Anda di halaman 1dari 27

DEFINISI

 Diabetes mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme


yang ditandai dengan hiperglikemia yang berhubungan
dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan
sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin
atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis
mikrovaskular, makrovaskular dan neuropati
 DM adalah penyakit yang dinyatakan dengan adanya
hiperglikemia kronis dan gangguan metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein yg berhubungan dgn
perkembangan komplikasi mikro dan makrovaskular,
disebabkan oleh defisiensi insulin absolut maupun relatif
METABOLISME KARBOHIDRAT
 Karbohidrat terdapat dalam bbg bentuk (mono-, di-, dan
polisakarida).
 Karbohidrat pertama dicerna di rongga mulut, dimana
enzim ptialin (-amilase) yg terdapat dalam ludah
mengubah polisakarida/amilosa  maltosa
 Di usus, enzim -amilase pankreas juga mencerna
polisakarida, selain itu epitel usus juga menghasilkan
disakaridase yg memecah laktosa, maltosa, dan sakarosa
menjadi monosakarida.
 Setelah proses penyerapan melalui dinding usus halus
terutama di duodenum dan jejunum proksimal, kadar
glukosa darah akan meningkat sementara waktu dan
akhirnya akan kembali ke kadar semula (baseline).
 Sebagian besar monosakarida dibawa aliran darah ke hati.
Di hati, monosakarida mengalami proses sintesis menjadi
glikogen, dioksidasi menjadi CO2 dan H2O, atau
dilepaskan untuk dibawa dengan aliran darah ke bagian
tubuh yang memerlukan.
 Sebagian lain monosakarida dibawa langsung ke sel
jaringan organ tertentu seperti jaringan perifer otot dan
adiposa untuk dimetabolisme lebih lanjut.
 Jumlah glukosa yang diambil dan dilepaskan hati dan yg
digunakan jaringan perifer tgt pada keseimbangan
fisiologis bbrp hormon. Hormon-hormon ini dapat
diklasifikasikan mjd dua yaitu :
 Hormon yang menurunkan kadar glukosa darah : insulin
 Hormon yang meningkatkan kadar glukosa darah :
glukagon, epinefrin, glukokortikoid, dan growth
hormone.
 Karena pengaruh berbagai faktor dan hormon insulin yg
dihasilkan pankreas, hati dapat mengatur kadar glukosa dalam
darah.
 Bila kadar glukosa darah meningkat sebagai akibat naiknya
proses pencernaan dan penyerapan karbohidrat sintesis
glikogen dari glukosa oleh hati (glikogenesis) akan naik
 Bila kadar glukosa darah menurun (misal akibat latihan
olahraga)  glikogen diuraikan menjadi glukosa
(glikogenolisis) untuk dikatabolisme menjadi energi/ATP
 Hormon-hormon peningkat kadar glukosa darah membentuk
suatu mekanisme counter-regulator untuk mencegah
timbulnya hipoglikemia akibat pengaruh insulin.
 Semua hormon tersebut bekerjasama secara terkoordinasi
mempertahankan kadar glukosa darah tetap normal untuk
menunjang berlangsungnya proses metabolisme secara
optimum
 Kadar glukosa darah merupakan faktor penting untuk
