NIM : 1900032
KELAS : DIII-3A
2020
No. hp : 082287692773
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Memahami yang terampil melakukan teknik evaluasi obat obat laksatifa dan
anti diare.
2. Memahami mekanisme kerja obat pencahar.
3. Memahami dan mampu menganalisa efek samping/toksisitas dan obat laksatif
dan antidiare tersebut.
Laksatif adalah obat yang dapat memperlancar defekasi (buang air besar)
sedangkan antidiare adalah obat yang dapat mengurangi frekuensi defekasi. Secara
farmakologi, kedua obat ini bekerja saling berlawanan. Secara umum disatu sisi
mempercepat laju transit usus, sedangkan yang lainnya memperlambatnya. Melalui
mekanisme tersebut maka laju absorpsi disaluran cerna akan diperlambat atau
dipercepat.
Diare adalah suatu keadaan meningkatnya berat dari fases (>200 mg/hari)
yang dapat dihubungkan dengan meningkatnya cairan, frekuensi BAB, tidak enak
pada perinal, dan rasa terdesak untuk BAB dengan atau tanpa inkontinensia fekal
(Daldiyono, 1990).
Diare atau diarrhea merupakan kondisi rangsangan buang air besar yang terus
menerus disertai keluarnya feses atau tinja yang kelebihan cairan, atau memiliki
kandungan air yang berlebih dari keadaan normal. Umumnya diare menyerang balita
dan anak-anak. Namun tidak jarang orang dewasa juga bisa terjangkit diare. Jenis
penyakit diare bergantung pada jenis klinik penyakitnya (Anne, 2011).
Klinis tersebut dapat diketahui saat pertama kali mengalami sakit perut. Ada
lima jenis klinis penyakit diare, antara lain:
1. Diare akut, bercampur dengan air. Diare memiliki gejala yang datang tiba-tiba dan
berlangsung kurang dari 14 hari. Bila mengalami diare akut, penderita akan
mengalami dehidrasi dan penurunan berat badan jika tidak diberika makan dam
minum.
2. Diare kronik. Diare yang gejalanya berlangsung lebih dari 14 hari yang disebabkan
oleh virus, Bakteri dan parasit, maupun non infeksi.
3. Diare akut bercampur darah. Selain intensitas buang air besar meningkat, diare ini
dapat menyebabkan kerusakan usus halus,spesis yaitu infeksi bakteri dalam darah,
malnutrisi atau kurang gizi dan dehidrasi.
4. Diare persisten. Gejalanya berlangsung selama lebih dari 14 hari. Dengan bahaya
utama adalah kekurangan gizi. Infeksi serius tidak hanya dalam usus tetapi menyebar
hingga keluar usus.
5. Diare dengan kurang gizi berat. Diare ini lebih parah dari diare yang lainnya, karena
mengakibatkan infeksi yang sifatnya sistemik atau menyeluruh yang berat, dehidrasi,
kekurangan vitamin dan mineral. Bahkan bisa mengakibatkan gagal jantung.
Beberapa hal yang dapat menyebabkan diare antara lain (National Digestive
Diseases Information Clearinghouse, 2007) :
infeksi bakteri
beberapa jenis bakteri dikonsumsi bersama dengan makanan atau minuman,
contohnya Campylobacter, Salmonella, Shigella, dan Escherichia coli (E. coli).
infeksi virus
beberapa virus menyebabkan diare, termasuk rotavirus, Norwalk virus,
cytomegalovirus, herpes simplex virus, and virus hepatitis.
intoleransi makanan
beberapa orang tidak mampu mencerna semua bahan makanan, misalnya pemanis
buatan dan laktosa.
parasit
parasit dapat memasuki tubuh melalui makanan atau minuman dan menetap di dalam
system pencernaan. Parasit yang menyebabkan diare misalnya Giardia lamblia,
Entamoeba histolytica, and Cryptosporidium.
reaksi atau efek samping pengobatan
antibiotik, penurun tekanan darah, obat kanker dan antasida mengandung magnesium
yang mampu memicu diare.
gangguan intestinal
kelainan fungsi usus besar
Pada anak anak dan orang tua diatas 65 tahun diare sangat berbahaya. Bila
penanganan terlambat dan mereka jatuh ke dalam dehidrasi berat maka bisa berakibat
fatal. Dehidrasi adalah suatu keadaan kekurangan cairan, kekurangan kalium
(hipokalemia) dan adakalanya acidosis (darah menjadi asam), yang tidak jarang
berakhir dengan shock dan kematian. Keadaan ini sangat berbahaya terutama bagi
bayi dan anak-anak kecil, karena mereka memiliki cadangan cairan intrasel yang
lebih sedikit sedangkan cairan ekstra-selnya lebih mudah lepas daripada orang
dewasa (Adnyana, 2008).
