Anda di halaman 1dari 33

PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-BIOFARMASETIKA

LABORATORIUM METODE FARMAKOLOGI


JURUSAN FARMASI

PERCOBAAN III
“ANALGESIK”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK : VII
KELAS :A
ASISTEN : BERNIAWAN WIJAYA K. TARUANGI

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2020
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Farmakologi mempelajari efek-efek asing atau eksogen zat-zat endogen terhadap
suatu organisme, analgesic atau menghilangkan kejadian (berbeda dengan astesi
menurun). Rasa nyeri sebenarnya merupakan gejala yang berfungsi melindungi
dan merupaka tanda bahaya tentang adanya gangguan-gangguan tubuh dan seperti
peradangan (rematik/encok), infeksi kuman maupun kejang otot. Pada umumnya
analgesik dikelompokkan kedalam dua golongan, yaitu obat analgesic narlotik
dan non narkotik.efek analgesik narkotik sebenarnya diakibatkan oleh terpacunya
reseptor spesifik untuk opitat dan dalam keadaan normal (fisiologi) reseptor ini
terpacu oleh beberapa neuron transmitter yang mengatasi nyeri. Termasuk
golongan ini adalah morfin kodein, dan senyawa sintetik mempelidhu (pethidiu),
amilonidu, metadan, petazoin. (Ali,2018).

Obat analgesik merupakan kelompok obat memiliki aktivitas mengurangi rasa


nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Pengujian aktivitas analgesic dilakukan
dengan dua metode yaitu, induksi nyeri dengan cara kimiawi dan induksi yaitu
cara termih. Daya kerja analgesik dinilai pada hewan dnegan mengukur besrnya
peningkatan stimulasi nyeri yang harus diberikan sampai ada respon nyeri yang
harus diberikan sampai respon nyeri atau jangka waktu ketahanan hewan uji
terhadap stimulus nyeri. Nyeri risetal merupakan nyeri yang berasal dari obat dan
jaringan ikat organ-organ dalam. Berlangsung lama dengan pembebasan
prostaglandin ( Raisa, 2019).

Aplikasi dalam bidang farmasi yaitu seorang farmasi dapat mengetahui cara
mengolah data membuat table dari garis jumlah serta pengaruh obat-obatan
analgesic terhadap rasa nyeri. Hal iilah yang melatar belakangi percobaan kali ini.
1.2 Tujuan Percobaan
1. Mengetahui membuat rancangan percobaan menggunakan hewan uji dengan
pengamatan efek spesifikasi berupa analgesik
2. Mengetahui dan mengenal beberapa metode pengujian analgesik dan obat-
obat analgesic
3. Mengetahui cara pengolahan data hasil perolehan dengan membuat grafik
respons time vs waktu pengamatan pada metode stimulasi panas
4. Mengetahui cara pengolahan data hasil percobaaan dengan membuat table
grafik jumlah vs waktu pengamatan pada metode sregmend
BAB II

TINJAUN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari senyawa yang berinteraksi dengan
sistem kehidupan melalui proses kimia, terutama melalui ikatan dengan molekul
regulasi dan mengaktifkan atau menghambat suatu proses tubuh normal. Obat
didefinisikan sebagai senyawa yangh digunakan juntuk mencegah, mengobati,
mendiagnosis penyakit ataupun gangguan, atau menimbulkan kndisi tertentu.
Farmakologi mencakup bebrapa bagian yaitu , farmakognosi, farmakokinetika,
dan farmakodinamik,toksikologi, dan farmakoterapi. Farmakognosi adalah
cabang ilmu yang mempelajari sifat-sifat tumbuhan dan bahan lain yang
merupakan sumber obat. Farmakoterapi adalah cabang ilmu yang berhubungan
dengan penggunaan obat dalam pencegahan dan pengobatan penyakit.
Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari keracunan zat kimia, termasuk obat,
zat yamg digunakan dalam rumah tangga, industry maupun lingkungan hidup
lainnya. Seperti insektisida, peptisida, dan zat pengawet. Biofarmasi adalah
bagian ilmu yang meneliti formulasi obat terhadap efek trapeutiknya (Sovia,el dan
Yulianti, 2019).

