Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Sejumlah besar obat antiinflamasi/analgesik telah disetujui untuk terapi
pasien nyeri yang berhubungan dengan pengeluaran secara besar untuk pasar
kesehatan diseluruh dunia.Terlepas dari berbagai macam obat penghilang rasa
sakit yang tersedia, sejumlah pasien tidak dapat diobati secara memadai
karena ketidakefisien obat atau terjadinya efek samping yang parah. Inhibitor
siklooksigenase, juga dikenal sebagai obat antiinflamasi non-steroid (NSAID)
adalah obat yang paling umum untuk pengobatan nyeri ringan hingga sedang
terutama adalah konteks kondisi inflamasi (Grosoh, 2016).
NSAID seperti opioid dan glukokartikoid, umumnya digunakan untuk
mengobati peradangan dan penyakit terkait. Namun obat ini juga
menunjukkan efek samping dalam pengobatan peradangan, seperti iritasi
lambung, bisul, hepatotoksisitas, dan gagal ginjal dengan pemberian secara
kronis. Efek analgesiknya dievaluasi dengan uji menggeliat yang di induksi
asam asetat, uji hot plate dan uji nyeri yang di induksi formaldehida (Gou,
2017).
Tes menggeliat adalah metode kimia yang digunakan untuk menginduksi
rasa sakit dari asal perifer dengan injeksi zat iritan seperti asam asetat pada
tikus dan memungkinkan perkisaran efek pada sistem nosisephf
visceral.Untuk tes menggeliat, tikus pertama kali terbiasa diruang
pengamatan plastik selama 60 menit kemudian tikus diberi athistamin (10
mg/kg dalam bentuk suspensi berair halus yang disterilkan dengan tween 60),
metanizole sodium (500 mg/kg ip) dan imipramine hidroklorida (25 mg/kg,
ip) 45 menit sebelum test. Selanjutnya tikus diperlakukan dengan benar
dengan larutan asam asetat 0,7% (10 ml/kg) (Podolsky, 2017).
Aplikasi dalam bidang farmasi yaitu seorang farmasis dapat mengetahui
mekanisme kerja obat-obat analgesik dan mengetahui bagaimana mekanisme
kerja pengobatan dan efek obat hingga dapat di aplikasikan dalam
penggunaan obat.
I.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan membuat rancangan percobaan menggunakan
hewan uji dengan pengamatan efek spesifik berupa analgesik
2. Untuk mengetahui dan mengenal beberapa cara pengolahan pengujian
analgesik dan obat-obat analgesik
3. Untuk mengetahui dan mempelajari cara pengolahan data hasil percobaan
dengan membuat grafik respon time vs waktu pengamatan pada metode
stimulasi panas
4. Untuk mengetahui dan mengenal cara pengolahan data hasil percobaan
dengan membuat tabel dan grafik jumlah geliatan vs waktu pengamatan
pada metode siegmund
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Tinjauan Pustaka


Analgesik adalah bahan atau obat yang digunakan untuk menekan atau
mengurangi rasa sakit atau nyeri tanpa menyebabkan hilangnya kesadaran,
analgesik, terbagi menjadi dua kelompok utama yaitu analgesik opioid dan
analgesik non opioid, analgesik opioid adalah kelompok obat yang lain
memiliki efek analgesik, juga memiliki efek seperti opium (Rindai, 2017).

Sejumlah besar obat antiinflamasi/analgesik telah disetujui untuk terapi


pasien nyeri yang berhubungan dengan pengeluaran secara besar untuk pasar
kesehatan diseluruh dunia.Terlepas dari berbagai macam obat penghilang rasa
sakit yang tersedia, sejumlah pasien tidak dapat diobati secara memadai
karena ketidakefisien obat atau terjadinya efek samping yang parah. Inhibitor
siklooksigenase, juga dikenal sebagai obat antiinflamasi non-steroid (NSAID)
adalah obat yang paling umum untuk pengobatan nyeri ringan hingga sedang
terutama adalah konteks kondisi inflamasi (Grosoh, 2016).

