Anda di halaman 1dari 19

LABORATORIUM FARMAKOLOGI-BIOFARMASI

JURUSAN FARMASI FMIPA


UNIVERSITAS TADULAKO

PERCOBAAN VII
UJI AKTIVITAS ANTIDIARE

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK IV
AGRIANTY RANTELINO (G 701 15 056)
ASRAH (G 701 15 118)
JESICA RUNDUBELO (G 701 15 089)
WIDIYASTUTI DARWIS (G 701 15 234)

KELAS B

ASISTEN : KHAIRIAH KARTINI

PROGRAM STUDI FARMASI JURUSAN FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diare adalah suatu masalah saluran pencernaan di mana feses menjadi


lembek atau cair, biasanya terjadi paling sedikit tiga kali dalam 24 jam.
Biasanya disertai sakit perut dan seringkali mual dan muntah. Diare sering
terjadi di Indonesia. Hampir seluruh masyarakat Indonesia pernah
mengalami diare. Masyarakat Indonesia sering menganggap diare terjadi
karena memakan makanan yang pedas, asam atau bersantan secara
berlebihan. Diare yang berlebihan dapat menyebabkan dehidrasi hingga
kematian. Kehilangan cairan atau elektrolit (ion Na+ dan K+) pada diare
yang parah menyebabkan penderita mengalami dehidrasi. Dehidrasi inilah
yang dapat menyebabkan kematian pada kasus diare. Diare dapat dijadikan
indikasi bahwa sanitasi lingkungan penderita buruk. Dalam pencegahan
perlu diperhatikan kebersihan makanan dan lingkungan. Dengan
memperhatikan sanitasi tersebut akan mencegah mikroorganisme masuk ke
dalam tubuh.

Berdasarkan lama kejadian diare, dapat dibedakan atas diare akut dan
kronis.bila diare terjadi kurang dari dua minggu dapat dikategorikan sebagai
diare akut, sedangkan bila terjadi lebih dari dua minggu maka dikategorikan
diare kronis. Diare akut dapat disebabkan oleh infeksi, keracunan, alergi,
reaksiobat-obatan, dan juga factor psikis.

.Pada praktikum kali ini obat-obatan yang digunakan adalah obat-obatan


yang memiliki aktivitas menghambat peristaltic usus, menabsorbsi dan
menginaktivasi enterotoksin.
1.2 Tujuan Percobaan

1. Mengetahui kerja farmakologi obat antidiare


2. Mengetahui evaluasi efek obat antidiare
1.3 Prinsip Percobaan

Prinsip pada percobaan kali ini yaitu dengan memeberikan tikus obat
loperamid HCl 2 mg/KgBB dan NaCl 0,9 % 2,5 ml/200gBB secara oral.
Lalu dibiarkan selama 45 menit, kemudian diberikan norit 0,01 ml/gBB
secara oral dan dibiarkan kembali selama 20 menit. Setelah itu, tikus
dibedah dan diukur panjang usus serta diamati panjang usus norit dan
panjang usus secara keseluruhan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori

Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang tidak biasa
(lebih dari 3 kali sehari), juga perubahan dalam jumlah dan kosistensi
(fases cair). Hal ini berkaitan dengan dorongan, rasa tak nyaman pada area
perianal, inkontinensia, atau kombinasi dari faktor ini. Tiga faktor yang
menentukan keparahannya: sekresi intestinal, perubahan penyerapan
mukosa, dan peningkatan motilitas. Diare dapat akut atau kronis. Diare
diklasifikasikan sebagai tinggi volume, rendah volume, sekresi, osmotik
atau campuran (Diane C. Baughman dan JoAnn C. Hackley, 2002).