Pemberian analgesic adalah sendi utama penanggulangannya nyeri kanker bila


digunakan secara tepat. Analgesic dapat efektif bagi sebagian besar penderita
dianjurkan untuk menerapkan tiga tahap langkah pengobatan ini adalah
parasetamol, kodein, dan worfin. Bila dapat diperlakukan obat tersebut dapat
diganti dengan obat alternatif. Obat ajuvan sering kali dibutuhkan pada penderita
nyeri skunder akibat cedera pada saraf terdapat, bukti bahwa obat ini memperkuat
efek obat analgesik. Pada penelitian terkendali terlihat pengaruh analgesic obat
ajuvan, seperti antriptilin. Pada penderita kanker. Korkosteroid biasanya
digunakan menanggulangi rasa nyeri (Soegijanto,S,, 2016).
Obat adalah senyawa kimia unik yang dapat berinteraksi secara selektif dengan
sistem biologi. Obat dapat memicu suatu sistem dan menghasilkan efek, dapat
menekan waktu sistem, atau tidak berinteraksi secara langsung dengan suatu
sistem tetapi dapat ,e,odulasi efek obat lain untuk dapat menghasilkan efek. Obat
harus melewati berbagai proses yang menentukan yaitu absorbs, distribusi,
metabolism dan eliminasinya. Namun yang terpenting adalah bahwa obat harus
dapat mencapai tempat aksinhya. Obat dapat digolongkan dengan berbagai cara
misalnya berdasarkan farmakologinya atau berdarakan sturktur kimianya. Untuk
kepentingan terapi, obat mungkin lebih mudah jika digolongkan berdasarkan aksi
farmakologinya, seperti anti epilepsi, amtihipertensi, anti bakteri dan lain-lain
(Ikawati, 2018).

Nyeri (rasa sakit yang sangat) adalah suatu gejala yang sangat subjektif biasanya
agak sulit melihat adanya nyeri kecuali dan leluhan penderita itu sendiri. Nyeri
pada odha sering terjadi dan merupakan kelainan penting yang berpengaruh pada
waktu hidup lebih dan sepertinya odha pernah diserang oleh rasa nyeri. Nyeri
antar lain dapat disebabkan oleh infeksi itu sendiri. Efek samping obat, atau
infeksi oportunistik nyeri fisik dapat menambah rasa myeri fisik. Penatalaksanaan
nyeri berarti melakjukanjenis nyeri yang dilalui. Kemudian menentukan jenis
pengobatan yang cocok. Ini proses yang seharusnya melibatkan pasien yang
menderita nyeri beserta dokter. Tujuan penatalaksanaan rasa nyrei adalah agar
ambang rasa nyeri, sedangkan ada factor yang menurunkannya. Upaya pertama
adalah untuk mengobati penyakit yang menimbulkan nyeri tanggapan pada obat
analgesik, pemberian dan pengganti obat analgesik dilakukan secara betahap
(Sprintia,y, 2015).

Menurut (Arief,m, 2018) cara obat memberikan efek sebagai berikut:


a.mengadakan stimulasi atau depresi fungsi spesifik dan sel
b.merupakan atau mengambat aktifitas seluler sel-sel yang terhadap tuan rumah
(kost)
c.merupakan terapi pengganti sebagai contoh perubahan hormone untuk mencapai
dosis fisiologi agar diperoleh suatu efek
d.menimbulkan nyeri konspesifik seperti reaksi kulit terhadap obat yang
menimbulkan iritasi.
II.2. Spesifikasi Hewan Uji

1. Rtikus putih (Rattus Novergicus) (Prabudi,2017)


Kingdom : Animalia
Subkingdom : Mamalia
Kelas : Chordate
Sub kelas : Mamalia
Ordo : Thasis
Sub ordo : Rodentia
Famili : Musadae
Sub famili : Musatur
Genus : Rattus
Spesie : Rattus Novergicus

II.3 Uraian Bahan


1. Aquadest ((FI Edisi III, 1979 : 96)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Aquadest / Air Suling
RM/BM : H2O / 18,02
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan


tidak memiliki rasa.
Kelarutan : -
Khasiat : -
Kegunaan : Sebagai Pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Persyaratan Kadar : -
2. Etanol (FI Edisi III, 1979; 63)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Etanol
RM/BM : C2H6O/46,07
Rumus struktur :

Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih, tidak bewarna.


bau khas dan menyebabkan rasa terbakar pada
lidah. Mudah menguap walaupun pada suhu
rendah dan mendidih pada suhu 78°. Mudah
terbakar.
Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis bercampur
dengan semua pelarut organik.
Khasiat : Zat tambahan.
Kegunaan : Antiseptik.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, jauh dari api
Persyaratan kadar : Etanol mengandung tidak kurang dari 92,3%
b/b setara dengan tidak kurang dari 94,9% v/v
dan tidak lebih dari 96,0% v/v C2H6O, pada
suhu 15,56°.

3. Asam Asetat (FI Edisi III, 1979 : 41)


Nama Resmi : ACIDUM ACETIVUM
Nama Lain : Asam Asetat
RM/BM : C2H4O2 / 60,5
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau menusuk,


rasa asam, tajam.
Kelarutan : Dapat dicampur dengan air, dengan etanol
(95%) p dan gliserol P.
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Induksi nyeri
Penyimpanan : Dalam wadah terutup baik.
Persyaratan Kadar : Mengandung tidak kurang dari 32,5% dan
tidak lebih dari 33,5% C2H4O2.

