ASISTEN : ADETYA MARYANI

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Spektrofotometri adalah salah satu mekanisme analisis yang berfokus pada
pengukuran serapan cahaya monokromatis pada suatu larutan berwarna pada
panjang gelombang yang ekslusif. Dengan memakai monokromator prisma
atau kisi difraksi dan tabung foton hampa. Spektrofotometer yaitu suatu
perangkat yang dipakai untuk memilih suatu senyawa menggunakan cara
mengukur transmitan ataupun absorban dari sebuah cuplikan sebagai fungsi
dari konsentrasi. Pada titrasi spektrofotometri, sinar yang digunakan
merupakan satu berkas yang panjangnya tidak berbeda banyak antara satu
dengan yang lainnya (Putri, 2017).

Rivanol adalah zat kimia yang mempunyai sifat bakteriostatik (menghambat


pertumbuhan kuman). Antiseptik tersebut sering digunakan untuk
membersihkan luka. Rivanol lebih bagus untuk mengompres luka atau
mengompres bisul, sedangkan povidon iodin lebih bagus untuk mencegah
infeksi. Serbuk rivanol berwarna kuning dengan konsentrasi sekitar 0,1%
berperan dalam membunuh bakteri, Kegunaan antiseptik itu untuk
membersihkan luka borok dan bernanah. Rivanol digunakan bila luka tidak
terlalu kotor, dengan menggunakan kassa tutup luka tersebut (Susilawati,
dkk., 2016).

Aplikasi dalam bidang farmasi yaitu agar seorang farmasis dapat


menentukan dan menganalisis kadar rivanol atau etaridin laktat dalam
sediaan obat menggunakan metode spektrofotometri UV dan singlepoint
calibration serta mampu mengidentifikasi obat-obatan yang beredar
dikalangan masyakarat mengenai kualitas dari bahan-bahan farmasi. Hal
inilah yang melatarbelakangi percobaan ini
I.2 Makud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
Memahami cara menganalisis kadar Rivanol dalam sediaan obat
menggunakan instrumen spektrofotometri UV-Vis.

I.2.2 Tujuan Percobaan


Mengetahui cara menentukan kadar Rivanol dalam sediaan Obat
menggunakan singlepoint calibration.

I.3 Manfaat Percobaan


Manfaat pada percobaan ini yaitu Memahami cara menganalisis kadar
Rivanol dalam sediaan obat menggunakan instrumen spektrofotometri
UV-Vis serta mengetahui cara menentukan kadar Rivanol dalam sediaan
Obat menggunakan singlepoint calibration.

I.4 Prinsip Percobaan


Prinsip pada percobaan ini yaitu menetapkan dan menganalisis kadar
rivanol dalam beberapa sampel dengan larutan H2SO4 0,1 N pada λ 410
nm dengan spektrofotmetri UV-Vis menggunakan metode singlepoint
calibration dimana metode ini lebih sederhana dibanding metode lain dan
mudah untuk menguji suatu kadar. Prinsip spektrofotometri UV-Vis
adalah interaksi yang terjadi antara energi berupa sinar monokromatis
dari sukber sinar dengan molekul, dimana besar energi yang diserap
menyebabkan electron akan tereksitasi dari keadaan dasar ke keadaan
tereksitasi yang memiliki energi lebih tinggi. Adapun prinsip kerja
spektrofotometer berdasarkan hukum Lambert Beer yaitu apabila cahaya
monokromatik melalui suatu media (larutan) maka sebagian cahaya akan
diserap, sebagian dipantulkan dan sebagian lagi dipancarkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori


Kimia analisis dasar merupakan keahlian yang harus dimiliki oleh sarjana
kimia maupun farmasi sehingga menjadi mata kuliah wajib bagi
mahasiswa kimia MIPA/Kependidikan maupun Farmasi yang
memberikan dasar ilmu untuk memahami cara analisis kualitatif dan
kuantitatif. Bidang ini sangat krusial dimiliki kimia maupun farmasi
untuk terjun di lapangan kerja yang menuntut mereka sebagai ahli
analisis. Analisis kualitatif meliputi analisis senyawa anorganik yang
meliputi tahapan pelarutan, uji pendahuluan, penggolongan, pemisahan,
dan reaksi identifikasi kation dan anion (Sulistryarti, H, 2017).