NSAID seperti opioid dan glukokartikoid, umumnya digunakan untuk


mengobati peradangan dan penyakit terkait.Namun obat ini juga
menunjukkan efek samping dalam pengobatan peradangan, seperti iritasi
lambung, bisul, hepatotoksisitas, dan gagal ginjal dengan pemberian secara
kronis.Efek analgesiknya dievaluasi dengan uji menggeliat yang diinduksi
asam asetat, uji hot plate dan uji nyeri yang diinduksi formaldehida. Akhirnya
kadar sitoksin inflamasi dalam serum in vivo terdeteksi oleh ELISA untuk
mempelajari mekanisme efek antiinflamasi dan analgesik dari Pota dan Pote
(Gou, 2017).

Ilmu farmakologi adalah ilmu yang mempelajari cara dalam mana fungsi
sistem hidup dipengaruhi obat, salah satu dasar prinsip farmakologi adalah
molekul obat harus berusaha mempengaruhi secara kimia pada satu atau lebih
sel agar dapat menghasilkan respon farmakologi dengan atau lain molekul
obat harus mendekati molekul – molekul yang membentuk sel dalam jumlah
yang cukup untuk menutup rapat sehingga fungsi molekul menjadi berubah (
Arief; 2018 ).

Jenis obat analgesik menurut cara memakainya terdapat : diberikan per


oral dapat diberikan secara intra muskular secara intravena, sebagian obat
analgesik merupakan obat kombinasi antara analgesik dan antiinflamasi
sehingga berkhasiat mengurangi rasa sakit dan mengurangi edema, artinya
mengurangi fungsi olesan dan dolur ( Manuaba; 2015 ).

Hewan percobaan tersebut diinduksi dengan menyuntikkan AgswB9>,


kedalam sendi kaki tikus bagian belakang sehingga dapat memicu respon
inflamasi dan menyebabkan nyeri setelah 18 jam, penginduksiaan dilakukan
gerakan fleksi pada kaki tikus yang telah diberi penginduksi, hewan yang
menunjukkan refleks nyeri karena dilakukan gerakan fleksi adalah yang dapat
dipakai dalam percobaan ( Shap; 2016 ).

Tes menggeliat adalah metode kimia yang digunakan untuk menginduksi


rasa sakit dari asal perifer dengan injeksi zat iritan seperti asam asetat pada
tikus dan memungkinkan perkisaran efek pada sistem nosisephf
visceral.Untuk tes menggeliat, tikus pertama kali terbiasa diruang
pengamatan plastik selama 60 menit kemudian tikus diberi athistamin (10
mg/kg dalam bentuk suspensi berair halus yang disterilkan dengan tween 60),
metanizole sodium (500 mg/kg ip) dan imipramine hidroklorida (25 mg/kg,
ip) 45 menit sebelum test. Selanjutnya tikus diperlakukan dengan benar
dengan larutan asam asetat 0,7% (10 ml/kg) (Podolsky, 2017).
II.2 Spesifikasi Hewan Uji
Spesifikasi Persyaratan
Tikus putih (Rattus norvegicus) BB 200 gram
Klasifikasi Hewan Uji (Lin, 2017) Jenis kelamin : Jantan atau Betina
Kingdom : Animalia Nama lain : Tikus Putih
Filum : Chordata Umur : 3 bulan
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia (Lin, 2017)
Famili : Muridae
Genus : Rattus
Spesies : Rattus norvegicus

II. 3 Uraian Bahan


1. Aquadest (FI edisi III, 1979; 96)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Aquadest/ Air suling
RM/BM : H2O/18,02
Rumus Struktur : H–O–H
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berasa dan
tidak berbau.
Kelarutan : -
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

2. Etanol (FI III,1979; 65)


Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Etanol/Alkohol
RM/BM : C2H5OH/46,07
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan tidak berwarna; jernih; mudah menguap


dan mudah bergerak; bau khas; rasa panas;
mudah terbakar dengan memberikan nyala biru
yang tidak berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air; dalam kloroform
P dan dalam eter P.
Khasiat : Antiseptikum
Kegunaan : Zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat; terlindung dari
cahaya; ditempat sejuk; jauh dari nyala api.

