Anda di halaman 1dari 44

LABORATORIUM FARMASETIKA

PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA
JURUSAN FARMASI

PERCOBAAN IV
“ PENGARUH CARA PEMBERIAN OBAT TERHADAP BIOAVABILITAS SECARA
IN VIVO”

DISUSUN OLEH:
NAMA : ELMI NANDA OCTAVIA
NIM : G70117175
KELAS/KELOMPOK : D/V (LIMA)
TANGGAL : RABU, 07 APRIL 2021
ASISTEN : NURUL AMALIA

JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021
A. Latar Belakang
Farmakokinetik adalah bidang farmakologi yang membahas mengenai perjalanan
kadar obat di dalam tubuh, atau singkatnya yaitu "studi mengenai nasib obat di
dalam tubuh". Terdapat beberapa bahasan utama dalam farmakokinetik, yaitu:
absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi (Pusporini, 2019).

Aktivitas farmakokinetik Melibatkan beberapa proses mulai dari bioavailabilitas,


rute pemberian, absorbsi, distribusi, metabolisma/biotransformasi serta eliminasi
atau ekskresi. Bioavailabilitas (ketersediaan hayati) memegang peranan yang
penting untuk berlangsungnya proses farmakokinetik. Bioavailabilitas merupakan
derajat suatu obat atau substansi lain mencapai jaringan target setelah diberikan.
Dengan kata lain bahwa kecepatan jumlah obat dalam persen terhadap dosis yang
mencapai tempat kerjanya (site of action) atau masuk ke dalam sirkulasi sistemik.
Hal ini disebabkan tidak semua obat-obatan yang diberikan dapat mencapai
sirkulasi sistemik, terutama pada pemakaian oral. Berkaitan dengan
bioavailabilitas, harus dibedakan dengan absorbsi, pada proses absorbsi
penyerapan dilakukan pada tempat pemberian obat. Banyak faktor yang dapat
mempengaruhi bioavailabilitas mulai dari obatnya sendiri, faktor penderita dan
interaksi di saluran gastrointestinal. Sifat fisikokimia dari suatu obat akan
menentukan jumlah obat yang tersedia untuk diabsorbsi, begitu juga dengan
ukuran molekul obat juga menentukan dalam hal kecepatan absorbsi obat. Bentuk
sediaan obat juga turut menentukan bioavailabilitas suatu obat. Kecepatan
pengosongan lambung itu sangat tergantung dari ada tidaknya motilitas Gastro
Intestinal (GI), stabilitas pH lambung, adanya makanan, bentuk tubuh, aktifitas
fisik yang berat, stress serta nyeri hebat (Rinidar dkk, 2020).

Aplikasi dalam bidang farmasi yaitu, dimana seorang farmasis dapat mengetahui
dan menentukan serta membandingkan luas daerah di bawah kurva dan konstanta
absorbs obat pada berbagai cara pemberian. Hal inilah yang melatar belakangi
percobaan ini.

B. Tujuan Percobaan
Mengetahui dan membandingkan luas daerah di bawah kurva dan konstanta
absorbs obat pada berbagai cara pemberian.

C. Maksud Percobaan
Memahami dan membandingkan luas daerah di bawah kurva dan konstanta
absorbs obat pada berbagai cara pemberian

D. Manfaat percobaan
Mengetahui dan memahami luas daerah di bawah kurva dan konstanta absorbs obat
pada berbagai cara pemberian.

E. Prinsip percobaan
Prinsip percobaan ini yaitu melakukan pengamatan pengaruh cara pemberian
obat terhadap bioavailabilitas secara in vivo, dimana diambil darah kelinci 2
ml sebagai blanko dan lalu diberikan larutan NaCl Fisiologis dengan rute
pemberian yang berbeda-beda, yaitu rute intraperitoneal, intravena, dan
subkutan. Kemudian, diambil darah kelinci sebanyak 3 ml pada menit ke 5
dan 15, ditambahkan EDTA. Selanjutnya, disentrifugasi dan diukur absorbansi
dengan menggunakan Spektrofotometer UV-Vis.
F. Dasar Teori
Bioavailabilitas adalah presentasi dan kecepatan zat aktif dalam suatu produk obat
yang mencapai atau tersedia dalam sirkulasi sistemik dalam bentuk utuh atau aktif
setelah pemberian produk obat tersebut diukur dari kadarnya dalam darah
terhadap waktu ekspresinya dalam urine. Jika terdapat fungsi yang
menggambarkan bioavailabilitas obat di dalam darah berdasarkan waktu maka
konsep turunan dapat diketahui Kapan bioavailabilitas maksimum atau minimum
didapat setelah obat diminum atau disuntikan (Nasir, 2018).

Menurut (Fatmawaty, A., Nisa, M., dan Riski, 2016) Beberapa istilah dalam uji
bioavailabilitas adalah :
1. Bioavailabilitas adalah persentase dan kecepatan zat aktif dalam suatu
produk obat yang mencapai atau tersedia dalam sirkulasi sistemik dalam
bentuk utuh atau aktif setelah pemberian produk obat dapat diukur
kadarnya dalam darah terhadap waktu ekskresinya dalam urin.
2. Ekuivalen farmasetik
Dua produk obat yang dibandingkan mengandung zat aktif, bentuk,
jumlah sediaan
3. Alternatif farmasetik
Dua obat yang dibandingkan mengandung zat-zat aktif yang sama tetapi
dalam bentuk kimia (garam, ester, dll) atau bentuk sediaan atau kekuatan.
4. Bioekivalen
Dua produk yang dibandingkan mempunyai ekivalensi farmasetik atau
alternatif farmasetik untuk pemberian dengan dosis molar sama untuk
bioavaibilitas sebanding untuk efek akan sama dalam hal efikasi maupun
keamanan. Jika bioavaibilitas yang berbeda bermakna tidak memenuhi
kriteria bioekuivaen.
5. Produk komparator (Refereance product)
Tes in vivo pada binatang sering mencakup pengikutsertaan kondisi klinis
binatang untuk menghasilkan gejala yang tampak. Binatang itu kemudian diobati
untuk melihat apakah obat dapat mengurangi masalah dengan mengeliminasi
gejala yang terlihat. Binatang transgenic sering digunakan dalam tes in vivo. Ini
adalah binatang yang kode genetiknya telah diubah. Contohnya adalah hal yang
mungkin untuk menggantikan gen tikus dengan gen manusia. Tikus memproduksi
reseptor atau enzim manusia dan ini memungkinkan tes in vivo pada sasaran
(Muchtaridi, dkk. 2018).

Menurut (Muchlisyiyah, J., dkk. 2017) Faktor-faktor yang mempengaruhi proses


absorpsi yaitu :
1. Suhu. Semakin rendah suhu yang digunakan maka penyerapan akan semakin
baik
2. Tekanan. Semakin tinggi tekanan yang diaplikasikan maka penyerapan akan
semakin baik namun sampai pada batas tertentu
3. Laju alir air. Semakin besar laju alir maka penyerapan semakin baik
4. Komposisi dalam aliran air. Bila di dalam sistem terdapat senyawa yang
mampu bereaksi dengan zat lainnya maka penyerapan akan lebih baik
5. Laju alir gas. Semakin besar laju alir gas maka penyerapan akan semakin tidak
efektif
Berkaitan dengan bioavailabilitas, harus dibedakan dengan absorpsi, pada proses
absorpsi penyerapan dilakukan pada tempat pemberian obat. Banyak faktor yang
dapat mempengaruhi bioavailabilitas mulai dari obatnya sendiri, faktor penderita
dan interaksi di saluran gastrointestinal. Sifat fisikokimia dari suatu obat akan
menentukan jumlah obat yang tersedia untuk di absorbsi, Begitu juga dengan
Ukuran molekul obat juga menentukan dalam hal kecepatan absorpsi obat. Bentuk
sediaan obat juga turut menentukan bioavailabilitas suatu obat. Kecepatan
pengosongan lambung itu sangat tergantung dari ada tidaknya motilitas
gastrointestinal, stabilitas PH lambung (Rinidar, dkk. 2020)
G. Uraian Bahan
1. Aquadest (FI Edisi III, hal. 96)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA


Nama lain : Air Suling, Aquadest
RM/BM : H2O/18,02

Rumus struktur :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak


berbau, tidak mempunyai rasa
Kelarutan : -
Khasiat : -
Kegunaan : Sebagai pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Persyaratan kadar : -
2.

Alkohol ((FI III, 1979 : 65)


Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Etanol / Alkohol
RM/BM : C2H6O / 46,07

Rumus struktur :

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah


menguap dan mudah bergerak; bau khas;
rasa panah. Mudah terbakar dengan
memberikan nyala biru yang tidak berasap.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam


kloroform P dan dalam eter P

Khasiat : Antiseptikum ekstern.


Kegunaan : Sebagai pereaksi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung
dari cahaya; di tempat sejuk, jauh dari
nyala api.

Persyaratan kadar : Etanol adalah campuran etilalkohol dan


3.

air. Mengandung tidak kurang dari 94,7


v/v atau 92,0% dan tidak lebih dari 95,2
v/v atau 92,7% C2H6O.
Kalium oksalat (FI Edisi III, 1979 : 169)
Nama resmi : KALLI OKSALAT
Nama lain : Kalium oksalat
RM/BM : C2K2O4/166.22

Rumus struktur :

Pemerian :-
Kelarutan :-
Khasiat : Murni pereaksi
Kegunaan : Sebagai pereaksi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Persyaratan kadar :-
4.

Asam Trikloroasetat (Dirjen POM, 1979)


Nama resmi : ACIDUM TRICHLOROASETAT
Nama lain : Asam trikloroasetat
RM/BM : CCICOOH/163,69

Rumus struktur :

Pemerian : Hablur atau massa hablur


Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai pereaksi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
5.

Natrium Nitrit (Dirjen POM, 1979 :714)


Nama resmi : NATRII NITRIT
Nama Lain : Natrium nitrit
RM/BM : NaNO2/69,00
Rumus struktur :

Pemerian : Hablur atau granul, tidak berwarna atau putiIh


kekuningan rapuh
Kelarutan : Larut dalam 1,5 bagian air, agak sukar larut dalam
etanol 95 % P

Kegunaan : Sebagai pereaksi


Khasiat : Sebagai zat tambahan

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat


Asam klorida (FI Edisi III, 1979 : 649)

Nama resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM


Nama lain : Asam klorida
6.

RM/BM : HCL/36,46
Rumus struktur :

(Pubchem.2021)
Pemerian : Cairan; tidak berwarna; berasap, bau
merangsang. Jika diencerkan dengan 2 bagian
air, asap dan bau hilang.
Kelarutan : -
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai pereaksi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
7.

Besi(III) Amonium Sulfat (FI III : 659)


Nama resmi : FERRI AMONII SULFAS
Nama lain : Besi (III) amonium sulfat
RM/BM : FeNH4•(SO4)2 / 266,01

Pemerian : Hablur lembayung pucat, transparan atau


serbuk hablur praktis tidak berwarna.

Kelarutan : Sangat larut dalam air, praktis tidak larut


dalam alkohol

Khasiat : Zat tambahan


Kegunaan : Sebagai pereaksi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
8.

Rumus struktur :
H. Uraian Sampel
I. Sulfadiazin (FI Edisi III, hal. 579)
Nama Resmi : SULFADIAZINUM
Nama Lain : Sulfadiazin
RM /BM : C10H10N4O2S / 250,27
Rumus struktur :

Pemerian : Serbuk putih kekunigan atau putih agak merah


jambu, hampir tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut
dalam etanol (95%) P dan dalam aseton P,
mudah larut dalam asam mineral encer dan
dalam larutan alkali hidroksida

Kegunaan : Antibakteri
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat terlindung dari

cahaya matahari
J. Uraian Obat
1. Sulfadiazin (MIMS, 2021)

Indikasi : Infeksi rentan, Toksoplasmosis, Profilaksis


demam rematik
Kontraindikasi : Hipersensitif thd sulfonamid. Porfiria akut,
kelainan darah, penyakit kuning. Ggn hati
atau ginjal berat. Bayi <2 bln (kecuali dalam
pengobatan toksoplasmosis). Kehamilan dan
menyusui. Penggunaan bersama dg clozapine.
Mekanisme kerja : Sulfadiazine adalah turunan sulfonamid kerja

pendek dengan aksi bakteriostatik melalui


penghambatan kompetitif sintesis asam folat
oleh bakteri.

Interaksi obat : Dapat meningkatkan efek hipoglikemik


sulfonilurea. Tindakan antagonis oleh PABA
dan kelompok prokain dari anestesi lokal.
Dapat meningkatkan efek antikoagulan oral
(misalnya warfarin), metotreksat, fenitoin,
anestesi tiopenton. Dapat menurunkan kadar
ciclosporin serum. Peningkatan risiko
toksisitas dengan aspirin. Peningkatan risiko
kristaluria dengan diuretik. Dapat mengurangi
efek kontrasepsi oral yang mengandung
estrogen.

Efek samping : Mual, muntah, diare, kehilangan nafsu makan,


atau sakit kepala bisa terjadi.
K. Klasifikasi Hewan Uji
1. Kelinci (Oryctolagus cuniculus) (Azis, dkk. 2018) Kingdom :
Animal
Fillum : Chordata
Sub Fillum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Ordo : Lagomorpha
Family : Leporidae
Genus : Oryctolagus
Spesies : Oryctolagus cuniculus

L. Spesifikasi Hewan Uji


1. Kelinci (Oryctolagus cuniculus) (Yadaniyanti, dkk. 2017)
Umur : 5-6 bulan
Berat badan : 1,5 – 2 kg
M. Prosedur Kerja
1. Hewan dibagi dalam beberapa kelompok, tiap kelompok untuk satu macam
cara pemberian, antara lain intravena, per oral, intramuskular, intraperitoneal,
dan subkutan.
2. Dosis yang diberikan sama untuk setiap cara pemberian, yaitu 150 mg/kg BB
17
3. Tetapkan kadar sulfadiazin dalam darah sebelum pemberiann dan 10, 20, 30,
45, 60, 90, 120, 150, 180, 240 menit setelah pemberian obat.
4. Hitung AUC dan tetapan kecepatan Absorbsi (Ka) untuk masing-masing cara
pemberian.

Penetapan kadar sulfadiazin dengan cara Bratton Marshall


1. Sebanyak 0,5 ml darah ditambah 15,5 ml air, campur dengan baik.
2. Tambahkan 4 ml larutan asam triklorasetat 15 %, campur baik-baik dan putar
dalam sentrifus selama 15 menit.
3. Ke dalam 10 ml supernatan yang bebas protein ditambahkan 0,5 ml HCl 4 N,
panaskan pada penangas air selama 1 jam, kemudian dinginkan.
4. Ambil 5 ml cairan yang jernih, tambah 0,5 ml larutan NaNO2 0,1 %, campur
baik-baik, dan tambah larutan amonium sulfat 0,5 %.
5. Tambahkan 2,5 ml larutan N-(1-naftil) etilen diamonium klorida 0,1 %
dalam alkohol. Campur baikbaik dan diamkan selama 10 menit.
6. Ukur absorbansinya pada panjang gelombang 540 nm.
N. Alat Dan Bahan
K.1 Alat
1. Timbangan
2. Stopwatch
3. Dispo 5 ml
4. Kertas
5. Pulpen
6. Spoit injeksi
7. Kandang
8. Sonde
9. Lap kasar
10. Erlenmeyer
11. Pengaduk
12. Pipet volume
13. Spektrofotometer
14. Sentrifus
15. Kateter dan mouth block

K.2 Bahan

1. Koran
2. Kertas grafik
3. Masker
4. Handscoon
5. Kaos tangan
6. Aquadest
7. Kapas
8. Larutan injeksi natrium sulfadiazine 5 %
9. Kalsium oksalat 2 %
10. Asam trikloroasetat 15 %
11. Natrium nitrit 0,1 %
12. Asam klorida 4 N
13. Amonium sulfamat 0,5 %
14. Larutan N-(1-naftil)
etilen diamonium klorida
0,1 %

K.3 Sampel
1. Tablet sulfadiazinea

K.4 Hewan Uji


1. Kelinci jantan (Oryctolagus cuniculus)

O. Cara Kerja

1. Disiapkan alat dan bahan.


2. Ditimbang kelinci yang mau digunakan.
3. Dihitung KD, Stok danVp.
4. Dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok hewan uji yakni kel IP, VP, SC
5. Diambil darah hewan uji sebanyak 2 ml pada menit ke 0.
6. Diberikan NaCl Fisiologis secara IP, IV, dan SC pada masing-masing hewan
uji.
7. Dilanjutkan pengambilan darah hewan uji sebanyak 3 ml pada menit ke 5
dan 15.
8. Dimasukkan darah yang telah diambil ke dalam tabung.
9. Ditambahkan larutan edta ke dalam tabung.
10. Disentrifugasi.
11. Diukur absorbansi dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis.
12. Diamati dan dicatat hasil absorbansinya.

P. Skema Kerja
Q. Analisis Data

1. KD,Stok,Vp
BB Kelinci (kg)
Kelinci IP 1,63 kg
Kelinci IV 1,57 kg
Kelinci SC 1,4 kg
Ket : NaCl Fisiologis

Vp

Vp IP

= 6,52 ml

Vp IV

= 3,14 ml

Vp SC

= 2,4 ml

2. Persamaan Linear
a. Kurva Baku
Konsentrasi(x) Absorbansi(y)

2 ppm 0,003

4 ppm 0,004

6 ppm 0,013

8 ppm 0,023

10 ppm 0,026

b. Data Plasama Darah Intraperitoneal(IP)


Waktu (menit) Absorbansi(y)

5 1,698

15 2,050

Intravena(IV)

Waktu (menit) Absorbansi(y)

5 0,104

15 0,053

Subkutan(SC)

Waktu (menit) Absorbansi(y)

5 0,053

15 1,472

c. Analisis Data

X y x2 y2 xy
2 0,003 4 0,000009 0,006
4 0,004 16 0,000016 0,016
6 0,013 36 0,000169 0,078
8 0,023 64 0,000529 0,184
10 0,026 100 0,000676 0,26
30 0,069 220 0,001399 0,544

y= bx + a

y = bx + a y = -
0,14x + 0,83
3. Data Farmakokinetik
a. Secara IP

-
= 0,0352/menit

-Kadar Awal
D = K(t)+D0
1,698=0,0352(5)+D0
D0= 1,698– 0,176
= 1,522

-Tetapan Eliminasi (Ke)


De=Ke(t) + D0
2,050= Ke(15) + 1,522

Ke

= 0,0352/menit

-Tetapan Absorbsi (Ka)


Da=Ka(t) + D0
1,698= Ka(5) + 1,522

Ke

= 0,0352/menit

-AUC

= (28,409-28,409) (1,522)
= (0) (1,522)
=0
b. Secara IV

= -0,0051/menit
-Kadar Awal
D = K(t)+D0
0,104 =-0,0051 (5)+D0
D0 = 0,104 + 0,0255
= 0,1295

-Tetapan Eliminasi (Ke)


De=Ke(t) + D0
0,053 = Ke(15) + 0,1295

Ke

= -0,0051/menit

-Tetapan Absorpsi(Ka)
Da= Ka(t) +D0
0,104 = Ka (5)+ 0,1295

Ka

=-0,0051/menit

-AUC

= (-196,078-(-196,078))(-0,1295)
= (0)(-0,1295)
=0

c. Secara SC

=0,1419/menit
-Kadar Awal
D = K(t)+D0
0,053 = 0,1419 (5)+D0
D0 = 0,053 – 0,7095
= -0,6565

-Tetapan Eliminasi (Ke)


De=Ke(t) + D0
1,472 = Ke(15) + (-0,6565)

Ke

= 0,1419/menit

-Tetapan Absorpsi(Ka)
Da= Ka(t) +D0
0,053 = Ka (5) + (-0,6565)

Ka

= 0,1419/menit

-AUC

=0
R. Pembahasan

Farmakokinetik adalah proses pergerakan obat untuk mencapai kerja obat. Empat proses
yang termasuk di dalamnya adalah: absorpsi, distribusi, metabolisme (atau biotransformasi),
dan ekskresi (atau eliminasi) (Nuryati, 2017).

Tujuan dari percobaan ini adalah agar dapat mengetahui cara membandingkan luas daerah di bawah
kurva dan konstanta absorpsi obat pada berbagai cara pemberian.

Prinsip percobaan ini yaitu melakukan pengamatan pengaruh cara pemberian obat terhadap
bioavailabilitas secara in vivo, dimana diambil darah kelinci 2 ml sebagai blanko dan lalu
diberikan larutan NaCl Fisiologis dengan rute pemberian yang berbeda-beda, yaitu rute
intraperitoneal, intravena, dan subkutan. Kemudian, diambil darah kelinci sebanyak 3 ml
pada menit ke 5 dan 15, ditambahkan EDTA. Selanjutnya, disentrifugasi dan diukur
absorbansi dengan menggunakan Spektrofotometer UV-Vis.

Cara kerja, disiapkan alat dan bahan serta hewan uji terlebih dahulu. Ditimbang yang akan
digunakan. Dihitung KD, Stok dan Vp sampel uji, yaitu NaCl Fisiologis. Lalu, diambil darah
hewan uji sebanyak 2 ml pada menit ke 0 sebagai blanko. Kemudian, diberikan NaCl
Fisiologis secara intraperitoneal, intravena, dan subkutan pada masing-masing hewan uji.
Lalu, dilanjutkan pengambilan darah hewan uji sebanyak 3 ml pada menit ke 5 dan 15.
Dimasukkan darah ke dalam tabung dan ditambahkan EDTA. Disentrifugasi dan diukur
absorbansi dengan menggunakan spektrofotometer. Lalu, diamati dan dicatat hasil
pengamatan.

Alasan perlakuan penimbang kelinci sebelum dilakukan pengujian adalah agar dapat
diketahui berat setiap kelinci. Alasan penggunaan kelinci adalah sebagai hewan uji. Alasan
penggunaan NaCl Fisiologis yaitu larutan sampel obat yang akan diamati. Alasan
penggunaan alkohol sebelum pengambilan darah yaitu sebagai antiseptik. Alasan
penggunaan EDTA yaitu sebagai pereaksi. Alasan penggunaan sentrifuge yaitu untuk
memisahkan komponen darah. Alasan penggunaan spektrofotometer UV-Vis yaitu sebagai
alat untuk mengetahui nilai absorbansi sampel. Sentrifuge bekerja menggunakan prinsip
sedimentasi, dimana percepatan sentripental
digunakan untuk memisahkan substansi dengan kepadatan lebih besar dan lebih kecil (Hawa,
dkk., 2019).

Prinsip kerja spektrofotometer UV-Vis yaitu apabila cahaya monokromatik melalui suatu
media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut diserap (I), sebagian dipantulkan (Ir), dan
sebagian lagi dipancarkan (It) (Yanlinastuti dan Syamsul, 2016).

Hasil pengamatan absorbansi kurva baku yang diperoleh pada sampel NaCl Fisiologi yaitu
pada konsentrasi 2; 4; 6; 8; dan 10 ppm berturut-turut memiliki nilai absorbansi 0,003; 0,004;
0,013; 0,023; dan 0,026.

Hasil pengamatan absorbansi dari pengambilan darah kelinci pada menit ke 5 dan 15 yang
diperoleh yaitu 1,698 dan 2,050; pada rute intravena berturut-turut nilai absorbansi 0,104 dan
0,053; serta pada rute subkutan berturut-turut nilai absorbansi 0,053 dan 1,472.

Berdasarkan hukum Lambert-Beer, hubungan antara absorbansi terhadap konsentrasi akan linier
(A≈C) apabila nilai absorbansi larutan antara 0,2-0,8 (0,2 ≤ A < 0,8) (Suhartati, 2017).

Berdasarkan literatur diatas, maka nilai absorbansi yang baik yaitu dengan rentang antara
0,2- 0,8 yang dimana absorbansi memiliki hubungan linier dengan konsentrasi. Dari hasil
pengamatan yang diperoleh tidak sesuai, dimana secara intravena hanya nilai absorbansi
menit ke 15 dan secara subkutan hanya nilai absorbansi menit ke 5, dan intraperitonial sama
sekali tidak masuk dalam rentang nilai absorbansi yang baik.

Hasil pengamatan parameter farmakokinetik yang diperoleh yaitu pada rute intraperitoneal
Ka= 0,1419, Ke= 0,1419, dan AUC = 0 pada rute intravena adalah Ka = -0,0051, Ke = 0,0051, dan
AUC = 0; serta pada rute subkutan adalah Ka = 0,1419, Ke = 0,1419, dan AUC = 0.
Parameter-parameter farmakokinetika yang menentukan besarnya jumlah obat di dalam tubuh
dan kecepatan eliminasi serta berperan penting dalam menentukan regimen dosis perlu
dipahami terlebih dahulu (Nasution, 2015).

Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan
pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang
diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat serta tempat kerja yang diinginkan. Pemberian obat
ikut juga dalam menentukan cepat lambatnya dan lengkap tidaknya resorpsi suatu obat.
Tergantung dari efek yang diinginkan, yaitu efek sistemik (di seluruh tubuh) atau efek lokal
(setempat) dapat dipilih di antara berbagai cara untuk memberikan obat (Nuryati, 2017).

Beberapa kesalahan hasil percobaan menurut Anief (2016) :


- Mekanisme injeksi yang kurang benar. Hal ini dikarenakan setiap hewan uji diperlakukan
dengan skill praktikan yang berbeda- beda
- Kondisi hewan coba, dimana beberapa hewan mengalami stres
- Tingkat resistensi dari hewan percobaan yang berbeda-beda sehingga mengakibatkan onset dan
durasi obat menjadi lebih cepat atau sebaliknya bahkan tidak menimbulkan efek

Aplikasi dalam bidang farmasi yaitu seorang Farmasis dapat mengetahui pengaruh cara
pemberian obat (seperti rute pemberian intravena, per oral, intramuskular, intraperitoneal,
dan subkutan) terhadap bioavailabilitas secara in vivo.

S. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :


1. Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan
pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien,kecepatan respon yang
diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat serta tempat kerja yang diinginkan. Pemberian
obat ikut juga dalam menentukan cepat lambatnya dan lengkap tidaknya resorpsi suatu
obat. Adapun rute pemberian obat, yaitu intraperitoneal, intravena, subkutan, dan
lainnya.
2. Hasil pengamatan absorbansi dari pengambilan darah kelinci pada menit ke 5 dan 15
yang diperoleh yaitu pada rute intraperitoneal tidak dilakukan; pada rute intravena
berturut- turut nilai absorbansi 0,104 dan 0,053; serta pada rute subkutan berturut- turut
nilai absorbansi 0,053 dan 1,472. Hal ini tidak sesuai dengan literatur, dimana nilai
absorbansi melebihi rentang yang sesuai 0,2- 0,8. Jadi, ada kesalahan data dalam
pengamatan tersebut.
3. Hasil pengamatan parameter farmakokinetik yang diperoleh yaitu pada rute
intraperitoneal tidak dilakukan; dan pada rute intravena adalah Ka = -0,0051, Ke =
0,0051, dan AUC = 0; serta pada rute subkutan adalah Ka = 0,1419, Ke = 0,1419, dan
AUC = 0. Parameter-parameter farmakokinetika yang menentukan besarnya jumlah
obat di dalam tubuh dan kecepatan eliminasi serta berperan penting dalam menentukan
regimen dosis.

T. Saran

Semoga lebih baik lagi kedepannya untuk kita semua

DAFTAR PUSTAKA

Fatmawaty, A., Nisa, M., dan Riski, R. (2016). Teknologi Sediaan Farmasi (Edisi
kedua). Deepublish.
Dapartemen Kesehatan Republik Indonesia. (1979). Farmakope Edisi III
(Dapartemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta

MIMS. 2021. Diakses pada tanggal 2 April 2021 pukul 08.04 WITA

Muchlisyiyah, J., dkk. 2017. Kimia Fisik Pangan. UB Press. Malang

Muchtaridi, dkk. (2018). Kimia Medisial: Dasar-Dasar Dalam Perancangan Obat


Edisi Pertama. Prenadamedia Group; Jakarta
Nasir, M. (2018). Matematika Farmasi dan Ilmu Ilmu Lain Yang Sejenis (Suwito
(ed.); Edisi pertama). Kencana
Potter., Perry., Stockert., dan H. (2020). Dasar Dasar Keperawatan (9th Edision).
EL Sevier.

Rinidar., Isa M., Armansyah. (2020). Pengantar Farmakologi Analgesik-Antipiretik- Anti


Inflamasi. Syah Kuala University Press: Banda Aceh.

Sopyan, I. (2020). Kokristalisasi : Modifikasi Padatan Farmasi Sebagai Strategi


Perbaikan Sifat Fisikokimia Obat (Edisi pert). Deepublish.
23.0

23.02

0 books.googIe.co.id/books?id=n
TurunanFungsi
(Deferensi)al

A. PENGERTIAN MRUNau ruucsi

pada Gambar 6.1.


filial Mngsl y = /{r) pada domain r x r + # Oenibah dact /tx]
untukr =c sampaidengan/tr• h) uorukr = c* fi.Sehinggaperubahan
-

23.03

&books.googIe.co.id/books?id=n 0 O

›o.zmg

k £s•rJ** idze In u- Irnu Lai


12.25

0 books.googIe.co.id/books?id=b @ @
23.02

0 books.googIe.co.id/books?id=b 0= O
Books

ketarutannya kecll atau yang rendah dt dalam air dapar


menunda ateu memperlama dan membarasl absorpst abet.
-
lelaruran obat sangat penting untuk dikmahul bila obat
masuk kedalam allran darah. Selaln Itu, dalam studl
tarmaJfialogi, fi›\fisd‹olofi› daa farmakokinetik kelarulan
obct
pentlcg diketahul selama tahap pen$ernbangan obat.

Bioavallabi)ltasadalah presencasedan kecepatanzat


aMf dalam suatu produk obat yang mencapat/tersedla dalam

tcknnl ScdiaanFannasi-3

sirkulasi sisremi¥ dalam bentuk uruh/aktif setelah pembezian produk obat unruk dlukur kadamya dalam darah terhadap waktu eksresinya dalam unn.
BloavaiJahllitas absolut, bila dlbandlngkan 4engan sediaan
intavena yang bbavzllabifitasnya t00%.
Bioavailabilitas relatif, b›la dibandingkan dr«g,an sediaan
hukan intavena.

Beberapa isti)aIi dalam ujt Biova›labilitas/B›oekh'alen adalah:


L Bioavailabilitas adalah PresenDse dari kecepatan sat
akUf 4alam suatu produk obat yang mencapal/ tersedia dalam
sir ulasi slstemik dalam bentuk utuh/ akrif setelah pemberian
produk obar unruk diukur kadamya dzhm darah terhadap
waktu
eksrrsinya
eloavailabllltas absolur bill dlbandlnglcan dengan
Bioavailabilitas relarif, b la d›bandingkan dengan

Dua produk obat yang dkandingkan mengandung :

yang sama tmapl dalam benruk kimia (gararn, esrer,


dll) atau bentuk sediaan atau kekuaran
4. BioekivaJen

23.02
B books.googIe.co.id/books?id=b 0= O

Books

aioaval)abitius absoiut, bila aibandiogbao dense

Bloavallabllltgs reIaEIf. btla d\bandlngkan de«gan


sedkanbuttonlntavena
Lli valensirarmasetib
dna produk obat yang dbandlnQan minor idung :

]umlah

On» ofintyangdihsndlngknn mtng*ndungeataPllf


yangsnma ieiapi dalamt›rnrutkimla (gnrnm,exter,
dll) atau bentul sedlaan aiau kekuatan
4. Bloeklvalen
Ouaprodulyangdlbandinghan mempunyeaki
lvalensl farniavrti¥atnuaflemauff armasetlh
untukpembrrian

maupun keamaaan

ekli'alenhardx dlselekslsesuairrlteriasebagaiberhut: ObaiInnovatoryangberasaldariberbagaiieiapar

bioekiva1en dengan produk komparator yang


perusznaan p'enibuat chat tenerlk untuk
nembuktlRn produk komparator yang diguna In
inlerchangrible dengnn ohm inno'rator yang
lerdaftar (secure in vitrn dan In vivo)
"II ITELKOMSEL 14.36

0 books.googIe.co.id/books?id=fI

Books

"II ITELKOMSEL 14.36


0 books.googIe.co.id/books?id=fI

Books
"ii ITELKOMSEL 14.36

4 9 books.googIe.ro.id/bOokS*id= F8tTDwAAQBAJ jpg =PA8 4&'dq=absorbsl +mer upakan&hl= id& sa =X&ved=2ah L/KEwq 6qMGII d3vAhW NeX0EHdldC-cQ6AEwAnoECAUQAg¥v=o... @

Google absaibsi merupakan iii


Buku

BñdiG«gIePk

0 boob.googIe.cord/boobid=F8ITDwAAQBAJ8pg=PA848dq=absorbsi meipakan8h=d8sa=¥Wved=2ahUKñv6¿WGfd3vAhWNeX0KHddCcQ6AEwAnokCAUQAgW=o... Q #

Google absorbsi merupakan

Buku

KIhI
Dap tan er, «eiakbu*k» «

absoMsimerupakancan

› Koleksiku

BuM di Goge Pay


PAhGA
PersyaatanLayanan
"1*8

seq{qe{e ea q abeta|6oo

«do m4«e H0*Weñ*= @deq g! *ueqq’ gq ;

ue#ednJaisuigJosqe B{ OO

c |G‹|o |c |0 |O |0 |0‹||R‹|c |0 : 1 ¥ | 0 | c | O | c | G 1 G | c ' |* ' | 0 • c| + 0 '


C é boo N.google.co.ld/books?id-rR0e fAAA0BAl&p g - PA30&d q -iaâto i*bloava ilahilll as Bfi - id&sa - Z dyed - 2ahUtfiwjSod d3vAfiW4c n0KHa 6PC 4 Q6A fiwMofi€AUQAg... & 4 G " :

Google faktor D oayailaDlitas iii


•• ‹ ›’ 0

„„„ Elem sislemik ekstravasXular inira vena, inira aneri, in#acaaiaI


sedarg t lni5 m u iBt tan, rekaJ, inlra
” a t"t, Khusus penyamgaian obat gada hewan
haruslah dipelimdargfan

pembefian.Berbedagada nanusia rear nne4ukar rik tefserdiri aga


omyaq0be|a efampdXanJng:mbd#agamegd«iewan

Google taktor bioavai ab litas {{I

Buku

faklor ini dapat mempengaruhi kecepalan absorbsi dan iumlah obal

9 books.google.ro.id/bOO ks 'id=rR0 eEAAAQBAJ Bpg = PA30&d q=fak IO r + bioa vaila bi lita s8thI = i dBsa =X&ved= 2ahUKEwg SOkX ld3vAhWJc n 0KHa 6PC 1 lQ6 AE wAXoECAUQ4g... @ Q

Google faktar bioava lab litas {{{


Buku

obai. Banya falao yang daoat mempengarunibioavaiabiftasmuia dci

Sirattisiko8imiaaarisuatuooatataumenentukanjomlahobat
y$n9 terSP if untuk Hi8bG0r bsi, be9 tin juga Henpdn non r60 fnolekul
-i
sediaanonaiiuga turn meneniukanoioavaiiabilqasvas ivchat,

ma as an. e ntu tu u . a u itas is Iyang eral. st res. nyeri e at

6 bnoS.google.co.id/books ? id = rR0 eEAAAQBA4 &p g = PA30 &d q =Ia kto r + bio ava Jab i JI as&h1 = i d&sa = X &ve d = 2a hU KEw So O ld3vAhWU c n 0 KHa 6 PC 4 1Q6A EwAXoLCAU QAg...
fi

Google faktar bioavailabilras


iii

B u ku

Dap atkan versa celak buku in ^

BuddiGooglePay

Anda mungkin juga menyukai