Mekanisme timbulnya diare.
Berbagai mikroba seperi bakteri, parasit, virus dan kapang bisa menyebabkan
diare dan muntah. Keracunan pangan yang menyebabkan diare dan muntah,
disebabkan oleh pangan dan air yang terkontaminasi oleh mikroba. Pada tulisan ini
akan dijelaskan mekanisme diare dan muntah yang disebabkan oleh mikroba melalui
pangan terkontaminasi. Secara klinis, istilah diare digunakan untuk menjelaskan
terjadinya peningkatan likuiditas tinja yang dihubungkan dengan peningkatan berat
atau volume tinja dan frekuensinya. Seseorang dikatakan diare jika secara kuantitatif
berat tinja per-24 jam lebih dari 200 gram atau lebih dari 200 ml dengan frekuensi
lebih dari tiga kali sehari (Putri, 2010).
Diare yang disebabkan oleh patogen enterik terjadi dengan beberapa mekanisme.
Beberapa patogen menstimulasi sekresi dari fluida dan elektrolit, seringkali dengan
melibatkan enterotoksin yang akan menurunkan absorpsi garam dan air dan/atau
meningkatkan sekresi anion aktif. Pada kondisi diare ini tidak terjadi gap osmotic
dan diarenya tidak berhubungan dengan isi usus sehingga tidak bisa dihentikan
dengan puasa. Diare jenis ini dikenal sebagai diare sekretory. Contoh dari diare
sekretori adalah kolera dan diare yang disebabkan oleh enterotoxigenic E coli (Putri,
2010).
Beberapa patogen menyebabkan diare dengan meningkatkan daya dorong pada
kontraksi otot, sehingga menurunkan waktu kontak antara permukaan absorpsi usus
dan cairan luminal. Peningkatan daya dorong ini mungkin secara langsung distimu-
lasi oleh proses patofisiologis yang diaktivasi oleh patogen, atau oleh peningkatan
tekanan luminal karena adanya akumulasi fluida. Pada umumnya, peningkatan daya
dorong tidak dianggap sebagai penyebab utama diare tetapi lebih kepada faktor
tambahan yang kadang-kadang menyertai akibat-akibat patofisiologis dari diare yang
diinduksi oleh patogen (Putri, 2010).
Pada beberapa diare karena infeksi, patogen menginduksi kerusakan mukosa dan
menyebabkan peningkatan permeabilitas mukosa. Sebaran, karakteristik dan daerah
yang terinfeksi akan bervariasi antar organisme. Kerusakan mukosa yang terjadi bisa
berupa difusi nanah oleh pseudomembran sampai dengan luka halus yang hanya bisa
dideteksi secara mikroskopik. Kerusakan mukosa atau peningkatan permeabilitas
tidak hanya menyebabkan pengeluaran cairan seperti plasma, tetapi juga
mengganggu kemampuan mukosa usus untuk melakukan proses absorbsi yang
efisien karena terjadinya difusi balik dari fluida dan elektrolit yang diserap. Diare
jenis ini dikenal sebagai diare eksudatif. Penyebabnya adalah bakteri patogen
penyebab infeksi yang bersifat invasive (Shigella, Salmonella) (Putri, 2010).
Malabsorpsi komponen nutrisi di usus halus seringkali menyertai kerusakan
mucosal yang diinduksi oleh patogen. Kegagalan pencernaan dan penyerapan
karbohidrat (CHO) akan meningkat dengan hilangnya hidrolase pada permukaan
membrane mikrovillus (misalnya lactase, sukrase-isomaltase) atau kerusakan
membran microvillus dari enterosit. Peningkatan solut didalam luminal karena
malabsorbsi CHO menyebabkan osmolalitas luminal meningkat dan terjadi difusi air
ke luminal. Diare jenis ini dikenal sebagai diare osmotik dan bisa dihambat dengan
berpuasa (Putri, 2010).
Pada dasarnya mekanisme terjadinya diare akibat kuman enteropatogen meliputi
penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau tanpa kerusakan mukosa, invasi
mukosa, dan produksi enterotoksin atau sitotoksin. Satu bakteri dapat menggunakan
satu atau lebih mekanisme tersebut untuk dapat mengatasi pertahanan mukosa usus
(Putri, 2010).
Loperamide
Loperamide merupakan golongan opioid yang bekerja dengan cara
emeperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler dan
longitudinal usus. Obat diare ini berikatan dengan reseptor opioid sehingga diduga
efek konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid dengan reseptor tersebut. Efek
samping yang sering dijumpai ialah kolik abdomen, sedangkan toleransi terhadap
efek konstipasi jarang sekali terjadi.
Laksatif atau urus-urus atau pencahar ringan adalah obat yang berkhasiat untuk
memperlancar pengeluaran isi usus. Disebut juga sebagai aperientsdan aperitive.
Mekanisme pencahar yang sepenuhnya masih belum jelas, namun secara umum
dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Sifat hidrofilik atau osmotiknya sehingga terjadi penarikan air dengan akibat
massa, konsistensi, dan transit feses bertambah.
b. Laksatif bekerja secara langsung ataupun tidak langsung pada mukosa kolon
dalam menurunkan absorbs NaCl dan air
c. Laksatif juga dapat meningkatkan motilitas usus dengan akibat menurunnya
absorbs garam dan air yang selanjutnya mengubah waktu transit feses.
1. Timbangan analitik
2. Alat suntik
3. Jarum oral
4. Alat bedah
5. Papan operasi
6. Penggaris
7. Jarum pentul
8. Stopwatch
9. Stoples pengamat
Bahan :
1. Na CMC 1%
2. Norit 1%
V. CARA KERJA
1. Timbang hewan, tandai, dan hitung dosis yang akan diberikan
2. Berikan norit 1% dari BB (0,25 ml) secara oral pada mencit tersebut tunggu 10
menit
3. Kemudian berikan Na CMC 1% dari BB (0,25 ml) secara oral pada mencit
tersebut, tunggu 30 menit
4. Setelah itu mencit dibunuh dan dibuka rongga perutnya melalui operasi lalu
dkeluarkan ususnya dengan hati-hati, mulai dari pylorus sampai ke katup olesekat
(bila perlu sampai pada akhir cekum)
5. Rentang usus pada papan operasi (jangan ditarik), gunakan gunting untuk
memotong jangan ikat pada usus dan jarus pentuk untuk menyematkan usus pada
papa operasi
6. Ukur panjang yang ditempuh oleh mencit (mulai dari lambung sampai ke batas
terbentuknya warna hitam diusus) dan dibandingkan panjang usus sebelumnya (%)
7. Hitung dan buat kesimpulan.
VII. PEMBAHASAN
Tujuan percobaan pada praktikum kali ini adalah mengetahui sejauh mana
aktivitas obat antidiare dan laksatif yaitu loperamid dan bisacodyl dapat menghambat
dan memperlancar defekasi dengan metode transit intestinal.
Diare merupakan keadaan buang air dengan banyak cairan (mencret) dan
merupakan gejala dari penyakit-penyakit tertentu. Diare disebabkan oleh adanya
rangsangan pada saraf otonom di dinding usus sehingga dapat menimbulkan reflek
yang mempercepat peristaltik sehingga timbul diare.
Diare ditandai dengan frekuensi defekasi yang jauh melebihi frekuensi normal,
serta konsistensi feses yang encer. Penyebab diare pun bermacam-macam. Pada
dasarnya diare merupakan mekanisme alamiah tubuh untuk mengeluarkan zat-zat
racun yang tidak dikehendaki dari dalam usus. Bila usus sudah bersih maka diare
akan berhenti dengan sendirinya.
Diare pada dasarnya tidak perlu pemberian obat, hanya apabila terjadi diare hebat
dapat digunakan obat untuk menguranginya. Obat antidiare yang banyak digunakan
diantaranya adalah Loperamid yang daya kerjanya dapat menormalisasi
keseimbangan resorpsi-sekresi dari sel-sel mukosa, yaitu memulihkan sel-sel yang
berada dalam keadaan hipersekresi pada keadaan resorpsi normal kembali. Loperamid
merupakan derivat difenoksilat (dan haloperidol, suatu neuroleptikum) dengan
khasiat obstipasi yang 2-3 kali lebih kuat tanpa khasiat pada SSP, jadi tidak
mengakibatkan ketergantungan.
Laksatif atau urus-urus atau pencahar ringan adalah obat yang berkhasiat untuk
memperlancar pengeluaran isi usus. Disebut juga sebagai aperientsdan aperitive.
Hewan percobaan yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah mencit. Selain
karena anatomi fisiologinya sama dengan anatomi fisiologi manusia, juga karena
mencit mudah ditangani, ukuran tubuhnya kecil sehingga waktu penelitian dapat
berlangsung lebih cepat. Prosedur pertama yang dilakukan adalah menimbang
masing-masing mencit untuk menentukan banyaknya dosis sediaan uji yang akan
diberikan pada tiap mencit.
Mencit yang diuji memiliki bobot 25 gram, kemudian mendapatkan hasil NaCMC
yaitu 0,25ml yang akan diberikan kepada mencit begitu juga dengan norit yang akan
diberikan kepada mencit. Kemudian ini diberikan secara oral kepada mencit tersebut.
Sediaan berupa tablet bersalut enteral 5 mg dan 10 mg. Sediaan supositoria 10 mg.
Dosis dewasa 10-15 mg, dosis anak 5-10 mg. Efek samping berupa kolik usus dan
perasaan terbakar pada penggunaan rektal. Efek pencahar akan terlihat setelah 6-12
jam, sedangkan pada pemberian rektal efek pencahar terlihat setelah setengah sampai
satu jam. Pada pemberian oral, bisakodil diabsorbsi kira-kira 5% dan diekskresi
bersama urin dalam bentuk glukuronid, tetapi ekskresi utama adalah di dalam tinja.
VIII. KESIMPULAN
Antidiare adalah obat yang dapat mengurangi frekuensi defekasi yang bekerja
memperlambat laju absorpsi transit usus.Laktasif adalah obat yang memperlancar defekasi
yang bekerja mempercepat laju absorpsi transit usus.
Tujuan penggunaan Laktasif dan antidiare Semakin cepat gerakan peristaltic usus,
semakin lancer keluarnya feses kemudisn semakin lambat gerakan peristaltic usus, semakin
lama keluarnya feses.
Nilai persen jarak transit yang rendah menunjukkan gerakan peristaltic usus yang lambat,
maka semakin bagus daya anti diare.
Nilai persen jarak transit yang tinggi menunjukkan gerakan peristaltic usus yang cepat,
maka semakin bagus daya laktasifnya.
Hasil yang diapatkan yaitu berat mencit 25g,kemudian VAO yang didapatkan yaitu
0,25ml,panjang usus seluruhnya 54cm dan panjang usus dilalui norit 48,5cm dan hasil dari
% jarak transitnya 89,81%
Kesalahan hasil yang didapat bisa saja terjadi karena beberapa hal seperti:
1. Pada saat pengangkatan usus terjadi penarikan yang cukup kuat sehingga usus menjadi
memanjang.
2. Pengukuran perjalanan norit pada usus itu tidak dimulai ataupun diakhiri pada jarak yang
benar.
3. Kesiapan organ tiap mencit yang digunakan.
4. Perbedaan waktu dalam mengeluarkan usus mencit.
LAMPIRAN
PERTANYAAN
1.Apakah kelemahan dan kerugian penggunaan pencahar/laksatif.
Jawab :
Pencahar stimulant dapat menyebabkan nyeri perut, penggunaanya dalam jangka waktu
yang lama dan dapat mengakibatkan usus melemah. laksatif pembentuk massa dapat
menyebabkan perut kembung
5.Jelaskan keuntungan dan kerugian dari masing-masing metode yang digunakan pada percobaan
ini.
Jawab :
Keuntungan metode transit intestinal adalah dapat dilakukan pengujian pada hewan
percobaan dan biaya percobaan lebih murah dari metode-metode lain.
6.Untuk apa norit digunakan pada percobaan ini? Dapatkah kira-kira norit diganti dengan yang
lain? Berikan satu contoh.
Jawab :
Norit digunakan sebagai marker merupakan senyawa yang mempunyai daya serap kuat
dan masa kerja cepat dapat menyerap bakteri, toksin, gas akan tetapi tidak spesifik sehingga
obat, nutrient dan enzim dalam saluran cerna akan diserap.
8.Jelaskan hubungan parameter yang diamati pada percobaan dengan antidiare atau konstipasi.
Jawab :
1.efek yang ditimbulkan
efek yang ditimbulkan saat diare terjadi bagaimana, dan saat diberikan antidiare bagaimana
2.Frekuensi/Jumlah feses
melihat setelah dibeikan antidiare apakah jumlah feses akan berkurang atau tidak.