3. Na CMC (FI III,1979; 409)


Nama Resmi : NATRII CARBOXYMETHYL CELLULOSUM
Nama Lain : Natrium Karbon Metil Selulose
RM/BM : C23H24Na2O6H21SO4.H2O/694,85
Rumus Struktur :

Pemerian : Serbuk atau butiran; putih kuning; tidak berbau


atau hampir berbau; higroskopik.
Kelarutan : Mudah mendispersi dalam air; membentuk
suspensi koloid; tidak larut dalam etanol (95%)P
dan dalam pelarut organik lain.
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai suspending agent
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
5. Asam asetat (FI III,1979; 41)
Nama Resmi : ACIDUM ACETICUM
Nama Lain : Asam asetat/cuka
RM/BM : C2H4O2/60,05
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; rasa asam; tajam


Kelarutan : Dapat campur dengan air; dengan etanol (95%)P
dan dengan gliserol P.
Khasiat : Zat tambahan

II.4 Spesifikasi Obat


1. Paracetamol ( MIMS, 2019)
Golongan obat : Analgetik antipiretik

Indikasi : Nyeri ringan sampai sedang . Demam

Dewasa : 500 mg – 1000 mg / hari tiap 4-6 jam


Dosis :
maksimum tiap 4-6 jam/ hari maksimum 4 jam.

Bekerja pada pusat pengatur suhu di hipotalamus


untuk menurunkan suhu tubuh
( antipiretik) bekerja menghambat sintesis
Mekanisme kerja :
prostaglandin sehingga dapat mengurangi nyeri
ringan- sedang, efek antiinflamasi sangat lemah
atau hampir tidak ada.

Absorbsi obat di lakukan dengan baik setelah


administrasi dan retal waktu untuk meningkatkan
konsentrasi plasma 10-60 menit, 15 menit (IV)
Farmakokinetik :
kira-kira 2-3 jam (dilarutkan) distribusi, di
distribusikan kedalam sebagian bekas jaringan
tubuh.

Efek samping : Reaksi alergi , ruaam kulit, kelainan darah.


Kelas Terapi : Non Steroid
2. Ibuprofen ( MIMS, 2019)
Golongan obat : NSAID
Menurunkan demam pada anak, meringankan
Indikasi :
nyeri ringan sampai sedang.
Dewasa : sehari 3-4 x 200 mg
Dosis :
Anak-anak : dosis anjuran 20mg/kg BB
Merupakan obat anti Inflamsi non steroid bekerja
Mekanisme dengan menghambat sintesis pada endim
:
kerja siklooksigenase sehingga konversi assam
arakidonat menjadi prostaglandin terganggu.
Absorbsi terhadap saluran pernapasan, sebagian
Farmakokinetik : kedalam kulit dan hampir sama setelah di serap
oleh rectum
Ganguan GI ( muntah, mual diare, konstipasi,
Efek samping : nyeri ulu hati) ruam kuliat, gangguan pendarahan
(trombosit) sakit kepala

Kelas Terapi : Analgesik

3. Asam Mefenamat ( Iso, 2018)


Golongan obat : NSAID
Sebagai analgessik penghilang rasa nyeri ringan
Indikasi :
hingga berat.
Asam mefenamat 500 mg dilanjutkan dengan 250
Dosis : mg tiap 6 jam sesuai kebutuhan, tidak lebih dari 7
hari.
Mengikat reseptor prostaglandin sintetase COX-1
dan COX-2 sehingga menghambat sintesis
Mekanisme
: prostaglandin. Prostaglandin berperan sebagai
kerja
mediator utama peradangan, oleh karena itu
dihambat maka nyeri akan berkurang atau hilang.
Asam mefenamat pertama kali di absorbsi dari
Farmakokinetik : lambung dan usus selanjutnya obat melalui hati
diserap darah dan dibawa ketempat kerjanya.
Ganguan GI ( muntah, mual, diare sampai
Efek samping : berdarah, konstipasi, nyeri ulu hati) dan ruam
kulit.

