Anda di halaman 1dari 5

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

CIPUTRA HOSPITAL CITRAGARDEN CITY

TATALAKSANA DIARE AKUT DEHIDRASI RINGAN SEDANG DEWASA


Diare dengan frekuensi 3 kali atau lebih dalam waktu 24 jam.
Pengertian (Definisi)

1. Karakteristik diare (Frekuensi, Volume, konsistensi)


Anamnesis 2. Demam, Riwayat bepergian, konsumsi makanan iritatif,dan obat
3. Mencari faktor-faktor risiko penyebab diare
4. Gejala penyerta: sakit perut, kembung, banyak gas, gagal tumbuh.
5. Faktor Risiko (Higiene pribadi dan sanitasi lingkungan, Riwayat
intoleransi laktosa, riwayat alergi obat. Infeksi HIV atau infeksi
menular seksual)
1. Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, suhu tubuh,
Pemeriksaan Fisik
frekuensi, denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah.
2. Mencari tanda-tanda utama dehidrasi: kesadaran, rasa haus, dan turgor
kulit abdomen dan tanda-tanda tambahan lainnya: ubun-ubun besar
cekung atau tidak, mata: cekung atau tidak, ada atau tidaknya air mata,
bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah.
3. Bising usus.
4. Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refill dapat
menentukan derajat dehidrasi yang terjadi.
5. Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara:
obyektif yaitu dengan membandingkan berat badan sebelum dan
selama diare. Subyektif dengan menggunakan skor klinis.
1. Anamnesis
Kriteria Diagnosis
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan penunjang
Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
Diagnosis Kerja

Demam tifoid, Kriptosporidia (pada penderita HIV), Kolitis pseudomembran


Diagnosis Banding

1. Darah Lengkap
Pemeriksaan
2. Elektrolit
Penunjang
3. Analisa Faeces

Panduan Praktik Klinis (PPK)


No. 017/PPK/IPD/CHCRT/VI/2022
Rev. 00 : 07 Juni 2022
1 5
Pada umumnya diare akut bersifat ringan dan sembuh cepat dengan
Tata Laksana
sendirinya melalui rehidrasi dan obat antidiare, sehingga jarang diperlukan
evaluasi lebih lanjut.
Terapi dapat diberikan dengan
1. Memberikan cairan dan diet adekuat
a. Pasien tidak dipuasakan dan diberikan cairan yang adekuat untuk
rehidrasi.
b. Hindari susu sapi karena terdapat defisiensi laktase transien.
c. Hindari juga minuman yang mengandung alkohol atau kafein , karena
dapat meningkatkan motilitas dan sekresi usus.
d. Makanan yang dikonsumsi sebaiknya yang tidak mengandung gas,
dan mudah dicerna.
2. Pasien diare yang belum dehidrasi dapat diberikan obat antidiare untuk
mengurangi gejala dan antimikroba untuk terapi definitive
Pemberian terapi antimikroba empirik diindikasikan pada pasien yang
diduga mengalami infeksi bakteri invasif, traveller’s diarrhea, dan
imunosupresi. Antimikroba: pada GE akibat infeksi diberikan antibiotik atau
antiparasit, atau antijamur tergantung penyebabnya.
Obat antidiare, antara lain:
1. Turunan opioid: Loperamid, Difenoksilat atropin, Tinktur opium.
2. Obat ini sebaiknya tidak diberikan pada pasien dengan disentri yang
disertai demam, dan penggunaannya harus dihentikan apabila diare
semakin berat walaupun diberikan terapi.
3. Bismut subsalisilat, hati-hati pada pasien immunokompromais, seperti
HIV,
karena dapat meningkatkan risiko terjadinya bismuth encephalopathy.
4. Obat yang mengeraskan tinja: atapulgit 4x2 tablet/ hari atau smectite 3x1
sachet diberikan tiap BAB encer sampai diare stop.
5. Obat anti sekretorik atau anti enkefalinase: Racecadotril 3x1
Antimikroba, antara lain:
1. Golongan kuinolon yaitu Siprofloksasin 2 x 500 mg/hari selama 5-7 hari,
atau
2. Trimetroprim/Sulfametoksazol 160/800 2x 1 tablet/hari.
3. Apabila diare diduga disebabkan oleh Giardia, Metronidazol dapat
digunakan dengan dosis 3x500 mg/ hari selama 7 hari.
4. Bila diketahui etiologi dari diare akut, terapi disesuaikan dengan etiologi.
Apabila terjadi dehidrasi, setelah ditentukan derajat dehidrasinya, pasien
Panduan Praktik Klinis (PPK)
No. 017/PPK/IPD/CHCRT/VI/2022
Rev. 00 : 07 Juni 2022
2 5
ditangani dengan langkah sebagai berikut:
1. Menentukan jenis cairan yang akan digunakan
Pada diare akut awal yang ringan, tersedia cairan oralit yang hipotonik
dengan komposisi 29 gr glukosa, 3,5 gr NaCl, 2,5 gr Natrium bikarbonat
dan 1,5 KCl setiap liter. Cairan ini diberikan secara oral atau lewat selang
nasogastrik. Cairan lain adalah cairan ringer laktat dan NaCl 0,9% yang
diberikan secara intravena.
2. Menentukan jumlah cairan yang akan diberikan
Prinsip dalam menentukan jumlah cairan inisial yang dibutuhkan adalah:
BJ plasma dengan rumus:
Defisit cairan : BJ plasma – 1,025 X Berat badan X 4 ml
0,001
Kebutuhan cairan = Skor X 10% X kgBB X 1 liter
15
3. Menentukan jadwal pemberian cairan:
a. Dua jam pertama (tahap rehidrasi inisial): jumlah total kebutuhan
cairan menurut BJ plasma atau skor Daldiyono diberikan langsung
dalam 2 jam ini agar tercapai rehidrasi optimal secepat mungkin.
b. Satu jam berikutnya/jam ke-3 (tahap ke-2) pemberian diberikan
berdasarkan kehilangan selama 2 jam pemberian cairan rehidrasi
inisial sebelumnya. Bila tidak ada syok atau skor daldiyono kurang dari 3
dapat diberikan cairan per oral.
c. Jam berikutnya pemberian cairan diberikan berdasarkan kehilangan
cairan melalui tinja dan insensible water loss.

Penelaah Klinis KSM Penyakit Dalam

a. Membantu asupan cairan. Edukasi juga diberikan untuk mencegah


Edukasi
terjadinya GE dan mencegah penularannya
b. Tujuan dan tatacara tindakan medis
c. Rencana perawatan, pemberian obat-obatan dan tindakan yang
dilakukan
Ad Vitam: dubia ad bonam / malam
Prognosis
Ad Sanationam: dubia ad bonam / malam
Ad Fumgsionam: dubia ad bonam / malam
1. Depkes RI. 2009. Pedoman pemberantasan penyakit diare.
Kepustakaan
Jakarta: Ditjen

Panduan Praktik Klinis (PPK)


No. 017/PPK/IPD/CHCRT/VI/2022
Rev. 00 : 07 Juni 2022
3 5
PPM dan PL. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
2009)
2. Kementrian Kesehatan RI. 2011. Panduan sosialisasi
tatalaksana diare pada balita. Jakarta: Ditjen PP dan PL
(Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2011)
3. Simadibrata, M. D. Diare akut. In: Sudoyo, A.W. Setiyohadi,
B. Alwi, I.
Simadibrata, M.D. Setiati, S. Eds. Buku ajar ilmu penyakit
dalam. 5th Ed.
Vol. I. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI.
2009: p. 548-556.
4. Makmun, D. Simadibrata, M.D. Abdullah, M. Syam, A.F.
Fauzi, A.
Konsensus Penatalaksanaan Diare Akut pada Dewasa di
Indonesia.
Jakarta: Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia. 2009.
5. Setiawan, B. Diare akut karena Infeksi. In: Sudoyo, A.W.
Setiyohadi, B.
Alwi, I. Simadibrata, M. Setiati, S.Eds. Buku ajar ilmu penyakit
dalam.
4thEd. Vol. III. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam
FKUI. 2006: p. 1794-1798.
6. Sansonetti, P. Bergounioux, J. Shigellosis. In: Kasper.
Braunwald. Fauci.
et al. Harrison’s Principles of Internal Medicine.Vol II. 17thEd.
McGraw-Hill.
2009: p. 962-964. (Braunwald, et al., 2009)
Jakarta , 07 Juni 2022
Disetujui oleh, Diketahui oleh,

Panduan Praktik Klinis (PPK)


No. 017/PPK/IPD/CHCRT/VI/2022
Rev. 00 : 07 Juni 2022
4 5
dr. Dedy.G.Sudrajat, Sp.PD- dr. Dedy G. Sudrajat,Sp. PD-
dr. Irwan S. Hemawan, MM
KGEH KGEH
Ketua KSM Obsgyn Ketua Komite Medis
Direktur
Ciputra Hospital CitraGarden Ciputra Hospital CitraGarden
Ciputra Hospital CitraGarden City
City City

Panduan Praktik Klinis (PPK)


No. 017/PPK/IPD/CHCRT/VI/2022
Rev. 00 : 07 Juni 2022
5 5

Anda mungkin juga menyukai