Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI I

“LAKSATIVA DAN ANTIDIARE”

NAMA : NURMALAIKA AYUNI PUTRI

NIM : 1900032

KELAS : DIII-3A

HARI PRAKTIKUM : SABTU, 09 JANUARI 2021

NAMA DOSEN : apt. Novia Sinata, M.Si

NAMA ASISTEN DOSEN : 1. HANIFAH RAHADATUL AISYI

2. JIHAN FAHIRA SASMITA

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

SEKOLAH INGGU ILMU FARMASI RIAU

YAYASAN UNIVERSITAS RIAU

2020

No. hp : 082287692773

Alamat email : nurmalaikaayuni@stifar-riau.ac.id


PERCOBAAN II :

LAKSATIVA DAN ANTI DIARE

I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Memahami yang terampil melakukan teknik evaluasi obat obat laksatifa dan
anti diare.
2. Memahami mekanisme kerja obat pencahar.
3. Memahami dan mampu menganalisa efek samping/toksisitas dan obat laksatif
dan antidiare tersebut.

II. PRINSIP PERCOBAAN


Pengujian efek antidiare berdasarkan konsistensi feses, bobot feses dan frekuensi
defekasi pada pemberian obat loperamide, yang dapat memperlambat defekasi usus,
sehingga mengurangi defekasi dan memperbaiki konsentrasi feses dengan metode
pemberian induksi atau kkontrol negate dari Na-CMC terlebih dahulu dan norit.
III. TINJAUAN PUSTAKA