Kelas Terapi : Analgesik , NSAID


BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

III.1 Alat dan Bahan


III.1.1. Alat
1. Spoit injeksi dan jarum
2. Spoit oral
3. Timbangan hewan
4. Labu takar
5. Gelas beker
6. Erlenmayer
7. Pengaduk
8. Pipet volume

III.1.2. Bahan
1. Asam asobat 0,5 %
2. Ibuprofen
3. Kodon HCl
4. Na.CMC

III.1.3. Spesies hewan uji


1. Rattus novergicus
III.2 Skema Kerja

Alat dan Bahan


- Disonde
3 Tikus

As. mefenamat Paracetamol Ibuprofen Na diklofenak Na CMC

- Dibiarkan 5 menit
- Disuntikkan IP
Sonde
- Diamati

Geliat

Menit ke- 15, 30, 45

III.3 Cara kerja


1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibuat suspensi Na CMC; Suspensi Asam mefenamat + Na CMC,
Suspensi Paracetamol + Na CMC, Suspensi Ibuprofen + Na CMC ;
Suspensi Natrium diklofenak; dan Asam asetat
3. Disiapkan 15 tikus hewan uji yang telah ditimbang dan diberi nomor
diekornya
4. Dihitung volume pemberian masing-masing hewan secara peroral untuk
masing-masing obat, serta volume pemberian asam asetat untuk rute
intraperitoneal
5. Diberikan suspensi Asam mefenamat pada tikus nomor I, II dan III
secara oral
6. Diberikan suspensi Paracetamol pada tikus nomor IV, V dan VI
7. Diberikan suspensi Natrium diklofenak pada tikus nomor VIII, IX dan
X
8. Diberikan suspensi Na CMC pada tikus nomor XIII, XIV dan XV
9. Dibiarkan selama 5 menit
10. Diberikan injeksi Asam asetat secara intraperitoneal pada seluruh tikus
11. Diamati dan dihitung geliat hewan uji pada menit ke 15, 30 dan 45
12. Dicatat hasil pengamatan, kemudian dibuat grafik berdasarkan data
yang diperoleh.
BAB IV
HASIL DAN PENGAMATAN

IV. Hasil pengamatan


IV.I.1. Tabel pengamatan
1. Asam mefenamat
Jumlah geliat menit ke
NO Hewan uji
15 30 45
1. I 0 2 0
2. II 0 5 7
3. III Mati Mati Mati
X ( Rata-rata ) - 3,5 3,5

2. Paracetamol
Jumlah geliat menit ke
NO Hewan uji
15 30 45
1. IV 10 11 10
2. V Mati Mati Mati
3. VI 0 0 0
X ( Rata-rata ) 5 5,5 5,5

3. Ibu profen
Jumlah geliat menit ke
NO Hewan uji
15 30 45
1. VII 3 2 2
2. VIII 2 3 1
3. IX 3 2 1
X ( Rata-rata ) 2,67 2,33 1,33
4. Natrium diklofenak
Jumlah geliat menit ke
NO Hewan uji
15 30 45
1. X 14 10 21
2. XI 5 9 7
3. XII 5 8 7
X ( Rata-rata ) 7,33 9 11,67

5. NaCMC
Jumlah geliat menit ke
NO Hewan uji
15 30 45
1. XIII 9 8 9
2. XIV 3 0 5
3. XV 10 11 14
X ( Rata-rata ) 7,33 6,33 9,33

IV.1.2. Analisis data


1. Asam Mefenamat 500 mg
KD = Dosis manusia x FK
= 500 mg / 70 kg x 0,018
= 9 mg / 200 g BB

KD x BB max
Stok = 1
x Vpmax
2
9 mg/200g x 210 g
= 1 = 3,78 mg/ml
x 5 ml
2
9 mg/200g x 173 g
Vp1 = = 2,0 ml
3,78 mg/ml
9 mg/200g x 160 g
Vp2 = = 1,9 ml
3,78 mg/ml
9 mg/200g x 210 g
Vp3 = = 2,5 ml
3,78 mg/ml
2. Paracetamol 600 mg
KD = Dosis manusia x FK
= 600 mg / 70 kg x 0,018
= 10,8 mg / 200 g BB

