Anda di halaman 1dari 12

Nilai Paraf

LAPORAN
FARMAKOLOGI

PERCOBAAN IV

PENGUJIAN AKTIVITAS ANTIDIARE

Tanggal Praktikum : Senin, 22 April 2019

Kelompok 3 Shift 1

Nama Anggota :

Ana Apriyanti Kurnia (24041116165)


Echa Fajriah (24041116173)
Fahmi Refiyana (24041116175)
Ilmiyati Rahmi (24041116184)
Ine Puji Lestari (24041116185)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS GARUT
2019
1. Pendahuluan

Diare adalah keadaan buang-buang air dengan banyak cairan (mencret) dan
merupakan gejala-gejala dari penyakit tertentu atau gangguan lainnya. Menurut tori klasik,
diare disebabkan oleh meningkatnya peristaltik usus, hingga pelintasan chymus sangat
dipercepat dan masih mengandung banyak air pada saat meninggalkan tubuh sebagai tinja.
Penyebab utama diare adalah bertumpuknya cairan di usus akibat terganggunya resorpsi air
atau dan terjadinya hipersekresi. Pada keadaan normal, proses sekresi dan reosrpsi dari air
dan elektrolit-elektrolit berlangsung pada waktu yang sama di sel-sel epitel mukosa.

Proses ini di atur oleh beberapa hormon, yaitu resorpsi oleh enkefalin, sedangkan
sekresi diatur oleh prostaglandin dan neurohormon V.I.P (Vasoactive Intestinal Peptide).
Biasanya, resorpsi melebihi sekresi, tetapi karena sesuatu sebab sekresi menjadi lebih besar
daripada resorpsi, maka terjadilah diare. Terganggunya keseimbangan antara resorpsi dan
sekresi, dengan diare sebagai gejala utama, sering kali terjadi pada gastroenteritis (radang
lambung usus) yang disebabkan oleh kuman dan toksinnya.

Berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan empat jenis gastroenteritis dan diare sebagai
berikut:

1. diare akibat virus, disebabkan antara lain oleh rotavirus dan adenovirus. Virus
melekat pada sel-sel mukosa usus, yang menjadi rusak sehingga kapasitas resorpsi
menurun dan sekresi air dan elektrolit memegang peranan. Diare yang terjadi bertahan
terus sampai beberapa hari sesudah virus lenyap dengan sendirinya.
2. diare bakterial (invasif) akibat berkurang derajat higiene masyarakat. Bakteri-bakteri
tertentu pada keadaan tertentu, misalnya bahan makanan yang terinfeksi oleh banyak
kuman, menjadi ”infvasif” dan menyerbu ke dalam mukosa. Di sini bakteri-bakteri
tersebut memperbanyak diri dan membentuk toksin-toksin yang dapat diresorpsi ke
dalam darah dan menimbulkan gejala hebat, seperti demam tinggi, nyeri kepala, dan
kejang-kejang, di damping mencret berdarah dan berlendir. Penyebab terkenal dari
jenis diare ini ialah bakteri Salmonella, shigella, campylobacter, dan jenis coli
tertentu.
3. diare parasiter, seperti protozoa Entamoeba histolytica, Giardia Llambia,
Cryptosporidium, dan Cyclospora, yang terutama terjadi di daerah (sub) tropis. Diare
akibat parasit-parasit ini biasanya mencirikan mencret cairan yang intermiten dan
bertahan lebih dari satu minggu. Gejala lainnya dapat berupa nyeri perut, demam,
anorexia, nausea, muntah-muntah, dan rasa letih umum (malaise).
4. diare akibat enteroktosin. Penyebabnya adalah kuman-kuman yang membentuk
enteroktosin, yang terpenting adalah E. Coli dan Vibrio cholerae, dan jarang Shigella,
Salmonella, Campylobacter, dan Entamoeba histolytica. Toksin melekat pada sel-sel
mukosa dan merusaknya. Diare jenis ini juga bersifat ”selflimiting”, artinya akan
sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan dalam lebih kurang 5 hari, setelah sel-sel
yang rusak diganti dengan sel-sel mukosa baru.
Kelompok obat yang sering digunakan pada diare adalah :

1. kemoterapeutika untuk terapi kausal, yakni memberantas bakteri penyebab diare.


Seperti anti biotika, sulfonamida, kinolon, dan furazolidon.
2. obstipansia untuk terapi simtomatis, yang dapat menghentikan diare dengan
beberapa cara, yakni:
a. zat-zat penekan peristaltik sehingga memberikan lebih banyak waktu untuk
resorpsi air dan elektrolit oleh mukosa usus: candu dan alkaloidanya, derivat-
derivat petidin (difenoksilat dan loperamida), dan antikolinergika (atropin,
ekstrak belladonna).
b. Adstringensia, yang menciutkan selaput lendir usus, misalnya asam samak
(tanin) dan tannalbumin, garam-garam bismut, dan alumunium.
c. Adsorbensia, misalnya carbo adsorbens yang pada permukaannya dapat
menyerap (adsorpsi) zat-zat beracun (toksin) yang dihasilkan oleh bakteri atau
yang adakalanya berasal dari makanan (udang, ikan). Termasuk disini adalah
juga mucilagines, zat-zat lendir yang menutupi selaput lendir usus dan
lukanya dengan suatu lapisan pelindung, umpamanya kaolin, pektin, (suatu
karbohidrat yang terdapat antara lain dalam buah apel) dan garam-garam
bismut, serta alumunium.
3. spasmolitika, yakni zat-zat dapat melepaskan kejang-kejang otot yang sering kali
mengakibatkan nyeri perut pada diare, antara lain papaverin dan oksifenonium.
Berdasarkan waktu kejadiannya diare dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu:

a. Diare Kronik

Diare kronik ditetapkan berdasarkan kesepakatan, yaitu diare yang


berlangsung lebih dari tiga minggu. Ketentuan ini berlaku bagi orang dewasa,
sedangkan pada bayi dan anak ditetapkan batas waktu dua minggu. Diare kronik
dibagi tiga, yaitu :

i) Diare Osmotik

Dijelaskan dengan adanya faktor malabsorpsi akibat adanya gangguan


absorpsi karbohidrat, lemak atau protein dan tersering adalah malabsorpsi
lemak.

ii) Diare sekretorik

Terdapat gangguan transfor akibat adanya perbedaan osmotik intralumen


dengan mukosa yang besar sehingga terjadi penarikan cairan dan elektrolit
kedalam lumen usus dalam jumlah besar.

iii) Diare Inflamasi

Diare dengan kerusakan dan kematian enterosit disertai peradangan. Feses


berdarah, kelompok ini paling sering ditemukan.

b. Diare Akut

Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat,
dalam beberapa jam samapai 1 minggu.

:
2. Tujuan
1. mempunyai keterampilan dalam melakukan percobaan antidiare
2. memahami pengaruh laksan terhadap saluran pencernaan dan mengetahui sejauh
mana obat antidiare dapat menghambat diare yang ditimbulkan oleh laksan.

3. Alat, Bahan, Hewan Uji

ALAT BAHAN HEWAN UJI

- Gelas kimia - Oleum Ricini - Mencit jantan


- Kertas saring (telah - Tragakan 1% atau betina
ditimbang) - Kertas Saring dengan bobot
- Sonde oral mencit antara 20 sampai
- Timbangan mencit 30 g.
- timbangan elektrik
- Stopwatch
4. Prosedur

Mencit

- dipuasakan 2 jam sebelum percobaan dimulai


-dibagi 4 kelompok (3-4 mencit)

KELOMPOK KELOMPOK 2 KELOMPOK 3 KELOMPOK 4


1
+tragakan 1% +tragakan 1% +tragakan 1%
+tragakan 1% setelah 30 mnt,
setelah 30 mnt, setelah 30 mnt,
+Oleum Ricini + Oleum Ricini + Oleum Ricini
setelah 30 mnt,
(oral) (oral) (oral)
+Air (oral)

Tiap toples diberi alas kertas saring yang telah ditimbang.

-Tiap mencit dimasukkan ke dalam toples

PENGAMATAN

- waktu timbul diare


- frekuensi defekasi
- berat feses
- konsistensi feses
- lamanya diare

-dicatat setiap selang wakto 30 mnt selama 2 jam

KONSISTENSI FESES
SIMBOL KONSISTENSI SKOR
N NORMAL 0
LN LEMBEK 1
L NORMAL 2
LC LEMBEK 3
C LEMBEK CAIR 4
CAIR

Data pengamatan dlm bentuk tabel dan dianalisis


5. Hasil Pengamatan

WAKTU
KELOMPOK LAMA DIARE
KELOMPOK TIMBUL
(MENCIT) (MENIT)
DIARE
A1 15 detik 90
(-) A2 24:50 detik 35
A3 0 0
B1 2:09 detik 93
(+) B2 1:47 detik 1
B3 36 menit 1
C1 1:48 menit 26
UJI 1 C2 13:46 detik 83
C3 1:21 menit 19
D1 1:54 menit 28
UJI 2 D2 39:06 detik 69
D3 1:11 menit 24

KELOM FREKUENSI DIARE


KELOM POK
POK (MENCI 30 60 90 120
T)
A1 1 1 1 0
(-) A2 2 2 0 0
A3 0 0 0 0
B1 5 5 3 0
(+) B2 0 0 6 3
B3 0 1 0 0
C1 0 0 1 1
UJI 1 C2 7 3 2 1
C3 0 0 4 2
D1 0 1 1 1
UJI 2 D2 0 2 2 2
D3 0 0 0 0
KELOMPOK BOBOT FESES (gram)
KELOMPOK
(MENCIT) 30 60 90 120
A1 0,01 0,16 0,07 0
(-) A2 0,08 0,13 0 0
A3 0 0 0 0
B1 0,38 0,16 0,2 0
(+) B2 0 0 0,93 0,52
B3 0 0,06 0 0
C1 0 0 0,06 0,04
UJI 1 C2 0,48 0,15 0,26 0,03
C3 0 0 0,76 0,56
D1 0 0,09 0,08 0,19
UJI 2 D2 0 0,1 0,05 0,05
D3 0 0 0,2 0

KELOMPOK KONSISTENSI FESES


KELOMPOK
(MENCIT) 30 60 90 120
A1 2 0 0
(-) A2 0 1
A3
B1 2 3 3
(+) B2 0 0 2 4
B3 0
C1 0 0
UJI 1 C2 3 4 3 2
C3 3 3
D1 3 3 4
UJI 2 D2 3 3 3
D3 0 0

6. Perhitungan
 mencit 1 : A1 => Kontrol Negatif ( tragakan 1% ) / 21 gram

 mencit 2 : B2 => Kontrol Positif ( tragakan 1% + indikator) / 22 gram

 MENCIT 1 => A1 => Kontrol Negatif ( tragakan 1% ) / 21 gram

- berat = 21 gram
21
- volume pemberian = 20 x 0,2 ml = 0,21 ml

 MENCIT 2 => B2 => Kontrol Positif ( tragakan 1% + indikator) / 22 gram


- berat = 22 gram
22
- volume pemberian = 20 x 0,2 ml = 0,22 ml
7. Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami melakukan pengujian mengenai aktivitas antidiare, dimana
pada percobaan ini menggunakan hewan mencit yang akan diinduksi oleh oleum ricini agar
mencit menjadi diare. Mekanisme terjadinya diare oleh oleum ricini ialah saat terjadi proses
hidrolisis dalam usus halus sehingga trigliserida dari asam risinoleat yang terkandung dalam
oleum ricini menjadi gliserin dan asam risinoleat oleh enzim lipase pankreas yang selanjutnya
akan menstimulasi peristaltik usus sehingga diare terjadi. Obat antidiare yang digunakan pada
percobaan ini ialah loperamid HCl. Obat ini merupakan analog meperidin dan memiliki efek
seperti opioid pada usus, mengaktifkan reseptor opioid pada usus, mengaktifkan reseptor
opioid presinaptik didalam sistem saraf enterik untuk menghambat pelepasan asetilkolin dan
menurunkan peristaltik. Obat ini memperlambat motilitas saluran cerna dengan
mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus. Obat ini berikatan dengan reseptor opioid
sehingga diduga efek konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamide dengan reseptor
tersebut. Efek samping termasuk rasa kantuk, kejang perut dan pusing. Karena obat ini dapat
menyebabkan megakolon yang toksik, maka tidak digunakan pada anak-anak atau pasien
dengan kolitis berat.

