Anda di halaman 1dari 33

LABORATORIUM KIMIA FARMASI

PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS FARMASI 2


JURUSAN FARMASI

PERCOBAAN II
“PENETAPAN KADAR INH DAN VITAMIN B6 DALAM SEDIAAN
OBAT”

DI SUSUN OLEH :

NAMA : RAMONIK AYU NINGSI


NIM : G 701181208
KELAS / KELOMPOK : A / VII
HARI/ TANGGAL :
ASISTEN : ADETYA MARYANI

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2020
BAB I
PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang


Spektrofotometer UV merupakan instrument yang menggunakan sumber
cahaya, sumber cahaya dapat berupa cahaya tampak ataupun ultraviolet,
cahaya akan ditembakkan pada sampel (kuvet) dan banyaknya cahaya yang
diserap sampel dapat terukur pada detektor, Sedangkan spektrofotometer
Visible ini yang digunakan sebagai sumber sinar energi cahaya tampak yang
termasuk spektrum elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh mata manusia.
Sehingga spektrofotometer UV-Vis merupakan gabungan antara
spektrofotometer UV dan Visible. Menggunakan dua sumber cahaya berbeda,
sumber cahaya UV dan sumber cahaya Visible yaitu photodiode yang
dilengkapi dengan monokromator (Danik dan Pacier, 2016)

Spektrofotometri UV-Multikomponen merupakan suatu pengukuran untuk


analisis 2 atau lebih komponen senyawa dengan menggunakan metode
simultan atau metode derifatif . metode persamaan simultan dilakukan dengan
mengukur 2 atau lebih panjang gelombang yang mana masing-masing
komponen tidak akan mengganggu. Kromofor yang berbeda-beda dari tiap
komponen akan mempunyai kekuatan absorbansi cahaya yang berbeda pula
pada satu daerah panjang gelombang. prinsip analisis multikomponen secara
spektrofotometri adalah mencari absorban tiap-tiap komponen yang
memberikan korelasi yang linear terhadap konsentrasi, sehingga dapat
dihitung masing-masing kadar campuran zat (Andriyati, 2017).

Aplikasi dalam bidang farmasi dalam percobaan ini adalah seorang farmasis
dapat mengetahui dan dapat menerapkan cara untuk menganalisis dan cara
penetapan kadar isoniazid dan vitamin B6 pada sediaan obat dengan
menggunakan alat spektrofotometer UV- VIS. Hal inilah yang dapat
melatarbelakangi percobaan ini dilakukan.
I. 2 Maksud dan Tujuan
I.2.1 Maksud percobaan
Untuk memahami bagaimana cara menganalisis dan menetapkan
kadar INH dan Vitamin B6 dalam sediaan Obat

I.2.2 Tujuan Percobaan


Untuk mengetahuibagaimana cara menganalisis dan menetapkan
kadar INH dan Vitamin B6 dalam sediaan Obat

I.3 Manfaat Percobaan


Untuk mengetahui dan memahami cara menganalisis dan menetapkan kadar
INH dan Vitamin B6 dalam sediaan Obat

I.4 Prinsip Percobaan


Prinsip dari percobaan ini adalah Menganalisis dan menentukan kadar INH
dan Vitamin B6 dalam sediaan obat dengan menggunakan spektrofotometer
UV-Vis dengan membuat larutan induk INH (2244 ppm) dan Larutan Induk
Pyrodixine
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori


Isoniazid (INH) adalah obat tuberkolosis lini pertama yang telah digunakan
sejak tahun 1952 karena memiliki efek paling kuat terhadap M. tuberculosis.
INH dapat diberikan sebagai terapi tunggal untuk profilaksis maupun sebagai
kombinasi dengan obat anti tuberkolosis lain, seperti piridoxine HCl (Vit.
B6). Validasi metode penetapan kadar INH dan Vit B6 dalam sediaan sirup
perlu dilakukan untuk menjamin bahwa obat yang diproduksi pabrik
memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Apabila kadar obat berada diatas
rentang persyaratan, maka obat itu akan memberikan efek toksik atau
berbahaya terhadap konsumen. Sedangkan bila dibawah rentang persyaratan,
maka obat itu tidak akan memberikan efek terapi bagi konsumen yang
mengonsumsi obat tersebut (Budiarti dan Herdiyanti, 2016).