KD x BB max
Stok = 1
x Vpmax
2
10,8 mg/200g x 196 g
= 1 = 4,23 mg/ml
x 5 ml
2
10,8 mg/200g x 186 g
Vp1 = = 3,3 ml
4,23 mg/ml
10,8 mg/200g x 196 g
Vp2 = = 3,5 ml
4,23 mg/ml
10,8 mg/200g x 144 g
Vp3 = = 1,8 ml
4,23 mg/ml

3. Ibuprofen 400 mg
KD = Dosis manusia x FK
= 400 mg / 70 kg x 0,018
= 7,2 mg / 200 g BB

KD x BB max
Stok = 1
x Vpmax
2
7,2 mg/200g x 198 g
= 1 = 2,85 mg/ml
x 5 ml
2
7,2 mg/200g x 198 g
Vp1 = = 2,5 ml
2,85 mg/ml
7,2 mg/200g x 192 g
Vp2 = = 2,4 ml
2,85 mg/ml
7,2 mg/200g x 160 g
Vp3 = = 2,0 ml
2,85 mg/ml

4. Natrium Diklofenak 50 mg
KD = Dosis manusia x FK
= 50 mg / 70 kg x 0,018
= 0,9 mg / 200 g BB

KD x BB max
Stok = 1
x Vpmax
2
0,9 mg/200g x 207 g
= 1 = 0,37 mg/ml
x 5 ml
2
0,9 mg/200g x 207 g
Vp1 = = 2,5 ml
0,37 mg/ml
0,9 mg/200g x 176 g
Vp2 = = 2,1 ml
0,37 mg/ml
0,9 mg/200g x 148 g
Vp3 = = 1,8 ml
0,37 mg/ml

5. Na CMC
217 g
Vp13 = 200 g x ½ 5 ml = 2,7 ml
171 g
Vp14 = x ½ 5 ml = 2,5 ml
200 g
155 g
Vp15 = 200 g
x ½ 5 ml = 1,9 ml

6. Asam Asetat 0,5% v/v


173 g
Vp1 = 200 g x ½ 2 ml = 0,8 ml
160g
Vp2 = x ½ 2 ml = 0,8 ml
200 g
210 g
Vp3 = x ½ 2 ml = 1,05 ml
200 g
186 g
Vp4 = 200 g
x ½ 2 ml = 0,9 ml
196 g
Vp5 = 200 g
x ½ 2 ml = 0,9 ml
144 g
Vp6 = 200 g
x ½ 2 ml = 0,7 ml
198 g
Vp7 = 200 g
x ½ 2 ml = 0,9 ml
192 g
Vp8 = 200 g
x ½ 2 ml = 0,9 ml
160 g
Vp9 = 200 g
x ½ 2 ml = 0,8 ml
148 g
Vp10 = 200 g
x ½ 2 ml = 0,7 ml
207 g
Vp11 = 200 g
x ½ 2 ml = 1,0 ml
175 g
Vp12 = 200 g
x ½ 2 ml = 0,8 ml
217 g
Vp13 = x ½ 2 ml = 1,0ml
200 g
171 g
Vp14 = 200 g
x ½ 2 ml = 0,8 ml
155 g
Vp15 = 200 g
x ½ 2 ml = 0,7 ml
IV.1.2 Grafik
1. Asam Mefenamat

3.5

3
Jumlah geliat (Rata-rata)

2.5

1.5

0.5

0 Waktu (Menit)
15 30 45

2. Paracetamol

3.65
3.6
3.55
Jumlah Geliat (Rata-rata)

3.5
3.45
3.4
3.35
3.3
3.25
3.2
3.15 Waktu (Menit)
15 30 40
3. Ibuprofen

3.65
3.6
3.55
Jumlah Geliat (Rata-rata)
3.5
3.45
3.4
3.35
3.3
3.25
3.2
3.15 Waktu (Menit)
15 30 40

4. Natrium Diklofenak
14

12
Jumlah geliat (Rata-rata)

10

0 Waktu (Menit)
15 30 45
5. Na CMC
10
9
8
Jumlah geliat (Rata-rata)

7
6
5
4
3
2
1
0 Waktu (Menit)
15 30 45
IV.3 Pembahasan.
Analgesik adalah obat yang di gunakan atau menghilangkan rasa sakit atau
obat obat penghilangkan kesadaran golongan kesadaran golongan
analgesik di bagi menjadi dua yaitu analgesik apioid/ narkotika dan
analgetik non narkotik (NTA S,e dan Husni,P. 2017).

