Anda di halaman 1dari 17

• Nadila Harahap (P07539021063)

• Najwa Naimah Putri Lubis (P07539021064)

• Nurfadiah Mulyadi (P07539021065)


Percobaan Anti- • Raudatul Hasanah (P07539021066)
Diare • Riska Putri Ana (P07539021068)

• Rissayu Adelia (P07539021069)

• Rizky Syapitri Merawat M. (P07539021070)


Latar Belakang
Diare berasal dari bahasa yunani dan atin: dia artinya melewati dan rheein yang berarti mengalir atau
berlari, beberapa obat dapat digunakan untuk mengobati diare:
a. Senyawa intralumen, obat ini dapat bekerja dengan menyerap air dan meningkatkan massa feses
modifikas tekstur, yakni perubahan dalam viskositas feses dan penurunan fluiditas feses. Beberapa
obat ini juga dapat mengikat toksin bakteri dan garam empedu, contoh senyawa intralumen adalah
senyawa pembentuk massa dan bersifat hidroskopik Koloid hidrofilik seperti psilium,polikarbofil,
dan karboksi metilselulosa,Kolestiramin dan Bismut
b. Antimotilitas dan Antisekretori, obat-obat ini dapat bekerja dengan mengurangi motilitas usus,sekresi
usus,sebagian juga memiliki kemampuan untuk melawan bakteri. Kelompok dari obat golongan ini
adalah Opoid,Loperamid,Difeknosilat dan Difenoksin,Agonis reseptor Oktreotid dan Obat-obat lain.
Latar Belakang
Protokol penapisan terarah aktvitas antidiare ditunjukkan terbatas pada aktivitas obat yang dapat
memperlambat peristaltik usus, sehingga mengurangi frekuensi defekasi dan memperbaiki konsistensi
fese. Dua metodi uji yang bisa digunakan yaitu:
a. Metode transit intestinal, pada metode ini, gerakan peristaltik usus diukur dengan menggunakan
suatu marker, semakin tinggi gerakan peristaltik usus, maka semakin sering pula terjadi defakasi
yang ditandai dengan semakin besar pula jarak yang dietmpuh oleh marker. Obat diare akan
mengurangi peristaltik usus sehingga akan memperkecil rasio, sedangkan obat laksansia akan
memperbesar rasuo, sehingga metodie ini jugadigunakan pula pada protokol penapisan terarah
aktivitas laksansia.
b. Metode proteksi terhadap diare yanng disebabkan oleh oleum ricini, Pada metode ini hewan coba
diinduksi dengan ol.ricini untuk menyebabkan diare, lalu diberikan suatu obat anti diare dan diamati
onser defakasi, perubahan jumlah defakasi dan konsistensi feses. Oleum ricini (minyak jarak)
merupaka trigliserida yang berkhasiat sebagai laksansia. Di dalam usus halus, minyak ini
mengalami hidrolisis dan mengahasilkan asam risinolat yang merangsang mukosa usus, sehingga
memepercepat geak peristaltik dan mengakibatkan pengeluaran isi usus dengan cepat.
Tujuan
Percobaan
Untuk mengetahui aktivitas obat antidiare dalam menghambat diare yang disebabkan oleh oleum ricini
pada hewan percobaan.

Prinsip
Percobaan
Pengujian aktivitas antidiare untuk melihat konistensi/ kepadatan feses, bobot fese, dan frekuensi buang air
(defakasi) pada aktivitas obat atapulgite/ norit/ arang aktif dan loperamid dapat memperlambat peristaltik
usus, sehingga mengurangi frekuensi defekasi dan memperbaiki konsistensi feses, yaitu metode proteksi
terhadap diare oleh oleum ricini, pilorus dan sepanjang usus halus.
Alat dan Bahan

Alat: Bahan:
a. Alat suntik 1ml, a. Loperamide Hcl
b. Sonde oral b. Oleum ricini
c. Stopwatch c. Attapulgite
d. Timbangan mencit d. Kertas perkamen/saring
e. Botol aqua e. Hewan uji (mencit 3 ekor)
Cara Kerja

a. Ambil mencit 3 ekor, lalu timbang bobot masing-masing mencit dan catat,
lakukan perhitungan dosis, lalu mencit dikelompokkan menjadi bagian 3
yaitu: dan .
b. Selanjutnya ketiga mencit diberi ol.ricini sebagai penginduksi sebanyak
0,5 ml secara oral, lalu amati selama 30 menit, lalu catat berat feses dan
waktu mucul diare
c. Setelah 30 menit, berikan obat kepada ketiga mencit, M1: atapulgite, M2;
Ol. Ricini, dan M3; Loperamid.
d. Amati setiap 15 menit dalam waktu 1 jam.
e. Catat berat feses dan waktu muncul diare
Farmakodinamik
Loperamid
Loperamide merupakan obat antidiare sintetik yang diindikasikan untuk mengontrol
dan mengatasi gejala diare akut nonspesifik dan diare kronis yang disebabkan
oleh inflammatory bowel disease (IBD) atau gastroenteritis.

Loperamide bekerja dengan memperpanjang waktu transit dari isi intestinal sehingga
mengurangi volume keluarnya feses, meningkatkan viskositas dan densitas feses,
serta mengatasi hilangnya cairan dan elektrolit berlebih

Loperamide merupakan agonis reseptor opioid yang bekerja di plexus mienterikus


usus besar. Loperamide bekerja secara spesifik dengan mengurangi aktivitas plexus
mienterikus, sehingga mengurangi motilitas otot polos sirkuler dan longitudinal dari
dinding intestine. Hal ini menyebabkan isi usus berada di dalam lumen lebih lama,
sehingga semakin banyak air yang dapat diserap.

Loperamide juga dapat bekerja dengan meningkatkan tonus sphincter ani, sehingga
menurunkan gejala inkontinensia dan urgensi.
ADME Loperamid
Absorbsi: Metabolisme:
Loperamide diserap dengan baik Metabolisme loperamide terjadi di
di intestinal. Bioavailabilitas hepar dan melibatkan sitokrom
loperamide adalah 0,3%. Onset P450, terutama CYP3A4. Di liver,
kerja adalah 1-3 jam, dengan loperamide dikonjugasikan, dan
durasi 41 jam. Waktu puncak hasil konjugasinya diekskresikan
plasma sediaan kapsul adalah 5 di empedu. Karena proses ini,
jam, sedangkan untuk sediaan sebagian kecil loperamide dapat
likuid adalah 2,5 jam. dideteksi di darah.

DIstribusi:
Distribusi  loperamide terjadi Eliminasi:
Ekskresi loperamide dan
dalam volume yang besar dan
disertai dengan pengikatan metabolitnya kebanyakan terjadi
dengan protein plasma yang melalui feses. Waktu paruh
tinggi. eliminasi berkisar antara 7-14
jam.
Farmakologi Attapulgite
Farmakokinetik:
Farmakodinamik: Attapulgite tidak
Attapulgite merupakan mineral natural berasal dari tanah diabsorbsi dan
mengandung magnesium aluminium phyllosilikat yang hanya bekerja
memiliki kemampuan untuk mengadsorbsi cairan, racun, secara lokal di
dan bakteria secara lokal pada traktus gastrointestinal. Oleh traktus
karena sifat adsorben dari attapulgite ini, attapulgite gastrointestinal
digunakan sebagai obat antidiare. dengan onset 12-
19.5 jam.
Attapulgite teraktifasi oleh panas. Bentuk aktifnya, activated
attapulgite memiliki kemampuan adsorbsi yang lebih tinggi.
Kemampuan attapulgite mengadsorbsi cairan, racun, dan
bakteria mampu mengurangi kehilangan cairan akibat diare
dan membuat konsistensi feses lebih padat serta
mengurangi frekuensi defekasi.
Perhitungan Dosis
M1 (Attapulgite): 24,44 g; M2 (Ol.Ricini): 21,23 g; M3(Loperamide): 28,44 g

Loperamide: Attapulgite:
Dosis; Dosis;
Bb Mencit; g Bb Mencit; g
Konsentrasi; 0,2 ml Konsentrasi; 15 ml

= =

Volume: Volume:

Ol.Ricini: 0,5 ml
Data Pengamatan
Oleum Ricini Berat Feses

Mencit 1 (attapulgite) 0,04 g Tabel Berat Feses Setelah Pemberian


Ol.Ricini
Mencit 2 ( ol.ricini) 0,04 g

Mencit 3 ( loperamide) 0,16 g

Perlakuan Waktu (Menit)


Mencit
0-15 16-30 31-45 46-60
Tabel Konsitensi Feses Mencit
Mencit 3 0,8 g - - - Setelah Perlakuan
(Loperamide)
Mencit 1 - - 0,8 g -
(Attapulgite)
Mencit 2 - 0,4 g - 0,4 g
(Ol.Ricini)
Data Pengamatan
Grafik
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0-15 16-30 31-45 46-60

Loperamide Attapulgite Ol.Ricini


Pembahasan
Percobaan kali ini bertujuan untuk menguji aktivitas obat antidiare dalam menghambat
diare yang ditimbulkan oleh penginduksi Oleum ricini, terhadap hewan percobaan.
Pengamatan dilakukan terdapat diare yang dikeluarkan oleh mencit. Obat yang akan diuji
adalah Loperamide Hcl dan Attapulgite.