4. NaCMC (FI Edisi III, 1979 : 481)


Nama Resmi : CARBOXIMETHYL CELLULOSUM
Nama Lain : Karboksimetil Selulosa Natrium
RM/BM : -/-
Rumus Struktur : -
Pemerian : Serbuk / granul, putih sampai cream
higroskopik.
Kelarutan : Mudah terdispersi dalam air, membentuk
larutan koloid, tidak larut dalam etanol, dalam
eter dan dalam pelarut organic lainnya.
Khasiat : Zat tambahan.
Kegunaan : Suspendig agent.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Persyaratan Kadar : -

5. Paracetamol (FI Edisi III, 1979 : 37)


Nama Resmi : ACETAMINOPHENUM
Nama Lain : Paracetamol / Acetaminofen
RM/BM : C10H9NO2 / 151,16
Rumus Struktur :

Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau,


rasa pahit.
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian
etanol (95%) P, dalam 13 bagian aseton p,
dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9 bagian
propilenglikol P, larut dalam larutan alkali
hidroksida.
Khasiat : Analgetikum
Kegunaan : Sebagai sampel/obat uji
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Persyaratan Kadar : -

6. Na. Diclofenat (FI Edisi IV, 1995)


Nama Resmi : SODIUM DICLOFENAC
Nama Lain : Natrium Diklofenac
RM/BM : C14H10Cl2NNaO2 / 318,13
Rumus Struktur :

Pemerian : Serbuk hablur, berwarna putih, tida berasa.


Kelarutan : Sedikit larut dalam air, larut dalam alkohol,
praktis tidak larut dalam kloroform dan eter,
bebas larut dalam alkohol metil etil larutan 1%
dalam air adalah antara 7,0 dan 8.
Khasiat : Antiinflamasi.
Kegunaan : Sebagai sampel/obat uji.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Persyaratan Kadar : -

7. Ibuprofen (FI Edisi IV, 1995 : 551)


Nama Resmi : IBUPROFEN
Nama Lain : Ibuprofen
RM/BM : -
Rumus Struktur : -
Pemerian : Sebuk hablur, putih hingga hampir putih,
berbau khas lemak.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam etanol, dalam
methanol, dalam aseton dan dalam kloroform,
sukar larut dalam etil asetat, praktis tidak larut
dalam air.
Khasiat : Analgetikum.
Kegunaan : Sebagai sampel/obat uji.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Persyaratan Kadar : -
II.4 Uraian Obat
1. Paracetamol (MIMs Indonesia, 2020)
Indikasi : Nyeri dan demam ringan hingga sedang.
Dosis : DL : 325-650 mg/PO
DM : 3250 mg/hari
Mekanisme kerja : Penyumbatan perifer pada generasi impuls nyeri,
menghasilkan antipiretik dengan menghambat
dan mengatur panas hipotalamus. Aktifitas
antiinflamasi yang lemah terikat dengan
pembentukan sintesis prostaglandin onset : oral <
1 jam : IV 5-10 menit (analgesic) dalam 20 menit
(antipiretik).
Farmakokinetik : Absorbsi diserap baik setelah pemberian oral dan
diukur waktu untuk mencapai konsentrasi plasma
sekitar 10-60 menit (oral) 15 menit IV, sekitar 2-
3 jam. Distribusi : di sebagian besar jaringan
tubuh melintasi plasenta dan memasuki ASI,
ikatan protein plasma 10-20%. Metabolisme :
terutama dimetabolisme di hati melalui konjugasi
asam glikoranat dan sulfat, metabolit primer yang
diproduksi oleh CV PEF1 dan CV304,
selanjutnya dimetabolisme melalui konjugasi
dengan glutathione di hati dan ginjal.
Efek Samping : Reaksi alergi, ruam kulit berupa eritma atau
vritikaria, kelainan darah, hipotensi dan
kerusakan hati.
Golongan obat : Analgesik dan Antipiretik
Kelas Terapi : Antiinflamasi

2. Ibuprofen (MIMs Indonesia, 2020)


Indikasi : Nyeir ringan sampai sedang, demam, dimonema.
Dosis : Dewasa 200-400 mg PO, DM 1200mg/hari
Mekanisme kerja : Menghambat COX 1 dan COX 2 dengan
demikian juga menghambat sintesis
prostaglandin.
Onset analgesic 30-60 menit antiinflamasi < 7
hari oral. Durasi 4-6 jam (oral).
Farmakokinetik : Absorbsi : Diserap dari saluran pencernaan,
sebagian ke dalam kulit, dan hampir seluruhnya
diserap setelah pemberian di usus, pemberian
makanan mengurangi tingkat penyiapan waktu
untuk memuncak konsentrasi plasma 1-2 jam
(oral) 0,75 jam (diusus).
Distribusi : memasuki ASI peningkatan protein
plasma.
Metabolisme : di hati.
Ekskresi : Terutama melalui urin (45-80%)
sebagai metabolit kira-kira 1% sebagai obat tidak
berubah, feses waktu paruh, eliminasi kira-kira 2
jam.
Efek Samping : Gangguan gastrointestinal (mual, muntah, diare,
konstipasi, nyeri) kulit, gangguan pendarahan,
sakit kepala, gangguan pendengaran.
Golongan obat : Antiinflamasi (NSAID)
Kelas Terapi : Analgesik.