kelancaran kerja tubuh.
- Kadar glukosa darah normal/normoglikemia : 70-90 mg/dL
- Kadar glukosa darah rendah/hipoglikemia : < 70 mg/dL
- Kadar glukosa darah tinggi/hiperglikemia : > 90 mg/dL
• Hipoglikemia memberikan gejala gemetar otot, lemah, pucat,
pada keadaan ekstrim menyebabkan hilang kesadaran/pingsan
akibat kekurangan glukosa dalam otak dan dapat menyebabkan
kematian
• Kondisi hiperglikemia merangsang pembentukan glikogen dari
glukosa, sintesis asam lemak dan kolesterol dari glukosa. Pada
kondisi ekstrim hiperglikemia menyebabkan koma diabetik
• Kadar glukosa 140-170 mg/dL disebut kadar ambang ginjal,
karena pada kadar ini glukosa diekskresi dalam kemih melalui
ginjal (glukosuria) karena ketidakmampuan ginjal untuk
menyerap kembali glukosa yang difiltrasi glomerulus
Tes-tes toleransi karbohidrat
1. Tes kadar glukosa plasma puasa
2. Tes kadar glukosa plasma 2 jam postprandial (2 jam
pp)
3. Tes toleransi glukosa
1. Tes glukosa plasma puasa
 Tes glukosa plasma puasa membantu mengevaluasi
integritas mekanisme yg mengatur glukosa plasma
 Pada keadaan puasa dimana tdk ada makanan yang
diabsorpsi maka proses utk mempertahankan kadar
glukosa puasa normal tgt pada interaksi hati,
jaringan perifer dan hormon-hormon yang dapat
menurunkan dan meningkatkan kadar glukosa
plasma yg terintegrasi dgn baik
 Kadar glukosa plasma puasa normal : 80-115 mg/mL
 Ketidakmampuan tubuh mengatur kadar glukosa plasma
puasa tercermin dari kadarnya yang menurun atau
meningkat
 Contoh : pasien dgn defisiensi insulin tdk dpt mengatur
glukosa plasma puasanya shg mjd hiperglikemia,
sebaliknya pasien dgn insulinoma akan mengalami
hipoglikemia.
2. Tes glukosa plasma 2 jam pp
 Tes ini mrpk tes untuk mengetahui kemampuan seseorang
membuang beban glukosa yang ada.
 Pada orang normal (non-diabetik), setelah pemberian
beban glukosa maka akan terjadi kenaikan kadar glukosa
sementara, akibat kenaikan tersebut maka mekanisme
pembuangan glukosa dimulai, akibatnya kadar glukosa
plasma kembali normal
 Bila kadar glukosa plasma < 140 mg/100 mL 2 jam setelah
asupan glukosa , maka mekanisme pembuangan glukosa
seseorang normal
 Jika kadar glukosa plasma setelah 2 jam masih tinggi, maka
hal tsb menunjukkan gangguan mekanisme pengaturan
glukosa. Tes dilanjutkan dgn melakukan tes toleransi
glukosa oral (OGTT).
3. Tes toleransi glukosa oral (OGTT)
 OGTT bertujuan untuk memberikan keterangan lebih
lengkap mengenai adanya gangguan metabolisme
karbohidrat
 Pada tes ini kadar glukosa plasma puasa pasien diukur,
kmdn pasien makan 75 g glukosa dlm waktu 5 menit.
Kadar glukosa plasma kmdn diukur dlm interval wkt
30 menit selama 2 jam setelah pemberian glukosa
 Pada orang normal kadar glukosa plasma < 200 mg/dL
pd menit ke-30, 60, dan 90; dan < 140 mg/dL pada
menit ke-120.
PREVALENSI
Negara Jumlah (juta) pd 1995 Perkiraan jml (juta) pd 2025

India 19,4 57,2


China 16,0 37,6
USA 13,9 21,9
Rusia 8,9 12,2
Jepang 6,3 8,5
Brazil 4,9 11,6
Indonesia 4,5 12,4
Pakistan 4,3 14,5
Meksiko 3,8 11,7
Ukraina 3,6 8,8
Negara laiun 49,7 103,6
Total 135,3 300
 Prevalensi DM tergolong tinggi
 Di USA diduga terdapat sekitar 10 juta kasus DM dan tiap
tahunnya ddidiagnosis 600.000 kasus baru. DM
merupakan penyebab kematian ketiga di USA dan
merupakan penyebab utama kebutaan akibat retinopati
diabetik
 Pada usia yang sama, penderita DM 2,5x lebih sering
terkena serangan jantung dibanding non-DM
 75% penderita DM akhirnya meninggal karena penyakit
vaskular
 Komplikasi utama DM adalah serangan jantung, gagal
ginjal, stroke dan gangren
 Prediksi WHO untuk Indonesia : 8,4juta penderita pada
tahun 2000, akan meningkat menjadi 21 juta penderita
pada tahun 2030.
ETIOLOGI
Tipe DM Penyebab

DM tipe 1 Destruksi sel beta pankreas secara


genetik, virus, dll
DM tipe 2 Resistensi insulin dengan defisiensi
insulin
Gestational DM Resistensi insulin dengan disfungsi
sel beta pankreas
KRITERIA DIAGNOSTIK
1. DM :
 Kadar glukosa puasa ≥ 126 mg/dL
 Kadar glukosa 2 jam setelah makan (2 jam pp) ≥ 200
mg/dL
 Kadar HbA1c ≥ 8%

2. GTG/IGT (Gangguan Toleransi Glukosa/Impaired


Glucose Tolerance) :
• Kadar glukosa 2 jam pp 140-200 mg/dL
KLASIFIKASI
 DM tipe 1 (Insulin Dependent Diabetes Mellitus/IDDM)
 DM tipe 2 (Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus/NIDDM) :
a. Obese
b. Non-obese
 DM kehamilan (Gestational DM)
 Gangguan Toleransi Glukosa (GTG)/Impaires Glucose
Tolerance (IGT)
IDDM NIDDM

Umur manifestasi < 40 tahun > 40 tahun


Prevalensi kecil 75% dari populasi DM
Perkembangan ke ketosis ya Jarang
Ketergantungan pada insulin ya Tidak

Etiologi Genetik, HLA (DR3 dan Genetik, resistensi insulin


DR4) autoimun, virus
PATOFISIOLOGI
1. DM tipe 1 (IDDM) :
 terjadi pd 10% kasus DM
 berkembang pd anak-anak atau pada awal masa dewasa
 Disebabkan oleh kerusakan sel β-pankreas akibat
autoimun yg terjadi setelah waktu yg panjang (9-13 tahun)
sehingga terjadi defisiensi insulin absolut
 Faktor penyebab reaksi autoimun tidak diketahui tapi
proses itu diperantarai oleh makrofag dan limfosit T
dengan autoantibodi yg bersirkulasi ke berbagai antigen
sel β (misalnya antibodi sel islet, antibodi insulin)
 Penyakit DM menjadi penyakit menahun dengan resiko
komplikasi dan kematian
2. DM tipe 2 (NIDDM) :
 Terjadi pada 90% dari semua kasus DM
 Ditandai dengan resistensi insulin dan defisiensi insulin
relatif
 Resistensi insulin ditandai dengan peningkatan lipolisis
dan produksi asam lemak bebas, peningkatan produksi
glukosa hepatik dan penurunan pengambilan glukosa oleh
otot skelet
 Disfungsi sel β mengakibatkan gangguan pada
pengontrolan glukosa darah karena defisiensi insulin
 DM tipe 2 lebih disebabkan karena gaya hidup penderita
DM (kelebihan kalori, kurang olahraga, dan obesitas)
dibandingkan pengaruh genetik. Tapi faktor genetik akan
meningkatkan resiko terkena DM.
3. Gangguan Toleransi Glukosa/GTG atau IGT
 GTG/IGT terjadi pada pasien dengan kadar glukosa plasma lebih
tinggi dari normal tetapi tidak termasuk dalam DM.
 Gangguan ini merupakan faktor resiko untuk berkembang
menjadi penyakit DM dan kardiovaskular yg berhubungan
dengan sindrom resistensi insulin

4. Diabetes yg disebabkan faktor lain (1-2% dari semua kasus


DM) termasuk gangguan endokrin (misal akromegali, sindrom
Cushing), DM gestasional, penyakit pankres eksokrin
(pankreatitis), dan karena obat (glukokortikoid, niasin,
interferon)

5. Komplikasi :
 mikrovaskular : retinopati, neuropati, nefropati
 makrovaskular : penyakit jantung koroner, stroke, penyakit
vaskular perifer
GEJALA
 Gejala DM berkaitan dengan konsekuensi metabolik
defisiensi insulin
 Pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat
mempertahankan kadar glukosa plasma puasa normal atau
toleransi glukosa sesudah makan
 Jika hiperglikemianya parah dan melebihi ambang batas
ginjalglukosuria  diuresis osmotik poliuria 
polidipsia
 Glukosa hilang bersama kemih  keseimbangan kalori
negatif  BB berkurang dan polifagia
 Lelah, mengantuk, kesemutan, gatal, penglihatan
kabur, disfungsi ereksi pada pria, atau pruritus vulva
pada wanita

Anda mungkin juga menyukai