Molekul atau ion zat organik dengan sejumlah anion anorganik dapat
mengabsorbsi sinar ultraviolet dan sinar tampak karena mengandung
elektron elektron ikatan di orbital molekul paling luar yang diekskresikan
ke tingkat energi yang lebih tinggi. Eksitasi tersebut juga disertai dengan
transisi tingkat energi vibrasi dan tingkat energi rotasi. Transisi pada Sinar
tampak tidak sejauh transisi pada sinar ultraviolet. Pada sinar ultraviolet
yang panjang gelombangnya lebih dari 180 nanometer dan penyerapan
Sinar tampak 380 sampai 780 nanometer dilakukan oleh senyawa-senyawa
yang mempunyai gugus fungsi yang disebut kromofor. Gugus kromofor
ini mempunyai elektron valensi dengan energi eksitasi yang relatif rendah.
Elektron-elektron yang berperan dalam penyerapan cahaya oleh molekul
organic yaotu electron-elektron ikatan dan electron bukan ikatan
(Permanasari, dkk., 2016).
Menurut (Sastrohamidjojo, H, 2018) Terdapat hubungan antara tenaga
(E), panjang gelombang (λ ¿, frekuensi (v) dan kecepatan cahaya (c).
Energi (E) berbanding lurus dengan frekuensi (v) : È~v atau E = hv.
Energi (E) berbanding laurus dengan panjang gelombang (λ). E~λ, atau
hc
E=

Antar kedua persamaan akan diperoleh
hc c
hv = .; v =
nλ nλ
Keterangan : h = Tetapan Planck (6,626 x 10-34 J.det)
c = Kecepatan cahaya (dalam keadaan hampa) = 2,998 x 1010 cm/det.
n = Indeks bias (dalam keadaan hampa), n = 1
1
Bilangan gelombang : v = (cm-1)
λ
Berdasarkan orbit panjang gelombang, sinar yang mempunyai panjang
gelombang makin panjang, suatu energy/tenaga yang dimiliki maka akan
kecil. Hingga akhirnya ditulis : E sinar uv > E sinar vis > E ir > E
gelombang radio.

Menurut Nazar, M, (2018) Sinar UV dan sinar tampak jika terpapar


kepada bahan kimia tertentu akan menyebabkan eksitasi elektron dari
keadaan dasar (ground state) ke tingkat energi lebih tinggi disebabkan
absorpsi energi gelombang. Menurut teori orbital molekul ketika molekul
tereksitasi oleh energi yang terserap (sinar UV- tampak). Elektron akan
mengalami promosi dari orbital bonding ke antibonding. Promosi
elektron ini dapat terjadi dari sigma bonding, nonbonding dan phi
bonding.
- Transisi σ σ*
- Transisi n σ*
- Transisi n π*
- Transisi π π*
Spektrofotometri adalah salah satu teknik pada kimia analisis yang
dipakai untuk mematok komposisi pada sampel secara kuantitatif dan
kualitatif yang didasari pada intensi antara materi dan cahaya.
Spektrofotometer ialah alat untuk mengukur transmitan atau absorban
pada sampel dengan guna panjang gelombang. Spektrofotometer UV-Vis
ialah gabungan antara prinsip spektrofotometri UV dan Visible.
Perangkat ini menggunakan dua sumber cahaya yang tidak sama, yaitu
sumber cahaya UV dan sumber cahaya Visible. (Sembiring, T., dkk,
2019)
II.2 Uraian Bahan
1. Aquadest (FI III, 1979; 96)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Air suling/aquadest

RM/BM : H2O/18,02
Rumus :
struktur

(Pubchem)
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak
berbau, tidak memiliki rasa
Kelarutan : -
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai pelarut rivanol dan pengencer
H2SO4
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Persyaratan : -
kadar
Gugus : -
ausokrom
Gugus : -
kromofor