Tujuan dari percobaan kali ini yaitu dapat mengetahui cara untuk membuat
rancangan pengobatan hewan uji dengan pengamatan efek spesifik berupa
anagesik. Dapat mengetahui beberapa metode pengujian analgesikdan obat
obat analgesik. Dapat mengetahui cara pengolahan data hasil percobaan
dengan embuat grafik respon time us waktu pengolahan pada metode
stimulasi panas serta dapat mengetahui cara pengolahan data hasil
percobaan dengan membuat grafik jumlah geliatnya.

Cara kerja dari percobaan ini pertama tama di siapkan alat dan bahan, lalu
di buat suspensi Na-CMC, suspensi as.mefenamat + Na-CMC, suspensi
paracetamol + Na-CMC, suspensi ibuprofen, suspensi natrium diklofenak
dan larutn asam asetat. Kemudian di siapkan 15 ekor tikus yang telah di
timbang dan di beri nomor di ekornya.Penomoran ini bertujuan untuk
memberi tanda pada tikus yang telah di timbang agar tidak tertukar dengan
tikus lainnya.Kemudian di hitung volume pemberian masing masing tikus
lainnya secara peroral untuk masing masing dan asam asetat untuk rute
intraperitoneal. Hal ini bertujuan untuk menentukan jumlah obat yang
akan di berikan pada tikus, sehingga obat tersebut dapat bereaksi dengan
baik dan tidak menimbulkan over dosis lalu di berikan suspensi asam
mefenamat pada tikut nomor I, II, III, suspensi parasetamol pada tikus IV,
V, VI, suspensi ibuprofen pada tikus nomor VII, VIII, IX suspensi natrium
diklofenak pada tikus nomor X, XI, XII, dan suspensi Na-CMC pada tikus
XIII, XIV, XV. Hal inilah yang bertujuan untuk mengetahui manakah obat
yang memiliki khasiat 5 menit agar obat dapat di serap oleh
tubuh.Kemudian diinjekikan asam asetat yang telah di buat dan di
suntikkan secara intraperitoneal pada masing masing tikus.Asam asetat di
gunkan untuk sebagai obat perangsang nyeri. Lalu di amati dan di hitung
geliat hewan uji pada menit ke 15, 30, dan 45. Hal ini bertujun untuk
membandingkan frekuensi geliat pada masing masing menit tersebut
apakah, terjadi penurunan geliat atau tidak.Kemudian di catat hasil
pengamatan, lalu di buat grafik berdasarkan data yang di peroleh.Setelah
itu di simpulkan hasil yang di peroleh dari data pengamatan masing
masng.

Mekanisme obat asam mefenamat yaitu asam mefenamat merupakan obat


golongan non selektif bekerja dengan cara menghabat CM pada mukosa
lambung dan dapat menyebabkan pendarahan pada lambung (Rachel &
zahra. 2015).

Mekanime obat paracetamol yang merupakan obat antipiretik yang


menghambat pembentukan prostaglandin melalui anak prostaglandin H2
siathesa (PCH5) yang merupakan enzim yang bertanggng jawab
mematabolisme askorbat menjadi pct yang tidak stabil (Virgina,P. 2013).
Meknisme kerja obat ibuprofen yang merupakan obat anti inflamasi non
steroid non selektif yng bekerja menghambat enzim siklooksiginase (Cox)
yang di mulai dalam dua bentuk yaitu COX-2 dan COX-2. COX-1 di
temukan di dalam semua jaringan dan berperan dalam person cerna, COX-
2 memproduksi prostaglandin yang merangsang situresin kerja obat Na
diklofenak yang merupakan salah satu obat AINS non selektif
penghambat kerja COX1 dan COX2 yang mengkatalisis pembentukan
prostaglandin dan tromboksan (Subandi dan Tanjuk, 2015).

