Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 1

MENGENAI AKTIVITAS OBAT ANTI DIARE PADA HEWAN (MENCIT)

Disusun Oleh Kelompok 1:

Ajeng Dwi Prasanti (211030490052)

Devi Handayani (211030490054)

Muhammad Diaz A (211030490046)

Nuni Tri Utami (211030490049)

Syifa Rizky Pujianti (211030490052)

Wilda Fachirah (211030490027)

STIKes WIDYA DARMA HUSADA TANGERANG

Jl. Pajajaran No.1 Pamulang Barat, kec. Pamulang, Kota Tangerang Selatan

Banten 15417
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Prinsip Percobaan
1. Pada metode proteksi terhadap diare, setelah diberikan induksi oleum ricini, dapat diamati
berubahnya konsistensi feses dan defekasinya
2. Pada metode transit intestinal, efek obat antidiare diamati dengan mengukur panjang jalur
yang dilewati antidiare norit sepanjang usus halus

1.2 Tujuan Percobaan


Untuk mengetahui adanya aktivitas obat antidiare yang bekerja menghambat diare pada
hewan percobaan yang telah diinduksi dengan Oleum Ricini.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Diare
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air
saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI
2011). Diare adalah buang air besar pada balita lebih dari 3 kali sehari disertai perubahan
konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari
satu minggu (Juffrie dan Soenarto, 2012).
Diare adalah perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba akibat kandungan air di dalam
tinja melebihi normal (10ml/kg/hari) dengan peningkatan frekuensi defekasi lebih dari 3 kali
dalam 24 jam dan berlangsung kurang dari 14 hari (Tanto dan Liwang, 2014). Berdasarkan
ketiga definisi di atas dapat disimpulkan bahwa diare adalah buang air besar dengan
bertambahnya frekuensi yang lebih dari biasanya 3 kali sehari atau lebih dengan konsistensi cair.

2.2 Patofisiologi dan Etiologi Diare


Diare dibedakan menjadi diare akut, diare kronis dan persisiten. Diare akut adalah buang air
besar pada bayi atu anak-anak melebihi 3 kali sehari, disertai dengan perubahan konsisitensi tinja
menjadi cair dengan atau tanpa lender dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu,
sedangkan diare kronis sering kali dianggap suatu kondisi yang sama namun dengan waktu yang
lebih lama yaitu diare melebihi satu minggu, sebagian besar disebabkan diare akut
berkepanjangan akibat infeksi, diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari,
merupakan diare berkelanjutan dari diare akut atau peralihan antara diare akut dan kronis
biasanya ditandai dengan penurunan berat badan dan sukar untuk naik kembali (Amabel, 2011).
Beberapa hal yang dapat menyebabkan diare antara lain:
a. Faktor Infeksi
1) Infeksi enternal: infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama
diare pada anak.Meliputi infeksi eksternal sebagai berikut :
a) Infeksi bakteri: Vibrio’ E coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia,
aeromonas, dan sebagainya.
b) Infeksi virus: Enterovirus (virus ECHO, Coxsacki, Poliomyelitis) Adeno-virus,
Rotavirus, astrovirus, dan lain-lain.
c) Infeksi parasit: cacing (Ascaris, Trichuris, Oxcyuris, Strongyloides) protozoa (Entamoeba
histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis), jamur (Candida albicans)
2) Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti: otitits media akut
(OMA), tonsillitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini
terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
b. Faktor malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa), monosakarida
(intoleransi glukosa, fruktosa,dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering
(intoleransi laktosa).
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsornsi protein
c. Faktor makanan, makanan basi,beracun, alergi, terhadap makanan.
d. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih
besar).
Sedangkan klasifikasi diare ada dua yaitu berdasarkan lamanya dan berdasarkan mekanisme
patofisiologik.
a. Berdasarkan lama diare
1) Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari
2) Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan kehilangan berat badan
atau berat badan tidak bertambah (failure to thrive) selama masa diare tersebut.
b. Berdasarkan mekanisme patofisiologik
1) Diare sekresi
Diare tipe ini disebabkan karena meningkatnya sekresi air dan elekrtolit dari usus,
menurunnya absorbs. Ciri khas pada diare ini adalah volume tinja yang banyak.
2) Diare osmotic
Diare osmotic adalah diare yang disebabkan karena meningkatnya tekanan osmotik
intralumen dari usus halus yang disebabkan oleh obatobat/zat kimia yang hiperosmotik
seperti (magnesium sulfat, Magnesium Hidroksida), mal absorbs umum dan defek lama
absorbi usus misal pada defisiensi disakarida, malabsorbsi glukosa/galaktosa.
2.3 Penggolongan Obat Diare
Kelompok obat yang digunakan pada diare adalah sebagai berikut:
a. Kemoterapeutika untuk terapi kausal, yaitu memberantas bakteri penyebab diare, seperti
antibiotika, sulfonamida, kinolon dan furazolidon.
b. Obstipansia untuk terapi sintomatis, yang dapat menghentikan diare dengan beberapa cara,
yaitu:
1) Zat-zat penekan peristaltik sehingga memberikan lebih banyak waktu untuk resorpsi air dan
elektrolit oleh mukosa usus. Candu dan alkaloidnya, derivat-derivat petidin (difenoksilat dan
loperamida) dan antikolinergika (atropin ekstrak Belladonna).
2) Adstrigensia, yang menciutkan selaput lendir usus, misalnya asam samak (tanin dan
tanalbumin), garam-garam bismuth dan aluminium.
3) Adsorbensia, menyerap zat-zat beracun (toksik) yang dihasilkan oleh bakteri, misalnya
karbon aktif, silikondioksida koloida, dan kaolin.
4) Spasmolitika, yaitu obat-obat yang dapat mengurangi kejang-kejang otot yang sering kali
mengakibatkan nyeri perut pada diare. Misalnya papaverin dan oksilasifenonium.
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
A. Hewan Percobaan
Mencit bobot 28g dan 30g
B. Alat
Sonde Oral Wadah
Spuit 1mL Beker glass
Timbangan Gelas ukur
Stopwatch Blade
Lumpang dan alu Batang pengaduk
Gunting bedah
C. Bahan
Oleum Ricini
Norit
Serbuk Tragakan
Aquadest