Laksatif adalah obat yang dapat memperlancar defekasi (buang air besar)
sedangkan antidiare adalah obat yang dapat mengurangi frekuensi defekasi. Secara
farmakologi, kedua obat ini bekerja saling berlawanan. Secara umum disatu sisi
mempercepat laju transit usus, sedangkan yang lainnya memperlambatnya. Melalui
mekanisme tersebut maka laju absorpsi disaluran cerna akan diperlambat atau
dipercepat.
Diare adalah suatu keadaan meningkatnya berat dari fases (>200 mg/hari)
yang dapat dihubungkan dengan meningkatnya cairan, frekuensi BAB, tidak enak
pada perinal, dan rasa terdesak untuk BAB dengan atau tanpa inkontinensia fekal
(Daldiyono, 1990).
Diare atau diarrhea merupakan kondisi rangsangan buang air besar yang terus
menerus disertai keluarnya feses atau tinja yang kelebihan cairan, atau memiliki
kandungan air yang berlebih dari keadaan normal. Umumnya diare menyerang balita
dan anak-anak. Namun tidak jarang orang dewasa juga bisa terjangkit diare. Jenis
penyakit diare bergantung pada jenis klinik penyakitnya (Anne, 2011).
Klinis tersebut dapat diketahui saat pertama kali mengalami sakit perut. Ada
lima jenis klinis penyakit diare, antara lain:
1. Diare akut, bercampur dengan air. Diare memiliki gejala yang datang tiba-tiba dan
berlangsung kurang dari 14 hari. Bila mengalami diare akut, penderita akan
mengalami dehidrasi dan penurunan berat badan jika tidak diberika makan dam
minum.
2. Diare kronik. Diare yang gejalanya berlangsung lebih dari 14 hari yang disebabkan
oleh virus, Bakteri dan parasit, maupun non infeksi.
3. Diare akut bercampur darah. Selain intensitas buang air besar meningkat, diare ini
dapat menyebabkan kerusakan usus halus,spesis yaitu infeksi bakteri dalam darah,
malnutrisi atau kurang gizi dan dehidrasi.
4. Diare persisten. Gejalanya berlangsung selama lebih dari 14 hari. Dengan bahaya
utama adalah kekurangan gizi. Infeksi serius tidak hanya dalam usus tetapi menyebar
hingga keluar usus.
5. Diare dengan kurang gizi berat. Diare ini lebih parah dari diare yang lainnya, karena
mengakibatkan infeksi yang sifatnya sistemik atau menyeluruh yang berat, dehidrasi,
kekurangan vitamin dan mineral. Bahkan bisa mengakibatkan gagal jantung.
Beberapa hal yang dapat menyebabkan diare antara lain (National Digestive
Diseases Information Clearinghouse, 2007) :
 infeksi bakteri
beberapa jenis bakteri dikonsumsi bersama dengan makanan atau minuman,
contohnya Campylobacter, Salmonella, Shigella, dan Escherichia coli (E. coli).
 infeksi virus
beberapa virus menyebabkan diare, termasuk rotavirus, Norwalk virus,
cytomegalovirus, herpes simplex virus, and virus hepatitis.
 intoleransi makanan
beberapa orang tidak mampu mencerna semua bahan makanan, misalnya pemanis
buatan dan laktosa.
 parasit
parasit dapat memasuki tubuh melalui makanan atau minuman dan menetap di dalam
system pencernaan. Parasit yang menyebabkan diare misalnya Giardia lamblia,
Entamoeba histolytica, and Cryptosporidium.
 reaksi atau efek samping pengobatan
antibiotik, penurun tekanan darah, obat kanker dan antasida mengandung magnesium
yang mampu memicu diare.
 gangguan intestinal
 kelainan fungsi usus besar
Pada anak anak dan orang tua diatas 65 tahun diare sangat berbahaya. Bila
penanganan terlambat dan mereka jatuh ke dalam dehidrasi berat maka bisa berakibat
fatal. Dehidrasi adalah suatu keadaan kekurangan cairan, kekurangan kalium
(hipokalemia) dan adakalanya acidosis (darah menjadi asam), yang tidak jarang
berakhir dengan shock dan kematian. Keadaan ini sangat berbahaya terutama bagi
bayi dan anak-anak kecil, karena mereka memiliki cadangan cairan intrasel yang
lebih sedikit sedangkan cairan ekstra-selnya lebih mudah lepas daripada orang
dewasa (Adnyana, 2008).
Mekanisme timbulnya diare.
Berbagai mikroba seperi bakteri, parasit, virus dan kapang bisa menyebabkan
diare dan muntah. Keracunan pangan yang menyebabkan diare dan muntah,
disebabkan oleh pangan dan air yang terkontaminasi oleh mikroba. Pada tulisan ini
akan dijelaskan mekanisme diare dan muntah yang disebabkan oleh mikroba melalui
pangan terkontaminasi. Secara klinis, istilah diare digunakan untuk menjelaskan
terjadinya peningkatan likuiditas tinja yang dihubungkan dengan peningkatan berat
atau volume tinja dan frekuensinya. Seseorang dikatakan diare jika secara kuantitatif
berat tinja per-24 jam lebih dari 200 gram atau lebih dari 200 ml dengan frekuensi
lebih dari tiga kali sehari (Putri, 2010).
Diare yang disebabkan oleh patogen enterik terjadi dengan beberapa mekanisme.
Beberapa patogen menstimulasi sekresi dari fluida dan elektrolit, seringkali dengan
melibatkan enterotoksin yang akan menurunkan absorpsi garam dan air dan/atau
meningkatkan sekresi anion aktif. Pada kondisi diare ini tidak terjadi gap osmotic
dan diarenya tidak berhubungan dengan isi usus sehingga tidak bisa dihentikan
dengan puasa. Diare jenis ini dikenal sebagai diare sekretory. Contoh dari diare
sekretori adalah kolera dan diare yang disebabkan oleh enterotoxigenic E coli (Putri,
2010).
Beberapa patogen menyebabkan diare dengan meningkatkan daya dorong pada
kontraksi otot, sehingga menurunkan waktu kontak antara permukaan absorpsi usus
dan cairan luminal. Peningkatan daya dorong ini mungkin secara langsung distimu-
lasi oleh proses patofisiologis yang diaktivasi oleh patogen, atau oleh peningkatan
tekanan luminal karena adanya akumulasi fluida. Pada umumnya, peningkatan daya
dorong tidak dianggap sebagai penyebab utama diare tetapi lebih kepada faktor
tambahan yang kadang-kadang menyertai akibat-akibat patofisiologis dari diare yang
diinduksi oleh patogen (Putri, 2010).
Pada beberapa diare karena infeksi, patogen menginduksi kerusakan mukosa dan
menyebabkan peningkatan permeabilitas mukosa. Sebaran, karakteristik dan daerah
yang terinfeksi akan bervariasi antar organisme. Kerusakan mukosa yang terjadi bisa
berupa difusi nanah oleh pseudomembran sampai dengan luka halus yang hanya bisa
dideteksi secara mikroskopik. Kerusakan mukosa atau peningkatan permeabilitas
tidak hanya menyebabkan pengeluaran cairan seperti plasma, tetapi juga
mengganggu kemampuan mukosa usus untuk melakukan proses absorbsi yang
efisien karena terjadinya difusi balik dari fluida dan elektrolit yang diserap. Diare
jenis ini dikenal sebagai diare eksudatif. Penyebabnya adalah bakteri patogen
penyebab infeksi yang bersifat invasive (Shigella, Salmonella) (Putri, 2010).
Malabsorpsi komponen nutrisi di usus halus seringkali menyertai kerusakan
mucosal yang diinduksi oleh patogen. Kegagalan pencernaan dan penyerapan
karbohidrat (CHO) akan meningkat dengan hilangnya hidrolase pada permukaan
membrane mikrovillus (misalnya lactase, sukrase-isomaltase) atau kerusakan
membran microvillus dari enterosit. Peningkatan solut didalam luminal karena
malabsorbsi CHO menyebabkan osmolalitas luminal meningkat dan terjadi difusi air
ke luminal. Diare jenis ini dikenal sebagai diare osmotik dan bisa dihambat dengan
berpuasa (Putri, 2010).
Pada dasarnya mekanisme terjadinya diare akibat kuman enteropatogen meliputi
penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau tanpa kerusakan mukosa, invasi
mukosa, dan produksi enterotoksin atau sitotoksin. Satu bakteri dapat menggunakan
satu atau lebih mekanisme tersebut untuk dapat mengatasi pertahanan mukosa usus
(Putri, 2010).
Loperamide
Loperamide merupakan golongan opioid yang bekerja dengan cara
emeperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler dan
longitudinal usus. Obat diare ini berikatan dengan reseptor opioid sehingga diduga
efek konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid dengan reseptor tersebut. Efek
samping yang sering dijumpai ialah kolik abdomen, sedangkan toleransi terhadap
efek konstipasi jarang sekali terjadi.
Laksatif atau urus-urus atau pencahar ringan adalah obat yang berkhasiat untuk
memperlancar pengeluaran isi usus. Disebut juga sebagai aperientsdan aperitive.