Alasan kenapa obat analgesik yang di berikan sebelum penginduksi


nyerinya karena di harapkan dalam waktu tersebut sudah mulai terjadi
absorpsi obat dalam tubuh hewan coba (Aturan IV,dkk. 2018).

Hasil pengamatan pada percobaan ini yaitu pemberian obat asam


mefenamat pada tikus 1 mengalami 1 geliat pada menit ke 15 dan 1 geliat
pada menit ke 45. Sementara pada tikus 2 terjadi 5 geliat pada menit ke 30
dan 7 geliat pada menit ke 45. Jumlah hasil rata rata geliat yaitu pada
menit ke 15=0, menit ke 30=23, dan menit ke 45=2,3. Sementara
pemberian obat paracetamol yaitu pada tikus ke 4, menit ke 15 terdapat 2
geliat, pada menit ke 30 terdapat 2 geliat, dan pada menit ke 45 tedapat 10
geliat. Pada tikus ke 5 mulai dari menit 15, 30, 45 tidak terdapat geliat.
Pada tikus ke 6 juga tidak terdapat geliat sama sekali, sehinggan jumlah
rata rata pada tikus 4, 5, 6 yaitu pada menit ke 15=3,67, menit ke 30=3,67,
dan menit ke 45=3,33. Pada pemberian obat ibuprofen tikus 7 pada menit
ke 15 terdapat 3 geliat, pada menit ke 30 terdapat 2 geliat dan pada menit
ke 45 terdapat 2 geliat. Pada tikus 8 terdapat 2 geliat pada menit ke 15,
pada menit ke 30 terdapat 3 geliat dan pada menit ke 45 terdapat 1 geliat.
Sementara pada tikus ke 9, terdapat 3 geliat pada menit ke 15, pada menit
ke 30 terdapat 2 geliat dan pada menit ke 45 terdapat 1 geliat. Hasil dari
rata rata tikus 7, 8, 9, yaitu pada menit ke 15=2,6, pada menit ke 30=2,3,
dan pada menit ke 45=2. Pada pemberian obat Na diklofenak terdapat 14
geliat. Pada tikus 10 di menit ke 15 dan menit ke 30 terdapat 9 geliat, dan
pada menit ke 45 terdapat 21 geliat. Pada tikus 11, pada menit ke 15
terdapat 5 geliat, pada menit ke 30 terdpat 9 geliat, dan pada menit ke 45
terdapat 21 geliat. Pada tikus 12, terdapat 5 geliat pada menit ke 15, pada
menit ke 30 terdapat 8 geliat, dan pada menit ke 45 terdapat 7 geliat.
Jumlah hasil rata rata geliat tikus 10, 11, 12 pada menit ke 15=8, menit ke
30=9, menit ke 45=11,6. Sementara pada pemberian Na-CMC pada tikus
13, terdapat 9 geliat pada menit ke 15, pada menit ke 30 terdapat 8 geliat,
pada menit ke 45 terdapat 9 geliat. Pada tikus 14, terdapat 3 geliat pada
menit ke 15, pada menit ke 30 terdapat 8 geliat, dan pada menit ke 45
terdapat 5 geliat. Sementara pada tikus 15 terdapat 20 geliat pada menit ke
15, pada menit ke 30 terdapat 11 geliat, dan pada menit ke 45 terdapat 14
geliat. Jumlah hasil rata rata geliat tikus 13, 14, 15 yaitu pada menit ke
15=7,5, menit ke 30=6,3, pada menit ke 45=9,3.
Berdasarkan perbandingan literatur dari (Wulan, H, dkk. 2015)
megetahuai bahwa datarespon waktu normal tikus terhadap stimulan nyeri
adalah berkisar antara 2,45-3,82 detik perlakuan Na-CMC 0,5% pada tikus
tidak mampu meningkatkan respon waktu terhadap struktur nyeri adalah
berkisar signifikan perlakuan paracetamol ini sudah terlihat responnya
menit ke 15. Setelah , perbandingan literatur untuk obat asam mefenamat
menurut (Oktaviani, S, dkk. 2014) bahwa pemberian Na-CMC tidak
terjadi adanya penurunan geliat karena pada kontrol negrtif tidak
terkandung adanya zat aktif yang mengurangi nyeri pada kontrol positif
yang diberikan asam mefenamat menunjukan nyeri efek analgetik. Asam
mefenamat yaitu pada waktu 2-4 jam. Perbandingan literatur untuk obat
ibuprofen (Syamsuni, E. 2018) menyatakan bahwa presentase gaya
analgetik yang di dapat pada pemberian ibuprofen yaitu 69,82% lebih
berat dari pada NaCMC karena NaCMC tidak mengandung zat aktif.
Perbandingan literatur untuk obat Na diklofenak (kontrol positif) hasil uji
menunjukan kontrol positif memiliki perbedan berwarna dengan kontrol
negatif. Natrium diklofenak menunjukan aktivitas tertinggi pada jam
kedua dengan konsentrasi hambatan sebesar 6% (Saputri, P, dan Zahra.
2016).

