Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

DIURETIKA

DISUSUN

OLEH :

1. ASRIL
2. AZURAH PRATIWI
3. DEWI NURUL HASANAH
4. JULI HARTATI MANULANG
5. MUSRAWITA
6. SUCI ELIYANTI
7. YUWINDA

PROGRAM STUDI FARMASI


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan MEDISTRA Lubuk Pakam
T.A 2017

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Prinsip Percobaan


1.2 Tujuan percobaan
1. Untuk mengetahui kadar urine setelah diberi furosemid
2. Untuk mengetahui

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Tentang Diuretik


Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin.
Istilah diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya
penambahan volume urin yang diproduksidan yang kedua menujjukan jumlh
pengeluaran (kehilangan) zat-zat terlarut dalam air.Fungsi utama diuretic adalah
untuk memobilisasi cairan edema, yang berarti mengubah keseimbangan cairan
sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstra sel kembal imenjadi normal
(Departemen Farmakologi dan Terapeutik, 2007).
Golongan obat diuretik yang umum diresepkan contohnya HCT
(hydrochlorothiazide) dan Spironolakton. Efek samping dari penggunaan jangka
panjang bisa berupa hipokalemi (kadar kalium rendah dalam darah), dan
hiperurisemia (kadar asam urat meningkat dalam darah) Penggunaan diuretik
harus dihindari pada pasien tekanan darah tinggi disertai kencing manis
(diabetes) atau pada penderita kolesterol. (Departemen Farmakologi dan
Terapeutik, 2007).
Diuretik dapat dibagi menjadi 5 golongan yaitu :
1. Inhibitor karbonik anhidrase (asetazolamid).
2. Loop diuretik (furosemid, asetakrinat, torsemid, bumetanid)
3. Tiazid (klorotiazid, hidroklorotiazid, klortalidon)
4. Hemat kalium (amilorid, spironolakton, triamteren)
5. Osmotik (manitol, urea)

1. Inhibitor Karbonik Anhidrase


Karbonik anhidrase adalah enzim yang mengkatalis reaksi CO2 +H2O
H2CO3.Enzim ini terdapat antara lain dalam sel korteks renalis, pankreas, mukosa
lambung, mata,eritrosit dan SSP, tetapi tidak terdapat dalam plasma.Inhibitor
karbonik anhidrase adalah obat yang digunakan untuk menurunkan
tekananintraokular pada glaukoma dengan membatasi produksi humor aqueus, bukan
sebagaidiuretik (misalnya, asetazolamid). Obat ini bekerja pada tubulus proksimal
(nefron) denganmencegah reabsorpsi bikarbonat (hidrogen karbonat), natrium,
kalium, dan air semua zat inimeningkatkan produksi urine.Yang termasuk golongan
diuretik ini adalah asetazolamid, diklorofenamid dan meatzolamid (Dr.Sadeli
Ilyas,2001).

2. Loop Diuretik
Termasuk dalam kelompok ini adalah asam etakrinat, furosemid dan
bumetanid.Asam etakrinat termasuk diuretik yang dapat diberikan secara oral
maupun parenteral dengan hasil yang memuaskan. Furosemid atau asam 4-kloro-N-
furfuril-5-sulfomail antranilat masihtergolong derivat sulfonamid. Diuretik loop
bekerja dengan mencegah reabsorpsi natrium, klorida, dan kalium pada segmentebal
ujung asenden ansa Henle (nefron) melalui inhibisi pembawa klorida. Obat ini
termasukasam etakrinat, furosemid dan bumetanid, dan digunakan untuk pengobatan
hipertensi, edema,serta oliguria yang disebabkan oleh gagal ginjal. Pengobatan
bersamaan dengan kaliumdiperlukan selama menggunakan obat ini (Dr.Sadeli
Ilyas,2001).

3. Tiazid
Senyawa tiazid menunjukkan kurva dosis yang sejajar dan daya klouretik
maksimal yang sebanding. Merupakan Obat diuretik yang paling banyak digunakan.
Diuretik tiazid, seperti bendroflumetiazid, bekerja pada bagian awal tubulus distal
(nefron). Obat ini menurunkan reabsorpsi natrium dan klorida, yang meningkatkan
ekskresi air, natrium, dan klorida. Selain itu, kalium hilang dan kalsium ditahan. Obat
ini digunakan dalam pengobatan hipertensi,gagal jantung ringan, edema, dan pada
diabetes insipidus nefrogenik. (Dr.Sadeli Ilyas,2001)

4. Hemat kalium
Diuretik yang mempertahankan kalium menyebabkan diuresis tanpa
kehilangan kalium dalam urine. (Dr.Sadeli Ilyas,2001)

2.2 Uraian Bahan

1. Aquadest (FI Edisi III, Hal. 96)

Nama Resmi : AQUA DESTILLATA


Sinonim : Air Suling
Berat Molekul 18,02
Rumus Molekul : H2O
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
K/P : Zat Tambahan, pelarut.