3. Natrium Diclofenac (MIMs Indonesia, 2020)


Indikasi : Nyeri inflamasi setelah koma seperti terkilir,
nyeri dan inflamasi setelah operasi.
Dosis : 100-500 mg/hari
Mekanisme kerja : Natriu, Diclofenac dapat memblokir koenzim
(COX 2) juga menghambat sintesis
prostaglandin.
Farmakokinetik : Absorbsi : diserap dari saluran pencernaan, kulit,
penyerapan menurun dengan makanan.
Distribusi : melintsi plasenta dan memasuki ASI.
Protein plasma : >99% terutama untuk albumin.
Metabolisme : melalui first pass metabolism di
hati melalui dihidrolisasi menjadi metabolit.
Selanjutnya dimetabolisme melalui glikosidasi.
Ekskresi : terutama melalui urin (60%) sebagai
metabolit termasuk konjugasi <1% sebagai obat
tidak berubah, empedu sekitar 35%.
Efek Samping : Mual, gastritis, eritmia kulit, sakit kepala.
Golongan obat : Obat keras.
Kelas Terapi : Terapi nyeri dan inflamasi akut dan jangka
pendek.
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

III.1. Alat Dan Bahan


III.1.1. Alat
1. Spoit injeksi
2. Timbangan hewan
3. Labu ukur
4. Gelas beker
5. Erlenmeyer
6. Batang pengaduk
7. Pipet volume
8. Spoit oral/sonde

III.1.2. Bahan
1. Aquadest
2. Parasetamol
3. Ibuprofen
4. Na-CMC
5. Asam asetat 0,9%
6. Asam mefenamat
7. Masker
8. Handscoon
9. Na diklofenat

III.1.3. Sampel
1. Tikus putih (Rattus Norvegicus)
III.1. Cara Kerja
A. Pemberian rute oral Na CMC
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibuat suspense Na CMC
3. Diambil tikus dari kandang
4. Dimasukkan larutan obat ke dalam dispo sebanyak volume pemberian
5. Dimasukkan sonde ke dalam mulut tikus secara perlahan-lahan melalui
tepi langit sampai ke esophagus
6. Dicatat dan diamati geliatnya selama 5 menit
7. Kemudian diambil asam asetat sesuai volume pemberian
8. Disuntikan secara intraperitonial pada tikus
9. Diamati gelasnya selama 15,30,45 menit

B. Pemberian rute oral da nip parasetamol


1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibuat suspense parasetamol
3. Diambil tikus dari kandang
4. Dimasukkan larutan obat kedalam dispo sebanyak volune pemberian
5. Dimasukkan sonde ke dalam mulut tikus secara perlahan melalui tepi
langit sampai ke esophagus
6. Dicata dan diamati geliat yang terjadi selama 5 menit
7. Diambil asam asetat sesuai pemberiannya
8. Disuntikkan secara intraperitonial pada tikus
9. Diamati dan dicatat geliat yang terjadi pada tikus

C. Pemberian ibuprofen
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibuat suspense ibuprofen
3. Diambil tikus dari kandang
4. Diamasukkan larutan obat ke dalam dispo sebanyak volume pemberian
5. Dimasukkan sonde kedalam mulut rikus secara perlahan melalui tepi
langit sampai ke esophagus
6. Dicatat dan diamati geliat yang terjadi selama 5 menit
7. Diambil larutan asam asetatsesuai volume pemberian
8. Disuntikan secara intraperitonial
9. Dicatat dan dimati geliat yang terjadi selama 15,30,45 menit.

D. Pemberian asam mefenamat


1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibuat suspense asam mefenamat
3. Diambil tikus dari kandang
4. Dimasukkan larutan obat ke dalan dispo sebanyak volume pemberian
5. Dimasukkan sonde ke dalam mulut tikus secara perlahan melalui tepi
langit sampai ke esophagus
6. Dicatat dan diamati geliat yang terjadi selama 5 menit
7. Diambil larutan asam asetat sesuai volume pemberian
8. Disuntikkan secara itraperitonial
9. Diaamati dan dicatat geliat yang terjadi selama 15,30,45 menit.

