Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI SALURAN

CERNA

Anggota kelompok 3 :

Eneng Nuraeni _211FF03133

Siti alhumairoh_211FF03132

Shinta Shilkiaturrahma_211FF03124

Fily Muhamad Iksan_211FF03137

Aditta nur azriq_211FF03134

M Mipta Husurul_211FF03131

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA


FAKULTAS FARMASI
2023/2024
MODUL 2
PENGUJIAN AKTIVITAS ANTIDIARE DAN PENCAHAR
1. Tujuan
1.1 Kompetensi yang Dicapai :
Mahasiswa mampu mengimplementasikan metode secara keseluruhan untuk berbagai bahan uji serta
pemilihan obat menjadi usulan terapi untuk sistem pencernaan (anti diare).
1.2 Tujuan Praktikum :
Melakukan dan mengetahui metode pengujian aktivitas obat anti diare pada mencit.
2. Prinsip
Hewan percobaan yang diinduksi dengan oleum ricini dapat mengalami diare, kemudian dihambat oleh
antidiare.
3. Pendahuluan/ dasar teori
Gangguan sistem pencernaan adalah masalah yang terjadi pada saluran atau organ yang terlibat dalam
pencernaan. Kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari infeksi hingga naiknya asam lambung.
Gejala gangguan sistem pencernaan pun bervariasi, mulai dari yang ringan hingga yang berat.
Diare adalah peningkatan frekuensi pengeluaran feses dan penurunan konsistensi faeces jika dibandingkan
dengan pola usus normal seseorang. Diare sering merupakan gejala penyakit sistemik. Diare akut umumnya
didefinisikan sebagai diare dengan durasi lebih pendek dari 14 hari, sedangkan diare persisten apabila durasi
lebih dari 14 hari, dan disebut diare kronis apabila durasinya lebih lama dari 30 hari. Sebagian besar kasus
diare akut disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau protozoa, dan pada umumnya bersifat self-limited. (Di
Piro, 2017).
Kelompok obat yang sering digunakan pada diare adalah :
1. kemoterapeutika untuk terapi kausal, yakni memberantas bakteri penyebab diare. Contohnya adalah
antibiotika, sulfonamida, kinolon, dan furazolidon.
2. obstipansia untuk terapi simtomatis, yang dapat menghentikan diare dengan beberapa cara, yakni
7No. Dok : 02.12.00/FRM-02/AKD-SPMI
a. zat-zat penekan peristaltik sehingga memberikan lebih banyak waktu untuk resorpsi air dan elektrolit
oleh mukosa usus. Contohnya adalah candu dan alkaloidanya, derivat-derivat petidin (difenoksilat dan
loperamida), dan antikolinergika (atropin, ekstrak belladonna).
b. Adstringensia, yang menciutkan selaput lendir usus, misalnya asam samak (tanin) dan tannalbumin,
garam-garam bismut, dan alumunium.
c. Adsorbensia, misalnya carbo adsorbens yang pada permukaannya dapat menyerap (adsorpsi) zat-zat
beracun yang dihasilkan oleh bakteri atau yang kadang-kadang berasal dari makanan (udang, ikan).
Termasuk disini adalah mucilagines, zat-zat lendir yang menutupi selaput lendir usus dan lukanya dengan
suatu lapisan pelindung. Contohnya adalah kaolin, pektin, dan garam-garam bismut, serta alumunium.
3. spasmolitika, yakni zat-zat dapat melepaskan kejang-kejang otot yang seringkali mengakibatkan nyeri
perut pada diare, antara lain papaverin dan oksifenonium.
4. Alat dan bahan Alat :

● Alat suntik 1 mL,

● sonde oral mencit,

● stopwatch,

● timbangan mencit,

● bejana silinder,

● toples (wadah)

Bahan :

● Mencit jantan dengan bobot badan sekitar 20-25 g,

● Loperamid 2 mg (dosis manusia),

● Oleum ricini ( ml/ 20 BB mencit),

● kertas saring,

● CMC Na 0,5%(0,5 mL / 20 g BB),

● suspensi diapet 600 mg dan 1200 mg (dosis manusia).

5. Prosedur Kerja (Bagan alir)


Ditimbang bobot mencit, dikelompokkan
secara acak menjadi 3 kelompok:
kelompok kontrol: diberi sediaan CMC Na
0,5% (0,5 mL/ 20g BB)

Diberi peroral sediaan dan kemudian


ditempatkann dalam toples (wadah) beralaskan
kertas saring yang sudah ditimbang untuk
pengamatan

Diberi sediaan peroral Oleum Ricini setelah 30


menit

Diamati selang waktu 30 menit selama 2 jam

Diamati waktu muncul diare, frekuensi


konsistensi diare, dan julah/bobot feses serta
jangka waktu diare

Dibuat hasil pengamatan dalam bentuk tabel


dan dibuat grafiknya

Anda mungkin juga menyukai