Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI FARMASI

PRAKTIKUM XI

KURVA PERTUMBUHAN MIKROORGANISME

Tanggal Praktikum : 29 Oktober 2021

Dosen Pengampu:

apt. M. Ikhwan Setiawan, M. Farm

Disusun Oleh:

Meidina Tria Kusherawati (19011009)

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI DAN FARMASI

BOGOR

2021
I. Dasar Teori
Kurva pertumbuhan ialah suatu informasi mengenai fase hidup suatu bakteri, fase-fase
hidup bateri pada umumnya meliputi, adaptasi, log (pertumbuhan eksponensial), stationer,
kematian. Kurva pertumbuhan digunakan untuk mengetahui kecepatan pertumbuhan sel dan
pengaruh lingkungan terhadap kecepatan pertumbuhan. Langkah awal untuk mengetahui
kurva pertumbuhan bakteri ialah dengan isolasi bakteri. Pembuatan kurva pertumbuhan
merupakan bagian yang penting dari suatu penelitian karena dapat menggambarkan
karakteristik kolonisasi bakteri. Selain itu, perhitungan waktu generasi juga diperlukan
untuk mengetahui prediksi populasi setiap mikroorganisme dalam jangka waktu yang sama
dengan keaktifannya dalam proses metabolisme. (Fardiaz, 1992).
Dinamika pertumbuhan mikroba dapat dipetakan dalam kurva pertumbuhan populasi,
yang dibuat dengan memplotkan peningkatan jumlah sel terhadap waktu inkubasi. Kurva
pertumbuhan mikroorganisme dapat digunakan untuk menggambarkan tahap-tahap dari
siklus pertumbuhannya. Kurva juga memudahkan pengukuran jumlah sel dan kecepatan
pertumbuhan dari organisme pada kondisi yang distandarkan sebagai waktu generasi yaitu,
waktu yang dibutuhkan untuk mikroba mengganda dari satu menjadi dua.
Pembentukan kurva pertumbuhan yang sempurna memerlukan waktu sekitar 24 jam
dalam kultur yang diinkubasi di shaker inkubator. Percobaan ini memerlukan modifikasi
untuk mendapatkan fase lag dan fase log saja. Metode langsung memerlukan penghitungan
sel-sel viabel menggunakan pengenceran seri dari sampel kultur uji yang diambil tiap
interval waktu 30 menit. Metode tak langsung dilakukan dengan pengukuran peningkatan
kekeruhan kultur menggunakan metode turbiditas dengan spektrofotometer.

II. Bagan Prosedur Kerja

III. Prosedur Kerja

Alat-alat : Luminal air flow, tabung reaksi, pinset, pembakar bunsen, pipet mikro,
jam atau stopwatch, erlenmeyer, pipet tetes, spektrofotometer, pipet
ukur, dan alat tulis.
Bahan-bahan : Kultur mikroba (bakteri Bacillus subtilis dan bakteri Escherichia coli),
Nutrient Broth (NB), kapas, aluminium foil, kertas label dan tissue,
aquades.
Cara Kerja :
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Dimasukkan bakteri Escherichia coli ke dalam NB (dalam erlenmeyer), ratakan dengan
digoyang-goyangkan (sampel a).
3. Dimasukkan bakteri Bacillus subtilis ke dalam NB (dalam erlenmeyer), ratakan dengan
digoyang-goyangkan (sampel b).
4. Sampel (a) dimasukkan ke dalam tabung reaksi menggunakan pipet mikro dan di cek
absorbansinya dengan menggunakan alat spektrofotometri.
5. Sampel (b) dimasukkan ke dalam tabung reaksi menggunakan pipet mikro dan di cek
absorbansinya dengan menggunakan alat spektrofotometri.
6. Pada saat spektrofotometri, caranya yaitu bersihkan dahulu tabung spektro
menggunakan aquadest steril.
7. Isikan tabung spektro dengan NB sebagai blanko.
8. Kemudian tabung spektro yang kedua diisi dengan aquadest steril sebagai blanko
sebanyak secara aseptik.
9. Sisa dari sampel (a) dan sampel (b) diimkubasi (dimasukkan ke dalam inkubator).
10. Sampel pertama diberi kode “t0” yang dilakukan pada pukul 09.00.
11. Lakukan pengulangan pada pukul 10.00 dengan diberi kode “t1”, pada pukul
11.00 “t2”, pada pukul 12.00 “t3”, pada pukul 13.00 “t4”, pada pukul 14.00 “t5”, pada
pukul 15.00 “t6”, dan pada pukul 16.00 diberi kode “t7”.

