Anamnesis 2. Demam, Riwayat bepergian, konsumsi makanan iritatif,dan obat 3. Mencari faktor-faktor risiko penyebab diare 4. Gejala penyerta: sakit perut, kembung, banyak gas, gagal tumbuh. 5. Faktor Risiko (Higiene pribadi dan sanitasi lingkungan, Riwayat intoleransi laktosa, riwayat alergi obat. Infeksi HIV atau infeksi menular seksual) 1. Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, suhu tubuh, Pemeriksaan Fisik frekuensi, denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah. 2. Mencari tanda-tanda utama dehidrasi: kesadaran, rasa haus, dan turgor kulit abdomen dan tanda-tanda tambahan lainnya: ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata: cekung atau tidak, ada atau tidaknya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah. 3. Bising usus. 4. Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refill dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi. 5. Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara: obyektif yaitu dengan membandingkan berat badan sebelum dan selama diare. Subyektif dengan menggunakan skor klinis. 1. Anamnesis Kriteria Diagnosis 2. Pemeriksaan Fisik 3. Pemeriksaan penunjang Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang Diagnosis Kerja
1. Darah Lengkap Pemeriksaan 2. Elektrolit Penunjang 3. Analisa Faeces
Panduan Praktik Klinis (PPK)
No. 017/PPK/IPD/CHCRT/VI/2022 Rev. 00 : 07 Juni 2022 1 5 Pada umumnya diare akut bersifat ringan dan sembuh cepat dengan Tata Laksana sendirinya melalui rehidrasi dan obat antidiare, sehingga jarang diperlukan evaluasi lebih lanjut. Terapi dapat diberikan dengan 1. Memberikan cairan dan diet adekuat a. Pasien tidak dipuasakan dan diberikan cairan yang adekuat untuk rehidrasi. b. Hindari susu sapi karena terdapat defisiensi laktase transien. c. Hindari juga minuman yang mengandung alkohol atau kafein , karena dapat meningkatkan motilitas dan sekresi usus. d. Makanan yang dikonsumsi sebaiknya yang tidak mengandung gas, dan mudah dicerna. 2. Pasien diare yang belum dehidrasi dapat diberikan obat antidiare untuk mengurangi gejala dan antimikroba untuk terapi definitive Pemberian terapi antimikroba empirik diindikasikan pada pasien yang diduga mengalami infeksi bakteri invasif, traveller’s diarrhea, dan imunosupresi. Antimikroba: pada GE akibat infeksi diberikan antibiotik atau antiparasit, atau antijamur tergantung penyebabnya. Obat antidiare, antara lain: 1. Turunan opioid: Loperamid, Difenoksilat atropin, Tinktur opium. 2. Obat ini sebaiknya tidak diberikan pada pasien dengan disentri yang disertai demam, dan penggunaannya harus dihentikan apabila diare semakin berat walaupun diberikan terapi. 3. Bismut subsalisilat, hati-hati pada pasien immunokompromais, seperti HIV, karena dapat meningkatkan risiko terjadinya bismuth encephalopathy. 4. Obat yang mengeraskan tinja: atapulgit 4x2 tablet/ hari atau smectite 3x1 sachet diberikan tiap BAB encer sampai diare stop. 5. Obat anti sekretorik atau anti enkefalinase: Racecadotril 3x1 Antimikroba, antara lain: 1. Golongan kuinolon yaitu Siprofloksasin 2 x 500 mg/hari selama 5-7 hari, atau 2. Trimetroprim/Sulfametoksazol 160/800 2x 1 tablet/hari. 3. Apabila diare diduga disebabkan oleh Giardia, Metronidazol dapat digunakan dengan dosis 3x500 mg/ hari selama 7 hari. 4. Bila diketahui etiologi dari diare akut, terapi disesuaikan dengan etiologi. Apabila terjadi dehidrasi, setelah ditentukan derajat dehidrasinya, pasien Panduan Praktik Klinis (PPK) No. 017/PPK/IPD/CHCRT/VI/2022 Rev. 00 : 07 Juni 2022 2 5 ditangani dengan langkah sebagai berikut: 1. Menentukan jenis cairan yang akan digunakan Pada diare akut awal yang ringan, tersedia cairan oralit yang hipotonik dengan komposisi 29 gr glukosa, 3,5 gr NaCl, 2,5 gr Natrium bikarbonat dan 1,5 KCl setiap liter. Cairan ini diberikan secara oral atau lewat selang nasogastrik. Cairan lain adalah cairan ringer laktat dan NaCl 0,9% yang diberikan secara intravena. 