UNIVERSITAS TADULAKO
PERCOBAAN III
DISUSUN OLEH :
KELAS/KELOMPOK :A
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
BAB I
PENDAHULUAN
Molekul atau ion zat organik dengan sejumlah anion anorganik dapat
mengabsorbsi sinar ultraviolet dan sinar tampak karena mengandung
elektron elektron ikatan di orbital molekul paling luar yang diekskresikan
ke tingkat energi yang lebih tinggi. Eksitasi tersebut juga disertai dengan
transisi tingkat energi vibrasi dan tingkat energi rotasi. Transisi pada Sinar
tampak tidak sejauh transisi pada sinar ultraviolet. Pada sinar ultraviolet
yang panjang gelombangnya lebih dari 180 nanometer dan penyerapan
Sinar tampak 380 sampai 780 nanometer dilakukan oleh senyawa-senyawa
yang mempunyai gugus fungsi yang disebut kromofor. Gugus kromofor
ini mempunyai elektron valensi dengan energi eksitasi yang relatif rendah.
Elektron-elektron yang berperan dalam penyerapan cahaya oleh molekul
organic yaotu electron-elektron ikatan dan electron bukan ikatan
(Permanasari, dkk., 2016).
Menurut (Sastrohamidjojo, H, 2018) Terdapat hubungan antara tenaga
(E), panjang gelombang (λ ¿, frekuensi (v) dan kecepatan cahaya (c).
Energi (E) berbanding lurus dengan frekuensi (v) : È~v atau E = hv.
Energi (E) berbanding laurus dengan panjang gelombang (λ). E~λ, atau
hc
E=
nλ
Antar kedua persamaan akan diperoleh
hc c
hv = .; v =
nλ nλ
Keterangan : h = Tetapan Planck (6,626 x 10-34 J.det)
c = Kecepatan cahaya (dalam keadaan hampa) = 2,998 x 1010 cm/det.
n = Indeks bias (dalam keadaan hampa), n = 1
1
Bilangan gelombang : v = (cm-1)
λ
Berdasarkan orbit panjang gelombang, sinar yang mempunyai panjang
gelombang makin panjang, suatu energy/tenaga yang dimiliki maka akan
kecil. Hingga akhirnya ditulis : E sinar uv > E sinar vis > E ir > E
gelombang radio.
RM/BM : H2O/18,02
Rumus :
struktur
(Pubchem)
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak
berbau, tidak memiliki rasa
Kelarutan : -
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai pelarut rivanol dan pengencer
H2SO4
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Persyaratan : -
kadar
Gugus : -
ausokrom
Gugus : -
kromofor
(Pubchem)
Pemerian : Cairan jernih seperti minyak, tidak
berwarna bau sangat tajam dan korosif.
Bobot jenis lebih kurang 1,84
Kelarutan : Bercampur dengan air dan dengan
etanol dengan menimbulkan panas
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai ppengencer rivanol
Penyimpana : Dalam wadah tertutup rapat
n
Persyaratan : Asam sulfat mengandung tidak kurang
kadar dari 95,0% dan tidak lebih dari 98,0%
b
/b H2SO4.
Gugus :
ausokrom
Gugus :
kromofor
RM/BM : C18H21N3O4./343,4
Rumus struktur :
(Pubchem.com)
2. ALBOTHYL (ISO,2018)
Nama sediaan : ALBOTHYL
Komposisi : Policresuken 360 mg
Kontraindikasi : -
Indikasi : Vaginitis, keputihan vagina dan
serviks, regenerasi jaringan luka /
peradangan yang kronik lesi
decubitus, ulkus kondiloma
kuminata granulasi berlebihan
gingivitis, atomatic aftosa, herpes
labialis
Efek samping : Reaksi hypersensitive,
ketidaknyamanan pada perut bagian
bawah adanya perasaan aneh
didalam Rahim dan vagina kering
diertai alergi
Interaksi obat :
Dosis : Luka berdarah : dengan atau tanpa
pengenceran yaitu 1 tetes albothyl
consentrate tambahkan ke dalam 5
tetes air matang.