Analisis kualitatif obat diarahkan pada pengenalan senyawa obat, meliputi


semua pengetahuan tentang analisis yang hingga kini dikenal. Dalam
melakukan analisa suatu obat maka, kita dapat menggunakan sifat-sifat suatu
bahan/zat, baik itu sifat fisika maupun sifat kimianya. Sedangkan untuk
analisa obat secara kuantitatif dapat dilakukan berdasarkan golongan obat
menurut efek farmakologisnya, misalnya analisis obat golongan analgetika-
antpiretika yaitu asetosal dapat ditentukan dengan metode alkalimetri
menggunakan prinsip netralisasi. begitupula dengan macam macam golongan
obat yang lain (Cartika, 2016).

Penetapan kadar INH dan metabolitnya telah dilaporkan menggunakan


kromatografi cair kinerja tinggi. Metode ini adalah metode yang baik untuk
memisahkan analit dari campuran dalam matriks yang kompleks seperti
plasma disamping penggunaannya untuk analisis kualitatif dan kuantitatif.
Metode yang tersedia masih memerlukan peningkatan selektivitas terutama
analit dengan matriksnya. Peningkatan selektivitas metode bioanalisis selain
memperhatikan faktor selektifitas juga harus memperhatikan faktor
sensitivitas. Oleh karena itu pengujian selektifitas metode bioanalisis
dilakukan pada konsentrasi terkecil (Rahayu, 2019).

Pada spektrofotometri UV-Vis ada beberapa istilah yang digunakan terkait


dengan molekul yaitu kromofor, ausokrom, efek batokromik atau pergeseran
merah, efek hipokromik atau pergeseran biru, hipokromik dan hiposkromik.
Kromofor adalah molekul atau bagian molekul yang mengabsorbsi sinar
dengan kuat di daerah UV-Vis, misalnya heksana, aseton, asetilen, benzena,
karbonil. Ausokrom adalah gugus fungsi yang mengandung pasangan
elektron bebas berikatan kovalen tunggal, yang terikat pada kromofor yang
mengintensifkan absorbsi sinar UV-Vis pada kromofor tersebut, baik panjang
gelombang maupun intensitasnya, misalnya gugus hidroksi, amina, halida,
alkoksi (Suhartati, 2017).

Spektrofotometer UV-Vis adalah salah satu metode instrumen yang paling


sering diterapkan dalam analisi kimia untuk mendeteksi senyawa (padat/cair)
berdasarkan absorbansi foton. Agar sampel dapat menyerap foton pada
daerah UV-Vis (panjang gelombang foton 200 nm – 700 nm), biasanya
sampel harus diperlakukan atau derivatisasi, misalnya penambahan reagen
dalam pembentukan garam kompleks dan lain sebagainya (Irawan, 2019).

II.2 Uraian Bahan


1. Alkohol (FI Edisi III, 1979; 65)
Nama resmi : AETHANOLUM

Nama lain : Alkohol

RM/BM : C2H5OH/46,07

Rumus struktur :

(Pubchem, 2020)

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap


dan mudah bergerak; bau kuat; rasa panas,
mudah terbakar.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam kloroform p, dalam


air dan dalam eter p.

Khasiat : Antiseptikum ekstern

Kegunaan : Sebagai pereaksi

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari


cahaya.

Persyaratan kadar : Mengandung tidak kurang dari 94,7% v/v dan


92% dan tidak lebih dari 95,2% v/v atau 92,7%
C2H6O.

Gugus ausokrom : -OH

Gugus kromofor : -

2. Piridoxine HCl (Vit. B6) (FI III 1979 : 541)


Nama resmi : PYRIDOXINI HYDROCHLORIDUM

Nama lain : Piridoksina hidroklorida / vitamin B6

RM/BM : C8H11NO3.HCl/169,18 g/mol

Rumus struktur :

(Pubchem, 2020)

Pemerian : Hablur putih atau tidak berwarna, atau serbuk


hablur putih; tidak berbau, rasa asin.

Kelarutan : Mudah larut dalam air; sukar larut dalam etanol


(95%) p; praktis tidak larut dalam eter p.

Khasiat : Komponen vitamin B – kompleks

Kegunaan : Sebagai bahan uji

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari


cahaya.

