Anda di halaman 1dari 4

Kematian

oleh Kahlil Gibran

Biarkan aku terbaring dalam lelapku,

kerana jiwa ini telah dirasuki cinta,

dan biarkan daku istirahat,

kerana batin ini memiliki segala kekayaan malam dan siang.

Nyalakan lilin-lilin dan bakarlah dupa nan mewangi di sekeliling ranjang ini,

dan taburi tubuh ini dengan wangian melati serta mawar.

Minyakilah rambut ini dengan puspa dupa dan olesi kaki-kaki ini dengan wangian,

dan bacalah isyarat kematian yang telah tertulis jelas di dahi ini.

Biarku istirahat di ranjang ini,

kerana kedua bola mata ini telah teramat lelahnya;

Biar sajak-sajak bersalut perak bergetaran dan menyejukkan jiwaku;

Terbangkan dawai-dawai harpa dan singkapkan tabir lara hatiku.

Nyanyikanlah masa-masa lalu seperti engkau memandang fajar harapan dalam mataku,

kerana makna ghaibnya begitu lembut bagai ranjang kapas tempat hatiku berbaring.

Hapuslah air matamu, saudaraku,

dan tegakkanlah kepalamu seperti bunga-bunga menyemai jari-jemarinya menyambut mahkota fajar
pagi.

Lihatlah Kematian berdiri bagai kolom-kolom cahaya antara ranjangku dengan jarak infiniti;

Tahanlah nafasmu dan dengarkan kibaran kepak sayap-sayapnya.

Dekatilah aku, dan ucapkanlah selamat tinggal buatku.

Ciumlah mataku dengan seulas senyummu.

Biarkan anak-anak merentang tangan-tangan mungilnya buatku dengan kelembutan jemari merah jambu
mereka;

Biarkanlah Masa meletakkan tangan lembutnya di dahiku dan memberkatiku;


Biarkanlah perawan-perawan mendekati dan melihat bayangan Tuhan dalam mataku,

dan mendengar Gema Iradat-Nya berlarian dengan nafasku.

~ Khalil Gibran~

Puisi Kematian Terindah untukmu, Saudaraku..

Saudaraku, ingatlah MATI

Sesungguhnya mati adalah janji yang ditepati

Tapi mengapa kau tak pernah peduli

Engkau lebih memilih dunia yang hina ini.

Dalam doa kau meminta khusnul Khotimah

Tapi pandanganmu akan dunia tak terarah

Kau masih mencari dunia yang belum terjamah

Sehingga lupa keinginanmu meraih Jannah.

Setiap nafsu yang kau hembuskan dalam hidupmu

Tak terpuaskan walau dua gunung emas mengelilingimu

Hingga kau tertidur dalam pelukan hangat istrimu

Dan kau terbuai dalam angan dan mimpi indahmu.

Gelap matamu akan nasib di akhirat nanti

Ketika ditanya apa yang kau kerjakan selama ini

Nanti kau akan ditanya sendiri-sendiri

Kau pun tidak akan dapat melarikan diri

Dari panas dan teriknya matahari


Dari dosa-dosa yang kau lakukan setiap hari.

Semoga medan jihad mengantarkan kematianku

Atau saat Sujud shalat aku menghadap Rabbku

Atau saat Hari Jum’at sebagai hari terakhirku

Atau saat amalan terbaikku,

Malaikat maut melepas jasadku.

Amin…

Aku Dimakamkan Hari Ini

Perlahan, tubuhku ditutup tanah,

perlahan, semua pergi meninggalkanku,

masih terjelas langkah-langkah terakhir mereka

aku sendirian, di tempat gelap yang tak pernah terbayang

sendiri menunggu keputusan

Menyesal sudah tak mungkin,

tobat tak lagi dianggap,

dan maafpun tak bakal didengar,

aku benar-benar harus sendiri

Tuhanku,

Jika kau beri akau satu lagi kesempatan,

Jika kau pinjamkan lagi beberapa hari milik-Mu


beberapa hari saja…

aku harus berkeliling memohon maaf pada mereka

yang selama ini telah merasakan zalimku,

yang selama ini sengsara karena aku,

yang tertindas dalam kuasaku,

yang selama ini telah kusakiti hatinya,

yang selama ini telah aku bohongi

begitu sesal diri ini

karena hari-hari telah berlalu tanpa makna

penuh kesia-siaan

Aku dimakamkan hari ini

dan semua menjadi tak termaafkan,

dan semua menjadi tak terlambat,

dan aku harus sendiri,

untuk waktu yang tak terbayangkan

Sebelumnya: kebaikan harus dipaksakan

Selanjutnya : Pertaruhan Keabadian

Anda mungkin juga menyukai