Antiseptic organ intim wanita :
encerkan 10-15 tetes albothyl
concentrate dalam segelas air 200
mll atau ¼ gayung
Golongan obat : Bebas Terbatas
Diproduksi : Pharos Farma
oleh
Nomor batch :
Exp date :
5. ONEMED (ISO,2020)
Nama sediaan : ASEPTIC GEL
Komposisi : Ethyl alcohol 70%,deionize water
carbomer, TEA PGA 40, color
Kontraindikasi : -
Indikasi : Antiseptik pada tangan
Efek samping : Iritasi
Interaksi obat : -
Dosis : Digunakan seperlunya atau bila perlu
Golongan obat : Obat Bebas Terbatas
Diproduksi : OneMed-Mwedicom
oleh
Nomor batch :
Exp date :
II.4 Prosedur Kerja (Tim Dosen, 2020)
A. Penetapan kadar rivanol dalam pelarut H2SO4 0,1N
1. Buat larutan H2SO4 0,1 N dalam air sebanyak 500 mL
Bila tersedia H2SO4 pekat (36 N), menggunakan gelas ukur ambillah
1,39 mL H2SO4 pekat tersebut. Siapkan beker gelas 200 mL yang
berisi 100 mL aquades. Masukkan asam sulfat pekat (1,39 mL)
tersebut ke dalam beker gelas melalui dinsing perlahan-lahan.
Pindahkan ke dalam labu takar 500 mL, encerkan sampai tanda tera
larutan H2SO4 ini memiliki normalitas kurang lebih 0,1 N.
BAB III
METODOLOGI PPRAKTIKUM
III.1.2 Bahan
1. Aquadest
2. Rivanol
3. Asam sulfat 0,1 N
4. Masker
5. Handscoon
6. Tissue
7. Kertas Label
8. Kertas saring
III.1.3 Sampel
1. Betadine 4. Rivanol PT. seino Era Nusa
2. Albhotyl 5. Onemed
3. Rivanol IKA 100 ml
III.2 Cara Kerja
A. Penetapan kadar rivanol dalam pelarut H2SO4 0,1N
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Dibuat larutan H2SO4 0,1 N dalam air sebanyak 500 mL dengan
cara :
Dibuat H2SO4 pekat (36 N), menggunakan gelas ukur diambil
1,39 mL H2SO4 pekat tersebut. Disiapkan beker gelas 200 mL
yang berisi 100 mL aquadest. Dimasukkan asam sulfat pekat
(1,39 mL) tersebut ke dalam beker gelas melalui dinsing
perlahan-lahan. Dipindahkan ke dalam labu takar 500 mL dan
diencerkan sampai tanda tera larutan H2SO4 ini memiliki
normalitas kurang lebih 0,1 N.
3. Dibuat larutan induk (Li) rivanol dengan cara :
Ditimbang 100 mg rivanol, dimasukkan ke dalam labu takar 100
mL, ditambahkan H2SO4 0,1 N sampai tanda batas. Larutan Li ini
mengandung 1 mg rivanol/mL atau 1µg rivanol/µL.
4. Dibuat larutan baku rivanol dalam H2SO4 0,1 N dengan cara :
Dipipet 750 µL Li (1 µg/ µL), Dimasukkan ke dalam labu takar
25 mL dan diencerkan dengan H2SO4 0,1 N hingga tanda tera.
Larutan ini disebut dengan larutan baku rivanol yang
mengandung 0,75 mg rivanol/25 mL.
5. Dihubungkan spektrofotometer dengan sumber listrik, kemudian
tekan tombol on. Biarkan 15 menit untuk conditioning.
6. Dilakukan scanning (dengan program survey scan) pada λ antara
350-780 nm terhadap blanko (H2SO4 0,1 N). Cetaklah (print)
spektrumnya dan catat λ ya (misal 410 nm).
7. Dikur absorban laruan baku tersebut di atas terhadap blanko
H2SO4 0,1 N pada λ 410 nm.
8. Dicatat nilai absorbansinya. Dengan cara yang sama, ukur
absorban larutan sampel. Bila absorban sampel terlalu besar
dibandingkan absorban baku, lakukan pengenceran (usahakan
absorban sampel memiliki nilai sama dengan absorban baku ±
10%).
9. Dihitung konsentrasi sampel dengan rumus :
Absorban si
x konsentrasibaku=konsentrasi sampel
Absorbansi baku
III.3 Skema Kerja
1. Larutan H2SO4 0,1 N dalam air sebanyak 500 ml
-Disiapkan
-Dipipet 1,39 ml
H2SO4 (36 N)
-Dimasukkan
-Ditambahkan
Labu takar 500 ml
-Dicukupkan
Aquadest
2. Larutan induk linavil (Li)
-Disiapkan
-Ditimbang
Livanol 100 mg
-Dimasukkan
-Dicukupkan
H2SO4 0,1 N
-Dipipet 1,39 ml
750 μL Li (1 μg/
μL),
-Dimasukkan
Labu takar 25 ml
-Dicukupkan
H2SO4 0,1 N
-Disiapkan
-Dinyalakan
Spektrofotometer
-Dihitung
Konsentrasi dan
absorbansi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.3 Perhitungan
IV.4 Pembahasan
Rivanol obat desinfektan berupa cairan berwarna kuning. Dapat
digunakan untuk perlakuan pengobatan parasit kulit dengan
perendaman lama pada kadar 0,1 gram dalam 40-50 liter air. Kadar 100
mg/100 mL air hangat atau dingin, dapat digunakan untuk desinfektan
melawan berbagai parasit kulit (Lesmana, D, 2015).
Cara kerja pada percobaan ini yaitu pertama disiapkan alat dan bahan.
Dibuat larutan H2SO4 0,1 N dalam air sebanyak 500 mL. Bila tersedia
H2SO4 pekat (36 N), menggunakan gelas ukur diambil 1,39 mL H 2SO4
pekat tersebut. Disiapkan beker gelas 200 mL yang berisi 100 mL
aquades. Setelah itu dimasukkan asam sulfat pekat (1,39 mL) tersebut
ke dalam beker gelas melalui dinsing perlahan-lahan. Dipindahkan ke
dalam labu takar 500 mL dan diencerkan sampai tanda tera larutan
H2SO4 ini memiliki normalitas kurang lebih 0,1 N. Setelah itu, dibuat
larutan induk (Li) rivanol dengan cara ditimbang 100 mg rivanol,
dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL, ditambahkan H2SO4 0,1 N
sampai tanda batas. Larutan Li ini mengandung 1 mg rivanol/mL atau
1µg rivanol/µL. Setelah itu, dibuatlah larutan baku rivanol dalam H2SO4
0,1 N dengan cara dipipet 750 µL Li (1 µg/ µL), dimasukkan ke dalam
labu takar 25 mL dan diencerkan dengan H 2SO4 0,1 N hingga tanda
tera. Larutan ini disebut dengan larutan baku rivanol yang mengandung
0,75 mg rivanol/25 mL. Kemudian dihubungkan spektrofotometer
dengan sumber listrik, kemudian tekan tombol on. Biarkan 15 menit
untuk conditioning. Lalu dilakukan scanning (dengan program survey
scan) pada λ antara 350-780 nm terhadap blanko (H 2SO4 0,1 N).
Kemudian dicetak (print) spektrumnya dan catat λ ya (missal 410 nm).
Diukur absorban laruan baku tersebut di atas terhadap blanko H2SO4 0,1
N pada λ 410 nm. Catatlah nilai absorbansinya, dengan cara yang sama,
ukur ansorban larutan sampel. Bila absorban sampel terlalu besar
dibandingkan absorban baku, lakukan pengenceran (usahakan absorban
sampel memiliki nilai sama dengan absorban baku ± 10%). Setelah itu
dihitung konsentrasi.
Alasan penggunaan lumpang dan alu adalah karena lumpang dan alu
berguna untuk menghaluskan sediaan obat yang nantinya akan
dijadikan sampel sehingg mudah ditimbang – juga mudah ketika nanti
sampai pada proses pelarutan. Pun juga dilakukan penyaringan sebelum
tahap absorbansi yaitu agar memisahkan partikel-partikel suspense
dengan cairan lalu memisahkan antara pelaru dan zat padat, untuk hasil
yang baik (Permana,dkk. 2016).
Pengenceran H2SO4 agar volume larutan menjadi lebih luas dari volume
semulanya dan mengamtisipasi absorbansi yang terlalu tinggi daripada
absorbansi dasar. Pembuatan asorbansi baku dilakukan agar
konsentrasinya sama, larutan baku menggunakan satu macam
konsentrasi standar – penentuan kadar rivanol dilakukan pada H2SO4
0.1 N, pemilihan konsentrasi yang tidak sama dilakukan agar sediaan
memperoleh akhir fokus yang sama yang mendekati konsentrasi yang
dibuat
DAFTAR PUSTAKA
Susilawati, L., dkk. (2016). Analisis Etakridin Laktat pada Daging Ayam
dengan Metoda Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Prosiding Farmasi. 2(1)
Tim Dosen 2020. Panduan Praktikum Kimia Kimia Analisis Farmasi II. Palu :
Universitas Tadulako.