Menurut Oei Gin Djing (2006), diare terdiri dari 2 macam, yaitu diare akut
dan diare kronis :
- Diare aku atau mendadak
Diare akut atau mendadak bisa diakibatkan oleh dingin di dalam tubuh
atau panas di dalam tubuh. Diare akibat dingin di dalam tubuh ditandai
dengan gejala tinja encer, mengalami sakit perut dan kembunglebih
senang panas atau hangat, dan tidak merasa haus. Sementara, diare
akibat panas di dalam tubuh ditandai dengan tinja berwarna kuning,
panas, dan keluarnya menyembur.
- Diare kronis/menahun
Diare kronis ditandai dengan adanya kekacauan pada pankreas,
pembengkakan pada pada usus dan lambung, mual, serta kelelahan.
Pada diare kronis, perut terasa sakit disertai dengan kembung serta rasa
sakit diperut dan tubuh dibagian bawah. Diare hanya terjadi seskali
pada pagi har.
Penyebab diare, pada diare terdapat gangguan dari resorpsi, sedangkan
sekresi getah lambung-usus dan motilitas usus meningkat. Menurut teori
klasik diare disebabkan oleh meningkatnya peristaltik usus tersebut,
sehingga pelintasan cymus sangat dipercepat dan masih mengandung
banyak air pada saat meninggalkan tubuh sebagai tinja. Penelitian dalam
tahun-tahun terakhir menunjukkan bahwa penyebab utamanya adalah
bertumpuknya cairan di usus akibat terganggunya resorpsi air atau/dan
terjadinya hipersekresi. Pada keadaan normal proses resorpi dan sekresi
dari air dan elektrolit-elektrolit berlangsung pada waktu yang sama di sel-
sel epitel mukosa (Tan Hoan Tjay dan Kirana Rahardja, 2007).

Obat antidiare, karena diare terjadi akibat gerakan usus atau peristaltik
yang berlebihan, maka obat antidiare biasanya bersifat absorben
(menyerap) sehingga dapat menurunkan motilitas, peristaltik (gerakan
usus) atau secara tidak langsung dapat mematikan kuman atau bakteri.
Obat yang sering diberikan untuk meredakan penyakit ini ialah norit,
kaolin, pectin, dan loperamide karena dapat menurunkan peristaltik usus
secara cepat (Erik Tapan, 2004).

Loperamid adalah opioid yang paling tepat untuk efek lokal pada usus
karena tidak mudah menembus ke dalam otak. Oleh karena itu, loperamid
hanya mempunyai sedikit efek sentral dan tidak mungkin menyebabkan
ketergantungan (M.J. Neal, 2006).
2.2 Uraian Bahan

1. Loperamida HCl (FI IV, 1995 : 503)


Nama resmi : LOPERAMIDI HYDROCHLORIDUM
Nama lain : Loperamida Hidroklorida
RM/BM : C29H33CIN2O2HCl/513,51
Rumus struktur :

Pemerian : Serbuk putih sampai agak kuning;


melebur pada suhu lebih kurang 225o
disertai peruraian.
Kelarutan : Mudah larut dalam metanol, dalam
isopropil alkohol dan dalam kloroform;
sukar larut dalam air dan dalam asam
encer.
khasiat : Zat tambahan
kegunaan : Anti diare
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Farmakokinetik : Loperamid mudah diabsorpsi tetapi
hampir sempurna diekstraksi oleh hati,
pada waktu di metabolisme terkonjugasi
dan di ekskresi melalui empedu. Waktu
paru loperamid pada manusia adalah 11
jam dengan kisaran 9-14 jam
(Gadiswarna, 1995).
Farmakodinamik : Loperamid terikat pada reseptor opiat
dinding usus sehingga menghambat
pelepasan asetikolin dan prostaglandin
yang mengakibatkan berkurangnya
peristaltik propulsi dan meningkatkan
waktu transit usus (Gadiswarna, 1995).
2. Norit (FI IV, 1995 : 173)
Nama resmi : CARBO ADSORBENS
Nama lain : Arang Jerap/Norit
RM/BM : -
Rumus struktur : -
Pemerian : Serbuk halus, bebas dari butiran, hitam;
tidak berbau; tidak terasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam
etanol.
Khasiat : Sebagai adsorben
Kegunaan : Sebagai sampel
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

3. NaCl Fisiologis (FI III, 1979 : 404)


Nama resmi : NATRII CHLORID
Nama lain : Larutan garam faal
RM/BM : -/-
Rumus struktur : -
Pemerian : Larutan jernih, tidak berwarna, rasa agak
asin.
Kelarutan : -
Khasiat : Intra intravenus
Kegunaan : Sebagai sampel
Penyimpanan : Dalam wadah dosis tunggal atau wadah
dosis ganda.

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

1 Alat dan Bahan

1 Alat

1 Kandang hewan uji


2 Dispo
3 Lap kasar
4 Stopwatch
5 Cutter
6 Papan Bedah
7 Mistar

2 Bahan

1 Tikus putih ( Rattus norvegicus)


2 Loperamid HCl 2 mg/kgBB
3 Norit 0,01 ml/gBB
4 Tali Godam
5 Masker
6 Handscoon

3. 2 Cara Kerja

1. Diambil tikus dari dalam kandang dengan memegang ekornya


2. Diletakkan tikus diatas meja
3. Diluncurkan tangan kiri dari belekang tubuh diselipkan antara 2 jari
dan telunjuk memegang kelpala tikus dan bagian yang lain memegang
bagian kaki dan tangan tikus
4. Diambil sonde lalu dimasukkan kedalam mulut tikus diluncurkan
melalui mulut sampai ke esofagus, kemudian ditekan spoit untuk
mengeluarkan cairannya
5. Digunakan loperamind HCl pada tikus 1 dan pada digunakan HCl
pada tikus 2
6. Disondekan norit pada masing masing tikus
7. Didiamkan sampai 45 menit.
8. Dibunuh tikus lalu di bedah
9. Diukur usus tikus yang dilalui norit
10. Dihitung hasil.
3.3 Skema Kerja

Disiapkan alat dan bahan

-Diberi loperamid HCl - Diberi HCl


Tikus 1 Tikus 2

Diberikan norit

Dibedah

Di ukur panjang usus


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Larutan uji Panjang usus yang Panjang usus Ratio (cm)


dilalui norit ( cm) keseluruhan (cm) (A-B)
(B) (A)
NaCl 0,9 % I 61 110 49
II 58 105 47
III 44 100 56
IV 72 92 20
V 63 78 15
VI 87 92 5
VII 75 88 13
VIII 65 83 18
Rata -rata 65,6 93,5 27,9
Loperamid I 81 113,5 32,5
2 mg/70 kg II 74 79 5
III 66 104 38
IV 75 117 42
V 74 85 11
VI 63 91 28
VII 72 94 22
VI 78 84 6
Rata-rata 72,9 95,9 23,1

Perhitungan

a. Loperamid HCl 2 mg/ 70kg BB


KD = 2 mg x 0,018 = 0,036 mg/200g

o , 036 mg
x 200 g
200 g
=0,014 mg/ml
Stok = 1
X 5 ml
2
o , 036 mg
x 140 mg
Vp1 = 200 g
=1,8 ml
0,014 mg/ml

o , 036 mg
x 140 mg
Vp2 = 200 g
=1,8 ml
0,014 mg/ml

o , 036 mg
x 100 mg
Vp3 = 200 g
=1,3ml
0,014 mg/ml

o , 036 mg
x 120 mg
Vp4 = 200 g
=1,5ml
0,014 mg/ml

o , 036 mg
x 125 mg
Vp5 = 200 g
=1,6 ml
0,014 mg/ml

o , 036 mg
x 130 mg
Vp6 = 200 g
=1,7 ml
0,014 mg/ml

o , 036 mg
x 125 mg
Vp7 = 200 g
=1,6 ml
0,014 mg/ml

o , 036 mg
x 150 mg
Vp8 = 200 g
=1,9ml
0,014 mg/ml

b. NaCl Fisiologis 2,5 ml/200 g


Vp1 = 2,5/200 x 135 g = 1,7 ml

Vp2 = 2,5/200 x 120 g = 1,5 ml

Vp3 = 2,5/200 x 130 g = 1,6 ml

Vp4 = 2,5/200 x 130 g = 1,6 ml


Vp5 = 2,5/200 x 140 g = 1,7 ml

Vp6 = 2,5/200 x 140 g = 1,7 ml

Vp7 = 2,5/200 x 145 g = 1,8 ml

Vp8 = 2,5/200 x 145 g = 1,8 ml

c. Norit 0,01 ml/g BB


Vp1 = 0,01 ml/g BB x 135 g = 1,35 ml

= 0,01 ml/g BB x 140 g = 1,4 ml

Vp2 = 0,01 ml/g BB x 120 g = 1,2 ml

= 0,01 ml/g BB x 140 g = 1,4 ml

Vp3 = 0,01 ml/g BB x 100 g = 1 ml

= 0,01 ml/g BB x 130 g = 1,3 ml

Vp4 = 0,01 ml/g BB x 130 g = 1,3 ml

= 0,01 ml/g BB x 120 g = 1,2 ml

Vp5 = 0,01 ml/g BB x 125 g = 1,25 ml

= 0,01 ml/g BB x 140 g = 1,4 ml

Vp6 = 0,01 ml/g BB x 130 g = 1,3 ml

= 0,01 ml/g BB x 140 g = 1,4 ml

Vp7 = 0,01 ml/g BB x 145 g = 1,45 ml

= 0,01 ml/g BB x 125 g = 1,25 ml

Vp8 = 0,01 ml/g BB x 150 g = 1,5 ml

= 0,01 ml/g BB x 145 g = 1,45 ml


4.2 Pembahasan

Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau
tidak seperti biasanya. Perubahan yang terjadi berupa perubahan,
peningkatan volume, keenceran dan frekuensi dengan atau tanpa lender
darah, seperti lebih dari 3 kali/hari dan pada neonatus lebih dari 4 kali/hari
(Hidayat, Aziz Alimul, 2008).

Percobaan ini dilakukan untuk menguji aktivitas obat antidiare pada hewan
uji setalah pemberian norit secara oral. Obat antidiare yang diuji adalah obat
loperamid HCl dengan dosis 2 mg/70k kg BB. Loperamid HCl merupakan
obat antidiare golongan opioid yang mekanisme kerjanya adalah menekan
kecepatan gerak peristaltik. Secara in vitro pada binatang Loperamide
menghambat motilitas / perilstaltik usus dengan mempengaruhi langsung
otot sirkular dan longitudinal dinding usus serta mempengaruhi pergerakan
air dan elektrolit di usus besar. Pada manusia, Loperamide memperpanjang
waktu transit isi saluran cerna. Loperamide menurunkan volum feses,
meningkatkan viskositas dan kepadatan feses dan menghentikan kehilangan
cairan dan elektrolit.
Percobaan ini dilakukan dengan membagi kelompok menjadi 8, masing-
masing kelompok mendapat 2 ekor tikus. Tikus 1 diberikan NaCl fisiologis
2,5 ml/ 200 g (kontrol negatif) dan tikus 2 diberikan loperamid HCl secara
oral. Setelah 45 menit setelah perlakuan tersebut kedua tikus diberikan norit
0,01 ml/g BB. 20 menit setelah pemberian norit, tikus dibedah dan diambil
ususnya. Usus tikus dibentangkan dan diukur panjang keseluruhan dan
panjang jarak yang dilalui norit. Kemudian dihitung rationya dengan
mengurangi panjang usus keseluruhan dan jarak yang dilalui norit.

Alasan hewan coba yang digunakan adalah tikus jantan galur wistar karena
tikus merupakan hewan dengan model yang sesuai untuk evaluasi obat-obat
yang dapat mempengaruhi sistem pencernaan dan digunakan tikus jantan
karena memiliki kondisi biologis yang lebih stabil bila dibandingkan dengan
tikus betina. Sebelum tikus digunakan, terlebih dahulu dipuasakan selama 1
jam dengan hanya diberi minum (aquades). Tujuan dipuasakan agar kondisi
hewan uji sama dan mengurangi pengaruh makanan yang dikonsumsi
terhadap absorpsi sampel yang diberikan. Selain itu, makanan dalam usus
akan berpengaruh terhadap kecepatan peristaltik. Tujuan pemberian norit
adalah sebagai indikator untuk megetahui kecepatan motilitas usus. Karena
obat antidiare yang digunakan adalah loperamid HCl. Loperamid HCl
merupakan obat antidiare golongan opioid yang mekanisme kerjanya adalah
menekan kecepatan gerak peristaltik. Untuk efek antidiare dapat dilihat dari
rasio panjang usus yang dilalui oleh norit terhadap panjang usus
keseluruhan. Setelah 20 menit pemberian norit masing-masing mencit
dibedah untuk melihat kecepatan peristaltik antara mencit kontrol dan
mencit yang telah diberikan loperamid HCl. Karena panjang usus yang
dilewati norit dapat dijadikan sebagai indikator kecepatan peristaltik usus.

Hasil yang diperoleh adalah kelompok NaCl tikus 1 menghasilkan panjang


usus keseluruhan 110 cm, jarak yang dilalui norit 61 cm dan ratio 49 cm.
Tikus 2 menghasilkan panjang usus keseluruhan 105 cm, jarak yang dilalui
norit 58 cm dan ratio 47 cm. Tkus 3 menghasilkan panjang usus keseluruhan
100 cm, jarak yang dilalui norit 44 cm dan ratio 56 cm. Tikus 4
menghasilkan panjang usus keseluruhan 92 cm, jarak yang dilalui norit 72
cm dan ratio 20 cm. Tikus 5 menghasilkan panjang usus keseluruhan 78 cm,
jarak yang dilalui norit 63 cm dan ratio 15 cm. Tikus 6 menghasilkan
panjang usus keseluruhan 92 cm, jarak yang dilalui norit 87 cm dan ratio 5
cm. Tikus 7 menghasilkan panjang usus keseluruhan 88 cm, jarak yang
dilalui norit 75 cm dan ratio 13 cm. Tikus 8 menghasilkan panjang usus
keseluruhan 83 cm, jarak yang dilalui norit 65 cm dan ratio 18 cm. Dengan
rata-rata panjang usus keseluruhan 93,5 cm, jarak yang dilalui norit 65,6 cm
dan ratio 27,9 cm.

Hasil yang diperoleh untuk kelompok Loperamid HCl tikus 1 menghasilkan


panjang usus keseluruhan 113,5 cm, jarak yang dilalui norit 81 cm dan ratio
32,5 cm. Tikus 2 menghasilkan panjang usus keseluruhan 79 cm, jarak yang
dilalui norit 74 cm dan ratio 5 cm. Tkus 3 menghasilkan panjang usus
keseluruhan 104 cm, jarak yang dilalui norit 66 cm dan ratio 38 cm. Tikus 4
menghasilkan panjang usus keseluruhan 117 cm, jarak yang dilalui norit 75
cm dan ratio 42 cm. Tikus 5 menghasilkan panjang usus keseluruhan 85 cm,
jarak yang dilalui norit 74 cm dan ratio 11 cm. Tikus 6 menghasilkan
panjang usus keseluruhan 91 cm, jarak yang dilalui norit 63 cm dan ratio 28
cm. Tikus 7 menghasilkan panjang usus keseluruhan 94 cm, jarak yang
dilalui norit 72 cm dan ratio 22 cm. Tikus 8 menghasilkan panjang usus
keseluruhan 84 cm, jarak yang dilalui norit 78 cm dan ratio 6 cm. Dengan
rata-rata panjang usus keseluruhan 95,9 cm, jarak yang dilalui norit 72,9 cm
dan ratio 23,1 cm.

Hasil yang diperoleh pada pemberian loperamid HCl lebih besar daripada
control negatif. Hal ini tidak sesuai dengan literatur (Anas, 2000), yang
menyatakan bahwa EEDR (suatu sediaan uji) dikatakan memiliki efek
antimolititas bila rasio jarak yang dilalui oleh marker norit lebih kecil bila
dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal ini disebabkan oleh kesalahan
pada saat pemberian sediaan kepada tikus yang menggunakan sonde tak
layak pakai sehingga banyak loperamid yang terbuang.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, maka dapat disimpulkan


bahwa obat loperamid HCl menghentikan diare dengan cara menekan
kecepatan gerak peristaltik usus namun efeknya kurang efektif.

5.2 Saran

Sebaiknya pada saat praktikum, praktikan dapat lebih beranggung jawab


terhadap hewan uji yang digunakan dengan selalu memperhatikan hasil
pengujian.
DAFTAR PUSTAKA

Anas.Y., dkk. (2000). Aktivitas Antidiare Ekstrak Etanol Daun Randu (Ceiba

Baughman, C., D., Hackley, C., J., (2000). Keperawatan Medikal Bedah. EGC.
Jakarta.
Depkes RI, (1979). Farmakope Indonesia Edisi III, Depatermen Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta.
Depkes RI, (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Depatermen Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta.
Djing, G., O., (2006). Terapi Pijat. Penebar Swadaya. Jakarta.
Ganiswarna, S., (1995). Farmakologi dan Terapi Edisi IV. Bagian Farmakologi
FKUI. Jakarta.
Hidayat, Aziz Alimul. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Salemba Medika.
Surabaya

Neal, M., J., (2006). Farmakologi Medis. Erlangga. Jakarta.


petandra) Pada Mencit Jantan Galur Balb/c. Universitas Diponegoro.

Semarang.

Tapan, E., (2004). Dokter Internet. Pustaka Populer Obor. Jakarta.


Tjay, H., T., (2007). Obat-obat Penting. PT. Alex Media Komputindo. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai