Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOGNOSI ANALITIK
“ANALISIS ANTALGIN (METAMPIRON) PADA OBAT
TRADISIONAL PEGAL LINU”

OLEH :
KELOMPOK II
STIFA C 2017

ASISTEN : MUHAMMAD SANUSI

LABORATORIUM BIOLOGI FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI
MAKASSAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam berupa
tumbuhan, hewan dan hasil bumi lainnya yang beraneka ragam. Dimana,
sumber daya alam ini diketahui memiliki potensi sebagai bahan baku obat
utamanya obat–obatan tradisional yang sebagian besar berasal dari tumbuh-
tumbuhan.
Obat tradisional dibuat dalam bentuk ekstrak karena tanaman obat tidak
lagi praktis jika digunakan dalam bentuk bahan utuh (simplisia). Ekstrak
tersebut bisa dalam bentuk ekstrak kering, ekstrak kental dan ekstrak air
yang proses pembuatannya disesuaikan dengan bahan aktif yang dikandung
serta maksud penggunaannya.
Pengembangan obat tradisional diusahakan agar dapat sejalan dengan
peengobatan modern, akan tetapi banyak produsen nakal yang
menggunakan kesempatan ini untuk meraup keuntungan dengan cara
menggunakan bahan kimia obat pada sedian obat tradisional agar produk
yang dijual lebih berefek cepat dan laku di pasaran, akan tetapi peraturan
untuk obat tradisional dinyatakan oleh BPOM tidak boleh mengandung bahan
kimia obat karna akan berpengaruh buruk pada sedian dan dapat
menyebabkan toksik pada penggunaanya.
Antalgin (metampiron) adalah salah satu obat penghilang nyeri, pegal
linu dan juga bahan kimia obat yang sering terdapat pada obat tradisonal
dikarnakan produsen nakal yang sering mengkombinasikan bahan kimia obat
ini dengan obat tradisional yang banyak di jual bebas di pasaran inilah alasan
kenapa penting dan perlunya dilakukan analisi bahan kimia obat pada obat
tradisonal yang di jual bebas di pasaran.
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
Adapun maksud dari percobaan ini yaitu untuk menganalisis obat
tradisonal yang dijual bebas di pasaran apakah mengandung bahan kimia
obat atau tidak.
I.2.2 Tujuan Percobaan
1. Melakukan evaluasi keseragamaan bobot terhadap sediaan obat
tradisional
2. Mengidentifikasi kandungan BKO dalam sediaan obat tradisional.
I.3 Prinsip Percobaan
Prinsip dari percobaan ini yaitu Menganalisi dengan cara KLT dan
membuat 3 larutan uji , untuk larutan uji pertama yakni larutan Obat
tradisonal , larutan uji kedua yakni larutan obat tradisional yang di gabung
dengan BKO, dan larutan uji ketiga yakni larutan BKO tanpa ada tambahan
lain semua larutan uji tersebut di uji dengan cara kromatografi lapis tipis.
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
II.I Teori umum
Jamu adalah obat herbal tradisional Indonesia yang telah dikonsumsi
berabad-abad oleh masyarakat Indonesia untuk memelihara kesehatan dan
mengobati penyakit. Selama ini jamu dikembangkan berdasarkan efeknya
secara empiris dan berdasarkan pengalaman masyarakat yang diturunkan
secara turun temurun.
Menurut (Sutrisno1986), Mutu jamu ditentukan oleh sederetan persyaratan
pokok, yaitu :
1. Komposisi yang benar
2. Tidak mengalami perubahan fisika kimia
3. Tidak tercemar bahan asing.

Obat tradisional adalah bahan/ramuan bahan yang berupa bahan


tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sari (galenik) atau campuran dari bahan
tersebut, yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman (Wahyono, 2008).
Tanaman obat maupun obat tradisional relatif mudah untuk didapatkan
karena tidak memerlukan resep dokter, hal ini mendorong terjadinya
penyalahgunaan manfaat dari tanaman obat maupun obat tradisional
tersebut. Contoh :
a. Jamu peluntur untuk terlambat bulan sering disalahgunakan untuk
pengguguran kandungan. Resiko yang terjadi adalah bayi lahir cacat, ibu
menjadi infertil, terjadi infeksi bahkan kematian.
b. Menghisap kecubung sebagai psikotropika.
c. Penambahan bahan kimia obat