Persyaratan kadar : Mengandung tidak kurang dari 98,0%


C8H11NO3.HCl

Gugus ausokrom : -OH

Gugus kromofor : -

3. Isoniazid (FI V 2014 : 472)


Nama resmi : ISONIAZIDUM

Nama lain : Isoniazida

RM/BM : C6H7N3O/137,14

Rumus struktur :

(Pubchem, 2020)

Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih;


tidak berbau; rasa agak pahit; terurai perlahan-
lahan oleh udara dan cahaya.

Kelarutan : Mudah larut dalam air; agak sukar larut dalam


etanol (95%) p; sukar larut dalam kloroform p
dan eter p.

Khasiat : Antituberkulosa

Kegunaan : Sebagai bahan uji

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari


cahaya.

Persyaratan kadar : Mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak


lebih dari 101,0% C6H7N3O

Gugus ausokrom : -N, -NH2

Gugus kromofor : C=O, C=C

II.3 Uraian Sampel


1. TB Vitamin B6 (Madscape, 2020)
Nama sediaan : TB Vit B6

Komposisi : INH 400 mg dan vit B6 24 mg.

Kontraindikasi : Hipersensitivitas

Indikasi : Antituberkolosis

Efek samping : Sakit kepala, asam folat menurun, asidosis,


mual, neuropati.

Interaksi obat : Dapat mengurangi efek terapi dari altretamin.

Dosis : 25-50 mg/hari PO

Golongan obat : Obat keras

Diproduksi oleh : PT. Meprofarm

Nomor batch :

Exp : -

2. Pehadoxinforte (ISO, 2018)


Nama sediaan : Pehadoxin

Komposisi : Isoniazid 100 mg, vit B6 10 mg

Kontraindikasi : Sakit ginjal

Indikasi : Anti tuberkolosis

Efek samping : Mual, muntah, sakit kepala, neuropati perifer.

Interaksi obat : Pehadoxin forte tablet tidak boleh dikonsumsi


jika memiliki kondisi : alcohol, reaksi alergi,
masalah hati yang parah.

Dosis : Sehari 3-4 x 1 tablet

Golongan obat : Obat keras

Diproduksi oleh : Phapros

Nomor batch :

Exp : -

3. INH ciba (ISO, 2018)


Nama sediaan : INH ciba

Komposisi : Isoniazid 300 mg dan vitamin B6 10 mg

Kontraindikasi : Gangguan hati, gangguan ginjal yang parah dan


epilepsi

Indikasi : Anti tuberculosis

Efek samping : Mual, muntah, tegangan pada bagian perut,


reaksi hepatitis, gangguan metabolisme, reaksi
pada kulit.

Interaksi obat : Asetaminofen, cymbalta (duloxetine),


rifampisin, vitamin D.

Dosis : 1 tab/hari

Golongan obat : Obat keras

Diproduksi oleh : Sandoz

Nomor batch :

Exp : -

4. Santibi Plus (MIMS, 2020)


Nama sediaan : Santibi Plus

Komposisi : Etambutol HCl 500 mg, isoniazid 100 mg, vit


B6 6 mg.

Kontraindikasi : Saraf 12ptic, penyakit hati yang disebabkan


obat.

Indikasi : Anti tuberculosis

Efek samping : Mual, muntah, sakit kepala

Interaksi obat : Etambutol dapat mengurangi keampuhan agen


urikosurik. INH meningkatkan efek fenitoin.

Dosis : 3 tab/hari

Golongan obat : Obat keras

Diproduksi oleh : Sanbe farma

Nomor batch :

Exp : -

5. Bacbutinh F (ISO, 2018)


Nama sediaan : Bacbutinh

Komposisi : Etambutol HCl 500 mg, isoniazid 100 mg, vit


B6 5 mg

Kontraindikasi : Saraf optik, penyakit hati

Indikasi : Anti tuberkulosis

Efek samping : Mual, muntah, sakit kepala

Interaksi obat : Etambutol dapat mengurangi keampuhan agen


urikosurik. INH meningkatkan efek fenitoin.

Dosis : 3 tab/hari

Golongan obat : Obat keras

Diproduksi oleh : Armoxindo farma

Nomor batch :

Exp : -

II.4 Prosedur Kerja (TIM Dosen, 2020)


1. Pembuatan Larutan induk INH (2244 ppm) dan Larutan Induk Piridoxine
a. Menimbang INH sebanyak 50 mg, dilarutkan dengan etanol dalam
beker gelas. Cukupkan volumenya sampai tanda tera menggunakan
labu ukur 25 mL, dan dihomogenkan.
b. Membuat seri larutan baku INH
Larutan baku INH dibuat dengan konsentrasi 6,732 ppm, 11,22 ppm,
15,71 ppm, 22.44 ppm, 29,17 ppm, 35,90 ppm dengan cara memipet
secara berturut-turut sebanyak 30 µL, 50 µL, 70 µL, 130 µL, 160 µL
kedalam labu ukur 10 mL. diukur absorbansinya masing-masing.
c. Membuat Larutan baku induk Piridoxine (1008 ppm) Sebanyak 50,4
mg ditimbang dan dilarutkan dengan etanol dan dicukupkan
volumenya sampai 50 mL menggunakan labu takar.
d. Membuat seri larutan baku pyrodixine Larutan baku piridoxine dibuat
dengan konsentrasi 3,03 ppm, 5,04 ppm, 7,06 ppm, 10,08 ppm, 13,10
ppm, 16,13 ppm dengan cara memipet secara berturut-turut sebanyak
30 µL, 50 µL, 70 µL, 130 µL, 160 µL kedalam labu ukur 10 mL.
diukur absorbansinya masing-masing.

Penetapan Kadar Vitamin B6


Ditimbang seksama 25 mg sampel obat yang mengandung INH dan
Piridoxine, dilarutkan dengan etanol sebanyak 25 mL menggunakan
labu ukur 25 mL. disaring menggunakan kertas whatman. Dipipet
filtrat sebanyak 300 µL dengan mikropipet, diencerkan dengan etanol
sampai batas tera menggunakan labu ukur 10 mL (30 ppm). Diukur
absorbansinya pada panjang gelombang isoniazid dan piridoxine.
Ditentukan kadar INH dan piridoxine.

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

III.1 Alat dan Bahan


III.1.1 Alat
1. Labu ukur
2. Seperangkat alat spektrofotometer UV-Vis
3. Gelas Kimia
4. Pipet Volume
5. Timbangan analitik

III.1.2 Bahan

1. Isoniazid
2. Etanol 95%
3. Piridoxine HCl (Vit. B6)

III.1.3 Sampel
1. TB vitamin B6
2. Phdoxinforte
3. INH ciba
4. Santibi Plus
5. Bacbutinh F
III.2 Cara Kerja
A. Pembuatan larutan
1.1 Pembuatan Larutan induk INH (2244 ppm) dan Larutan Induk
Piridoxine
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang isoniazid sebanyak 50 mg, dilarutkan dalam beker glass
3. Dimasukkan ke dalam labu ukur 25 ml dan di addkan aquadest
sampai tanda batas kemudian dihomogenkan
1.2 Membuat seri larutan baku INH
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibuat larutan baku INH dengan konsentrasi 6,732 ppm, 11,22
ppm, 15,71 ppm, 22.44 ppm, 29,17 ppm, 35,90 ppm dengan cara
memipet secara berturut-turut sebanyak 30 µL, 50 µL, 70 µL, 130
µL, 160 µL
3. Dimasukkan kedalam labu ukur 10 mL
4. Diukur absorbansinya masing-masing.
1.3 Larutan Baku Induk Piridoxine (1008 ppm)
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang sebanyak 50,4 mg piridoxine.
3. Dilarutkan dengan etanol
4. Dimasukkan ke dalam labu takar dan di add kan aquadest sampai
tanda batas
1.4 Membuat seri larutan baku piridoxine
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibuat larutan baku piridoxine dibuat dengan konsentrasi 3,03
ppm, 5,04 ppm, 7,06 ppm, 10,08 ppm, 13,10 ppm, 16,13 ppm
dengan cara memipet secara berturut-turut sebanyak 30 µL, 50 µL,
70 µL, 130 µL, 160 µL
3. Dimasukkan kedalam labu ukur 10 mL
4. Diukur absorbansinya masing-masing.
B. Penetapan Kadar Vitamin B6
1. Ditimbang seksama 25 mg sampel obat yang mengandung INH dan
Piridoxine
2. Dilarutkan dengan etanol sebanyak 25 mL menggunakan labu ukur
25 mL
3. Disaring menggunakan kertas whatman
4. Dipipet filtrate sebanyak 300 µL dengan mikropipet
5. Diencerkan dengan etanol sampi batas tera menggunakan labu ukur
10 mL (30 ppm)
6. Diukur absorbansinya pada panjang gelombang isoniazid dan
piridoxine
7. Ditentukan kadar INH dan piridoxine