IV. Hasil Pengamatan


Tabel pengamatan Bacillus subtilis
Absorbansi
Jam Kode
Sampel Blanko NB Sampel Blanko Air

09.00 t0 0,0903 0,000 - -

10.00 t1 -0,0538 0,001 - -

11.00 t2 0,1665 0,000 0,1067 0,000

12.00 t3 0,2722 0,000 0,2052 0,001

13.00 t4 -0,3409 0,000 0,3369 0,000

14.00 t5 0,4249 0,001 0,4210 0,000

15.00 t6 0,5476 0,000 0,5242 0,000

16.00 t7 0,0211 0,000 0,6069 0,000


Tabel pengamatan Escherichia colli
Absorbansi
Jam Kode
Sampel Blanko NB Sampel Blanko Air

09.00 t0 0,0818 0,000 - -

10.00 t1 -0,0438 0,001 - -

11.00 t2 0,2201 0,000 0,1643 0,000

12.00 t3 0,3903 0,000 0,3181 0,001

13.00 t4 0,4840 0,000 0,4912 0,000

14.00 t5 0,6160 0,001 0,6033 0,000

15.00 t6 0,6528 0,000 0,6476 0,000

16.00 t7 0,6652 0,000 0,6652 0,000

V. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, kami mempelajari tentang kurva pertumbuhan bakteri.
Sebenarnya mikroba yang akan digunakan dalam praktikum kali ini adalah bakteri
Escherichia coli dan Bacillus subtilis.
Mempekerjakan mahluk hidup terutama mikroba untuk kepentingan manusia, itulah
interpretasi mudah dari bidang Bioteknologi. Mikroba dapat dijadikan reaktor atau pabrik
untuk menghasilkan suatu produk. Contoh klasik adalah Eschericia coli (E. coli) yang
digunakan untuk menghasilkan insulin suatu hormon yang mengubah glukosa menjadi
gula darah (glikogen). E.coli yang sudah ‘dititipi’ gen penghasil insulin dari sel pankreas
manusia dapat memproduksi insulin dengan cepat, massal, dan murah.
Tetapi sebelum mikroba digunakan sebagai penghasil suatu produk, harus diketahui
berbagai karakteristiknya, salah satunya adalah bagaimana pola pertumbuhannya, lazim
disebut sebagai Kurva Pertumbuhan.
Seperti layaknya makhluk hidup yang lain, mikroba juga mempunyai masa
pertumbuhan. Pertumbuhan yang dimaksud dalam hal ini adalah lebih mengacu pada
perubahan dalam hasil panen sel (pertambahan total massa sel) dan bukan perubahan
individu. Dalam hal ini juga dikenal istilah waktu generasi. Waktu generasi adalah selang
waktu yang diperlukan untuk membelah diri atau populasi menjadi dua kali lipat. Hal-hal
yang dapat mempengaruhi waktu generasi yaitu jumlah bakteri awal, jumlah bakteri akhir,
dan interval waktu. Hubungan antara jumlah sel dengan waktu pertumbuhan dapat
dinyatakan dalam kurva pertumbuhan. Ada banyak versi dalam pembagian fase
pertumbuhan mikroba. Namun, secara garis besarnya fase pertumbuhan dibagi menjadi
empat fase. Yaitu fase lag, fase log, fase stationer, dan fase kematian. Keempat fase ini
mempunyai ciri masing-masing. Fase lag biasanya disebut sebagai fase adaptasi dimana
tidak ada pertambahan populasi, tetapi sel mengalami perubahan dalam komposisi kimia
dan bertambah ukurannya. Fase log adalah Sel membelah dengan laju konstan, massa
membelah dua kali lipat, aktivitas metabolik konstan, keadaan pertumbuhan seimbang.
Fase stationer adalah fase yang kecepatan pertumbuhannya stabil. Jumlah sel yang tumbuh
dan membelah hamper seimbang dengan jumlah sel yang mati. Pada fase ini, nutrient
mulai berkurang karena fase ini merupakan fase akumulasi hasil metabolisme akhir.
Sedangkan fase kematian adalah fase yang kecepatan pertumbuhan mikroba terus
berkurang. Sehingga lebih banyak mikroba yang mati daripada mikroba yang hidup dan
akan membelah. Jumlah selnya mengalami penurunan secara eksponensial.
Apabila satu mikroorganisme diinokulasikan pada suatu medium dan memperbanyak
diri dengan laju yang konstan atau tetap, maka pada suatu waktu pertumbuhannya akan
berhenti dikarenakan asupan nutrisi pada lingkungan sudah tidak memadai lagi, sehingga
akhirnya terjadi kemerosotan jumlah sel akibat banyak sel yang sudah tidak mendapatkan
nutrisi lagi. Hingga akhirnya pada titik ekstrim menyebabkan terjadinya kematian total
mikroorganisme. Kejadian di atas apabila digambarkan dalam bentuk kurva adalah sebagai
dibawah.