Pada bulan Mei 2003, Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)
Pekanbaru menarik 9.708 kotak obat tradisional dari peredaran dan
memusnahkannya. Obat yang ditarik dari peredarannya sebagian besar
berupa jamu-jamuan yang mengandung bahan-bahan kimia obat (BKO)
berbahaya bagi tubuh pemakainya. Bahan-bahan kimia obat yang biasa
dicampurkan itu adalah parasetamol, coffein, piroksikam, theophylin,
deksabutason,CTM, serta bahan kimia penahan rasa sakit seperti antalgin
dan fenilbutazon (Kompas, 31 Mei2003).
Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan,
orang yang memproduksi dan atau mengedarkan obat tradisional yang
mengandung bahan kimia obat diancam pidana penjara paling lama lima
tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp 100 juta.Tindakan
pelanggaran itu, menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen, juga diancam hukuman pidana penjara selama lima
tahun dan atau denda paling banyak Rp 2 miliar (Kompas, 4 Juni 2009)
Bahan-bahan kimia obat tersebut dapat menimbulkan efek negatif di
dalam tubuh pemakainya jika digunakan dalam jumlah banyak. Bahan kimia
seperti antalgin misalnya,dapat mengakibatkan kerusakan pada organ
pencernaan, berupa penipisan dinding usus hingga menyebabkan
pendarahan. Fenilbutazon dapat menyebabkan pemakainya menjadi gemuk
pada bagian pipi, namun hanya berisi cairan yang dikenal dengan istilah
moonface, dan jika digunakan dalam waktu yang lama dapat menyebabkan
osteoporosis (Lusia, 2006).
Untuk menekan sekecil mungkin resiko yang merugikan, dilakukan
pengawasan tiga lapis:
1. Pengawasan yang dilakukan oleh produsen dengan menerapkan system
mutu, sehingga produk yang dihasilka memenuhi standar mutu yang
ditetapkan.
2. Pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah dengan membuat
peraturan atau kebijakan serta melakukan tindakan yntuk mencegah
terjadinya produk yang berbahaya beredar di pasaran.
3. Pengawasan oleh konsumen melalui peningkatan kesadaran dan
peningkatan pengetahuan mengenai kualitas produk yang digunakannya
dan cara-cara penggunaan produk yang rasional.
Pengawasan oleh masyarakat sendiri sangat penting dilakukan karena
pada akhirnya masyarakatlah yang mengambil keputusan untuk membeli
dan menggunakan suatu produk. Konsumen dengan kesadaran dan tingkat
pengetahuan yang tinggi terhadap mutu dan kegunaan suatu produk, di satu
sisi dapat membentengi dirinya sendiri terhadap penggunaan produk-produk
yang tidak memenuhi syarat dan tidak dibutuhkan, sedangkan di sisi lain
akan mendorong produsen untuk ekstra hati-hati dan menjaga kualitasnya.