Aplikasi dalam bidang farmasi yaitu seorang farmasis dapat mengetahui


mekanisme kerja obat-obat analgesik dan mengetahui bagaimana
mekanisme kerja pengobatan dan efek obat hingga dapat di aplikasikan
dalam penggunaan obat.
V. Kesimpulan.
1. Analgesik adalah senyawa obat yang berfungsi untuk memulai atau
meringankan rasa nyeri. Jika di gunakan dalam dosi terapi yang aktif.
2. Hewan uji di berikan senyawa obat yang sesua dengan berat badannya.
Kemudian di diamkan selama 5 menit lalu di suntikkan asam asetat
0,5% dan di diamkan selama 15 menit (0-15-30-45 menit).
3. Nyeri pada hewan uji di tandai dengan ada timbulnya geliat yang
paling banyak muncul pada pemberian NaCMC karena tidak
mengandung zat aktif senyawa obat.
4. Berdasarkan hasil pengamatan obat analgesik yang paling efektif
adalah asam mefenamat.
DAFTAR PUSTAKA

Arief. ( 2018 ). Prinsip Umum Dan Dasr Farmakologi. UNG. Yogyakarta.

Depeatemen Kesehatan Republik Indonesia. (1979). Farmakope Indonesia Edisi


III. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Gou K, J. (2017). Anti–inflamatory and Analgesic Effects of Polygonum Oriental


L. Ekstract Froutilis in Pharmacology. Universitas Muslim Nusantara.
Medan.

Grosoh. (2016). Investigational Drugs Targeting Prostaglandyn in Signaling


Pathway for Treatment of Inflamatory Pain. Universitas Hasanudin
Fakultas Kedokteran. Makassar.

Ikatan Apoteker Indonesia. (2014). ISO Informasi Seputar Obat Indonesia Vol.49
2015 s/d (2016) Jakarta PT. ISPI.

Lin, dkk. (2017). Recent Advances In Oral Delivery Of Drugs And Bioaktive
Natural Products Using Solid Lipid Nanoparticles As The Carries.
Surabaya. Universitas Airlangga.

Manuaba. ( 2015 ). Pengantar kuliah obstetsi. EGC. Jakarta.

MIMS Indonesia. Diakses pada tanggal 10 April 2019.

Rachel dan Zahra. (2015). Submit Kompleks dengan Intraperitonial Terhadap


Penyembuhan Tikus. Manado. Universitas Samratulangi.

Rindai,dkk. (2017). Potensi Ekstrak Metanol Batang Serei (Nedeka bifera)


Sebagai Analgesik Pada Mencit (Mus musculus) Dengan Metode Writing
Abdominal Vol 1. Universitas syrah kuala. Bandah aceh.

Saputri dan Sahra. (2016). Pengaruh Pemberian injeksi Kotoran IP Terhadap


Penyembuhan Faktor Teknik Tikus Dewasa. Kanisus. Semarang.

Shap. ( 2016 ). Efek Analgesik Pada Hewan Uji. Medika. Jakarta.

Subandi &dan Tanjuk. (2015). Review Teknik Peningkatan Obat Jurnal Farmako
Volume IV, Nenwr 2.S. Jakarta. Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai