FAKULTAS FARMASI 2023/2024 MODUL 2 PENGUJIAN AKTIVITAS ANTIDIARE DAN PENCAHAR 1. Tujuan 1.1 Kompetensi yang Dicapai : Mahasiswa mampu mengimplementasikan metode secara keseluruhan untuk berbagai bahan uji serta pemilihan obat menjadi usulan terapi untuk sistem pencernaan (anti diare). 1.2 Tujuan Praktikum : Melakukan dan mengetahui metode pengujian aktivitas obat anti diare pada mencit. 2. Prinsip Hewan percobaan yang diinduksi dengan oleum ricini dapat mengalami diare, kemudian dihambat oleh antidiare. 3. Pendahuluan/ dasar teori Gangguan sistem pencernaan adalah masalah yang terjadi pada saluran atau organ yang terlibat dalam pencernaan. Kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari infeksi hingga naiknya asam lambung. Gejala gangguan sistem pencernaan pun bervariasi, mulai dari yang ringan hingga yang berat. Diare adalah peningkatan frekuensi pengeluaran feses dan penurunan konsistensi faeces jika dibandingkan dengan pola usus normal seseorang. Diare sering merupakan gejala penyakit sistemik. Diare akut umumnya didefinisikan sebagai diare dengan durasi lebih pendek dari 14 hari, sedangkan diare persisten apabila durasi lebih dari 14 hari, dan disebut diare kronis apabila durasinya lebih lama dari 30 hari. Sebagian besar kasus diare akut disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau protozoa, dan pada umumnya bersifat self-limited. (Di Piro, 2017). Kelompok obat yang sering digunakan pada diare adalah : 1. kemoterapeutika untuk terapi kausal, yakni memberantas bakteri penyebab diare. Contohnya adalah antibiotika, sulfonamida, kinolon, dan furazolidon. 2. obstipansia untuk terapi simtomatis, yang dapat menghentikan diare dengan beberapa cara, yakni 7No. Dok : 02.12.00/FRM-02/AKD-SPMI a. zat-zat penekan peristaltik sehingga memberikan lebih banyak waktu untuk resorpsi air dan elektrolit oleh mukosa usus. Contohnya adalah candu dan alkaloidanya, derivat-derivat petidin (difenoksilat dan loperamida), dan antikolinergika (atropin, ekstrak belladonna). b. Adstringensia, yang menciutkan selaput lendir usus, misalnya asam samak (tanin) dan tannalbumin, garam-garam bismut, dan alumunium. c. Adsorbensia, misalnya carbo adsorbens yang pada permukaannya dapat menyerap (adsorpsi) zat-zat beracun yang dihasilkan oleh bakteri atau yang kadang-kadang berasal dari makanan (udang, ikan). Termasuk disini adalah mucilagines, zat-zat lendir yang menutupi selaput lendir usus dan lukanya dengan suatu lapisan pelindung. Contohnya adalah kaolin, pektin, dan garam-garam bismut, serta alumunium. 3. spasmolitika, yakni zat-zat dapat melepaskan kejang-kejang otot yang seringkali mengakibatkan nyeri perut pada diare, antara lain papaverin dan oksifenonium. 4. Alat dan bahan Alat :
● Alat suntik 1 mL,
● sonde oral mencit,
● stopwatch,
● timbangan mencit,
● bejana silinder,
● toples (wadah)
Bahan :
● Mencit jantan dengan bobot badan sekitar 20-25 g,
● Loperamid 2 mg (dosis manusia),
● Oleum ricini ( ml/ 20 BB mencit),
● kertas saring,
● CMC Na 0,5%(0,5 mL / 20 g BB),
● suspensi diapet 600 mg dan 1200 mg (dosis manusia).
5. Prosedur Kerja (Bagan alir)
Ditimbang bobot mencit, dikelompokkan secara acak menjadi 3 kelompok: kelompok kontrol: diberi sediaan CMC Na 0,5% (0,5 mL/ 20g BB)
Diberi peroral sediaan dan kemudian
ditempatkann dalam toples (wadah) beralaskan kertas saring yang sudah ditimbang untuk pengamatan
Diberi sediaan peroral Oleum Ricini setelah 30
menit
Diamati selang waktu 30 menit selama 2 jam
Diamati waktu muncul diare, frekuensi
konsistensi diare, dan julah/bobot feses serta jangka waktu diare