E. Pemberian Na diklofenat
1. Diasiapkan alat dan bahan
2. Diamati suspense Na diklofenat
3. Diambil tikus dari kandang
4. Dimasukkan larutan sonde kedalam mulut tikus sebanyak volume
pemberian
5. Dimasukkan larutan obat ke dalam mulut tikus secara perlahan melalui
tepi langit sampai ke esophagus
6. Dicatat dan diamati geliat yang terjadi selama 15 menit
7. Diambil larutan suspense asam asetat secara volume pemberian
8. Disuntikan secara intraperitonial
9. Dicata dan diamati geliatyang terjadi selam 15,30,45 menit.
III.3 Skema Kerja

Alat dan Bahan

- disiapkan

- disonde

3 Tikus

Ibuprofen As. Mefenamat Na. diclofenac


NaCMC PCT

1,2,3 4,5,6 7,8,9 10,11,12 13,14,15

- ditunggu 15 menit

- disuntikkan secara IP

Asam Asetat 0,5%

Geliat pada menit ke


15,30 dan 45

Didokumentasikan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Pengamatan


Tabel pengamatan
No Hewan BB (gram) Waktu (menit) Hasil geliat (x)
0-15 -
1. Tikus 1 166 15-30 3
30-45 5
0-15 -
2. Tikus 2 145 15-30 20
30-45 54
0-15 6
3. Tikus 3 134 15-30 30
30-45 50
0-15 -
4. Tikus 4 124 15-30 -
30-45 -
0-15 -
5. Tikus 5 176 15-30 4
30-45 6
0-15 -
6. Tikus 6 137 15-30 -
30-45 -
0-15 -
7. Tikus 7 158 15-30 -
30-45 -
0-15 -
8. Tikus 8 154 15-30 -
30-45 -
0-15 -
9. Tikus 9 178 15-30 -
30-45 -
0-15 4
10. Tikus 10 164 15-30 4
30-45 5
0-15 3
11. Tikus 11 165 15-30 3
30-45 9
12. Tikus 12 161 0-15 1
15-30 1
30-45 -
0-15 1
13. Tikus 13 164 15-30 1
30-45 -
0-15 4
14. Tikus 14 140 15-30 1
30-45 -
0-15 3
15. Tikus 15 159 15-30 2
30-45 -

Analisis Data
1. Na CMC
Tikus 1 Tikus 2
BB tikus 1 BB tikus 1
Vp1 ¿ × Vmax Vp2 ¿ × Vmax
BBmax 2 BBmax 2
166 g 1 145 g 1
Vp1 ¿ × 5 ml Vp2 ¿ × 5 ml
166 g 2 166 g 2
Vp1¿ 2,5 ml Vp2¿ 2,18 ml

Tikus 3
BB tikus 1
Vp3 ¿ × Vmax
BBmax 2
134 g 1
Vp3 ¿ × 5 ml
166 g 2
Vp3¿ 2,01 ml

Asam Asetat 0,5%


Tikus 1 Tikus 2
BB tikus 1 BB tikus 1
Vp1 ¿ × Vmax Vp2 ¿ × Vmax
BBmax 2 BBmax 2
166 g 1 145 g 1
Vp1 ¿ × 5 ml Vp2 ¿ × 5 ml
166 g 2 166 g 2
Vp1¿ 2,5 ml Vp2¿ 2,18 ml
Tikus 3
BB tikus 1
Vp3 ¿ × Vmax
BBmax 2
134 g 1
Vp3 ¿ × 5 ml
166 g 2
Vp3¿ 2,01 ml

2. Paracetamol 500 mg
500 mg 9 mg KD × BB
KD ¿ × 0,018= Vp1 ¿
70 KgBB 200 g stok
9 mg 9 mg
× 176 g × 124 g
200 g mg 2 oo g
Stok ¿ =3,168 Vp1 ¿
1 ml mg
5 ml 3,168
2 ml
Vp1 ¿ 1,76 ml

KD × BB KD × BB
Vp2 ¿ Vp3 ¿
stok stok
9 mg 9 mg
× 126 g × 124 g
2 oo g 2 oo g
Vp2 ¿ Vp3 ¿
mg mg
3,168 3,168
ml ml
Vp2 ¿ 2,5 ml Vp3 ¿ 1,94 ml

Asam asetat 0,5%


Tikus 1 Tikus 2
BB tikus 1 BB tikus 1
Vp1 ¿ × Vmax Vp2 ¿ × Vmax
BBmax 2 BBmax 2
124 g 1 176 g 1
Vp1 ¿ × 5 ml Vp2 ¿ × 5 ml
176 g 2 176 g 2
Vp1¿ 1,76 ml Vp2¿ 2,5 ml

BB tikus 1
Vp3 ¿ × Vmax
BBmax 2
137 g 1
Vp3 ¿ × 5 ml
176 g 2
Vp3¿ 1,924 ml

3. Ibuprofen 400 mg
400mg 7,2mg KD × BB
KD ¿ × 0,018= Vp1 ¿
70 KgBB 200 g stok
7,2 mg 9 mg
×176 g × 124 g
200 g mg 2 oo g
Stok ¿ =2,53 Vp1 ¿
1 ml mg
5 ml 2,53
2 ml
Vp1 ¿ 2,25 ml

