PERCOBAAN VII
UJI AKTIVITAS ANTIDIARE
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK IV
AGRIANTY RANTELINO (G 701 15 056)
ASRAH (G 701 15 118)
JESICA RUNDUBELO (G 701 15 089)
WIDIYASTUTI DARWIS (G 701 15 234)
KELAS B
PENDAHULUAN
Berdasarkan lama kejadian diare, dapat dibedakan atas diare akut dan
kronis.bila diare terjadi kurang dari dua minggu dapat dikategorikan sebagai
diare akut, sedangkan bila terjadi lebih dari dua minggu maka dikategorikan
diare kronis. Diare akut dapat disebabkan oleh infeksi, keracunan, alergi,
reaksiobat-obatan, dan juga factor psikis.
Prinsip pada percobaan kali ini yaitu dengan memeberikan tikus obat
loperamid HCl 2 mg/KgBB dan NaCl 0,9 % 2,5 ml/200gBB secara oral.
Lalu dibiarkan selama 45 menit, kemudian diberikan norit 0,01 ml/gBB
secara oral dan dibiarkan kembali selama 20 menit. Setelah itu, tikus
dibedah dan diukur panjang usus serta diamati panjang usus norit dan
panjang usus secara keseluruhan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang tidak biasa
(lebih dari 3 kali sehari), juga perubahan dalam jumlah dan kosistensi
(fases cair). Hal ini berkaitan dengan dorongan, rasa tak nyaman pada area
perianal, inkontinensia, atau kombinasi dari faktor ini. Tiga faktor yang
menentukan keparahannya: sekresi intestinal, perubahan penyerapan
mukosa, dan peningkatan motilitas. Diare dapat akut atau kronis. Diare
diklasifikasikan sebagai tinggi volume, rendah volume, sekresi, osmotik
atau campuran (Diane C. Baughman dan JoAnn C. Hackley, 2002).
Menurut Oei Gin Djing (2006), diare terdiri dari 2 macam, yaitu diare akut
dan diare kronis :
- Diare aku atau mendadak
Diare akut atau mendadak bisa diakibatkan oleh dingin di dalam tubuh
atau panas di dalam tubuh. Diare akibat dingin di dalam tubuh ditandai
dengan gejala tinja encer, mengalami sakit perut dan kembunglebih
senang panas atau hangat, dan tidak merasa haus. Sementara, diare
akibat panas di dalam tubuh ditandai dengan tinja berwarna kuning,
panas, dan keluarnya menyembur.
- Diare kronis/menahun
Diare kronis ditandai dengan adanya kekacauan pada pankreas,
pembengkakan pada pada usus dan lambung, mual, serta kelelahan.
Pada diare kronis, perut terasa sakit disertai dengan kembung serta rasa
sakit diperut dan tubuh dibagian bawah. Diare hanya terjadi seskali
pada pagi har.
Penyebab diare, pada diare terdapat gangguan dari resorpsi, sedangkan
sekresi getah lambung-usus dan motilitas usus meningkat. Menurut teori
klasik diare disebabkan oleh meningkatnya peristaltik usus tersebut,
sehingga pelintasan cymus sangat dipercepat dan masih mengandung
banyak air pada saat meninggalkan tubuh sebagai tinja. Penelitian dalam
tahun-tahun terakhir menunjukkan bahwa penyebab utamanya adalah
bertumpuknya cairan di usus akibat terganggunya resorpsi air atau/dan
terjadinya hipersekresi. Pada keadaan normal proses resorpi dan sekresi
dari air dan elektrolit-elektrolit berlangsung pada waktu yang sama di sel-
sel epitel mukosa (Tan Hoan Tjay dan Kirana Rahardja, 2007).
Obat antidiare, karena diare terjadi akibat gerakan usus atau peristaltik
yang berlebihan, maka obat antidiare biasanya bersifat absorben
(menyerap) sehingga dapat menurunkan motilitas, peristaltik (gerakan
usus) atau secara tidak langsung dapat mematikan kuman atau bakteri.
Obat yang sering diberikan untuk meredakan penyakit ini ialah norit,
kaolin, pectin, dan loperamide karena dapat menurunkan peristaltik usus
secara cepat (Erik Tapan, 2004).
Loperamid adalah opioid yang paling tepat untuk efek lokal pada usus
karena tidak mudah menembus ke dalam otak. Oleh karena itu, loperamid
hanya mempunyai sedikit efek sentral dan tidak mungkin menyebabkan
ketergantungan (M.J. Neal, 2006).
2.2 Uraian Bahan
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
1 Alat
2 Bahan
3. 2 Cara Kerja
Diberikan norit
Dibedah
Perhitungan
o , 036 mg
x 200 g
200 g
=0,014 mg/ml
Stok = 1
X 5 ml
2
o , 036 mg
x 140 mg
Vp1 = 200 g
=1,8 ml
0,014 mg/ml
o , 036 mg
x 140 mg
Vp2 = 200 g
=1,8 ml
0,014 mg/ml
o , 036 mg
x 100 mg
Vp3 = 200 g
=1,3ml
0,014 mg/ml
o , 036 mg
x 120 mg
Vp4 = 200 g
=1,5ml
0,014 mg/ml
o , 036 mg
x 125 mg
Vp5 = 200 g
=1,6 ml
0,014 mg/ml
o , 036 mg
x 130 mg
Vp6 = 200 g
=1,7 ml
0,014 mg/ml
o , 036 mg
x 125 mg
Vp7 = 200 g
=1,6 ml
0,014 mg/ml
o , 036 mg
x 150 mg
Vp8 = 200 g
=1,9ml
0,014 mg/ml
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau
tidak seperti biasanya. Perubahan yang terjadi berupa perubahan,
peningkatan volume, keenceran dan frekuensi dengan atau tanpa lender
darah, seperti lebih dari 3 kali/hari dan pada neonatus lebih dari 4 kali/hari
(Hidayat, Aziz Alimul, 2008).
Percobaan ini dilakukan untuk menguji aktivitas obat antidiare pada hewan
uji setalah pemberian norit secara oral. Obat antidiare yang diuji adalah obat
loperamid HCl dengan dosis 2 mg/70k kg BB. Loperamid HCl merupakan
obat antidiare golongan opioid yang mekanisme kerjanya adalah menekan
kecepatan gerak peristaltik. Secara in vitro pada binatang Loperamide
menghambat motilitas / perilstaltik usus dengan mempengaruhi langsung
otot sirkular dan longitudinal dinding usus serta mempengaruhi pergerakan
air dan elektrolit di usus besar. Pada manusia, Loperamide memperpanjang
waktu transit isi saluran cerna. Loperamide menurunkan volum feses,
meningkatkan viskositas dan kepadatan feses dan menghentikan kehilangan
cairan dan elektrolit.
Percobaan ini dilakukan dengan membagi kelompok menjadi 8, masing-
masing kelompok mendapat 2 ekor tikus. Tikus 1 diberikan NaCl fisiologis
2,5 ml/ 200 g (kontrol negatif) dan tikus 2 diberikan loperamid HCl secara
oral. Setelah 45 menit setelah perlakuan tersebut kedua tikus diberikan norit
0,01 ml/g BB. 20 menit setelah pemberian norit, tikus dibedah dan diambil
ususnya. Usus tikus dibentangkan dan diukur panjang keseluruhan dan
panjang jarak yang dilalui norit. Kemudian dihitung rationya dengan
mengurangi panjang usus keseluruhan dan jarak yang dilalui norit.
Alasan hewan coba yang digunakan adalah tikus jantan galur wistar karena
tikus merupakan hewan dengan model yang sesuai untuk evaluasi obat-obat
yang dapat mempengaruhi sistem pencernaan dan digunakan tikus jantan
karena memiliki kondisi biologis yang lebih stabil bila dibandingkan dengan
tikus betina. Sebelum tikus digunakan, terlebih dahulu dipuasakan selama 1
jam dengan hanya diberi minum (aquades). Tujuan dipuasakan agar kondisi
hewan uji sama dan mengurangi pengaruh makanan yang dikonsumsi
terhadap absorpsi sampel yang diberikan. Selain itu, makanan dalam usus
akan berpengaruh terhadap kecepatan peristaltik. Tujuan pemberian norit
adalah sebagai indikator untuk megetahui kecepatan motilitas usus. Karena
obat antidiare yang digunakan adalah loperamid HCl. Loperamid HCl
merupakan obat antidiare golongan opioid yang mekanisme kerjanya adalah
menekan kecepatan gerak peristaltik. Untuk efek antidiare dapat dilihat dari
rasio panjang usus yang dilalui oleh norit terhadap panjang usus
keseluruhan. Setelah 20 menit pemberian norit masing-masing mencit
dibedah untuk melihat kecepatan peristaltik antara mencit kontrol dan
mencit yang telah diberikan loperamid HCl. Karena panjang usus yang
dilewati norit dapat dijadikan sebagai indikator kecepatan peristaltik usus.
Hasil yang diperoleh pada pemberian loperamid HCl lebih besar daripada
control negatif. Hal ini tidak sesuai dengan literatur (Anas, 2000), yang
menyatakan bahwa EEDR (suatu sediaan uji) dikatakan memiliki efek
antimolititas bila rasio jarak yang dilalui oleh marker norit lebih kecil bila
dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal ini disebabkan oleh kesalahan
pada saat pemberian sediaan kepada tikus yang menggunakan sonde tak
layak pakai sehingga banyak loperamid yang terbuang.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Anas.Y., dkk. (2000). Aktivitas Antidiare Ekstrak Etanol Daun Randu (Ceiba
Baughman, C., D., Hackley, C., J., (2000). Keperawatan Medikal Bedah. EGC.
Jakarta.
Depkes RI, (1979). Farmakope Indonesia Edisi III, Depatermen Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta.
Depkes RI, (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Depatermen Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta.
Djing, G., O., (2006). Terapi Pijat. Penebar Swadaya. Jakarta.
Ganiswarna, S., (1995). Farmakologi dan Terapi Edisi IV. Bagian Farmakologi
FKUI. Jakarta.
Hidayat, Aziz Alimul. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Salemba Medika.
Surabaya
Semarang.