Diare adalah suatu keadaan dimana terjadi pengeluaran feses cair atau seperti bubur
berulang kali dalam sehari lebih dari tiga kali. Penyebab diare dapat bermacam-macam
anatara lain, kurangnya absorbsi zat osmotik dari lumen usus, meningkatkan sekresi
lambung, naiknya permeabilitas usus, atau terganggunya mortilias usus. Penginduksi
terjadinya diare yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah Oleum ricini. Oleum
ricini mengandung trigliserida asam risonoleat yang dihidrolisis didalam usus halus oleh
lipase pankreas mnejadi gliserin dan asam risonoleat. Oleum ricini merupakan
penstimulasi peristaltik usus.
Pembahasan
Obat antidiare yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah Loperamid dan Attapulgite. Loperamide
merupakan obat diare yang bekerja dengan mekanisme penghambat peristaltik pada reseptor oplat yang
digunakan pada diare akibat gangguan motilitas. Attapulgite merupakan obat diare dengan mekanisme kerja
mengabsorbsi bakteri atau kuman yang menyebebakan diare. Parameter yang digunakan dalam percobaan kali
ini adalah waktu terjadinya diare, jangka waktu terjadinya diare dan konsistensi dari feses. Hewan percobaan
yang digunakan adalah mencit jantan yang mempunyai bobot lebih dari 20 gram. Mula-mula hewan dibagi
menjadi 3 kelompok yang terdiri dari mencit kontrol, mencit uji 1 dan mencit uji. Mencit 1 diberi atapulgite,
mencit 3 diberi loperamide dan mencit 2 diberi oleum ricini. Sebelum diberi perlakuan ketiga mencit ditimbang
dan lakukan perhitungan dosis.

Ssetelah penimbangan dan perhitungan dosis, ketiga mencit diberi perlakuan oleum ricini sebanyak 0,5 ml secara
peroral selanjutnya ketiga mencit didiamkan selama 30 menit dan diperhatikan pengeuaran fesesnya. Pada
mencit 3 (loperamide) mengeluarkan feses sebanyak 0,4 g dengan konsistensi lembek dan berair. Pada mencit 1
(atapulgit) pengeluaran fesesnya sebnyak 0,4 g dengan konsistensi lembek dan berair. Pada mencit 2 (ol.ricini)
mengeluarkan feses sebanyak 0,5 g dengan konsistensi lembek dan berair.
Pembahasan
Setelah pemberian penginduksi dan diamati selama 30 menit, ketiga mencit diberi obat antidiare dimana mencit
1 diberi atapulgit, mencit 2 diberi oleum ricini diawal dan mencit 3 diberi loperamid. Diperoleh pengamatan
selama 60 menit(1 jam). Pada menit ke (0-15) mencit 3 yang diberi loperamid mengeluarkan feses sebanyak 0,8g
dengan konsistensi lembek tidak lagi mengeluarkan cairan, mencit 2 yang diberi oleum ricini tidak
mengeluarkan feses dan mencit 1 yang diberi attapulgite juga tidak mengeluarkan feses.

Pada menit ke (16-30) mencit 1 yang diberi atapulgite tidak mengeluarkan feses, mencit 2 yang diberi oleum
ricini mengeluarkan feses sebanyak 0,4g dengan konsistensi lembek dan berair dan pada mencit 3 tidak
mengeluarkan feses. Pada menit ke (31-45) mencit 1 mengeluarkan feses sebanyak 0,8 g dengan konsistensi
lembek, mencit 2 dan 3 tidak mengeluarkan feses. Pada menit terakhir (46-60) mencit 1 dan mencit 3 tidak
mengeluarkan feses dan mencit 2 yang diberi oleum ricini mengeluarkan feses sebanyak 0,4 g dengan
konsistensi lembek dan berair.

Dari data pengamatan terlihat bahwa mencit 3 yang diberi loperamid tidak mengalami aktivitas diare dari menit
16-60, mencit 1 yang diberi atapulgit tidak mengalam aktivitas diare dari menit 46-60, mencit 2 yang diberi
oeum ricini tetap mengalami aktivitas dare. Berdasarkan literasi onset kerja loperamid adalah 1-3 jam dan
atapulgit 12-19,5 jam. Untuk kesesuaian dengan literasi belum bisa dipastikan karena kurangnya watu
pengamatan
Kesimpulan
Berdasarkan data pengamatan dapat diambil kesimpulan bahwasannya
Loperamid memberikan aktivitas antidiare lebih kuat terhadap oleum ricini
dibandingkan atapulgit.
Daftar Pustaka
• Departemen Farmakologi dan Terapi UI, 2007. Farmakologi dan Terapi ed
5.Jakarta : Penerbit UI Press.
• Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia IV. Jakarta
DepartemenKesehatan RI.
• Harkness, Richard. 1984. Interkasi Obat . Bandung : Penerbit ITB

Anda mungkin juga menyukai