2. Asam sulfat/H2SO4 (FI III, 1979; 52)


Nama resmi : ACIDUM SULFURICUM
Nama lain : Asam sulfat
RM/BM : H2SO4/98,07
Rumus :
struktur

(Pubchem)
Pemerian : Cairan jernih seperti minyak, tidak
berwarna bau sangat tajam dan korosif.
Bobot jenis lebih kurang 1,84
Kelarutan : Bercampur dengan air dan dengan
etanol dengan menimbulkan panas
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai ppengencer rivanol
Penyimpana : Dalam wadah tertutup rapat
n
Persyaratan : Asam sulfat mengandung tidak kurang
kadar dari 95,0% dan tidak lebih dari 98,0%
b
/b H2SO4.
Gugus :
ausokrom

Gugus :
kromofor

3. Rivanol (FI III, 1979; 62)


Nama resmi : AETHACRIDINI LACTAS
Nama lain : Etakridina laktat/Rivanol

RM/BM : C18H21N3O4./343,4

Rumus struktur :

(Pubchem.com)

Pemerian : Serbuk hablur; kuning; tidak berbau;


rasa sepat dan pahit. Larutan dalam
air bereaksi netral, jika diencerkan
berflouorosensi hijau.
Kelarutan : Larut dalam 50 bagian air, dalam 9
bagian air panas dan dalam 100 ml
etanol (95%) P mendidh.
Khasiat : Zat aktif

Kegunaan : Antiseptikum ekstren

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat,


terlindung dari cahaya.
Persyaratan kadar : Etakridina laktat mengandung tidak
kurang dari 99,0% C18H12N3O4.H2O.
Gugus ausokrom :
II.3 Uraian Sampel
1. Betadine ( ISO,2018)
Nama sediaan : BETADINE
Komposisi : Iodin povidone
Kontraindikasi :
Indikasi : Mencegah dan mengobati infeksi
Efek samping : Ruam pada kulit, kulit merasa panas,
gatal-gatal, pembengkakan, dan
iritasi local
Interaksi obat : Povidone iodin yang terkandung
dalam betadine dapat meningkatkan
resiko terjadinya gangguan tiroid jika
digunakan bersamaan dengan lithium
Dosis : 1-3 kali sehari dioleskan pada bagian
tubuh yang terluka
Golongan obat : Obat Bebas
Diproduksi : MBF Farma
oleh
Nomor batch :
Exp date :

2. ALBOTHYL (ISO,2018)
Nama sediaan : ALBOTHYL
Komposisi : Policresuken 360 mg
Kontraindikasi : -
Indikasi : Vaginitis, keputihan vagina dan
serviks, regenerasi jaringan luka /
peradangan yang kronik lesi
decubitus, ulkus kondiloma
kuminata granulasi berlebihan
gingivitis, atomatic aftosa, herpes
labialis
Efek samping : Reaksi hypersensitive,
ketidaknyamanan pada perut bagian
bawah adanya perasaan aneh
didalam Rahim dan vagina kering
diertai alergi
Interaksi obat :
Dosis : Luka berdarah : dengan atau tanpa
pengenceran yaitu 1 tetes albothyl
consentrate tambahkan ke dalam 5
tetes air matang.
Antiseptic organ intim wanita :
encerkan 10-15 tetes albothyl
concentrate dalam segelas air 200
mll atau ¼ gayung
Golongan obat : Bebas Terbatas
Diproduksi : Pharos Farma
oleh
Nomor batch :

Exp date :

3. Rivanol IKA 100 ml (ISO,2018)


Nama sediaan : IKA RIVANOL 0,1%
Komposisi : Erakridina laktat
Kontraindikasi :
Indikasi : Membersihkan luka, kompres luka
yang membengkak, menghambat
perkembangan dan pertumbuhan
kuman,membunuh kuman yang
berada di luar tubuh, membantu
menyembuhkan dan mengeringkan
luka membersihkan dan
menyembuhkan bisul
Efek samping : Iritas
Interaksi obat : -
Dosis : Diteteskan atau dioleskan tipis-tipis
pada daerah kulit yang luka
Golongan obat : Bebas Terbatas
Diproduksi : Molex farma
oleh
Nomor batch :
Exp date :

