Siapa berani menyatukan debur ombak samudra dengan kicau bening burung malam?
Siapa yang berani membandingkan deru alam, Dengan desah bayi yang nyenyak di buaian?
(Dari Kahlil Gibran - ‘Dam’ah Wa Ibtisamah’ -Setitis Air Mata Seulas Senyuman)
kehilangannya..
bersamanya…
kan menyalibmu.
Sehingga engkau bisa menjadi roti suci untuk pesta kudus Tuhan.
Namun pabila dalam ketakutanmu kau hanya akan mencari kedamaian dan kenikmatan cinta.
Maka lebih baiklah bagimu kalau kaututupi ketelanjanganmu dan menyingkir dari lantai-
penebah cinta.
dan menangis,
Cinta tak memberikan apa-apa kecuali dirinya sendiri dan tiada mengambil apa pun kecuali
dari dirinya sendiri.
sebab cinta,
mengarahkan jalanmu.
Terjaga di kala fajar dengan hati seringan awan dan mensyukuri hari haru penuh cahaya
kasih;
Dan lalu tertidur dengan doa bagi kekasih di dalam hatimu dan sebuah gita puji pada bibirmu.
(Khalil Gibran)
CINTA (I)
Lalu berkatalah Almitra, Bicaralah pada kami perihal Cinta. Dan dia mengangkatkan
kepalanya dan memandang ke arah kumpulan manusia itu, dan keheningan menguasai
mereka. Dan dengan suara lantang dia berkata:
Pabila cinta memberi isyarat kepadamu, ikutilah dia, Walau jalannya sukar dan curam. Dan
pabila sayapnya memelukmu menyerahlah kepadanya. Walau pedang tersembunyi di antara
hujung-hujung sayapnya bisa melukaimu. Dan kalau dia berbicara padamu percayalah
padanya. Walau suaranya bisa menggetar mimpi-mimpimu bagai angin utara membinasakan
taman. Kerana sebagaimana cinta memahkotai engkau, demikian pula dia akan
menghukummu.
Sebagaimana dia ada untuk menyuburkanmu, demikian pula dia ada untuk mencantasmu.
Sebagaimana dia mendaki ke puncakmu dan membelai mesra ranting-ranting lembutmu yang
bergetar dalam cahaya matahari. Demikian pula dia akan menghunjam ke akarmu dan
menggegarkannya di dalam pautanmu pada bumi. Laksana selonggok jagung dia
menghimpun engkau pada dirinya. Dia menghempuk engkau hingga kau telanjang Dia
mengasing-asingkan kau demi membebaskan engkau dari kulitmu. Dia menggosok-gosok
engkau sampai putih bersih. Dia meramas engkau hingga kau menjadi lembut; Dan kemudian
dia mengangkat engkau ke api sucinya sehingga engkau bisa menjadi hidangan suci untuk
pesta kudus Tuhan. Semua ini akan ditunaikan padamu oleh Sang Cinta, supaya bisa kau
fahami rahsia hatimu, dan di dalam pemahaman dia menjadi sekeping hati Kehidupan.
Namun pabila dalam ketakutanmu kau hanya akan mencari kedamaian dan kenikmatan cinta.
Maka lebih baiklah bagimu untuk menutupi tubuhmu dan melangkah keluar dari lantai-
penebah cinta. Memasuki dunia tanpa musim tempat kau dapat tertawa, tapi tak seluruh gelak
tawamu, dan menangis, tapi tak sehabis semua airmatamu.
Cinta tak memberikan apa-apa kecuali dirinya sendiri dan tiada mengambil apa-apa pun
kecuali dari dirinya sendiri. Cinta tiada memiliki, pun tiada ingin dimiliki; Kerana cinta telah
cukup bagi cinta. Pabila kau mencintai kau takkan berkata, "Tuhan ada di dalam hatiku," tapi
sebaliknya, "Aku berada di dalam hati Tuhan." Dan jangan mengira kaudapat mengarahkan
jalannya Cinta, sebab cinta, pabila dia menilaimu memang pantas, mengarahkan jalanmu.
Cinta tak menginginkan yang lain kecuali memenuhi dirinya. Namun pabila kau mencintai
dan memerlukan keghairahan, biarlah ini menjadi keghairahanmu: Luluhkan dirimu dan
mengalirlah bagaikan anak sungai, yang menyanyikan alunannnya bagai sang malam.
