Pengertian Peradangan mukosa lambung dan usus halus yang ditandai dengan diare dengan frekuensi 3 kali atau lebih dalam waktu 24 jam. Apabila diare > 30 hari disebut kronis. WHO (World Health Organization) mendefinisikan diare akut sebagai diare yang biasanya berlangsung selama 3 – 7 hari tetapi dapat pula berlangsung sampai 14 hari. Diare persisten adalah episode diare yang diperkirakan penyebabnya adalah infeksi dan mulainya sebagai diare akut tetapi berakhir lebih dari 14 hari, serta kondisi ini menyebabkan malnutrisi dan berisiko tinggi menyebabkan kematian Gastroenteritis lebih sering terjadi pada anak-anak karena daya tahan tubuh yang belum optimal. Tujuan Sebagai acuan petugas sebagai tatalaksana pasien diare. Wewanti 1. Penyusun tidak bertanggung jawab terhadap hasil apapun akibat penggunaan PPK. 2. Penyusun tidak menjamin akurasi informasi yang ada dalam PPK. PPK bukan merupakan hal terbaik untuk semua pasien. Kebijakan Berdasarkan keputusan Direktur Rumah Sakit Airlangga Jombang tentang kebijakan pelayanan medis. Anamnesis Keluhan :Pasien datang ke dokter karena buang air besar (BAB) lembek atau cair, dapat bercampur darah atau lendir, dengan frekuensi 3 kali atau lebih dalam waktu 24 jam. Dapat disertai rasa tidak nyaman di perut (nyeri atau kembung), mual dan muntah serta tenesmus. Setiap kali diare, BAB dapat menghasilkan volume yang besar (asal dari usus kecil) atau volume yang kecil (asal dari usus besar). Bila diare disertai demam maka diduga erat terjadi infeksi. Bila terjadinya diare didahului oleh makan atau minum dari sumber yang kurang higienenya,diare dapat disebabkan oleh infeksi. Riwayat bepergian ke daerah dengan wabah diare, riwayat intoleransi laktosa (terutama pada bayi), konsumsi makanan iritatif, minum jamu, diet cola, atau makan obat-obatan seperti laksatif, magnesium hidroklorida, magnesium sitrat, obat jantung quinidine, obat gout (kolkisin), diuretika (furosemid, tiazid), toksin (arsenik, organofosfat), insektisida, kafein, metil xantine, agen endokrin (preparat pengantian tiroid), misoprostol, mesalamin, antikolinesterase dan obat-obat diet perlu diketahui. Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: Berat badan yang menurun,peningkatan suhu tubuh, frekuensi denyut jantung meningkat dan pernapasan serta tekanan darah menurun. Mencari tanda-tanda utama dehidrasi: kesadaran, rasa haus, dan turgor kulit abdomen dan tanda-tanda tambahan lainnya: ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata: cekung atau tidak, ada atau tidaknya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah. Pernapasan yang cepat indikasi adanya asidosis metabolik. Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapa hipokalemia. Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refill dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi. Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara: obyektif yaitu dengan membandingkan berat badan sebelum dan selama diare.Subyektif dengan menggunakan kriteria. Pada anak menggunakan kriteria WHO 1995. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan darah lengkap Pemeriksaan elektrolit Kriteria Diagnostik Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis (BAB cair lebih dari 3 kali sehari) dan pemeriksaan fisik (ditemukan tanda-tanda hipovolemik dan pemeriksaan konsistensi BAB). Diagnosis Banding Demam tifoid, Kriptosporidia (pada penderita HIV), Kolitis pseudomembran. Prognosis Prognosis sangat tergantung pada kondisi pasien saat datang, ada/tidaknya komplikasi, dan pengobatannya, sehingga umumnya prognosis adalah dubia ad bonam. Bila kondisi saat datang dengan dehidrasi berat, prognosis dapat menjadi dubia ad malam. Terapi Penatalaksanaan pada Pasien Dewasa Pada umumnya diare akut bersifat ringan dan sembuh cepat dengan sendirinya melalui rehidrasi dan obat antidiare, sehingga jarang diperlukan evaluasi lebih lanjut. 