Kurva Pertumbuhan Mikroorganisme

Sebenarnya mikroba mempunyai waktu generasi di setiap fase pertumbuhan.


Tetapi yang membedakan adalah kecepatan pertumbuhannya. Untuk mengetahui
waktu generasi pertumbuhan, sebaiknya kita menghitung pada fase lag dan fase log.
Karena pada kedua fase ini nutrisi mikroba masih cukup untuk digunakan tumbuh dan
membelah diri. Sedangkan pada fase-fase berikutnya nutrisinya mulai berkurang
bahkan habis. Sehingga sel-sel yang mati lebih banyak daripada sel yang akan
membelah. Yang paling utama kita menghitung pada fase logaritma karena sel anakan
mempunyai kemampuan tumbuh yang sama dengan sel induknya.
Kurva pertumbuhan bakteri menunjukkan jumlah sel dengan waktu
pertumbuhan bakteri. Untuk membuat kurva dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung adalah metode yang
memerlukan perhitungan sel-sel variable dengan menggunakan pengenceran seri dari
sampel kultur uji yang diambil tiap interval waktu 30 menit. Sedangkan metode tidak
langsung dilakukan dengan pengukuran peningkatan kekeruhan kultur bakteri
menggunakan metode turbiditas dengan menggunakan alat Spektrofotometer.
Peningkatan kekeruhan pada tiap interval waktu 60 menit dipakai sebagai indikator
terjadinya peningkatan massa sel.
Pada praktikum kali dilakukan pengamatan untuk mendapatkan kurva
pertumbuhan bakteri. Setelah data terkumpul, didapatkan nilai regresi pada sampel
bacillus subtilis sebesar 0,012x dan pada Escherichia coli sebesar 0,0331x.

Kurva Pertumbuhan Bakteri Bacillus subtilis


0,6
0,5 y = 0,012x
0,4 R² = 0,2599
0,3
Absorbansi (A)

0,2
0,1
0
-0,1 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
-0,2
-0,3
-0,4
Waktu (T)

Kurva Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli


0,8 y = 0,0331x
0,7 R² = 0,8363

0,6
0,5
Absorbansi

0,4
0,3
0,2
0,1
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
-0,1
Waktu (t)

Dari analisis perhitungan yang kami lakukan, dihasilkan gambar grafik kurva
pertumbuhan mikroba seperti yang ada pada lampiran diatas. Gambar tersebut sedikit
berbeda dengan grafik kurva yang semestinya. Ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain ketidaktelitian dalam pembacaan skala pada spektrofotometer, adanya
keterlambatan dalam waktu pemindahan suspensi sehingga tidak periodik tiap satu jam
sekali, dan bisa juga disebabkan karena terlalu dekatnya pipet cuvet dengan api bunsen
saat memindahkan suspensi dari labu kultur ke tabung cuvet sehingga beberapa
mikrobanya ada yang mati.
Aplikasi dari praktikum bab ini, antara lain untuk mengetahui fase optimum
mikroba untuk tumbuh. Sehingga bagi beberapa industri atau instansi, ini bisa menjadi
info penting kapan mikroba itu dapat dipanen dan selanjutnya dapat dimanfaatkan.
Selain itu, dengan mengetahui fase-fase pertumbuhan, kita dapat mengefisiensi media
yang digunakan untuk suatu mikroba. Sehingga jika kita melakukan riset atau penelitian,
kesalahan-kesalahan yang berhubungan dengan media dapat seminimal mungkin dan
kerja kita bisa efisien.

VI. Kesimpulan
1. Untuk mengetahui dinamika pertumbuhan mikroba, kita bisa mengetahuinya melalui
kurva pertumbuhan mikroba yang dapat menggambarkan keadaan mikroba pada tiap-
tiap fase pertumbuhan. Selain itu, kita dapat mengetahui fase optimum dari suatu
mikroba untuk tumbuh dan kita dapat menentukan media yang cocok untuk
menumbuhkan mikroba.
2. Pada kurva pertumbuhan bakteri diperoleh persamaan nilai regresi pada sampel
Bacillus subtilis sebesar 0,012x dan pada Escherichia coli sebesar 0,0331x.
3. Dari perhitungan dari OD 0,0903 dan OD 0,0211 kami memperoleh waktu generasi dari
kurva pertumbuhan bakteri Bacillus subtilis adalah 60 menit.
4. Dari perhitungan dari OD 0,0818 dan OD 0,6652 kami memperoleh waktu generasi dari
kurva pertumbuhan bakteri Escherichia coli adalah 60 menit.
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI FARMASI

PRAKTIKUM XII

AKTIVITAS HIDROLISIS ENZIM LIPASE

Tanggal Praktikum : 29 Oktober 2021

Dosen Pengampu:

apt. M. Ikhwan Setiawan, M. Farm

Disusun Oleh:

Meidina Tria Kusherawati (19011009)

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI DAN FARMASI

BOGOR

2021
I. Dasar Teori
Enzim merupakan produk yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan telah menjadi
alat praktis yang penting karena sangat diperlukan untuk menunjang berbagai proses dalam
industri pangan maupun non pangan (Darwis dan Sukara, 1990). Contoh pemanfaatan enzim
yaitu pada proses industri untuk hidrolisis lemak/minyak menjadi asam lemak dan gliserol.
Asam lemak dan gliserol merupakan produk oleokimia dasar yang sangat diperlukan oleh
industri kosmetik, plastik, cat,deterjen, dan sabun. Dewasa ini proses tersebut beroperasi
pada suhu 240 – 250 oC dan tekanan 45– 50 atm. Pada proses ini diperlukan energi yang
cukup besar untuk mempertahankan kondisi operasinya dan juga asam lemak yang
dihasilkan umumnya berwarna coklat yang akan mengakibatkan rusaknya komponen-
komponen minor yang terkandung di dalam minyak, misalnya -karoten. (Herawan dan
Nuryanto, 1996). Didasarkan pada hal-hal tersebut, maka perlu dicari alternatif proses lain
yang lebih baik.
Proses hidrolisis enzimatik dengan menggunakan enzim lipase dapat memenuhi
kriteria tersebut, karena proses ini beroperasi pada suhu yang relatif rendah antara 30 – 60
o
C dan tekanan 1.2 atmosferik, sehingga aman bagi lingkungan kerja dan tidak memerlukan
energi yang cukup besar. Di samping itu, produk yang dihasilkan mempunyai kualitas yang
relatif lebih baik dibandingkan produk sejenis yang dibuat dengan proses kimia/fisika,
karena relatif tidak terjadi kerusakan akibat pemanasan pada suhu tinggi. Dengan melihat
banyaknya kegunaan atau manfaat dari enzim lipase di atas, maka enzim lipase layak untuk
diproduksi dan memiliki peluang yang cukup besar untuk digunakan dalam proses hidrolisis
minyak nabati di Indonesia.

II. Bagan Prosedur Kerja


III. Prosedur Kerja

Alat-alat : Erlenmeyer, cawan petri, ose, pipet tetes, pipet ukur

Bahan-bahan : Minyak zaitun, PVA, Rhodamin B, Nutrient agar, Kultur mikroba


(Bakteri Escherichia coli dan Bacillus), enzim lipase.

Cara Kerja :

1. Dimasukkan 2 ml minyak zaitun, 2 ml PVA dan rhodamine B ke dalam erlenmeyer


yang telah berisi 200 ml Nutrient broth aduk hingga tercampur rata.
2. Dipindahkan campuran dari erlemeyer ke dalam 2 cawan petri.
3. Dibuat garis tengah pada tiap permukaan luar bawah cawan petri.
4. Pada tiap cawan petri, disebelah kiri dibuat garis kultur bakteri Escherichia coli atau
Bakteri Bacillus dengan ose yang telah dipanaskan.
5. Disebelah kanan dibuat garis enzim lipase dengan ose yang telah dipanaskan.
6. Diamati dengan menyinari dengan sinar UV.

IV. Hasil Pengamatan


1. Escherichia coli dan enzim lipase
Gambar Keterangan

- Terdapat zona bening.


- Tidak berpendar saat disinari sinar
UV.
- Berbau busuk. Indikasi karena
pencemaran serta inkubasi yang
kurang optimal karena inkubator yang
digunakan mengalami kerusakan.

2. Bacillus subtilis dan enzim lipase


Gambar Keterangan

- Tidak terdapat zona bening.


- Tidak berpendar saat disinari sinar
UV.
- Berbau busuk. Indikasi karena
pencemaran serta inkubasi yang
kurang optimal karena inkubator yang
digunakan mengalami kerusakan.
V. Pembahasan
Enzim lipase secara luas dapat ditemukan pada hewan, tanaman dan mikroorganisme.
Aktivitas enzim lipase dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah temperatur,
air, pelarut organik, konsentrasi enzim dan substrat. Peningkatan temperatur akan
menambah kecepatan reaksi kimia akibat peningkatan jumlah energi bagi molekul reaktan,
sehingga tumbukan antara molekul persatuan waktu lebih produktif. Temperatur yang
terlalu tinggi akan menyebabkan enzim sangat mudah terinaktifasi karena sifat enzim yang
mudah terdenaturasi. Inaktivasi enzim pada temperatur tinggi disebabkan oleh dua hal
yaitu adanya pembukaan partial struktural molekul enzim dan perubahan struktur primer
enzim karena adanya perubahan atau kerusakan molekul-molekul asamasam amino
tertentu.
Peningkatan konsentrasi enzim akan meningkatkan laju esterifikasi. Tetapi
konsentrasi enzim yang terlalu tinggi menyebabkan pemborosan karena aktivitas enzim
akan mencapai maksimum pada konsentrasi enzim tertentu. Konsentrasi substrat juga
berpengaruh terhadap aktivitas enzim. Konsentrasi substrat yang tinggi akan menghasilkan
jumlah produk yang besar sampai pada konsentrasi substrat tertentu. Kecepatan reaksi
setelah itu akan mencapai maksimum dan tidak meningkat lagi karena enzim menjadi
jenuh dengan substrat.
Dari hasil pengamatan kami yang dilakukan dengan cara penyinaran sinar UV pada
sampel pertama yaitu Escherichia coli dan enzim lipase didapatkan hasil bahwa terdapat
zona bening, pada saat diberi sinari sinar UV tidak berpendar, dan hasilnya berbau busuk.
Pada pengamatan yang kedua dilakukan penyinaran sinar UV pada sampel Bacillus subtilis
dan enzim lipase didapatkan hasil bahwa tidak terdapat zona bening, pada saat diberi sinari sinar
UV tidak berpendar, dan hasilnya berbau busuk. Indikasi dari kedua hasil tersebut karena
pencemaran serta inkubasi yang kurang optimal karena inkubator yang digunakan mengalami
kerusakan.

VI. Kesimpulan
Dari praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa pada sampel pertama yaitu
Escherichia coli dengan enzim lipase diperoleh hasil bahwa terdapat zona bening, pada
saat diberi sinari sinar UV tidak berpendar, dan hasilnya berbau busuk sedangkan pada
sampel kedua yaitu bakteri Bacillus subtilis tidak adanya zona bening.

Anda mungkin juga menyukai