III.3 Skema Kerja

III.3.1 Pembuatan Larutan Induk INH

Alat dan Bahan

- Ditimbang INH 50 mg

Neraca analitik
+ INH 50 mg
+ etanol 25 mL
- dilarutkan
Gelas kimia
III.3.2 Pembuatan Seri Larutan Baku INH

Alat dan Bahan

Larutan baku INH dengan


konsentrasi 6,732 ppm, 11,22
ppm, 15,71 ppm, 22.44 ppm, 29,17
ppm, 35,90 ppm

- Dipipet
berturut-turut sebanyak 30 µL, 50 µL,
70 µL, 130 µL, 160 µL

Labu ukur- Diletakkan


10 mL

- Diukur

Absorbansi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Pengamatan
1. Data absorptivitas Isoniazid (20 µg/ml) dan vitamin B6 (2 µg/ml)
secara persamaan multi komponen
Absorbansi (A) Absorptivitas (α)
No Baku
Perbandingan λ 266 nm λ 290 nm λ266 nm λ 290
nm

1. Isoniazid 0,7598 0,1184 0,03799 0,00592

2. Vitamin B6 0,0107 0,0798 0,00535 0,0399

2. Data absorptivitas Isoniazid (20 µg/ml) dan vitamin B6 (2 µg/ml)


secara matriks
Absorbansi (A) Absorptivitas (α)
No Baku
Perbandingan λ 266 nm λ 290 nm λ266 nm λ 290
nm

1. Isoniazid 0,7598 0,1184 379,9 5,92

2. Vitamin B6 0,0107 0,0798 53,5 399


IV.2 Perhitungan

Pembuatan konsentrasi sampel 6,732 ppm, 11,22 ppm, 15,71 ppm, 22.44 `
ppm, 29,17 ppm, 35,90 ppm sebanyak 10 ml dari larutan induk 2244 ppm:

a. Untuk 6,732 ppm:


V1.N1 = V2.N2

10 ml x 6,732 = V2 x 2244 ppm

V2 = 10 ml x 6,732 ppm / 2244 ppm

= 0,03 ml

Jadi dipipet 0,03 ml lalu di ad sampai 10 ml dengan pelarut

b. Untuk 11,22 ppm:


V1.N1 = V2.N2

10 ml x 11,22 = V2 x 2244 ppm

V2 = 10 ml x 11,22 ppm / 2244 ppm

= 0,05 ml

Jadi dipipet 0,05 ml lalu di ad sampai 10 ml dengan pelarut

c. Untuk 15,71 ppm:


V1.N1 = V2.N2

10 ml x 15,71 ppm = V2 x 2244 ppm

V2 = 10 ml x 15,71 ppm / 2244 ppm

= 0,07 ml

Jadi dipipet 0,07 ml lalu di ad sampai 10 ml dengan pelarut


d. Untuk 22.44 ppm:
V1.N1 = V2.N2

10 ml x 22.44 = V2 x 2244 ppm

V2 = 10 ml x 22,44 ppm / 2244 ppm

= 0,1 ml

Jadi dipipet 0,1 ml lalu di ad sampai 10 ml dengan pelarut

e. Untuk 29,17 ppm:


V1.N1 = V2.N2

10 ml x 29,17 = V2 x 2244 ppm

V2 = 10 ml x 29,17 ppm / 2244 ppm

= 0,12 ml

Jadi dipipet 0,12 ml lalu di ad sampai 10 ml dengan pelarut

f. Untuk 35,90 ppm:


V1.N1 = V2.N2

10 ml x 35,90 = V2 x 2244 ppm

V2 = 10 ml x 35,90 ppm / 2244 ppm

= 0,15 ml

Jadi dipipet 0,15 ml lalu di ad sampai 10 ml dengan pelarut


IV.4 Pembahasan
Isoniazid (INH) adalah obat tuberkolosis lini pertama yang telah digunakan
sejak tahun 1952 karena memiliki efek paling kuat terhadap M. tuberculosis.
INH dapat diberikan sebagai terapi tunggal untuk profilaksis maupun
sebagai kombinasi dengan obat anti tuberkolosis lain, seperti piridoxine HCl
(Vit. B6) (Budiarti dan Herdianti, 2016).

