PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA
JURUSAN FARMASI
PERCOBAAN I&III
DISUSUN OLEH :
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2020
A. Latar Belakang
Didalam tubuh, obat, zat aktif dan toksin semuanya merupakan benda
asing untuk tubuh kita. Tubuh kita berusaha menyingkirkan sendiri zat-zat
asing tersebut tanpa memperhatikan apakah bersifat teurapetik atau
berbahaya. Kebanyakan obat-obat harus melalui biotransformasi dimana
tubuh memetabolisme suatu obat dengan upaya mengubah bentuk obat
menjadi bentuk lain. Hasil biotransformasi atau metabolisme pada
umumnya bersifat kurang larut dalam lipid tidak aktif, mudah terionisasi,
pada PH fisiologis. Kurang terikat pada protein plasma dan jaringan,
sedikit tersimpan didalam lemak dan kurang mampu menembus membrane
sel, sehingga obat lebih mudah terionisasi, tersekresi karena absobsi secara
difusi pada tubuh ginjal berkurang. Jadi dengan biotransformasi yang
umumnya dengan enzim mikrosimal mati. Aktivitas zat akan berkurang
atau hilag walaupun ada kalanya juga terjadi inhibisi antar obat. Studi
induksi dan inhibisi antar obat. Studi induksi dan inhibisi metabolism obat
dilakukan dengan pengukuran nilai Ke, T1/2, dan AUC (Suwandi,N,D,
2018.).
C. Tujuan
1. Mengetahui cara menentukan tetapan laju eliminasi (Ke), waktu paruh
(t1/2), dan tetapan laju absorpsi (Ka) dari suatu obat dengan
menggunakan data contoh darah setelah pemberian dosis tunggal.
2. Mengetahui cara menentukan distribusi obat di dalam tubuh yang
diberikan secara IV dan menentukan volume distribusinya.
3. Mengetahui cara menentukan luas daerah di bawah kurva (Area Under
Curve = AUC).
4. Mengetahui cara membandingkan AUC, kadar puncak (Cp maks), dan
waktu untuk mencapai kadar puncak (tmaks) suatu obat dalam bentuk
kimia yang berbeda yang diberikan per oral.
D. Manfaat
1. Memahami dan mengetahui cara menentukan tetapan laju eliminasi
(Ke), waktu paruh (t1/2), dan tetapan laju absorpsi (Ka) dari suatu obat
dengan menggunakan data contoh darah setelah pemberian dosis
tunggal.
2. Memahami dan mengetahui cara menentukan distribusi obat di dalam
tubuh yang diberikan secara IV dan menentukan volume distribusinya.
Memahami dan mengetahui cara menentukan luas daerah di bawah
kurva (Area Under Curve = AUC).
3. Memahami dan mengetahui cara membandingkan AUC, kadar puncak
(Cpmaks), dan waktu untuk mencapai kadar puncak (tmaks) suatu obat
dalam bentuk kimia yang berbeda yang diberikan per oral.
E. Prinsip
Prinsip pada percobaan ini adalah dengan menghitung tetapan laju
eliminasi (Ke), waktu paruh T1/2 dan tetapan laju absorbs (Ka) serta dapat
membandingkan AUC, CPmax, dan Tmax, berdasarkan spesimen darah
dari hewan uji kelinci yang telah diberikan obat sebelum perlakuan.
Kemudaian darah diambil pada menit 5, 15, dan 30 pada kelinci.
F. DASAR TEORI
Parameter farmakokinetik yang berpengaruh terhadap respon obat adalah
penurunan fungsi hepar dan ginjal. Penurunan kedua fungsi organ tersebut
akan meningkatkan durasi kerja obat dan berpotensi menimbulkan efek
samping. Penyesuaian yang dapat dilakukan adalah dengan menurunkan
dosis atau memperpanjang interval pemakaian obat parameter
farmakodinamik uang mungkin berpengaruh terhadap perubahan respon
obat adalah peningkatan sensituvitas sistem saraf pusat dan kardiovaskuler
(Fasal, 2017).
H. Uraian Sampel
1. Asam Salisilat (Medscape, 2020)
Indikasi : Acne, hiperkeratolitik dan kondisi kulit terbakar,
kutil.
Dosis : Topikal = 0,5-2% 1-3x/day
Mekanisme Kerja : Memiliki aksi keratolitik yang kuat dan sedikit
aksi antiseptik jika dioleskan. Melembutkan dan
menghancurkan stratum korneum dengan
meningkatkan hidrasi endogen yang
menyebabkan lapisan terangsang dari kulit
membengkak, melembutkan dan kemudian
deskuamasi.
Farmakokinetik : Onset :
1-2 minggu
Absorpsi :
Mudah diabsorpsi oleh kulit
Distribusi :
Ikatan protein plasma; 50-80% pada albumin.
Ekskresi :
Melalui urin
Efek Samping : Dermatitis, kulit terkelupas, iritasi, kulit kering,
ulser, efek sistemik termasuk salisilat toxic.
I. Uraian Hewan
1. Kelinci (Oryctolagus cuniculus) (Surya, R, A, 2010)
kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Lagomorpha
Famili : Leporidae
Genus : Oryctolagus
Spesies : Oryctolagus cuniculus
2. Spesifikasi Hewan
Jenis : Oryctolagus cuniculus
Umur : 7 bulan
Berat : 1,5 gram
Kelamin : Jantan
J. Prosedur
1. Penentuan beberapa parameter farmakokinetik (Tim dosen, 2020)
a. Berilah sejumlah dosis natrium salisilat (250 mg/kg BB) secara oral
pada hewan uji yang telah dipuasakan. Sebelumnya, ambil contoh
darah sebanyak 0,5 ml untuk blanko (t = 0).
b. Tentukan kadar natrium salisilat di dalam darah pada 15, 30, 45,
60, 90, 120, 150, 180, 240 menit setelah pemberian.
c. Buat grafik kadar obat di dalam darah (Cp) vs waktu
d. Tentukan Ke (tetapan laju eliminasi) dari kurva fase descending
(menurun) dan Ka (tetapan laju absorpsi) dari kurva ascending
(menanjak), dan tentukan nilai Cdiff.
e. Dengan menggunakan nilai Cdiff buatlah persamaan garis dan
tentukan nilai Ka.
f. Tentukan waktu paruh biologisnya (t1/2)
g. Hitung volume distribusi salisilat berdasarkan data tersebut
h. Buat pada kertas grafik numerik hubungan antara kadar obat di
dalam darah (mcg/ml) dengan waktu.
K.2 Bahan
1. Aquadest
2. Etanol
3. Koran
4. Masker
5. Handscoon
6. Kapas
7. Na CMC
K.3 Sampel
1. Asam salisilat
2. Asetosal
L. CARA KERJA
1. Pembuatan larutan asetosal dari asam salisilat
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Diambil Na-CMC sebanyak 1 gram
c. Dilarutkan dalam 20 ml aquadest dalam gelas kimia diaduk hingga
terbentuk mucilago
d. Dimasukan asetosal 2,8 gram dan diaduk hingga homogen
e. Di addkan sampai 100 ml air dan dihomongenkan
f. Dilakukan hal yang sama pada pembuatan larutan asam asetat.
Hewan uji
Ambil darah 5 ml
Sentrifuge
Hitung Cp max, Tmax, Ka, Ked an
M. Analisis Data
1. Asam Salisilat
x y x2 y2 xy
6 0,316 36 0,0998 1,896
8 0,427 64 0,1777 3,368
10 0,650 100 0,422 6,5
12 0,812 144 0,659 5,744
36 2,159 344 1,378 21,508
y = bx + a
( n .∑ xy ) −(∑ x .∑ y ) ∑y-b.∑x
b= a=
( n. ∑ x 2 )−( ∑ x ) 2 n
( 4.21,508 ) -(36.2,199) 2.199-0,085 (36)
= =
( 4. 344 ) - ( 36 ) 2 4
86,032-74,164 0,0861
= = = 0,215
1376-1296 4
6,868
= = 0,085
80
Regresi Linear
y = bx + a
= 0,085 (x) + (-0,215)
= 0,085x – 0,215
Menit ke-0
y = bx + a
0,066 = 0,085(x) – 0,215
0,281
x = = 3,3 ppm
0,085
Menit ke-5
y = bx + a
0,087 = 0,085(x) – 0,215
0,299
x = = 3,5 ppm
0,085
Menit ke-15
y = bx + a
1,403
1,338 = 0,085(x) – 0,215x = = 1,67 ppm
0,085
Mencari Kurva nol
D2-D1
K¿
t2-t1
182-35
=
15-5
147
= = 1,47 mg/menit
10
Kurva awal
D = Kt – D0
35 ppm = 1,47 mg/menit (5) – D0
35 = 7,35 + D0
-D0 = 7,35 – 35
D0 = 27,65 mg/menit
Tetapan Eliminasi
Dc = KE (t) + D0
182 = KE (15) + 27,65
134,35 = KE (15)
KE = 10,29 mg/menit
Tetapan Absorbsi
Dk = Ka (t) + D0
35 = Ka (5) + 27,65
7,35 = Ka (5)
Ka = 1,47 mg/menit
2. Asetosal
x y x2 y2 xy
25 0,28 625 0,078 7
50 0,432 2500 0,186 21,6
75 0,663 5625 0,439 49,7
100 0,810 10000 0,659 81
250 2,185 344 1,359 159,3
y = bx + a
( n .∑ xy ) −(∑ x .∑ y ) ∑y-b.∑x
b= a=
( n. ∑ x 2 )−( ∑ x ) 2 n
( 4 .159,3 ) -(250-2,85) 2,185 - (0,006237). (250)
= =
( 4. 18,750 ) - ( 250 ) 2 4
389,385 2185 - (-1,559)
= = =
-62425 4
0,936
= -6237 x 10-3 = -0,006237
Regresi Linear
y = bx + a
= -0,006237 (x) + 0,936
= -0,006237x + 0,936
Menit ke-0
y = bx + a
0,100 = -0,006237 (x) + 0,936
0,836 = -0,006237 (x)
x = 134 ppm
Menit ke-5
y = bx + a
0,106 = -0,006237(x) + 0,936
0,83
x = = 133 ppm
-0,006237
Menit ke-15
y = bx + a
0,124 = -0,006237 (x) + 0,936
-0,812 = -0,006237 (x)
x = 130 ppm
Kurva
D = Kt + D0
133 = -0,3 mg/menit (5) – D0
133 = -1,5 + D0
-D0 = -134,5
D0 = 134,5 mg/menit
Tetapan Eliminasi
Dc = KE (t) + D0
D30 = KE (15) + 134,5
-4,5 = KE (15)
-4,5
KE = = 0,3 mg/menit
15
N. Pembahasan
Farmakokinetik adalah karakteristik matematis dari waktu penyerapan,
distribusi, metabolisme dan eksresi obat. Ini termasuk dalam menghitung
konsentrasi obat dari metabolit dalam matriks biologi (plasma dan
jaringan), mengukur efek obat, dan memahami bagaimana genetika, jalur
metabolisme, dan pengangkutan obat melalui disposisi obat (Deviani, dkk.
2016).
Cara kerja pada percobaan ini yaitu disiapkan alat dan bahan. Kemudian
dilakukan pembuatan larutan asetosal dan asam salisilat, selanjutnya na-
cmc sebanyak 1 gram kemudian dilarutkan dalam 20 mili aquades dalam
gelas kimia diaduk hingga berbentuk mucilago. dimasukkan asetosal 2,8
gram dan diaduk hingga homogen. di-add sampai 100 mL air dan
dihomogenkan. Dilakukan hal sama pada pembuatan larutan asam salisilat,
selanjutnya pembuatan larutan edta. Langkah pertama yaitu di siapkan alat
dan bahan kemudian diambil 2 gram NaOH dimasukkan ke dalam gelas
kimia kemudian dimasukkan 1 mili aquades dan diaduk hingga homogen.
Dilanjutkan dengan pembuatan larutan baku. Langkah pertama yaitu di
siapkan alat dan bahan kemudian ditimbang asetosal 5 mg kemudian
diletakkan pada kaca arloji, selanjutnya ditambahkan alkohol hingga larut,
diletakkan dalam labu ukur 25 ml. Di-add dengan alkohol hingga tanda
batas, di lakukan hal yang sama pada pembuatan larutan baku asam
salisilat dengan pelarut aquades. Setelah pembuatan larutan baku
selanjutnya pemberian perlakuan pada hewan uji, disiapkan alat dan bahan
lalu dibersihkan telinga kelinci menggunakan sillet atau pisau bedah
hingga bulu di telinga kelinci bersih agar memudahkan saat pengambilan
darah pada kelinci, sampel darah diambil pada pembuluh darah telinga
kelinci menggunakan spuit, sebelum darah diambil dibersihkan dulu
dengan alkohol 70%, kemudian darah diambil dengan spuit 1 ml yang
sebelumnya telah dibasahi dengan edta sebagai antikoagulan. Pada telinga
diambil darah sebanyak 5 ml sebagai blanko yang kemudian dimasukkan
ke dalam botol vial yang berisi agar tidak terjadi pembekuan darah sebagai
antikoagulan, kemudian diberi suspensi asam salisilat pada kelinci 1 dan
asetosal pada kelinci 2 diberikan secara oral. diambil darah pada telinga
kelinci pada menit ke 5, 15 dan 30 setelah pemberian obat. disentrifugasi
darah yang sudah diambil, sentrifugasi ini bertujuan untuk memisahkan
supernatan nya dengan endapan supaya mendapatkan yang lebih jernih
agar absorbansinya baik, lalu dihitung absorbansinya menggunakan
spektrofotometer uv-vis dan didokumentasikan.
P. Saran
Sebaiknya pada praktikum selanjutnya ketelitian dalam dosis obat maupun
pelarut perlu ditingkatkan
DAFTAR PUSTAKA
Deviani, dkk. 2016. Pengaruh Jus Buah Durian Mentega (Durio Zibethinus
Murr.) Terhadap Profil Farmakokinetik Paracetamol Pada Kelinci Jantan
(Oryctolagus Cuniculus). Univ Indonesia Timur.
Suwandi,N,D, (2018). Kadar Puncak (Cmax), Waktu Paruh (T1/2), Wakyu Puncak
(Tmax) Dan Bersihan Teobromik Pada Sukardawan Sehat Setelah
Pemberian Dark Chocolate Bar Peroral. Vol 6. N0.2.