2. Menentukan jumlah cairan yang akan diberikan Prinsip dalam menentukan jumlah cairan inisial yang dibutuhkan adalah: BJ plasma dengan rumus: Defisit cairan : BJ plasma – 1,025 X Berat badan X 4 ml 0,001 Kebutuhan cairan = Skor X 10% X kgBB X 1 liter 15 3. Menentukan jadwal pemberian cairan: a. Dua jam pertama (tahap rehidrasi inisial): jumlah total kebutuhan cairan menurut BJ plasma atau skor Daldiyono diberikan langsung dalam 2 jam ini agar tercapai rehidrasi optimal secepat mungkin. b. Satu jam berikutnya/jam ke-3 (tahap ke-2) pemberian diberikan berdasarkan kehilangan selama 2 jam pemberian cairan rehidrasi inisial sebelumnya. Bila tidak ada syok atau skor daldiyono kurang dari 3 dapat diberikan cairan per oral. c. Jam berikutnya pemberian cairan diberikan berdasarkan kehilangan cairan melalui tinja dan insensible water loss.
Penelaah Klinis KSM Penyakit Dalam
a. Membantu asupan cairan. Edukasi juga diberikan untuk mencegah
Edukasi terjadinya GE dan mencegah penularannya b. Tujuan dan tatacara tindakan medis c. Rencana perawatan, pemberian obat-obatan dan tindakan yang dilakukan Ad Vitam: dubia ad bonam / malam Prognosis Ad Sanationam: dubia ad bonam / malam Ad Fumgsionam: dubia ad bonam / malam 1. Depkes RI. 2009. Pedoman pemberantasan penyakit diare. Kepustakaan Jakarta: Ditjen
Panduan Praktik Klinis (PPK)
No. 017/PPK/IPD/CHCRT/VI/2022 Rev. 00 : 07 Juni 2022 3 5 PPM dan PL. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2009) 2. Kementrian Kesehatan RI. 2011. Panduan sosialisasi tatalaksana diare pada balita. Jakarta: Ditjen PP dan PL (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011) 3. Simadibrata, M. D. Diare akut. In: Sudoyo, A.W. Setiyohadi, B. Alwi, I. Simadibrata, M.D. Setiati, S. Eds. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 5th Ed. Vol. I. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2009: p. 548-556. 4. Makmun, D. Simadibrata, M.D. Abdullah, M. Syam, A.F. Fauzi, A. Konsensus Penatalaksanaan Diare Akut pada Dewasa di Indonesia. Jakarta: Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia. 2009. 5. Setiawan, B. Diare akut karena Infeksi. In: Sudoyo, A.W. Setiyohadi, B. Alwi, I. Simadibrata, M. Setiati, S.Eds. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 4thEd. Vol. III. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006: p. 1794-1798. 6. Sansonetti, P. Bergounioux, J. Shigellosis. In: Kasper. Braunwald. Fauci. et al. Harrison’s Principles of Internal Medicine.Vol II. 17thEd. McGraw-Hill. 2009: p. 962-964. (Braunwald, et al., 2009) Jakarta , 07 Juni 2022 Disetujui oleh, Diketahui oleh,
Panduan Praktik Klinis (PPK)
No. 017/PPK/IPD/CHCRT/VI/2022 Rev. 00 : 07 Juni 2022 4 5 dr. Dedy.G.Sudrajat, Sp.PD- dr. Dedy G. Sudrajat,Sp. PD- dr. Irwan S. Hemawan, MM KGEH KGEH Ketua KSM Obsgyn Ketua Komite Medis Direktur Ciputra Hospital CitraGarden Ciputra Hospital CitraGarden Ciputra Hospital CitraGarden City City City
Panduan Praktik Klinis (PPK)
No. 017/PPK/IPD/CHCRT/VI/2022 Rev. 00 : 07 Juni 2022 5 5