1. Mekanisme Kerja Laksatif

Mekanisme pencahar yang sepenuhnya masih belum jelas, namun secara umum
dapat dijelaskan sebagai berikut : 

a. Sifat hidrofilik atau osmotiknya sehingga terjadi penarikan air dengan akibat
massa, konsistensi, dan transit feses bertambah.
b. Laksatif bekerja secara langsung ataupun tidak langsung pada mukosa kolon
dalam menurunkan absorbs NaCl dan air
c. Laksatif juga dapat meningkatkan motilitas usus dengan akibat menurunnya
absorbs garam dan air yang selanjutnya mengubah waktu transit feses.

IV. ALAT DAN BAHAN


Alat :

1. Timbangan analitik
2. Alat suntik
3. Jarum oral
4. Alat bedah
5. Papan operasi
6. Penggaris
7. Jarum pentul
8. Stopwatch
9. Stoples pengamat
Bahan :
1. Na CMC 1%
2. Norit 1%

V. CARA KERJA
1. Timbang hewan, tandai, dan hitung dosis yang akan diberikan
2. Berikan norit 1% dari BB (0,25 ml) secara oral pada mencit tersebut tunggu 10
menit
3. Kemudian berikan Na CMC 1% dari BB (0,25 ml) secara oral pada mencit
tersebut, tunggu 30 menit
4. Setelah itu mencit dibunuh dan dibuka rongga perutnya melalui operasi lalu
dkeluarkan ususnya dengan hati-hati, mulai dari pylorus sampai ke katup olesekat
(bila perlu sampai pada akhir cekum)
5. Rentang usus pada papan operasi (jangan ditarik), gunakan gunting untuk
memotong jangan ikat pada usus dan jarus pentuk untuk menyematkan usus pada
papa operasi
6. Ukur panjang yang ditempuh oleh mencit (mulai dari lambung sampai ke batas
terbentuknya warna hitam diusus) dan dibandingkan panjang usus sebelumnya (%)
7. Hitung dan buat kesimpulan.

VI. HASIL PRAKTIKUM


Diketahui :
BB mencit  25g
 NaCMC 1% dari bb = 1/100 x 25g = 0,25ml
 Norit 1% = 1/100 x 25g = 0,25ml
 % jarak transit = panjang usus yang dilewati x 100%
Panjang usus sebelumnya
= 48,5 cm x 100% = 89,81%
54 cm

No Dosis Dosis mencit BB VAO Panjang Panjang %Jarak


(Untuk manusia0 (gr) (ml) usus usus transit
seluruhnya dilalui
norit.
1. Loperamide 0,0156 16 gr 0,16 ml 45 cm 28 cm 62,22%
6mg/70Kg mg/20gr
2. Loperamide 0,0182 27 gr 0,32 ml 60 cm 46 cm 76,67%
7mg/70Kg mg/20gr
3. Na CMC 1% BB 0,25 mg/20gr 25 gr 0,25 ml 54 cm 48,5 cm 89,81%
4. Bisakodil 0,078mg/20g 24 gr 0,234 ml 40 cm 27,5 cm 68,75%
30mg/70Kg r
5. Bisakodil 0,104mg/20g 18 gr 0,234 ml 32 cm 23 cm 71,875%
40mg/70Kg r

VII. PEMBAHASAN
Tujuan percobaan pada praktikum kali ini adalah mengetahui sejauh mana
aktivitas obat antidiare dan laksatif yaitu loperamid dan bisacodyl dapat menghambat
dan memperlancar defekasi dengan metode transit intestinal.
Diare merupakan keadaan buang air dengan banyak cairan (mencret) dan
merupakan gejala dari penyakit-penyakit tertentu. Diare disebabkan oleh adanya
rangsangan pada saraf otonom di dinding usus sehingga dapat menimbulkan reflek
yang mempercepat peristaltik sehingga timbul diare.
Diare ditandai dengan frekuensi defekasi yang jauh melebihi frekuensi normal,
serta konsistensi feses yang encer. Penyebab diare pun bermacam-macam. Pada
dasarnya diare merupakan mekanisme alamiah tubuh untuk mengeluarkan zat-zat
racun yang tidak dikehendaki dari dalam usus. Bila usus sudah bersih maka diare
akan berhenti dengan sendirinya.
Diare pada dasarnya tidak perlu pemberian obat, hanya apabila terjadi diare hebat
dapat digunakan obat untuk menguranginya. Obat antidiare yang banyak digunakan
diantaranya adalah Loperamid yang daya kerjanya dapat menormalisasi
keseimbangan resorpsi-sekresi dari sel-sel mukosa, yaitu memulihkan sel-sel yang
berada dalam keadaan hipersekresi pada keadaan resorpsi normal kembali. Loperamid
merupakan derivat difenoksilat (dan haloperidol, suatu neuroleptikum) dengan
khasiat obstipasi yang 2-3 kali lebih kuat tanpa khasiat pada SSP, jadi tidak
mengakibatkan ketergantungan.
Laksatif atau urus-urus atau pencahar ringan adalah obat yang berkhasiat untuk
memperlancar pengeluaran isi usus. Disebut juga sebagai aperientsdan aperitive.
Hewan percobaan yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah mencit. Selain
karena anatomi fisiologinya sama dengan anatomi fisiologi manusia, juga karena
mencit mudah ditangani, ukuran tubuhnya kecil sehingga waktu penelitian dapat
berlangsung lebih cepat. Prosedur pertama yang dilakukan adalah menimbang
masing-masing mencit untuk menentukan banyaknya dosis sediaan uji yang akan
diberikan pada tiap mencit.
Mencit yang diuji memiliki bobot 25 gram, kemudian mendapatkan hasil NaCMC
yaitu 0,25ml yang akan diberikan kepada mencit begitu juga dengan norit yang akan
diberikan kepada mencit. Kemudian ini diberikan secara oral kepada mencit tersebut.

Norit digunakan sebagai indikator untuk mengetahui kecepatan motilitas usus.


Bisakodil mampu dihidrolisis menjadi difenol di usus bagian atas. Difenol yang
diabsorbsi mengalami konjugasi di hati dan dinding usus. Metabolit akan diekskresi
melalui empedu, dan selanjutnya mengalami rehidrolisis menjadi difenol yang akan
merangsang motilitas usus besar.

Sediaan berupa tablet bersalut enteral 5 mg dan 10 mg. Sediaan supositoria 10 mg.
Dosis dewasa 10-15 mg, dosis anak 5-10 mg. Efek samping berupa kolik usus dan
perasaan terbakar pada penggunaan rektal. Efek pencahar akan terlihat setelah 6-12
jam, sedangkan pada pemberian rektal efek pencahar terlihat setelah setengah sampai
satu jam. Pada pemberian oral, bisakodil diabsorbsi kira-kira 5% dan diekskresi
bersama urin dalam bentuk glukuronid, tetapi ekskresi utama adalah di dalam tinja.

Sedangkan pada pengujian antidiare digunakan loperamide merupakan obat antidiare


golongan opioid yang mekanisme kerjanya adalah menekan kecepatan gerak
peristaltik. Secara in vitro pada binatang Loperamide menghambat motilitas /
perilstaltik usus dengan mempengaruhi langsung otot sirkular dan longitudinal
dinding usus serta mempengaruhi pergerakan air dan elektrolit di usus besar. Pada
manusia, Loperamide memperpanjang waktu transit isi saluran cerna. Loperamide
menurunkan volum feses, meningkatkan viskositas dan kepadatan feses dan
menghentikan kehilangan cairan dan elektrolit.
Pertama- tama masing-masing kelompok diberikan obat yang berbeda-beda
yaitu dari kelompok 1 sampai kelompok 5 diberikan obat, yakni masing-masingnya
kelompok 1 Loperamide 6mg/70Kg, kelompok 2 Loperamide 7mg/70Kg, kelompok 3
Na CMC 1%, Bisakodil 30mg/70Kg dan Bisakodil 40mg/70Kg. kelompok 3
merupakan kelompok yang mengerjakan control negative.
Hal yang pertama kami lakukan yaitu menimbang mencit untuk dapat
menghitung VAO-nya. Kosentrasi loperamide yang digunakan yaitu 0,078 mg/ml dan
kosentrasi Bisakodil yaitu 0,4 mg/ml.
Pada kelompok 3berat mencit yang didapatkan yaitu 25 gr. Sehingga NaCMC
yang didapatkan yaitu 0,25 ml. Obat disuntikkan secara peroral. Tetapi terlebih
dahulu dilakukan penyuntikan norit sebanyak 1 % dari berat badan mencit. Norit
digunakan pada percobaan ini sebagai indicator. Indicator disini maksudnya yaitu
untuk melihat laju transit norit jika diberikan obat. Norit disuntikkan secara peroral.
Volume norit yang disuntikkan kepada kelompok 3 yaitu 0,25 ml. setelah norit di
suntikkan diamkan mencit selama 10 menit, atur menggunakan stopwatch. Setelah itu
barulah mencit disuntikkan obat loperamide secara peroral lalu diamkan selama 30
menit agar kita dapat melihata efek kerja obat yang diberikan kepada mencit tersebut.
Setelah 30 menit berlalu, barulah dilakukan operasi pembedahan. Tujuan
operasi pembedahan ini dilakukan untuk melihat panjang usus yang dilalui norit.
Panjang usus yang diukur mulai dari pylorus sampai ke katup ilosekal (bila perlu
sampai pada akhir cekum). Kelompok 1 mendapatkan panjang usus total 45 cm dan
panjang usus yang dilalui norit 28 cm sehingga % Jarak transit yang didapatkan yaitu
62,22 %.
Pada kelompok 2 kami mendapatkan berat mencit 27 gr dan dosis obat yang
digunakan yaitu loperamide 7mg/70kg. cara peyuntikannya sama juga dengan yang
dilakukan kelompok 1 yaitu meyuntikan Norit terlebih dahulu setelah 10 menit
barulah disuntikkan loperamide secara oral juga lalu didiamkan selama 30 menit.
Volume Norit yang disuntikkan yaitu 0,27ml dan volume Loperamide yaitu 0,32 ml.
Panjang usus mencit yang didapatkan 60 cm dan panjang usus yang dilalui norit
yaitu 46 cm sehingga % jarak transit yang didapatkan yaitu 76,67%.
Sedangkan kelompok 3 atau disebut juga sebagai kelompok control negative.
Mereka menyuntikkan norit dengan sebanyak 0,25 dan Na CMC sebanyak 0,25 ml.
panjang usus mencit yang didapatkan yaitu 54 cm dan panjang usus yang dilalui norit
48,5 cm sehingga % jarak transit yang didapatkan yaitu 84,81 %.
Kelompok 1 dan 2 sama-sama menggunakan obat loperamide yaitu salah satu
obat antidiare. Hanya saja dosis obat yang digunakan yang berbeda-beda. % jarak
transit yang didapatkan oleh kelompok 2 lebih besar dibandingkan kelompok 1.
Sebagai perbandingan digunakan data dari kelompok control yang menggunakan Na
CMC. Dari hasil yang didapatkan itu sesuai dengan literature karena % jarak transit
obat antidiare lebih kecil dibandingkan % jarak transit Na CMC. Daya diare suatu
juga berhubungan dengan gerakan peristaltic diusus. Yaitu gerakan peristaltic usus
yang lambat akan menyebabkan feses lebih lambat dikeluarkan. Karena penggunaan
antidiare ini diharapkan dapat menimalkan pengeluaran feses yang terjadi diusus. Jadi
dapat disimpulkan dari hasil bahwa loperamide 6mg/70 kg bb menunjukkan daya
antidiare yang paling baik karena nilai laju transitnya paling rendah (62,22 %).
Dikatakan seperti itu karena semakin kecil % jarak transit menandakan gerakan
peristaltic usus yang lambat yang berarti antidiare tersebut berhasil dalam
mempengaruhi gerakan peristaltic tersebut. Semakin kecil angka pada % jarak transit
maka semakin bagus efek antidiare yang ditimbulkan obat tersebut.
Selanjutnya kelompok 4 menggunakan obat Bisakodil 30mg/70Kg. berat
mencit kelompok 4 ini yaitu 24 gram. Sehingga volume norit yang disuntikkan yaitu
0,24 ml dan volume Bisakodil yang disuntikkan 0,324 ml. hasil yang didapatkan yaitu
panjang usus mencit yang didapatkan yaitu 40 cm dan panjang usus yang dilalui norit
27,5cm sehingga % jarak transit yang didapatkan yaitu 68,75%.
Lalu kelompok terakhir yaitu kelompok 5 menggunakan obat Bisakodil
40mg/70Kg. berat mencit kelompok 5 ini yaitu 18 gram. Sehingga volume norit yang
disuntikkan yaitu 0,18 ml dan volume Bisakodil yang disuntikkan 0,324 ml. hasil
yang didapatkan yaitu panjang usus mencit yang didapatkan yaitu 40 cm dan panjang
usus yang dilalui norit 23 sehingga % jarak transit yang didapatkan yaitu 71,88 %.
Kelompok 4 dan 5 sama-sama menggunakan obat bisakodil yaitu salah satu
obat Laktasif. Hanya saja dosis obat yang digunakan yang berbeda-beda. % jarak
transit yang didapatkan oleh kelompok 5 lebih besar dibandingkan kelompok 4.
Sebagai perbandingan digunakan data dari kelompok control yang menggunakan Na
CMC. Dari percobaan yang dilakukan dapat dilihat dari hasil adalah % jarak transit,
yang mana jarak transit disini melambangkan gerakan peristaltic dari usus. Jadi
hubungannya yaitu, gerakan peristaltic usus yang cepat akan menyebabkan feses
lebih cepat dikeluarkan. Nah, laktasif sendiri diharapkan dapat memperlancar
keluarnys feses yang artinya diharapkan dapat mempercepat gerakan peristaltic usus.
Jadi, semakin cepat gerakan peristaltic usus maka akan semakin tinggi nilai persenan
jarak transitnya. Semakin besar angka yang ditunjukkan pada persenan jarak transit
tersebut maka semakin baiklah daya laktasif bisakodil ini. Dari hasil percobaan yang
didapat masing-masing bisakodil menunjukkan angka jarak transit yang lebih rendah
dibandingkan control Na CMC. Yaitu 68,75% dan 71,88%. Kedua hasil ini jelas
bertentangan namun perbandingan tidak dapat dilakukan terhadap hal ini dikarenakan
perbedaan bobot mencit yang digunakan.
Terdapat hasil yang tidak sesuai pada percobaan kali ini, yaitu pada obat
laktasif yang seharusnya memiliki persen jarak transit yang tinggi namun malah
memberikan hasil yang rendah dibandingkan % jarak transit Na CMC, bahkan lebih
rendah dibandingkan % jarak transtit obat antidiare. Hal ini bisa saja terjadi karena
beberapa hal seperti:
1. Pada saat pengangkatan usus terjadi penarikan yang cukup kuat sehingga usus
menjadi memanjang.
2. Pengukuran perjalanan norit pada usus itu tidak dimulai ataupun diakhiri pada
jarak yang benar. Titik mulai atau titik akhirnya yang berkemungkinan
mengandung kotoran si mencit tadi namun disalah anggapi sebagai norit dan
ikut masuk dalam pengukuran yang tentu saja mempengaruhi jumlah
pengukuran.
3. Kesiapan organ tiap mencit yang digunakan. Yaitu terlihat dari berat badan
mencit. Mencit yang memiliki berat badan yang lebih besar maka akan
memiliki volume rongga usus yang lebih besar dan sebaliknya pada berat baan
mencit yang kecil.
4. Perbedaan waktu dalam mengeluarkan usus mencit sehingga tidak menutup
kemungkinan mencit yang dibedah belakangan akan menyebabkan perjalanan
norit yang lebih jauh.

Sehingga pemberian loperamid berdasarkan literatur seharusnya dapat


menurunkan kecepatan peristaltik usus. Untuk mengetahuinya dapat dilihat dari rasio
panjang usus yang dilalui oleh tinta cina terhadap panjang usus keseluruhan. Setelah
20 menit pemberian tinta cina masing-masing mencit didislokasi dan dibedah untuk
melihat kecepatan peristaltik antara mencit kontrol dan mencit yang telah diberikan
loperamid dengan dosis yang berbeda. Karena panjang usus yang dilewati tinta cina
dapat dijadikan sebagai indikator kecepatan peristaltik usus.
Pada percobaan ini dapat dilihat bahwa semakin besar bobot tubuh mencit maka
semakin panjang juga ususnya, dan apabila usus mencit itu panjang namun bobot dari
mencit kecil kemungkinan itu dikarnakan saat kita mengeluarkan usus mencit dari
perutnya itu tertari Tarik saat meluruskannya sehingga awalnya usus tersebut tidak
panjang menjadi panjang.
Kemudian saat membeerikan norit atau NaCMC dan obat lainnya pada mencit
dengan menggunakan suntik oral, atur posisi dengan baik tegak lurus dan paskan
dengan pelepasan bahanya pada esophagus karna jika tidak pas letaknya pada
esophagus atau di saluran pernafasan otomatis pernafasan mencit terhambat dan bisa
membuat kematian pada seekor mencit, dan jangan buat mencit tersebut stress.

VIII. KESIMPULAN
 Antidiare adalah obat yang dapat mengurangi frekuensi defekasi yang bekerja
memperlambat laju absorpsi transit usus.Laktasif adalah obat yang memperlancar defekasi
yang bekerja mempercepat laju absorpsi transit usus.
 Tujuan penggunaan Laktasif dan antidiare  Semakin cepat gerakan peristaltic usus,
semakin lancer keluarnya feses kemudisn semakin lambat gerakan peristaltic usus, semakin
lama keluarnya feses.
 Nilai persen jarak transit yang rendah menunjukkan gerakan peristaltic usus yang lambat,
maka semakin bagus daya anti diare.
 Nilai persen jarak transit yang tinggi menunjukkan gerakan peristaltic usus yang cepat,
maka semakin bagus daya laktasifnya.
 Hasil yang diapatkan yaitu berat mencit 25g,kemudian VAO yang didapatkan yaitu
0,25ml,panjang usus seluruhnya 54cm dan panjang usus dilalui norit 48,5cm dan hasil dari
% jarak transitnya 89,81%
 Kesalahan hasil yang didapat bisa saja terjadi karena beberapa hal seperti:
1. Pada saat pengangkatan usus terjadi penarikan yang cukup kuat sehingga usus menjadi
memanjang.
2. Pengukuran perjalanan norit pada usus itu tidak dimulai ataupun diakhiri pada jarak yang
benar.
3. Kesiapan organ tiap mencit yang digunakan.
4. Perbedaan waktu dalam mengeluarkan usus mencit.

IX. DAFTAR PUSTAKA


Adnyana, Ketut. 2004. Sekilas Tentang Diare.
http://www.blogdokter.net/2008/10/30/sekilas-tentang-diare/. [Diakses tanggal 10
April 2011]
Anne, Ahira. 2011. Penyakit Diare Akut. http://www.anneahira.com/diare-akut.htm.
[Diakses tanggal 10 April 2011]
Daldiyono. 1990. Diare, Gastroenterologi-Hepatologi. Jakarta : Infomedika. Hal :
144.
Departemen Farmakologi dan Terapi UI, 2007. Farmakologi dan Terapi ed 5. Jakarta
: Penerbit UI Press.
Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia IV. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI.
Harkness, Richard. 1984. Interkasi Obat. Bandung : Penerbit ITB.

LAMPIRAN
PERTANYAAN
1.Apakah kelemahan dan kerugian penggunaan pencahar/laksatif.
Jawab :
Pencahar stimulant dapat menyebabkan nyeri perut, penggunaanya dalam jangka waktu
yang lama dan dapat mengakibatkan usus melemah. laksatif pembentuk massa dapat
menyebabkan perut kembung

2.Ceritakan mekanisme defekasi secara fisiologis.


Jawab :
1.Jenis gelombang peristaltic yang terlihat dalam usus halus jarang timbul pada sebagian kolon,
sebaliknya hampir semua dorongan ditimbulkan olehpergerakan lambat kearah anus oleh
kontraksi naustrae dan gerakan massa
2.pergerakan massa adalah jenis peristaltic yang termodifikasi yang ditandai timbulnya sebuah
cinci konstriksi pada titik yang teregang dikolon transuersum, kemudian dengan cepat kolon
distal sepanjang 20cm/lebih hingga ketempat konstriksi tadi akan kehilangan haustrasinya dan
berkontraksi sebagai satu unit, mendorong materi feses dalam segmen itu untuk menuruni koloni
3.konstraksi secara progresif menimbulkan tekanan yang lebih besar

3.Kemukakan metode untuk evaluasi obat-obat antidiare, ceritakan.


Jawab :
a.Metode transit intestinal
Aktivitas obat yang dapat memperlambat peristaltic usus dengan mengukur rasio normal jarak
yang ditempuh marker terhadappanjang usus sepenuhnya
b.Metode Motilitas Anorektal
Memberikan informasi mengenai sensasi rektal, visikoelastisitas, relaksasi sfingter aninternal
dan defakasi balon terisi udara berbagai ukuran dimasukkan kerektum
c.Metode uji elektromiogram
Mencatat fungsisfingter aneksternal dan defekografi dimana barium yang menebal
memperkirakan konsistensi feses yang dimasukkan rectum dan evakuasinya dimonitor dengan
fluoroskopi
4.Kemukakan saran saudara untuk mengatasi kesukaran defekasi dan jelaskan.
Jawab :
dengan minum cukup banyak dan makan makanan berserat akan membantupergerakan
feses dan membuat feses melalui usus halus dengan meningkatkan sampah pada feses dan
membuat feses menjadi lebih lunak

5.Jelaskan keuntungan dan kerugian dari masing-masing metode yang digunakan pada percobaan
ini.
Jawab :
Keuntungan metode transit intestinal adalah dapat dilakukan pengujian pada hewan
percobaan dan biaya percobaan lebih murah dari metode-metode lain.

6.Untuk apa norit digunakan pada percobaan ini? Dapatkah kira-kira norit diganti dengan yang
lain? Berikan satu contoh.
Jawab :
Norit digunakan sebagai marker merupakan senyawa yang mempunyai daya serap kuat
dan masa kerja cepat dapat menyerap bakteri, toksin, gas akan tetapi tidak spesifik sehingga
obat, nutrient dan enzim dalam saluran cerna akan diserap.

7.Jelaskan toksisitas/efek samping dari penggunaan laksatif dan antidiare.


Jawab :
-Perut kembung
-nyeri perut
-kram perut
-mual muntah
-pusing
-keluar darah bersama tinja

8.Jelaskan hubungan parameter yang diamati pada percobaan dengan antidiare atau konstipasi.
Jawab :
1.efek yang ditimbulkan
efek yang ditimbulkan saat diare terjadi bagaimana, dan saat diberikan antidiare bagaimana
2.Frekuensi/Jumlah feses
melihat setelah dibeikan antidiare apakah jumlah feses akan berkurang atau tidak.

Anda mungkin juga menyukai