KD × BB KD × BB
Vp2 ¿ Vp3 ¿
stok stok
9 mg 9 mg
× 154 g × 178 g
2 oo g 2 oo g
Vp2 ¿ Vp3 ¿
mg mg
2,53 2,53
ml ml
Vp2 ¿ 2,19 ml Vp3 ¿ 2,53 ml
Asam asetat 0,5%
Tikus 1 Tikus 2
BB tikus 1 BB tikus 1
Vp1 ¿ × Vmax Vp2 ¿ × Vmax
BBmax 2 BBmax 2
158 g 1 178 g 1
Vp1 ¿ × 5 ml Vp2 ¿ × 5 ml
178 g 2 178 g 2
Vp1¿ 2,21 ml Vp2 ¿ 2,5 ml

BB tikus 1
Vp3 ¿ × Vmax
BBmax 2
1547 g 1
Vp3 ¿ × 5 ml
178 g 2
Vp3¿ 2,16 ml
4. Asam mefenamat
500 mg 9 mg KD × BB
KD ¿ × 0,018= Vp1 ¿
70 KgBB 200 g stok
9 mg 9 mg
× 165 g × 164 g
200 g mg 2 oo g
Stok ¿ =2,97 Vp1 ¿
1 ml mg
5 ml 2,97
2 ml
Vp1 ¿ 2,48 ml

KD × BB KD × BB
Vp2 ¿ Vp3 ¿
stok stok
9 mg 9 mg
× 165 g × 161 g
2 oo g 2 oo g
Vp2 ¿ Vp3 ¿
mg mg
2,97 2,97
ml ml
Vp2 ¿ 2,5 ml Vp3 ¿ 2,97 ml
Asam asetat 0,5%
Tikus 1 Tikus 2
BB tikus 1 BB tikus 1
Vp1 ¿ × Vmax Vp2 ¿ × Vmax
BBmax 2 BBmax 2
164 g 1 165 g 1
Vp1 ¿ × 5 ml Vp2 ¿ × 5 ml
165 g 2 165 g 2
Vp1¿ 2,48 ml Vp2 ¿ 2,5 ml

BB tikus 1
Vp3 ¿ × Vmax
BBmax 2
161 g 1
Vp3 ¿ × 5 ml
165 g 2
Vp3¿ 2,43 ml
IV.4. Pembahasan
Analgesik ialah zat-zat yang megurangi atau menghambat rasa nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran. Analgesic dibagi mejadi dua yaitu analgesic
opioid dan analgesic non opioid ialah kelompok obat yang selain memiliki
efek analgesic juga memiliki efek seperti opiod juga. Analgesic non opioid
merupakan analgesic pilihan pertama yang diberikan untuk petaknogen
nyeri (Backbersy,dkk, 2016).

Tujuan dari percobaan ini yaitu mengetahui cara membuat rancangan


pwercobaan menggunakan hewan uji dengan pengamatan spesifik berupa
analgesik, mempelajari carta pengolahan data percobaan dengan membuat
grafik respon time dan waktu pengamatan.

Cara kerja pada percobaan kali ini yaitu disiapkan alat dan bahan, diambil
15 ekor tikus kemudian, iambil masing-masing 3 untuk 1 zat aktif yaitu 3
ekor dan pada Na CMC, 3 ekor pada parfasetamol 3 ekor pada asam
mefenamat, dan 3 ekor pada natrium diklofenat. Dengan volume
pemberiannya, setelah itu ditunggu selama 9 menit dan disuntikan asam
asetat 0,5% secara ip(itraperitonial) kemudian diamati pada meit ke 15, 30,
45 dan kemudian di dokumentasikan.

Alasan pada perlakuan percobaan kali ini yaitu diawali dengan menyiapkan
alat dan bahan, diambil 15 ekor pada tikus kemudian diambil masing-
masing 3 untuk 1 zat aktif, yaitu 3 ekor pada uji Na CMC, 3 ekor
parasetamol, 3 ekor asam mefenamat, dan 3 ekor pada natrium diklofenat.
Kemudian disonde suspensi zat aktif dan diberikan pada masing-masing
tikus dnegan volume sesuai dengan berat badan setelah itu ditunggu selama
5 menit dan di sesuaikan asam asetat 0,5% secara ip. Kemudian diamati
geliat pada menit ke 15, 30, 45. Keemudian di dokumentasikan.
Alasan perlakuan pada percobaan ini yaitu menggunakan asam asetat 0,5%
dengan tujuan asam asetat sebagai penginduksi nyeri dan indikator nyeri
sehingga dapat diamati respon tikus dengan menimbulkan geliat (writhing).
Asam asetat 0,5% disuntikan secara intraperitonial karena memungkinkan
sediaan lebih mudah diabsorbsi ole tubuh sehingga cepat. Memberikan efek
dan dapat mencegah penguraian asam aetat pada jaringan fisiologis orga
tertentu serta efek merusak jaringan tubuh pada organ tertentu. Misalnya
asam asteta diberi secara per oral maka akan merusak sistem pencernaan
karena sifat kerongkongan cenderung tidak tahan terhadap asam. Pada
susoensi zat aktif diberikan secara per oral Karena zat aktif dalam suspense
tidak larut secara sempurna hingga masih berbentuk partikel sehingga
sangat tidak memungkinkan untuk dilakukan dengan rute injeksi karena
akan menyebabkan penyumbatan. Larutan asam asetat diberikan 5 menit
setelah pemberia obat hal ini bertujuan kaerna asam asetat asam lemah yang
tidak terkonjungsi dalam tubuh pemberian asam asetat terhadap hewan uji
akan merangsang prostaglandin untuk menimbulkan rasa nyeri asam akibat
kerusakan jaringan atau inflamasi. Control negatif adalah Na CMC dan
control positif adalah sediaan yang berisi obat. Kontol positif berfungsi
sebagai pembanding setiap obat analgesik dan kontrol negatif adalah untuk
mengetahui apakah Na CMC dapat diberikan efek pada hewan uji.