4. RIVANOL PT SEINO ERO (ISO,2018)


Nama sediaan : RIVANOL
Komposisi : Aethacridini lactas 0,1%
Kontraindikasi : -
Indikasi : Sebagai obat cuci luka, obat kompres
luka dan obat kulit
Efek samping : Iritasi
Interaksi obat : -
Dosis : Seperlunya digunakan dengan cara
menempelkan pada bagian kulit yang
terluka kemudian di baut dengan
kain kasa
Golongan obat : Bebas Terbatas
Diproduksi : PT Seino era Nusa
oleh
Nomor batch :
Exp date :

5. ONEMED (ISO,2020)
Nama sediaan : ASEPTIC GEL
Komposisi : Ethyl alcohol 70%,deionize water
carbomer, TEA PGA 40, color
Kontraindikasi : -
Indikasi : Antiseptik pada tangan
Efek samping : Iritasi
Interaksi obat : -
Dosis : Digunakan seperlunya atau bila perlu
Golongan obat : Obat Bebas Terbatas
Diproduksi : OneMed-Mwedicom
oleh
Nomor batch :
Exp date :
II.4 Prosedur Kerja (Tim Dosen, 2020)
A. Penetapan kadar rivanol dalam pelarut H2SO4 0,1N
1. Buat larutan H2SO4 0,1 N dalam air sebanyak 500 mL
Bila tersedia H2SO4 pekat (36 N), menggunakan gelas ukur ambillah
1,39 mL H2SO4 pekat tersebut. Siapkan beker gelas 200 mL yang
berisi 100 mL aquades. Masukkan asam sulfat pekat (1,39 mL)
tersebut ke dalam beker gelas melalui dinsing perlahan-lahan.
Pindahkan ke dalam labu takar 500 mL, encerkan sampai tanda tera
larutan H2SO4 ini memiliki normalitas kurang lebih 0,1 N.

2. Buat larutan induk (Li) rivanol


Timbang 100 mg rivanol, masukkan ke dalam labu takar 100 mL,
tambahkan H2SO4 0,1 N sampai tanda batas. Larutan Li ini
mengandung 1 mg rivanol/mL atau 1µg rivanol/µL.

3. Buatlah larutan baku rivanol dalam H2SO4 0,1 N


Pipetlah 750 µL Li (1 µg/ µL), masukkan ke dalam labu takar 25
mL. encerkan dengan H2SO4 0,1 N hingga tanda tera. Larutan ini
disebut dengan larutan baku rivanol yang mengandung 0,75 mg
rivanol/25 mL.

4. Hubungkan spektrofotometer dengan sumber listrik, kemudian tekan


tombol on. Biarkan 15 menit untuk conditioning.
5. Lakukan scanning (dengan program survey scan) pada λ antara 350-
780 nm terhadap blanko (H2SO4 0,1 N). Cetaklah (print) spektrumnya
dan catat λ ya (misal 410 nm).

6. Ukurlah absorban laruan baku tersebut di atas terhadap blanko


H2SO4 0,1 N pada λ 410 nm. Catatlah nilai absorbansinya
.
7. Dengan cara yang sama, ukur ansorban larutan sampel. Bila absorban
sampel terlalu besar dibandingkan absorban baku, lakukan
pengenceran (usahakan absorban sampel memiliki nilai sama dengan
absorban baku ± 10%).