1.cairan: Tanpa dehidrasi : cairan rehidrasi oralit dengan menggunakan oralit diberikan 5-10ml/kg/BB setiap diare cair Dehidrasi ringan sedang Dehidrasi berat Terapi dapat diberikan dengan Memberikan cairan dan diet adekuat Pasien tidak dipuasakan dan diberikan cairan yang adekuat untuk rehidrasi. Pasien diare yang belum dehidrasi dapat diberikan obat antidiare untuk mengurangi gejala dan antimikroba untuk terapi definitif. Pemberian terapi antimikroba empirik diindikasikan pada pasien yang diduga mengalami infeksi bakteri invasif, traveller’s diarrhea, dan imunosupresi. Antimikroba: pada diare akibat infeksi diberikan antibiotik atau antiparasit, atau anti jamur tergantung penyebabnya. Obat antidiare, antara lain: Turunan opioid: Loperamid atau Tinktur opium. Obat yang mengeraskan tinja: atapulgit 4x2 tablet/ hari atau smectite 3x1 sachet diberikan tiap BAB encer sampai diare stop. Obat antisekretorik atau anti enkefalinase: Racecadotril 3x1 Antimikroba, antara Golongan kuinolonyaitu Siprofloksasin 2 x 500 mg/hari selama 5-7 hari, atau Trimetroprim/Sulfametoksazol 160/800 2x 1 tablet/hari. Apabila diare diduga disebabkan oleh Giardia, Metronidazol dapat digunakan dengan dosis 3x500 mg/ hari selama 7 hari. Bila diketahui etiologi dari diare akut, terapi disesuaikan dengan etiologi. Apabila terjadi dehidrasi, setelah ditentukan derajat dehidrasinya, pasien ditangani dengan langkah sebagai berikut: Menentukan jenis cairan yang akan digunakan Cairan adalah cairan ringer laktat dan NaCl 0,9% yang diberikan secara intravena. Menentukan jumlah cairan yang akan diberikan Prinsip dalam menentukan jumlah cairan inisial yang dibutuhkan adalah: BJ plasma dengan rumus: Defisit cairan : BJ plasma – 1,025 X Berat badan X 4 ml 0,001 Kebutuhan cairan = Skor X 10% X kgBB X 1 liter 15 Menentukan jadwal pemberian cairan: Dua jam pertama (tahaprehidrasi inisial): jumlah total kebutuhan cairan menurut BJ plasma atau skor Daldiyono diberikan langsung dalam 2 jam ini agar tercapai rehidrasi optimal secepat mungkin. Satu jam berikutnya/jam ke-3 (tahap ke-2) pemberian diberikan berdasarkan kehilangan selama 2 jam pemberian cairan rehidrasi inisial sebelumnya. Jam berikutnya pemberian cairan diberikan berdasarkan kehilangan cairan melalui tinja dan insensible water loss. Kondisi yang memerlukan evaluasi lebih lanjut pada diare akut apabila ditemukan: Diare memburuk atau menetap setelah 7 hari, feses harus dianalisa lebih lanjut Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
Edukasi Cara memberikan cairan dan obat.
Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila : diare lebih dari 3 kali Menggunakan air bersih yang cukup Mencuci tangan Membuang tinja bayi dengan benar
Lama Perawatan 3-4 hari.
Kriteria Pemulangan Bab kurang dari 3 kali TTV dalam batas normal Intake adekuat Daftar Pustaka Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman pemberantasan penyakit diare. Jakarta: Ditjen PPM dan PL. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2009) Kementrian Kesehatan RI. 2011. Panduan sosialisasi tatalaksana diare pada balita. Jakarta: Ditjen PP dan PL (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011) Simadibrata, M. D. Diare akut. In: Sudoyo, A.W. Setiyohadi, B. Alwi, I. Simadibrata, M.D. Setiati, S. Eds. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 5th Ed. Vol. I. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2009: p. 548-556. Makmun, D. Simadibrata, M.D. Abdullah, M. Syam, A.F. Fauzi, A. Konsensus Penatalaksanaan Diare Akut pada Dewasa di Indonesia. Jakarta: Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia. 2009. Setiawan, B. Diare akut karena Infeksi. In: Sudoyo, A.W. Setiyohadi, B. Alwi, I. Simadibrata, M. Setiati, S.Eds. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 4thEd. Vol. III. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006: p. 1794- 1798. Sansonetti, P.Bergounioux,J. Shigellosis. In:Kasper. Braunwald. Fauci. et al. Harrison’sPrinciplesof Internal Medicine.VolII.17thEd. McGraw-Hill. 2009:p.962- 964. (Braunwald, et al., 2009) Reed, S.L. Amoebiasis dan Infection with Free Living Amoebas. In: Kasper. Braunwald. Fauci. et al. Harrison’s Principles of Internal Medicine.Vol I. 17thEd. McGraw-Hill. 2009: p. 1275- 1280. Unit Terkait 1. IGD 2. Instalasi Rawat Inap 3. Instalasi Laboratorium 4. Instalasi Farmasi