2. Furosemid (FI Edisi III Hal. 262)

Nama Resmi :FUROSEMIDUM


Sinonim :Furosemida
Pemerian :Serbuk hablur putih, atau hampir putih, tidak
berbau, hamper tidak berasa.
Kelarutan :Praktis tidak larut dalam air dan dalam kloroform P,
larut dalam 75 bagian etanol (95%) P, dan dalam
850 bagian eter P, larut dalam larutan alkali
hidroksida.
Penyimpanan :Dalam wadah tertutup baik.
K/P :Diuretikum adalah obat yang dapat memperlancar
pengeluaran urin
Farmakokinetik :Diuretik kuat terutama bekerja dengan cara
menghambat reabsorbsi elektrolit Na+/K+/2Cl- di
ansa Henle asendens bagian epitel tebal tempat
kerjanya dipermukaan sel epitel bagian luminal
(yang menghadap ke lumen tubuli). (Departemen
Farmakologi dan Terapeutik,2007).
Farmakodinamik :Diuretik kuat mudah diserap melalui saluran cerna,
dengan derajat yang agak berbeda-beda.
Bioavailabilitas furosemid 65% sedangkan
bumetenid hampir 100%. Obat ini terikat pada
protei plasma secara ekstensif, sehingga tidak
difiltrasi di glomerulus tetapi cepat sekali disekresi
melalui sistem transport asam organik di tubuli
proksimal (Departemen Farmakologi dan
Terapeutik,2007).

3. Spironolakton (FI Edisi III Hal. 669)


Nama Resmi :SPIRONOLAKTONUM
Sinonim :Spironolakton
Pemerian :Serbuk, kuningtua, tidak berbau atau berbau asam
asetat lemak rasa agak pahit.
Kelarutan :Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 80 bagian
etanol (95%) P, dalam 3 bagian kloroform P dan
dalam 100 bagian eter P.
Penyimpanan :Terlindung dari cahaya.
K/P :Diuretikum adalah obat yang dapat memperlancar
pengeluaran urin
Farmakokinetik :Penghambatan kompetitif terhadap aldosteron.
Obat ini hanya efektif bila teradapt aldosteron baik
endogen maupun eksogen dalam tubuh dan efeknya
dapat dihilangkan dengan meninggikan kadar
aldosteron. Jadi dengan pemberian antagonis
aldosteron, reabsorpsi Na+ dan K+ dihilir tubuli
distal dan duktus koligentes dikurangi, dengan
demikian ekskresi K+ juga berkurang.
Farmakodinamik :70% spironolakton oral diserap disaluran cerna,
mengalami sirkulasi enterohepatik dan
metabolisme lintas pertama. Ikatan dengan protein
cukup tinggi. Metabolit utamnya, kanrenon,
memperlihatkan aktivitas antagonis aldosteron dan
turut berperan dalam aktivitas biologik
spironolakton (Departemen Farmakologi dan
Terapeutik,2007).

4. Na CMC (FI Edisi III Hal. 401)

NamaResmi :NATRII CARBOXY METHYLCELLULOSUM


Sinonim :Natrium Karboksimetil selulosa, Na. CMC
Pemerian :Serbuk atau butiran, putih atau putih kuning
gading, tidak berbau atau hampir tak berbau,
higroskopik.
Kelarutan :Mudah mendispersi dalam air, membentuk suspensi
koloidal, tidak larut dalam etanol (95%) P, dalam
eter P dan dalam pelarut organik lain.
Penyimpanan :Dalam wadah tertutup rapat

BAB III
METODELOGI KERJA

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat yang digunakan

Batang pengaduk Timbangan hewan

Gelas ukur Timbangan digital

Kertas grafik Oral sonde

Lumpang dan stamfer Tissue

Spoit 3 mL, 10 mL Serbet

Sendok tanduk

3.1.2 Bahan yang digunakan

Aquadest

Natrium CMC 1 %

Tablet Furosemid

hidroclortiazid

Tablet spironolakton

Kapsul geji beling

3.2 Cara Kerja


1. Mencit dipuasakan selama satu malam
2. Ditimbang masing-masing mencit, dibutuhkan 3 ekor mencit
1. Kelompok control diberikan CMC 0,5%.
2. Uji diberikan ekstrak geji beling, spirololakton, dan hidroclorotiazid.
3. Sebagai pembanding diberikan tablet furosemid 3,2 mg/BB * 10
4. Pada masing-masing pengujian dibuat suspense dengan ditambahkan
Na.CMC 0,5%
5. Di oral sonde Suspense dimasukkan sesuai dengan perhitungan bahan
dibagi dengan berat mencit
6. Diberikan kepada mencit melalui oral
7. Diberi lodeng aquadest 10ml/BB
8. Dibiarkan selama 6 jam serta ditampung urine untuk diukur
volumenya
9. Dihitung dengan cara statistika.

3.3 perhitungan dosis sesuai berat badan mencit

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.2 Pembahasan
Percobaan yang kami lakukan, yakni pada praktikum farmakologi II
adalah percobaan obat diuretik. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui daya
dan kekuatan suatu obat diuretik serta membandingkan obat diuretik satu dengan
yang lainnya.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 kesimpulan

5.2 saran
Diharapkan kepada seluruh praktikan agar pada saat melakukan praktikum
selalu mengikuti peraturan dan tata tertib yang telah ditentukan dan selalu
menanamkan kedisiplinan dan kerja sama anggota kelompok.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. (1979). FARMAKOPE INDONESIA EDISI III. Jakarta

Depkes RI.( 1995). FARMAKOPE INDONESIA EDISI IV. Jakarta

Departemen Farmakologi dan Terapeutik,( 2007). Farmakologi Dan


Terapi. Jakarta:
FKUI.

Dr.Sadeli Ilyas,(2001).

Anda mungkin juga menyukai