Tujuan percobaan ini yaitu untuk mengetahui cara menganalisis kadar INH
dan vitamin B6 dalam sediaan obat.

Cara kerja pada percobaan ini yaitu pada pembuatan larutan induk INH
(2244 ppm) dan larutan induk piridoxine, pertama – tama disiapkan alat dan
bahan, lalu ditimbang INH sebanyak 50 mg, kemudian dilarutkan dengan
etanol dalam beker gelas dicukupkan volumenya sampai tanda tera
menggunakan labu ukur 25 mL, dan dihomogenkan. Dilarutkan baku INH
dibuat dengan konsentrasi 6,732 ppm, 11,22 ppm, 15,71 ppm, 22.44 ppm,
29,17 ppm, 35,90 ppm dengan cara dipipet secara berturut-turut sebanyak
30 µL, 50 µL, 70 µL, 130 µL, 160 µL kedalam labu ukur 10 mL. lalu diukur
absorbansinya masing-masing. Dibuat larutan baku induk pyrodixin (1008
ppm), ditimbang sebanyak 50,4 mg, kemudian dilarutkan dengan etanol dan
dicukupkan volumenya sampai 50 mL menggunakan labu takar. Dilarutkan
baku pyrodixine dibuat dengan konsentrasi 3,03 ppm, 5,04 ppm, 7,06 ppm,
10,08 ppm, 13,10 ppm, 16,13 ppm dengan cara dipipet secara berturut-turut
sebanyak 30 µL, 50 µL, 70 µL, 130 µL, 160 µL kedalam labu ukur 10 mL,
lalu diukur absorbansinya masing-masing. Pada penetapan kadar vitamin
B6, ditimbang seksama 25 mg sampel obat yang mengandung INH dan
piridoxine, lalu dilarutkan dengan etanol sebanyak 25 mL menggunakan
labu ukur 25 mL, kemudian disaring menggunakan kertas whatman, dipipet
filtrate sebanyak 300 µL dengan mikropipet, diencerkan dengan etanol
sampi batas tera menggunakan labu ukur 10 mL (30 ppm). Diukur
absorbansinya pada panjang gelombang isoniazid dan piridoxine dan
ditentukan kadar INH dan piridoxine.

Alasan perlakuan, kenapa di gunakan isoniazid dan vitamin B6 pada


percobaan kali ini karena mereka masing-masing memiliki gugus kromofor
dan ausokrom yang dapat digunakan dalam analisis spektrofotomeetri UV-
Vis karena dapat membuat absorbansi.

Hasil yang kami dapatkan pada percobaan kali ini yaitu pada absorptivitas
Isoniazid (20 µg/ml) dan vitamin B6 (2 µg/ml) secara persamaan multi
komponen di dapatkan hasil masing-masing untuk baku perbandingan
isonizid dengan absorbansi 266 nm dan 290 nm di dapatkan hasil 0,7598 dan
0,1184 dan pada Vitamin B6 yaitu 0,0107 dan 0,0798. Sedangkan pada
absorptivitas diperoleh hasil untuk isoniazid dengan absorptivitas 266 nm
dan 290 nm yaitu 0,03799 dan 0,00592 sedangkan untuk vitamin B6 yaitu
0,00535 dan 0,0399.

Menurut (Aqnes Budiarti dan Nimas Yuniarsih Herdiyanti dalam jurnal


Ilmiah Cendikia Ekstra) Penentuan panjang gelombang INH dan vit B6
dilakukan menggunakan spektrofotometri UV pada rentang 200-400 nm.
Kompantseva dkk., (2005) pada penelitiannya menyebutkan bahwa panjang
gelombang untuk analisis granul INH dan vit B6 adalah 280 nm. Hasil
scanning masing-masing larutan INH dan vit B6 menghasilkan panjang
gelombang INH 263,9 nm dan 289,7 nm dan didapatkan potongan titik
isobatik pada 280 nm.