3.2 Prosedur Kerja

A. Prosedur Pengujian Metode Proteksi Diare

1. Bobot mencit ditimbang, didapatkan hasil 28 gram


2. Buat perhitungan untuk dosis oleum ricini, dan suspensi tragakan yang akan diberikan
Dosis oleum ricini : 20 g x 0,01ml/g = 0,28 mL
Vao sampel 28 g/100 g x 1mL = 0,28 mL
3. Membuat suspensi tragakan 1% sebanyak 100ml
4. Sesuai dengan perlakuannya, mencit akan diberikan suspensi tragakan 1% sebanyak
0,28 mL diukur menggunakan spuit 1 mL, kemudian diberikan pada mencit
menggunakan sonde. Catat waktu pemberian.
5. Setelah 5 menit pemberian suspensi tragakan 1%, lanjut diberikan oleum ricini
sebanyak 0,28 mL menggunakan sonde. Catat waktu pemberian, dan amati dalam 30
menit. Amati defekasi, lama waktu diare dan konsistensi feses.
B. Prosedur Pengujian Metode Transit Intestinal
1. Bobot mencit ditimbang, didapatkan hasil 30 gram
2. Buat perhitungan untuk dosis oleum ricini dan suspensi norit yang akan diberikan
Dosis oleum ricini 30 g x 0,01ml/g = 0,3 mL
Dosis norit 30 g x 0,2 mL/30 g = 0,2 mL
Vao sampel 28 g/100 g x 1mL = 0,3 mL
3. Membuat suspensi norit 5% sebanyak 25ml
Perhitungan bahan:
Diketahui dalam 1 tab norit mengandung karbon aktif 125mg, maka
Dosis manusia 125mg x 0,0026 = 0,325mg
Dosis hewan 30g/ 20g x 0,325mg = 0,4875mg
Bahan yang ditimbang 25mL/ 0,3mL x 0,4875mg = 40,625mg serbuk norit yang akan
ditimbang, kemudian larutkan dengan suspensi tragakan ad 25mL
4. Sesuai dengan perlakuannya, mencit akan diberikan Oleum Ricini sebnyak 0,3mL
diukur menggunakan spuit 1 mL, kemudian diberikan pada mencit menggunakan
sonde. Catat waktu pemberian. Amati defekasi, dan konsistensi feses
5. Setelah 5 menit pemberian Oleum Ricini, lanjut diberikan Norit menggunakan sonde.
Catat waktu pemberian, dan amati dalam 30 menit. Amati lama waktu diare dan
konsistensi feses.
6. Setelah 30 menit, mencit dikorbankan. Dengan melakukan pembedahan
menggunakan gunting bedah pada abdomen dan torax. Dipotong usus mencit dimulai
dari pilorus sampai rektum dan bentangkan dimeja secara perlahan.
7. Diukur panjang usus yang dilintasi oleh norit.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

Mencit 28g Mencit 30g


(proteksi diare) (transit intestinal)
Jumlah Defekasi 5 2

Bobot Feses (mg) 18 7


Onset Diare (menit) 5 2

Durasi Diare (menit) 15 8


Konsistensi Feses Setelah pemberian Setelah pemberian
oleum ricini: sedikit suspensi norit:
lunak gumpalan

Mencit 28g
(proteksi diare)
Pemberian oleum ricini menit ke- 20.16

Onset Diare (menit ke-) 20.21

Frekuensi diare Feses ke-2 20.23


Feses ke-3 20.26
Feses ke-4 20.30
Feses ke-5 20. 36

Mencit 30g
(transit intestinal)
Pemberian oleum 20.24
ricini menit ke-
Onset Diare (menit ke-) 20.26
Pemberian suspensi norit menit 20.29
ke-
Diare setelah pemberian norit 20.37
Jumlah defekasi, onset diare (waktu pertama kali diare), dan durasi diare digunakan
sebagai parameter pengujian agar mampu melihat kemampuan sediaan uji sebagai antidiare.
Onset diare (waktu terjadinya diare) dihitung setelah pemberian Oleum Ricini per oral hingga
mencit mengeluarkan feses dalam konsistensi cair untuk pertama kalinya (mencit menderita
diare). Konsistensi feses digunakan sebagai parameter semi kuntitatif untuk melihat konsistensi
feses hewan uji mencit setelah diinduksi dengan Oleum Ricini dan untuk melihat sejauh mana
kemampuan obat antidiare dalam mempertahankan konsistensi feses hewan uji mencit.

Tampak bahwa terjadi peningkatan onset diare setelah pemberian norit sebagai antidiare.
Obat dikatakan bertindak sebagai antidiare apabila dapat meningkatkan onset diare. Frekuensi
diare mencit pada juga mengalami penurunan setelah pemberian antidiare. Durasi diare dihitung
dari waktu mencit pertama kali mengeluarkan feses dengan konsistensi cair sampai mencit
mengeluarkan feses dengan konsistensi normal. Dapat dilihat pada hasil dalam tabel, bahwa
mencit yang telah mengalami diare dan kemudian diberikan suspensi norit, konsistensi feses
yang keluar berupa gumpalan atau tidak lunak. Maka dapat disimpulkan pada parameter durasi
diare dan konsistensi feses, norit sebagai antidiare dapat bertindak sesuai dengan fungsinya. Obat
antidiare adalah obat yang dapat menurunkan bobot feses cair. Dari hasil pengamatan, dapat
disimpulkan bahwa norit memberikan efek penurunan bobot feses, dan dapat bertindak sebagai
antidiare.

Antidiare suspensi norit yang telah diberikan pada hewan uji, kami lakukan pembedahan
pada 30menit setelah pemberian. Pembedahan yang dilakukan pada abdomen hewan uji,
dikeluarkan usus halusnya dan diukur panjang lintasan yang dilalui, didapatkan hasil pengukuran
sepanjang 44cm.
BAB 5

KESIMPULAN

Obat atau sampel uji pada penelitian ini dapat bertindak sebagai antidiare, apabila terjadi
penurunan bobot feses cair, frekuensi diare, persentase konsistensi feses cair, durasi diare, dan
meningkatkan onset diare. Dari hasil yang diperoleh melalui pengamatan parameter bobot feses,
frekuensi diare, konsistensi feses yang cair, onset (waktu timbulnya diare) dan durasi (lamanya
diare berlangsung), maka dosis norit yang diberikan merupakan dosis efektif untuk antidiare
pada mencit. Karena pada pemberian suspensi norit ini terjadi penurunan bobot feses cair,
frekuensi diare, persentase konsistensi feses cair, durasi diare, dan meningkatkan onset diare.
LAMPIRAN

PEMBERIAN SEDIAAN UJI PADA MENCIT

Pemberian tragakant Pemberian ol ricini

Pemberian
norit
PENGAMATAN KONSISTENSI FESES DAN DEFEKASI PADA MENCIT

Mencit
transit intertinal Mencit proteksi diare
PEMBEDAHAN UNTUK MELIHAT PANJANG LINTASAN NORIT PADA MENCIT

Anda mungkin juga menyukai