Anda di halaman 1dari 3

GASTROENTERITIS

No. Dokumen :

SOP No. Revisi :


Tanggal Terbit :

Klinik Muhammadiyah dr. Anita Puspitasari


Tanda Tangan Kepala Klinik Muhammadiyah
Sugio

1. Pengertian Gastroenteritis (GE) adalah peradangan mukosa lambung dan


usus halus yang ditandai dengan diare, yaitu buang air besar
lembek atau cair, dapat bercampur darah atau lendir, dengan
frekuensi 3 kali atau lebih dalam waktu 24 jam, dan disertai dengan
muntah, demam, rasa tidak enak di perut dan menurunnya nafsu
makan. Apabila diare > 30 hari disebut kronis.
Infeksi yang menyebabkan GE akibat Entamoeba histolytica
disebut disentri, bila disebabkan oleh Giardia lamblia disebut
giardiasis, sedangkan bila disebabkan oleh Vibrio cholera disebut
kolera.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk menangani
penyakit gastroenteritis
3. Kebijakan Keputusan Kepala Klinik Muhammadiyah Sugio Nomor
440.45/KMS/IX/2021 tentang Standar Layanan Klinis di Klinik
Muhammadiyah Sugio.
4. Referensi Buku Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer Edisi I tahun 2017
5. Prosedur 1. Anamnesis: buang air besar (BAB) lembek atau cair, dapat
bercampur darah atau lendir, dengan frekuensi 3 kali atau lebih
dalam waktu 24 jam
2. Pemeriksaan fisik: dapat ditemukan tanda dehidrasi (haus,
turgor kulit menurun, mata cekung), pernapasan cepat indikasi
adanya asidosis metabolik
3. Penegakan diagnosis: berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik
4. Tatalaksana
a. Obat antidiare, antara lain:
1) Turunan opioid: loperamide, difenoksilat atropine, tinktur
opium. Obat ini sebaiknya tidak diberikan pada pasien
dengan disentri yang disertai demam, dan
penggunaannya harus dihentikan apabila diare semakin
berat walaupun diberikan terapi.
2) Bismut subsalisilat, hati-hati pada pasien
immunocompromised, seperti HIV, karena dapat
meningkatkan risiko terjadinya bismuth encephalopathy.
3) Obat yang mengeraskan tinja: atapulgit 4x2 tablet/ hari
atau smectite 3x 1 sachet diberikan tiap BAB encer
sampai diare stop.
4) Obat anti sekretorik atau anti enkefalinase: Hidrasec 3x
1/ hari
b. Antimikroba, antara lain:
1) Golongan kuinolon yaitu ciprofloxacin 2 x 500 mg/hari
selama 5-7 hari, atau
2) Trimetroprim / Sulfamethoxazole 160 /800 2 x 1 tablet
/hari.
3) Apabila diare diduga disebabkan oleh Giardia,
metronidazole dapat digunakan dengan dosis 3x500
mg/ hari selama 7 hari.
4) Bila diketahui etiologi dari diare akut, terapi disesuaikan
dengan etiologi. Terapi probiotik dapat mempercepat
penyembuhan diare akut.
c. Apabila terjadi dehidrasi, setelah ditentukan derajat
dehidrasinya, pasien ditangani dengan langkah sebagai
berikut:
1) Menentukan jenis cairan yang akan digunakan
Pada diare akut awal yang ringan, tersedia cairan oralit
yang hipotonik dengan komposisi 29 g glukosa, 3,5 g
NaCl, 2.5 g Natrium bikarbonat dan 1.5 KCl setiap liter.
Cairan ini diberikan secara oral atau lewat selang
nasogastrik. Cairan lain adalah cairan ringer laktat dan
NaCl 0,9% yang diberikan secara intravena.
2) Menentukan jumlah cairan yang akan diberikan
b. Prinsip dalam menentukan jumlah cairan inisial yang
dibutuhkan adalah: BJ plasma dengan rumus:
c. Defisit cairan : Bj plasma – 1,025 X Berat badan X 4 ml
0,001
d. Kebutuhan cairan = Skor X 10% X kgBB X 1 liter
1) Menentukan jadwal pemberian cairan:
a. Dua jam pertama (tahap rehidrasi inisial): jumlah total
kebutuhan cairan menurut BJ plasma atau skor
Daldiyono diberikan langsung dalam 2 jam ini agar
tercapai rehidrasi optimal secepat mungkin.
b. Satu jam berikutnya/ jam ke-3 (tahap ke-2) pemberian
diberikan berdasarkan kehilangan selama 2 jam
pemberian cairan rehidrasi inisial sebelumnya. Bila
tidak ada syok atau skor daldiyono kurang dari 3 dapat
diganti cairan per oral.
c. Jam berikutnya pemberian cairan diberikan
berdasarkan kehilangan cairan melalui tinja dan
insensible water loss.

6. Unit Terkait UGD, Rawat Jalan, Rawat Inap

Anda mungkin juga menyukai