8. Hitung konsentrasi sampel dengan rumus :


Absorbansi
x konsentrasibaku=konsentrasi sampel
Absorbansi baku

BAB III
METODOLOGI PPRAKTIKUM

III.1 Alat dan Bahan


III.1.1 Alat
1. Labu ukur 25 mL dan 50 mL
2. Sperangkat alat spektrofotometer UV-Vis
3. Gelas Kimia 25 mL
4. Pipet Volume 25ml
5. Timbangan analitik
6. Botol semprot
7. Lumpang
8. Alu
9. Batang pengaduk
10. Sendok Tanduk
11. Corong

III.1.2 Bahan
1. Aquadest
2. Rivanol
3. Asam sulfat 0,1 N
4. Masker
5. Handscoon
6. Tissue
7. Kertas Label
8. Kertas saring

III.1.3 Sampel
1. Betadine 4. Rivanol PT. seino Era Nusa
2. Albhotyl 5. Onemed
3. Rivanol IKA 100 ml
III.2 Cara Kerja
A. Penetapan kadar rivanol dalam pelarut H2SO4 0,1N
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Dibuat larutan H2SO4 0,1 N dalam air sebanyak 500 mL dengan
cara :
Dibuat H2SO4 pekat (36 N), menggunakan gelas ukur diambil
1,39 mL H2SO4 pekat tersebut. Disiapkan beker gelas 200 mL
yang berisi 100 mL aquadest. Dimasukkan asam sulfat pekat
(1,39 mL) tersebut ke dalam beker gelas melalui dinsing
perlahan-lahan. Dipindahkan ke dalam labu takar 500 mL dan
diencerkan sampai tanda tera larutan H2SO4 ini memiliki
normalitas kurang lebih 0,1 N.
3. Dibuat larutan induk (Li) rivanol dengan cara :
Ditimbang 100 mg rivanol, dimasukkan ke dalam labu takar 100
mL, ditambahkan H2SO4 0,1 N sampai tanda batas. Larutan Li ini
mengandung 1 mg rivanol/mL atau 1µg rivanol/µL.
4. Dibuat larutan baku rivanol dalam H2SO4 0,1 N dengan cara :
Dipipet 750 µL Li (1 µg/ µL), Dimasukkan ke dalam labu takar
25 mL dan diencerkan dengan H2SO4 0,1 N hingga tanda tera.
Larutan ini disebut dengan larutan baku rivanol yang
mengandung 0,75 mg rivanol/25 mL.
5. Dihubungkan spektrofotometer dengan sumber listrik, kemudian
tekan tombol on. Biarkan 15 menit untuk conditioning.
6. Dilakukan scanning (dengan program survey scan) pada λ antara
350-780 nm terhadap blanko (H2SO4 0,1 N). Cetaklah (print)
spektrumnya dan catat λ ya (misal 410 nm).
7. Dikur absorban laruan baku tersebut di atas terhadap blanko
H2SO4 0,1 N pada λ 410 nm.
8. Dicatat nilai absorbansinya. Dengan cara yang sama, ukur
absorban larutan sampel. Bila absorban sampel terlalu besar
dibandingkan absorban baku, lakukan pengenceran (usahakan
absorban sampel memiliki nilai sama dengan absorban baku ±
10%).
9. Dihitung konsentrasi sampel dengan rumus :
Absorban si
x konsentrasibaku=konsentrasi sampel
Absorbansi baku
III.3 Skema Kerja
1. Larutan H2SO4 0,1 N dalam air sebanyak 500 ml

Alat dan bahan

-Disiapkan

-Dipipet 1,39 ml

H2SO4 (36 N)

-Dimasukkan

Labu takar 100 ml

-Ditambahkan
Labu takar 500 ml

-Dicukupkan

Aquadest
2. Larutan induk linavil (Li)

Alat dan Bahan

-Disiapkan

-Ditimbang

Livanol 100 mg

-Dimasukkan

Labu takar 100 ml

-Dicukupkan

H2SO4 0,1 N

3. Larutan baku rivanol dalam H2SO4 0,1 N

Alat dan Bahan


-Disiapkan

-Dipipet 1,39 ml

750 μL Li (1 μg/
μL),
-Dimasukkan

Labu takar 25 ml

-Dicukupkan
H2SO4 0,1 N

4. Pengukuran absorbansi dan konsentrasi

Alat dan Bahan

-Disiapkan

-Dinyalakan

Spektrofotometer

- scanning pada λ 350-780 nm

blanko (H2SO4 0,1


N)
- Pada λ 410 nm
Larutan baku

-Dihitung

Konsentrasi dan
absorbansi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Pengamatan

IV.2 Hasil Reaksi

IV.3 Perhitungan

IV.4 Pembahasan
Rivanol obat desinfektan berupa cairan berwarna kuning. Dapat
digunakan untuk perlakuan pengobatan parasit kulit dengan
perendaman lama pada kadar 0,1 gram dalam 40-50 liter air. Kadar 100
mg/100 mL air hangat atau dingin, dapat digunakan untuk desinfektan
melawan berbagai parasit kulit (Lesmana, D, 2015).

Tujuan dari percobaan ini adalah mengetahui cara menentukan kadar


Rivanol dalam sediaan Obat menggunakan singlepoint calibration.
Prinsip dari percobaan kali ini yaitu penetapan kadar Rivanol dalam
sediaan obat menggunakan spektrofotometri UV-Vis dan single point
calibration yang diamati dengan cahaya tampak pada panjang
gelombang tertentu sinar polikromatik yang ditangkap oleh
monokromator akan diubah menjadi monokromatik yang diteruskan
dan berisi larutan Rivanol yang diuji.

Cara kerja pada percobaan ini yaitu pertama disiapkan alat dan bahan.
Dibuat larutan H2SO4 0,1 N dalam air sebanyak 500 mL. Bila tersedia
H2SO4 pekat (36 N), menggunakan gelas ukur diambil 1,39 mL H 2SO4
pekat tersebut. Disiapkan beker gelas 200 mL yang berisi 100 mL
aquades. Setelah itu dimasukkan asam sulfat pekat (1,39 mL) tersebut
ke dalam beker gelas melalui dinsing perlahan-lahan. Dipindahkan ke
dalam labu takar 500 mL dan diencerkan sampai tanda tera larutan
H2SO4 ini memiliki normalitas kurang lebih 0,1 N. Setelah itu, dibuat
larutan induk (Li) rivanol dengan cara ditimbang 100 mg rivanol,
dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL, ditambahkan H2SO4 0,1 N
sampai tanda batas. Larutan Li ini mengandung 1 mg rivanol/mL atau
1µg rivanol/µL. Setelah itu, dibuatlah larutan baku rivanol dalam H2SO4
0,1 N dengan cara dipipet 750 µL Li (1 µg/ µL), dimasukkan ke dalam
labu takar 25 mL dan diencerkan dengan H 2SO4 0,1 N hingga tanda
tera. Larutan ini disebut dengan larutan baku rivanol yang mengandung
0,75 mg rivanol/25 mL. Kemudian dihubungkan spektrofotometer
dengan sumber listrik, kemudian tekan tombol on. Biarkan 15 menit
untuk conditioning. Lalu dilakukan scanning (dengan program survey
scan) pada λ antara 350-780 nm terhadap blanko (H 2SO4 0,1 N).
Kemudian dicetak (print) spektrumnya dan catat λ ya (missal 410 nm).
Diukur absorban laruan baku tersebut di atas terhadap blanko H2SO4 0,1
N pada λ 410 nm. Catatlah nilai absorbansinya, dengan cara yang sama,
ukur ansorban larutan sampel. Bila absorban sampel terlalu besar
dibandingkan absorban baku, lakukan pengenceran (usahakan absorban
sampel memiliki nilai sama dengan absorban baku ± 10%). Setelah itu
dihitung konsentrasi.

Penggunaan timbangan analitik digunakan karena mempermudah untuk


menimbang bobot yang dibutuhkan – lalu akan terlihat di display
monitor yang membuat pengukuran lebih terfoukus. Pipet volume
digunakan agar banyaknya cairan yang masuk pada labu ukur nantinya
sesuai takaran yang telah ditetapkan, penggunaan labu ukur ialah
mengukur sediaan tidak padat (cair) secara tepat dan juga untuk
mengencerkan sediaan. (Marithal dan Raising,2018).

Penggunaan spektrofotometri UV-Vis multikomponen agar dapat


menangkap spectrum yang lebih kontras/perseptif dari spectrum pada
umumnya – sehingga nantinya gelombang yang dihasilkan nilai
absorbansunya spesifik pada satu bentuk analit dan analit lainnya
bersubstansi nol (Ardi,dkk. ,2018)

Alasan penggunaan lumpang dan alu adalah karena lumpang dan alu
berguna untuk menghaluskan sediaan obat yang nantinya akan
dijadikan sampel sehingg mudah ditimbang – juga mudah ketika nanti
sampai pada proses pelarutan. Pun juga dilakukan penyaringan sebelum
tahap absorbansi yaitu agar memisahkan partikel-partikel suspense
dengan cairan lalu memisahkan antara pelaru dan zat padat, untuk hasil
yang baik (Permana,dkk. 2016).

Alasan H2SO4 diencerkan yaitu agar volume larutan menjadi lebih


besar dari volume semula (sebelum pengenceran) dan untuk
mengantisipasi absorbansi sampel terlalu tinggi dari absorbansi baku,
alasan pembuatan larutan baku yaitu agar dapat digunakan untuk
membuat seri konsentrasi, larutan baku dapat pula digunakan satu
macam konsentrasi satndar (single-point Calibration), alasan penentuan
kadar rivanol yaitu agar dapat diketahui mana yang baik kosentrasi
dalam penentuan kadar rivanol dalam pelarut H2SO4 0.1 N, alasan
pemilihan kosentrasi yang berbeda-beda agar kadar obat memperoleh
kosentrasi akhir serupa yang mendekati kosentrasi standar yang dibuat.

Pengenceran H2SO4 agar volume larutan menjadi lebih luas dari volume
semulanya dan mengamtisipasi absorbansi yang terlalu tinggi daripada
absorbansi dasar. Pembuatan asorbansi baku dilakukan agar
konsentrasinya sama, larutan baku menggunakan satu macam
konsentrasi standar – penentuan kadar rivanol dilakukan pada H2SO4
0.1 N, pemilihan konsentrasi yang tidak sama dilakukan agar sediaan
memperoleh akhir fokus yang sama yang mendekati konsentrasi yang
dibuat
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1979). Farmakope Indonesia Edisi III.


Jakarta : DEPKES RI.

Ikatan Apoteker Indonesia. (2018). ISO Informasi Spesialis Obat Indonesia.


Volume 48. PT. ISFI Penerbitan : Jakarta.

Lesmana, D, 2015. Ensiklopedia Ikan Hias Air Tawar.


Jakarta : Penebar Swadaya

Nazar, M, (2018). Spektroskopi Molekul. Jakarta: Syiah Kuala University Press.

Permanasari, A., dkk. (2016). Kimia Analitik Instrumen. Tanggerang Selatan :


Universitas Terbuka.

Putri, L.E. (2017). Penentuan Konsentrasi Senyawa Berwarna KMnO4


dengan Metoda Spektroskopi UV Visible. Naturan Science Journal. 3(1).
(2020). www.Pubchem.com. Diakses Pada tanggal 30 Maret 2020
pukul 16.00 di Palu

Sastrohamidjojo, H, (2018). Dasar-Dasar Spektroskopi. Yogyakarta :


Universitas Gadjah Mada.

Sembiring, T., dkk, (2019). Alat Penguji Material. Jakarta : GUEPEDIA.

Sulistriyarti, H, (2017). Kimia Analisa Dasar Untuk Analisis Kualitatif.


Malang : UB Press.

Susilawati, L., dkk. (2016). Analisis Etakridin Laktat pada Daging Ayam
dengan Metoda Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Prosiding Farmasi. 2(1)

Tim Dosen 2020. Panduan Praktikum Kimia Kimia Analisis Farmasi II. Palu :
Universitas Tadulako.

Anda mungkin juga menyukai