Anda di halaman 1dari 9

Laporan Farmakologi

EFEK OBAT ANTI DIARE

Dosen Pengampu : Apt. Siti Mariam. M. Farm

Disusun Oleh :

1. Serlina Meindra C.D.B.P 19011003


2. Adelia 19011004
3. Risti Apriyani 19011021
4. Ines Kalissa Hermawan 19011022

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI DAN FARMASI BOGOR 2022


BAB I

PENDAHULUAN

I. Tujuan Percobaan
Setelah percobaan ini mahasiswa diharapkan mengetahui seauh mana
aktivitas obat anti diare dapat menghambat diare yang disebabkan oleum
ricini pada hewan percobaan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Diare adalah suatu keadaan meningkatnya berat dari fases (>200 mg/hari) yang dapat
dihubungkan dengan meningkatnya cairan, frekuensi BAB, tidak enak pada perinal, dan rasa
terdesak untuk BAB dengan atau tanpa inkontinensia fekal (Daldiyono, 1990).

Diare atau diarrhea merupakan kondisi rangsangan buang air besar yang terus menerus
disertai keluarnya feses atau tinja yang kelebihan cairan, atau memiliki kandungan air yang
berlebih dari keadaan normal. Umumnya diare menyerang balita dan anak-anak. Namun tidak
jarang orang dewasa juga bisa terjangkit diare. Jenis penyakit diare bergantung pada jenis klinik
penyakitnya (Anne, 2011).

Beberapa hal yang dapat menyebabkan diare antara lain (National Digestive Diseases
Information Clearinghouse, 2007) :

 Infeksi bakteri beberapa jenis bakteri dikonsumsi bersama dengan makanan atau
minuman, contohnya Campylobacter, Salmonella, Shigella, dan Escherichia coli (E. coli).
 Infeksi virus beberapa virus menyebabkan diare, termasuk rotavirus, Norwalk virus,
cytomegalovirus, herpes simplex virus, and virus hepatitis.
 Intoleransi makanan beberapa orang tidak mampu mencerna semua bahan makanan,
misalnya pemanis buatan dan glukosa.
Mekanisme timbulnya diare.
Berbagai mikroba seperi bakteri, parasit, virus dan kapang bisa menyebabkan diare dan
muntah. Keracunan pangan yang menyebabkan diare dan muntah, disebabkan oleh pangan dan
air yang terkontaminasi oleh mikroba. Pada tulisan ini akan dijelaskan mekanisme diare dan
muntah yang disebabkan oleh mikroba melalui pangan terkontaminasi. Secara klinis, istilah diare
digunakan untuk menjelaskan terjadinya peningkatan likuiditas tinja yang dihubungkan dengan
peningkatan berat atau volume tinja dan frekuensinya. Seseorang dikatakan diare jika secara
kuantitatif berat tinja per-24 jam lebih dari 200 gram atau lebih dari 200 ml dengan frekuensi
lebih dari tiga kali sehari (Anne, 2011).
Diare yang disebabkan oleh patogen enterik terjadi dengan beberapa mekanisme.
Beberapa patogen menstimulasi sekresi dari fluida dan elektrolit, seringkali dengan melibatkan
enterotoksin yang akan menurunkan absorpsi garam dan air dan/atau meningkatkan sekresi anion
aktif. Pada kondisi diare ini tidak terjadi gap osmotic dan diarenya tidak berhubungan dengan isi
usus sehingga tidak bisa dihentikan dengan puasa. Diare jenis ini dikenal sebagai diare sekretory.
Contoh dari diare sekretori adalah kolera dan diare yang disebabkan oleh enterotoxigenic E coli
(Anne, 2011).
Obat diare yang dapat dibeli bebas mengandung adsorben atau gabungan antara adsorben
dengan penghilang nyeri (paregorik). Adsorben mengikat bakteri dan toksin sehingga dapat
dibawa melalui usus dan dikeluarkan bersama tinja. Adsorben yang digunakan dalam sediaan
diare antara lain attapulgit aktif, karbon aktif, garam bismuth, kaolin dan pektin (Harkness,
1984).

Contoh Uraian obat Diare


1. Racecordil
Anti diare yang ideal harus bekerja cepat, tidak menyebabkan konstipasi,
mempunyai indeks terapeutik yang tinggi, tidak mempunyai efek buruk terhadap sistem
saraf pusat, dan yang tak kalah penting, tidak menyebabkan ketergantungan. Racecordil
yang pertama kali dipasarkan di Perancis pada 1993 memenuhi semua syarat ideal
tersebut. Berdasarkan uji klinis didapatkan bahwa anti diare ini memberikan hasil klinis
yang baik dan dapat ditoleransi oleh tubuh. Produk ini juga merupakan anti diare
pertama yang cara kerjanya mengembalikan keseimbangan sistem tubuh dalam mengatur
penyebaran air dan elektrolit ke usus. Selain itu, Hidrasec pun mampu menghambat
enkephalinase dengan baik. Dengan demikian, efek samping yang ditimbulkannya sangat
minimal.
2. Loperamide
Loperamide merupakan golongan opioid yang bekerja dengan cara emeperlambat
motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus. Obat
diare ini berikatan dengan reseptor opioid sehingga diduga efek konstipasinya
diakibatkan oleh ikatan loperamid dengan reseptor tersebut. Efek samping yang sering
dijumpai ialah kolik abdomen, sedangkan toleransi terhadap efek konstipasi jarang sekali
terjadi.
BAB III
ALAT, BAHAN dan CARA KERA
1. Alat
 Bejana pengamatan mencit
 Alat sutik 1 ml an sende oral untuk mencit
 Timbangan mencit
2. Bahan
 Loperamid HCl (0,06 mg/ml) dan (0,12 mg/ml)
 Oleum ricini
 Kertas saring
3. Prosedur
a. Bobot mencit ditimbang, dikelompokkan secara rawu menadi 3 kelompok yaitu
kelompok control yang hanya diberi oleum ricini, kelompok uji sediaan uji
loperamid dosis 1 dan dosis masing-masing kelompok ekor mencit
b. Satu jam sebelum percobaan dimulai mencit dipuasakan
c. Sesuai dengan perlakuan yang akan dialaminya tiap mencit diberi per oral 1 ml/20
g sediaan uji dan kemudia ditempatkan dalam bejana individual beralaskan kertas
saring untuk pengamatan
d. Satu jam setelah perlakuan pada butir 3, semua diebri peoral 0,5 ml oleum ricini
e. Respon yang terjadi pada tiap mencit diamati selang 30 menit sampai jam,
kemudia selang 1 jam sampai 6 jam setelah pemberian ol ricini
f. Parameter yang diamati yaitu waktu muncul diare frekwensi konsistensi diare dan
jumlah / bobot fese serta jangka waktu berlamngsung diare
g. Hasil-hasil pengamatan dimuat dalam table
h. Evaluasi hasil pengamatan pada ketiga kelompok hewan untuk waktu muncul
diare jangka waktu berlangsungnya diare
BAB IV
DATA PENGAMATAN
Dosis Mencit Keterangan
0,06 I Tetes normal
II Tidak ada tetes
III Tidak ada tetes
IV Tetes normal
0,12 V Tidak ada tetes
VI Tetes normal
VII Tidak ada tetes
BAB V
PEMBAHASAN
Diare merupakan keadaan buang-buang air dengan banyak cairan (mencret) dan
merupakan gejala dari penyakit-penyakit tertentu. Diare disebabkan oleh adanya rangsangan
pada saraf otonom di dinding usus sehingga dapat menimbulkan reflek yang mempercepat
peristaltic sehingga timbul diare.
Diare ditandai dengan frekuensi defekasi yang jauh melebihi frekuensi normal, serta
konsistensi feses yang encer. Penyebab diare pun bermacam-macam. Pada dasarnya diare
merupakan mekanisme alamiah tubuh untuk untuk mengeluarkan zat-zat racun yang tidak
dikehendaki dari dalam usus. Bila usus sudah bersih maka diare akan berhenti dengan
sendirinya.
Hewan percobaan yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah mencit. Selain karena
anatomi fisiologinya sama dengan anatomi fisiplogi manusia, juga karena mencit mudah
ditangani, ukuran tubuhnya kecil sehingga waktu penelitian dapat berlangsung lebih cepat.
Sebelum digunakan untuk percobaan, mencit dipuasakan selama 18jam sebelum percobaan tetapi
minum tetap diberikan. Hal tersebut dikarenakan makanan dalam usus akan berpengaruh
terhadap kecepatan peristaltic.
Prosedur pertama dilakukan adalah menimbang masing-masing mencit untuk
menentukan banyaknya dosis sediaan uji yang akan diberikan pada tiap mencit, yang
sebelumnya sudah diberi tanda pada tiap ekor mencit. Lalu mencit diberi loperamid dan ol
ricini.
BAB VI
KESIMPULAN
Pada praktikum kali ini didapat hasil yaitu:
1. Meningkatnya frekuensi defekasi, konsistensi feses akan menurun dan bobot feses yang
meningkat menunjukkan keadaan diare.
2. Pada mencit I,IV dan VI terdapat tetesan normal +
3. Pada mencit II, III, V, dan VII tidak terdapat tetesan –
DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, Ketut. 2004. Sekilas Tentang Diare.


Anne, Ahira. 2011. Penyakit Diare Akut.
Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia IV. Jakarta :

Anda mungkin juga menyukai