Pengujian ini dilakukan dengan membagi hewan percobaan (mencit) menjadi 4


kelompok yaitu kelompok kontrol positif, kelompok kontrol negatif, kelompok uji 1, dan
kelompok uji 2. Pada kelompok kontrol positif diberi tragakan dan oleum ricini sedangkan
pada kelompok kontrol negatif hanya diberi tragakan saja. Pada kelompok uji 1 dan
kelompok uji 2 diberi sediaan obat antidiare yaitu loperamid HCl dengan dosis yang berbeda,
diamana untuk kelompok uji 1 dosis loperamid 2 mg/70 KgBB dan untuk kelompok uji 2
dosis loperamid 4 mg/70 KgBB. Setelah hewan mencit diberi sediaan sesuai kelompok
masing-masing, memasukan mencit kedalam gelas kimia kemudian setiap 30 menit selama 2
jam diamati waktu timbulnya diare, frekuensi defekasi, berat feses, konsistensi feses, dan
lamanya diare.

Pada kelompok kontrol negatif yang hanya diberi tragakan frekuensi diare hanya sekali
sampai dua kali dengan lama waktu diare 1 jam 30 menit dan 35 menit, adapun mencit yang
tidak mengeluarkan feses sama sekali pada kelompok ini. Bobot feses yang didapat pada
kelompok kontrol uji negatif pada t=30 sebesar 0,01 g, t=60 menit sebesar 0,16, pada t=90
menit sebesar 0,07 g, pada t=120 menit tidak terjadi pengeluaran feses. Pada mencit dua t=30
menit bobot fesesnya 0,08 g, dan pada t=60 menit bobot feses yang didapat sebesar 0,13 g.
Pada kedua mencit ini konsistensi feses dikatakan normal dengan pengeluaran feses yang
masih berbentuk padat tidak cair.

Kelompok kontrol positif frekuensi diare mencit lebih tinggi dibanding dengan kelompok
kontrol negatif yaitu sebanyak 3 sampai 6 kali dengan bobot feses yang didapat pada t=30
menit 0,38 g, t=60 menit 0,16 g, dan t=90 menit 0,20 g. Bobot feses pada mencit dua, t=30
menit 0,47 g, t=60 menit 0,47 g, t=90 menit 0,93 g, dan t=120 menit 0,52 g. Pada kedua
mencit ini mengalami konsistensi feses yang lembek normal hingga cair, hal ini dipengaruhi
oleh induktor yang diinduksikan pada mencit sehingga mencit mengalami diare. Mencit 3
hanya mengeluarkan feses sekali dengan bobot feses sebesar 0,06 g pada menit ke 60 dengan
konsistensi feses yang normal.

Pada kelompok uji tidak hanya diberi oleum ricini tapi juga diberi sediaan obat antidiare
yaitu loperamid HCl, dimana fungsi dari obat loperamid ini untuk menghambat proses
peristaltik usus sehingga mengurangi frekuensi defekasi dan memperbaiki konsistensi feses
sehingga pada kelompok kontrol yang tidak diberi obat loperamid HCl lama diare lebih lama
dibanding dengan kelompok uji yang diberi loperamid HCl. Mencit satu pada kelompok uji 1
lama diare selama 26 menit dengan frekuensi diare hanya sekali pada menit ke 90 dan sekali
pada menit 120, dengan berat feses sebesar 0,06 g, dan 0,04 g dengan konsistensi yang
normal. Pada mencit kedua pada uji 1 ini lama diare cukup lama ialah 1 jam 30 menit dengan
frekuensi feses pada t=30 menit sebanyak 7 kali, t=60 menit sebanyak 3 kali, t=90 menit 2
kali dan pada t=120 menit hanya 1 kali dengan bobot fesesberbeda-beda yaitu sebesar 0,48 g,
0,15 g, 1,26 g, dan 0,03 g. Sedangkan pada mencit tiga t=90 menit frekuensi feses sebanyak 4
kali dan t=120 frekuensi feses sebanyak 2 kali. Keseluruhan pada kelompok uji 1 ini
konsistensi fesesnya lembek hingga cair. Lama diare pada kelompok uji 2 lebih singkat
dibandingkan dengan kelompok uji 1, dimana kelompok uji 2 hanya berlangsung 28 menit, 69
menit, dan 24 menit dengan frekuensi diare hanya sekali hingga dua kali bobot feses yang
didapat pada mencit satu 0,09 g, 0,08 g, dan 0,19 g, mencit 2 0,1 g,0,05 g, dan 0,05 g, dan
pada mencit tiga t=90 menit 0,20 g. Konsistensi feses pada uji ini normal, lembek cair hingga
cair. Selain lama diare yang lebih singkat dibanding kelompok uji 1 pada kelompok uji 2
didapat bobot pengeluaran feses yang lebih sedikit dan frekuensi diare yang tidak sebanyak
pada kelompok uji 1. Hal ini disebabkan karena pada kelompok uji 2 diberi obat loperamid
dengan dosis yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok uji 1, maka obat loperamid
HCl dengan dosis tinggi bekerja lebih efektif untuk menghambat proses peristaltik usus
sehingga dapat mengurangi frekuensi defekasi pada mencit.

8. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah kami lakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Percobaan antidiare dilakukan dengan menggunakan hewan percobaan mencit dengan
diberi induktor oleum ricini dan obat antidiare loperamid HCl.
2. Salah satu obat antidiare yaitu loperamid HCl terbukti dapat mempengaruhi saluran
pencernaan dengan menghambat proses peristaltik sehingga mengurangi frekuensi
defekasi dan memperbaiki konsistensi feses.
9. Pertanyaan
1. Terangkan mekanisme terjadinya diare yang disebabkan oleh oleum ricini ?

2. terangkan kemungkinan mekanisme kerja obat antidiare sehingga dapat menghambat


diare yang disebabkan oleh oleum ricini ?

JAWAB :

1. Oleum ricini dapat meyebabkan diare karena mengandung kandungan trigliserida


yang berkhasiat sebagai laksania.didalam usus,minyak ini mengalami hidrolisis dan
menghasilkan asam risonelat yang merangsang mukosa usus dengan cepat,sehingga
mempercepat gerak peristalticnya dan mengakibatkan pengeluaran isi usus dengan
cepat dan pengeluaran buang air besar berbebtuk encer,pengeluaran isi usus
dipengaruhi oleh zat-zat yang mengiritasi saluran pencernaan,seperti oleum ricini
ataupun makanan pedas.iritasi tersebut menstimulasi pleksus saraf myenterik dalam
usus sehingga gerakan peristaltic usus akan meningkat,sehingga mempercepat
pengelaran isi usus dan mengubah konsistensi feses menjadi lebih lembek bahkan cair
karena adanya hambatan pada proses absorpsi air diusus besar.

2. Mekanisme kerja dari obat antidiare tersebut dapat bersifat absorben karena menyerap
zat-zat beracun (oleum ricini)yang ada didalam usus,sedangkan obat untuk menekan
peristaltic usus (loperamid) yaitu untuk memberikan lebih banyak waktu untuk
reabsorpsi dan elektrolit oleh mukosa usus.

10. Lampiran
Daftar pustaka
 DiPiro, Joseph T., Talbert, Robert L., dkk., 1996, Pharmacotherapy: A
Patophysiologic Approach, 3rd Ed., Appleton & Lange, Stamford, Connecticut

 ISFI, 2000, ISO Indonesia, Edisi Farmakoterapi, Volume XXXIII.

 Mutschler, Ernst. 1991. Dinamika Obat. Terjemahan M.B Widianto dan A.S. Ranti.
Institut Teknologi Bandung. Bandung.

 Price, S.A.., Wilson, L.M., 1995, Patofisiologi (Konsep Klinis Proses-proses


Penyakit), Edisi Keempat, Buku 2, Penerjemah : Peter Anugrah, Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.

 Rahardja Winata, (1978) , Obat-obat Penting Edisi ke V, Jakarta : Penerbit


Elekmedia Komputindo.

 Tim Farmakologi, 2001, Farmakologi dan Terapi, Edisi 4, Jakarta: Penerbit Fakultas
FMIPA , Jurusan Farmakologi UI.

Anda mungkin juga menyukai