II.2 Uraian Bahan


1. Air suling (FI,III,1979)
Nama Resmi : AQUA DESTILATA
Nama lain : Aquadest, air suling
RM/BM : H2O/18,02
Cairan jernih, tidak berwarna, tidak
Pemerian :
berbau, tidak berasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut
2. Kloroform (FI,III,1979)
Nama Resmi : CHOLOROFORNUM
Nama lain : Kloroform
RM/BM : CHCL3/119,38
Cairan mudah menguap, tidak berwarna,
Pemerian :
bau khas, rasa manis dan membakar
Dalamwadah tertutup baik, bersumbat
Penyimpanan :
kaca, terlindung dari cahaya
Kegunaan : Sebagai eluen
3 Alkohol (FI,III,1979)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Alkohol, etanol, ethyl alcohol
RM/BM : H2H6O/46,07
Cairan tidak berwarna, jernih, mudah
menguap dan mudah bergerak, bau khas
Pemerian : rasa panas, mudah terbakar dan
memberikan nyala biru yang tidak
berasap.
Dalam wadah tertutup rapat, terhindar
Penyimpanan : dari cahaya titempat sejuk jauh dari nyala
api.
Sebagai zat tambahan, juga dapat
Kegunaan :
membunuh kuman dan pelarut.
3 Asam Asetat (FI.III.1979)
Nama Resmi : ACIDUM ACETICUM
Nama lain : Asam asetat, cuka,
RM/BM : CH3COOH/60,05
Cairan jernih, tidak berwarnam bau
Pemerian :
menusuk rasa asam tajam
Larut dalam air dengan etanol (95%)
Kelarutan :
dengan Gliserol P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
BAB III
METODE KERJA
III.1Alat dan Bahan
III.1.1 Alat Percobaan
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu : Cawan porselen
Erlenmeyer, Gelas ukur, Mortir&stemper, batang pengaduk, Penangas air, Kertas
saring, Corong, Neraca analitik (Timbangan), Pipa Kapiler penotol, Plat KLT,
Spektrofotometri UV-VIs
III.1.2 Bahan-bahan yang digunakan
Adapun bahan yang di gunakan dalam percobaan ini yaitu : Antalgin,
Asam asetat, Aquadest, Etanol 96 %, kloroform , Sampel obat tradisional
III.3 Cara Kerja
1. Dibuat larutan A,B,&C
A. Larutan A
1. Ditimbang obat tradisional 5g
2. Ditambahkan 50ml petrolatum eter, aduk hingga larut , kemudian
saring
3. Didapatkan residu penyaringan di sari lagi dengan 50ml etanol
4. Didapatkan Filtrat lalu uapkan di pengas air
B. Larutan B
1. Ditimbang tradisional 5g
2. Ditambahkan 25mg antalgin dan 50 ml petrolatum eter aduk hingga
larut kemudian saring
3. Didapatkan residu disari lagi dengan etanol
4. Didapatkan filtrate di uapkan di penangas air
C. Larutan C
1. Buat larutan baku antalgin dengan konsetrasi 0,1% b/v
2. Tambahkan etanol
3. Simpan dalam wadah sebagai baku pembandin
2. Diaktifkan Plat KLT, lalu siapkan dan beri tanda batas atas dan batas
bawah
3. Disiapkan pipa kapiler kemudian ambil larutan A,B&C dengan pipa
kapilaer yg berbeda beda
4. Ditotolkan pada plat KLT hanya setetes,
5. Disiapkan eluen (Metanol : Kloroform : As,Asetat dengan perbandingan 3
: 7 : 0,5)
6. Dijenuhkan Eluen dengan cara memasukan Kertas saring sampai terelusi
naik sendiri
7. Di masukan plat KLT yang sudah ada larutan A,B&C kedalam Eluen yang
sudah jenuh
8. Selesai eluasi terjadi amati di bawah Spektrofotometri UV-Vis dengan
lampu UV 254 & 366.
9. Tentukan nilai Rf
BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Pengamatan
IV.1.1 Data pengamatan
IV.2 Perhitungan
IV.3 Pembahasaan
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
1. Menjawab dari tujuan
2. Menjawab dari tujuan
V.2 Saran
V.2.1 Laboratorium
Lebih melengkapi lagi fasilitas seperti bahan dan alat agar praktikum
bisa berjalan lancar
V.2.2 Praktikum
Sebaiknya memeriksa sampel yang mau di ujikan sebelum
menggunakan karna akan berpengaruh pada hasil yang di dapatkan.
V.2.3 Dosen
Mendampingi praktikan saat praktikum berjalan
V.2.4 Asisten
Lebih bisa memberikan arahan dan masukan jika praktikan melakukan
kesalahan saat praktikum berjalan.
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Kementrian Kesehatan RI: Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2000. Acuan Sediaan Herbal. Direktorat Jenderal


Pengawasan dan Makanan. Jakarta

Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi 4.Departemen Kesehatan


Republik Indonesia: Jakrta

Hidayat, Syamsul. 2015. Kitab Tumbuhan Obat. Penebar Swadaya Grup:


Jakarta.

Leba, Maria Aloisia uron. 2017. Ekstraksi dan Real Kromatografi. CV Budi
Utama: Yogyakarta

Marjoni, Riza Mhd. 2016.Dasar-Dasar Fitokimia untuk Diploma III Farmasi.


CV. Trans Info Media: Jakarta.

Najib, Ahmad. 2018. Ekstraksi Senyawa Bahan Alam. CV Budi Utama:


Yogyakarta.

Riza Marjoni. 2016. Dasar-Dasar Fitokimia. Cv Trans Info Media: Jakarta

Selpida, Handayani. 2017. Penapisam Fitokimia dan Karakterisasi


Simplisia.Fakultas Farmasi. Universitas Muslim Indonesia

Wahyuni, Kusuma Dwi, dkk. 2016. Toga Indonesia. Airlangga Universiry


Press: Surabaya

Wijayaksuma, Hembing. 2008. Ramuan Herbal Penurun Kolesterol.Pustaka


Bunda: Jakarta
LAMPIRAN

Kadar sari larut etanol Kadar sari larut air

Anda mungkin juga menyukai