Kenalilah penderitaan dari kelembutan yang begitu jauh. Rasa dilukai akibat pemahamanmu
sendiri tentang cinta; Dan menitiskan darah dengan ikhlas dan gembira. Terjaga di kala fajar
dengan hati berawangan dan mensyukuri hari baru penuh cahaya kasih; Istirah di kala siang
dan merenungkan kegembiraan cinta yang meluap-luap; Kembali ke rumah di kala senja
dengan rasa syukur; Dan kemudian tidur bersama doa bagi kekasih di dalam hatimu dan
sekuntum nyanyian puji-pujian pada bibirmu. (Khalil Gibran)
CINTA (II)
Mereka berkata tentang serigala dan tikus
CINTA (III)
Kemarin aku berdiri berdekatan pintu gerbang sebuah rumah ibadat dan bertanya kepada
manusia yang lalu-lalang di situ tentang misteri dan kesucian cinta.
Seorang lelaki setengah baya menghampiri, tubuhnya rapuh wajahnya gelap. Sambil
mengeluh dia berkata,"Cinta telah membuat suatu kekuatan menjadi lemah, aku mewarisinya
dari Manusia Pertama."
Seorang pemuda dengan tubuh kuat dan besar menghampiri. Dengan suara bagai menyanyi
dia berkata, "Cinta adalah sebuah ketetapan hati yang ditumbuhkan dariku, yang
rnenghubungkan masa sekarang dengan generasi masa lalu dan generasi yang akan datang."
Seorang wanita dengan wajah melankolis menghampiri dan sambil mendesah, dia
berkata,"Cinta adalah racun pembunuh, ular hitam berbisa yang menderita di neraka, terbang
melayang dan berputar-putar menembusi langit sampai ia jatuh tertutup embun, ia hanya akan
diminum oleh roh-roh yang haus. Kemudian mereka akan mabuk untuk beberapa saat, diam
selama satu tahun dan mati untuk selamanya."
Seorang gadis dengan pipi kemerahan menghampiri dan dengan tersenyum dia berkata,"Cinta
itu laksana air pancuran yang digunakan roh pengantin sebagai siraman ke dalam roh orang-
orang yg kuat, membuat mereka bangkit dalam doa di antara bintang-bintang di malam hari
dan senandung pujian di depan matahari di siang hari."
Setelah itu seorang lelaki menghampiri. Bajunya hitam, janggutnya panjang dengan dahi
berkerut, dia berkata,"Cinta adalah ketidakpedulian yang buta. la bermula dari hujung masa
muda dan berakhir pada pangkal masa muda."
Seorang lelaki tampan dengan wajah bersinar dan dengan bahagia berkata,"Cinta adalah
pengetahuan syurgawi yang menyalakan mata kita. Ia menunjukkan segala sesuatu kepada
kita seperti para dewa melihatnya."
Seorang pemuda, dengan membawa sebuah gitar menghampiri dan menyanyi, "Cinta adalah
cahaya ghaib yang bersinar dari kedalaman kehidupan yang peka dan mencerahkan segala
yang ada di sekitarnya. Engkau bisa melihat dunia bagai sebuah perarakan yang berjalan
melewati padang rumput hijau. Kehidupan adalah bagai sebuah mimpi indah yang diangkat
dari kesedaran dan kesedaran."
Seorang lelaki dengan badan bongkok dan kakinya bengkok bagai potonganpotongan kain
menghampiri. Dengan suara bergetar, dia berkata, "Cinta adalah istirahat panjang bagi raga di
dalam kesunyian makam, kedamaian bagi jiwa dalam kedalaman keabadian."
Seorang anak kecil berumur lima tahun menghampiri dan sambil tertawa dia berkata,"Cinta
adalah ayahku, cinta adalah ibuku. Hanya ayah dan ibuku yang mengerti tentang cinta."
Waktu terus berjalan. Manusia terus-menerus melewati rumah ibadat.
Nah, bagaimana keren kan puisi puisi Khalil Gibran ini. Sekali lagi kalau ada yang punya
puisi cinta khalil Gibran atau pun puisi lainnya silakan di sharing di blog ini. Terima kasih
sudah berkunjung ke blog saya (gen22.blogspot.com) dan membaca kumpulan puisi cinta
khalil Gibran.