Mekanisme timbulnya nyeri di dasari oleh proses multiple yaitu non


sensitifitas prifer, perubahan perubahan fenotip ekstabilitas ektepik,
reorganisme structural dan penurunan inhibisi antar stimulus cedera jarigan
dan pengalaman subjektif nyeri terdapat 4 proses yaitu, trandiksi, transmisi,
madulasi, dan presepsi (Baharudin,M, 2017).

Mekanisme ibuprofen yaitu menghambat sintesis prostaglandin dalam


jaringan tubuh, dengan menghambat setidaknya 2 cox) soenzim cox-1 dan
cox-2 serta menghambat khemilasi mengubah aktivitas imfosut dan
menghambat agregasis neutrophil (Medscape, 2020).

Mekanisme kerja parasetamol yaitu tindakan dihipotalamus untuk


menghasilkan anti piretis serta mencegah generasi implus rasa sakit untuk
menghambat sintesi prostaglandin sebagai reseptor nyeri (Medscape, 2020).

Mekanisme asam mefenamat yaitu menghambat sintesis prostaglandin


dalam jaringan tubuh dengan menghambat setidaknya 2 gensil goenzim,
cytrokorgenasel dan Cox-2 (Medscape, 2020).

Mekanisme kerja Na diklofenat yaitu menghambat Cox-1 dan Cox-2


sehingga menghambat aktifitas neuretik. menghambat khemtexis
menurunkan kemampuan sitokin dan mengubah aktifitas limifosit
(Medscape).

Hasil pengujian jumlah geliat rata-rata pada tikus menunjukan bahwa


terdapat penurunan jumlah geliat rata-rata pada tikus control positif hal ini
dilihat dari nilai rata-rata dari control positif yaitu pada obat parasetamol
memiliki geliat rata-rata 0 kali pada menit 0-15,1,3 pada menit 25-30, 2 kali
pada menit 30-45. Pada ibuprofen sama sekali tidak menimbulkan geliat.
Asam mefenamat memiliki rata-rata geliat yaitu 13 kali pada menit 0-15
menit,3 kali pada menit 15-30 menit, 4,5 pada menitr 90-45. Dan Na
diklofenat memiliki geliat sebanyak 2,4 kali pada menit 0-15, 1,6 pada
menit 15-30 menit,dan tidak terjadi geliat pada menit 30-45 menit. Dan pada
kontrol negatif dengan menggunakan Na CMC menghasilkan geliat
sebanyak 2 kali pada menit 0-15, 17,6 kali pada menit 15-30 menit, dan 36,3
kali pada menit 30-45 menit. Hal ini dikarenakan control positif mengurangi
geliat pada tikus yang merupakan respon nyeri yang ditimbulkan oleh
adanya pemberian asam asetat secara ip. Senyawa obat analgesik
menghambat asam arakidonat menjadi endokroksida dengan menghambat
enzim siklookginase sehingga mediator yang memperata peradangan tidak
terbentuk atau menghambat enzim Cox untuk menghantarkan dan merusak
stimulasi nyeri.

Menurut pangalila, dkk (2016) dalam jurnalnya menyatakan bahwa


NSAIDS digolongkan dalam 2 golongan penghambat yaitu Cox-1 selektif
bekerja pada penghambatan yang lebih cenderung efektif bekerja
penghambatan Cox-2. Namun masih memiliki efek hambat pada Cox-1 dan
selektif yaitu sepenuhnya bekerja pada penghambatan Cox-2. Asam
mefenamat masuk dalam Nsaids non selektif yang menghambat stimulasi
nyeri sebagian besar pada organ sekresi enzim C0x-1 yang artinya nyeri
dapatlangsung mengahambat sepenuhnya oleh asm mefenamat ketika
rangsangan pertama kali diberikan natrium diklofenat termasuk analgesic
Cox-2 pirential yakni menghambat enzim Cox-2 yang bekerja pada jaringan
yang mengetahui namun obat sepenuhnya menghambat stimulus nyeri
seketika rangsangan muncul.

Parasetamol, bekerja tidak sebagian dengan mengurangi tanius, peroksida


sitoplasok. Parsetamol tidak begitu efektif karena neorofik dan menosit
menghasilkan kadar H2O2 dan proksida lipid sering tinggi menjadi
mengalahkan kerja obat (Neal,My, 2011).

Parasetamol dan ibuprofen bekerja sebagai inhibitor sintesis prostaglandin


dari segi farmakokinetik ibuprofen memiliki konsentrasi maksimal pada
serum yang telah tinggi di bandingkan dengan parasetamol (Dimple,dkk,
2015).
Berdasarkan beberapa literatur dari percobaan yang kami lakukan adalah sesuai
yaitu ibuprofen yang memiliki efektifitas yang lebih cepat dalam mengatasi nyeri
dibandingkan obat lain.

Berdasarkan literatur yang telah diselaraskan dapat disimpulkan bahwa asam


mefenamat dan ibuprofen yang memiliki efektivitas dalam mengatasi yeri.

Aplikasi dalam bidang farmasi yaitu agar seorang farmasis dapat mengetahui
pengamatan efek spesifik berupa analgesik pada hewan uji melalui stimulasi
kimia menggunakan asam asetat 0,5% serta dapa mengolah data dan kurva
sehingga seorang farmasis dapat menerapkannya kepada pasien.
BAB V
PENUTUP
V.1. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Analgesik adalah senyawa atau zat yang dapat mengurangi atau
mengilangkan rasa sakit tanpa menghilangkan kesadaran. Analgesic
terbagi menjadi dua yaitu opioid dan non opioid
2. Hasil pengujian yang kami lakukan yaitu, jumlah geliat rata-rata pada
tikus menunjukkan bahwa terdapat penurunan jumlah geliat rata-rata
pada tikus kelompok control positif hal ini di lihat dari nilai rata-rata
yaitu pada parasetamol yaitu memiliki geliat rata 0 kali pada menit 0-
15,1,3 pada menit 25-30, 2 kali pada menit 30-45. Pada ibuprofen sama
sekali tidak menimbulkan geliat. Asam mefenamat memiliki rata-rata
geliat yaitu 13 kali pada menit 0-15 menit,3 kali pada menit 15-30 menit,
4,5 pada menitr 90-45. Dan Na diklofenat memiliki geliat sebanyak 2,4
kali pada menit 0-15, 1,6 pada menit 15-30 menit,dan tidak terjadi geliat
pada menit 30-45 menit. Dan pada kontrol negatif dengan menggunakan
Na CMC menghasilkan geliat sebanyak 2 kali pada menit 0-15, 17,6 kali
pada menit 15-30 menit, dan 36,3 kali pada menit 30-45 menit. Hal ini
dikarenakan pada control positif dapat mngrangi geliat pada tikus yang
merupakan respon nyeri yang ditimbulkan oleh asam asetat senyawa
obat pada control positif dapat menghambat enzim Cox sehingga nyeri
dapat dihambat tidak berasa.
3. Pada percobaan ini senyawa obat yang geliat paling sedikit ialah
ibuprofen

V.2. Saran
Sebaiknya pada percobaan kali ini diharapkan kepada praktikan agar lebih
hati-hati lagi dalam menangani tikus.
DAFTAR PUSTAKA

Ali (2018). Uji efek Analgesik Ekstrak Etanol Daun Biji Bening, Pada Tikus
Putih Galus Wistar (Rattus Novergicus). Ilmiah Farmasi: Unirat Vol 9
No1.

Daparteman Kesehatan Republik Indonesia (1979). Farmakope Indonesia


Edisi III. Depkes: Jakarta.

Ikawati, Z, (2018). Farnakoterapi Penyakit Sistem Saraf Pusat. UGM Press:


Yokyakarta.

Raisa (2019). Uji Efektivitas Analgesik Natrium Diklofenat Rute Intravena c


Pada Keadaan Nyeri Kronik. Universitas Airlangga.

Sovia Dan Yulianti (2019). Uji Analgesik Ekstrak Etanol Daun Karsen Pada
Mencit (Mus Musculla). Vol 7.

Soegijanto,S (2016). Kumpulan Makalah Penyakit Tropis Dan Infeksi Di


Indonesia. Airlangga University Press: Surabaya

Mims Indonesia (2020). Diakses Pada Tanggal 8 Maret 2020. Pukul 19;00
WITA

Sprintia, Y, (2015). Informasi Spesialis Obat Indonesia. PT LSFI; Jakarta.

Medascape (2020). Diakses paada Tanggal 09 Maret 2020 Pikul 18;00


WITA.

Pangalila, Dkk (2016). Pengaruh Bekumur Dengan Rebusan Air Jahe


Terhadap

Penurunan Tingkat Nyeri Pada Pasien Dan Karces Gigi Di Dusun Gabus
Wetan Ngrampol Siagen. Stikes Kusuma Husada: Surakarta

Anda mungkin juga menyukai