Berdasarkan literatur yang didapatkan jika dibandingkan dengan percobaan


yang kami lakukan yaitu sesuai dengan rentang pengukuran yang kami
lakukan yaitu diantara 200-400 nm. Dengan hasil absorbansi sesuai dengan
rentang atau persyaratan yang ditetapkan.
Aplikasi dalam bidang farmasi yaitu seorang farmasis dapat mengetahui cara
menganalisis dan menentukan kadar INH dan Vitamin B6 dengan
menggunakan spektrofotometer UV-VIS dalam sediaan Obat Isoniazid dan
Pyroxidin, sehingga dapat di berikian kepada pasien sesuai dengan
diagnosisnya. Hal inilah yang melatar belakangi percobaan ini dilakukan.
BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang kami dapatkan dapat disimpulkan bahwa :

1. Isoniazid (INH) adalah obat tuberkolosis lini pertama yang telah


digunakan sejak tahun 1952 karena memiliki efek paling kuat terhadap M.
tuberculosis. INH dapat diberikan sebagai terapi tunggal untuk profilaksis
maupun sebagai kombinasi dengan obat anti tuberkolosis lain, seperti
piridoxine HCl (Vit. B6). Validasi metode penetapan kadar INH dan Vit
B6 dalam sediaan sirup perlu dilakukan untuk menjamin bahwa obat yang
diproduksi pabrik memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Apabila kadar
obat berada diatas rentang persyaratan, maka obat itu akan memberikan
efek toksik atau berbahaya terhadap konsumen.
2. Hasil yang kami dapatkan pada percobaan kali ini yaitu pada absorptivitas
Isoniazid (20 µg/ml) dan vitamin B6 (2 µg/ml) secara persamaan multi
komponen di dapatkan hasil masing-masing untuk baku perbandingan
isonizid dengan absorbansi 266 nm dan 290 nm di dapatkan hasil 0,7598
dan 0,1184 dan pada Vitamin B6 yaitu 0,0107 dan 0,0798. Sedangkan
pada absorptivitas diperoleh hasil untuk isoniazid dengan absorptivitas 266
nm dan 290 nm yaitu 0,03799 dan 0,00592 sedangkan untuk vitamin B6
yaitu 0,00535 dan 0,0399.
DAFTAR PUSTAKA
Andriyati, I.2017. Analisis multikomponen secara spektrofotometri terhadap
campuran parasetamol dan fenilpropanolamin dengan aplikasi metode
panjang gelombang berganda. Fakultas farmasi Universitas Sanata Dharma.
Yogyakarta.
Budiarti dan Herdiyanti, 2016. Validasi metode penerapan kadar isoniazid dan
vitamin B6 menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi serta aplikasinya
dalam sediaan sirup obat tuberkulosis. Fakultas farmasi Universitas wahid
hasyim.
Cartika, Harpolia.2016. Kimia Farmasi. Erlangga: Jakarta.
Danik dan Pacier.2016.Standardisasi Vitamin C Pada Buah Bengkuang
(Pachyrhizus erosus) Secara Spektrofotometri Uv-Vis. Jurnal Fitofarmaka
Indonesia, Vol 2 No. 1. Fakultas Farmasi, Universitas Muslim Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1979. Farmakope indonesia edisi III.
DEPKES RI : Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1995. Farmakope indonesia edisi IV.
DEPKES RI : Jakarta.
Irawan, Anom.2019. Kalibrasi spektrofotometer sebagai penjaminan mutu hasil
pengukuran dalam kegiatan penelitian dan pengujian. Yogyakarta Vol. 1 (2).
1-9.
Madscape. 2020. (www.madscape.com) Diakses pada hari jumat 20 Maret.
MIMS Indonesia. 2020. (www.mims.com) Diakses pada hari jumat 20 Maret.
Pubchem. 2020. (www.pubchem.com) Diakses pada hari minggu 22 Maret.
Rahayu, Rianto, Wahono, Yantih.2019. Selektifitas Pemisahan isoniazid dan
asetilisoniazid dalam plasma manusia in-vitro secara kromotografi cair
kinerja tinggi. Fakultas farmasi Universitas Indonesia. Jakarta.
Sirait, DKK.2018. Informasi Spesialite Obat Indonesia. PT ISFI: Jakarta.
Suhartati, Tati.2017.Dasar-dasar spektrofotometri UV-Vis dan spektrofotometri
massa untuk penentuan struktur senyawa organik.Anugrah Utama Raharja.
Lampung.
Tim dosen.2020. Panduan praktikum Kimia Analisis Farmasi II. Universitas
Tadulako : Palu.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai