Anda di halaman 1dari 15

OBAT-OBAT GANGGUAN LAMBUNG DAN USUS Dalam Bab ini yang akan dibahas adalah Obat-obat : 1. Antasida 2.

Digestiva 3. Anti emetika 4. Obat-obat Diarrea 5. Obat-obat Cacing 6. Obat-obat pencahar. 1. Antasida, zat pengikat asam atau antasida adalah basa-basa lemah yang digunakan untuk menetralisir atau mengikat asam lambung yang berlebihan, sebagaimana terdapat dalam keadaan sekresi asam lambung yang berlebihan (hiperklorhidria) dan penyakit-penyakit borok lambung dan usus. Borok lambung dan borok usus (ulcus ventriculi dan ulcus duodeni) dengan cirri rasa nyeri hebat yang berkala disebabkan berkurangnya daya tangkis selaput dinding lambung usus terhadap asam klorida dan pepsin. Berkurangnya daya tangkis ini disebabkan oleh berbagai factor misalnya sekresi HCl berlebihan, emosi dan stress, alcohol dan obat-obat seperti asetosal, indometasin, kortison. Akibatnya adalah luka di mukosa sehingga getah lambung dapat meresap ke jaringan-jaringan dalam. Histamine dilepaskan yang memperkuat lagi sekresi asam dan lambat laun luka bertambah besar sehingga akhirnya menjadi borok. Tindakan,tindakan umum, pasien borok lambung-usus harus taat dalam mengatur pola makan, tiga kali sehari pada waktu tertentu agar obat antasida dapat digunakan secara teratur. Alkohol dan kofein tidak boleh diminum (kopi dan teh), merokok sama sekali tidak dijinkan disamping itu pola hidup juga harus di robah dengan menjadi lebih tenang jauh dari kesibukan, kegelisahan dan factor-faktor yang dapat menimbulkan stress, banyak istirahat dan hiburan. Pengobatan, hanya simptomatis yang ditujukan pada menghilangkan gejalagejalanya saja, terutama rasa nyeri yang diakibatkan peristaltic lambung dan terbentuknya asam lambung. Berdasarkan mekanisme kerjanya obat borok lambung usus digolongkan sebagai berikut ; a. Antasida, zat-zat ini mengikat secara kimiawi asam klorida yang berlebih. Pilihan pertama adalah persenyawaan-persenyawaan magnesium dan aluminium dengan sifat netralisasi tanpa diresorpsi usus, karena senyawa magnesium bersifat pencahar biasanya dikombinasi dengan senyawa Aluminium (atau kalsium karbonat) yang justru bersifat obstipasi dengan perbandingan 1 ; 5. Natrium bikar-bonat dan kalsium karbonat bekerja kuat dan cepat namun di resorpsi usus dan dapat mengakibatkan alkalosis yakni adanya kelebihan alkali dalam darah dan jaringan dengan gejalagejala yang mengganggu seperti, mual, muntah, anoreksia, sakit kepala, disamping itu kerjanya singkat dan terbentuknya banyak gas CO2 yang justru mengakibatkan hiper sekresi asam lambung. Persenyawaan Bismuth , dapat membentuk lapisan pelindung pada borok, pada dosis tinggi dapat

diresorpsi dan mengakibatkan encefalopatia, yaitu kerusakan otak dan kejang-kejang ataksia dan kekacauan (Bismuthsubsitrat tidak memberikan efek samping seperti tersebut diatas). Waktu makan obat, telah dibuktikan bahwa keasaman lambung menurun segera setelah makan dan mulai naik lagi 1 jam kemudian dan mencapai puncak 3 jam sesudah makan. Berdasarkan hal ini antasi-da harus diberikan lebih kurang 1 jam sesudah makan dan sebaiknya dalam bentuk suspensi karena terbukti tablet bekerja kurang efektif. Antasida mengandung logam bervalensi dua dan tiga , karena itu tidak dapat di kombinasi dengan tetrasiklin (terbentuk kompleks) sebaiknya tetrasiklin diberikan 2 jam setelah menelan antasidum. Obat-obat yang biasa digunakan ialah senyawa-senyawa Magnesium, Aluminium dan Bismuth, Natriumbikarbonat dan kalsium karbonat, hidrotalsit. Contoh obat-obat antasida : No. Nama dagang 1. Antasida DOEN 2. 3. 4. 5. 6. 7. Dexanta Acitral Corsamag Gestamag Promag Promag Double Action Isi zat berkhasiat Aluminium hidroksida 200 mg Magnesium hidroksida 200 mg 1. Al (OH)3 Koloidal 200 mg 2. Mg (OH)2 200 mg 3. Simethicon 20 mg 1. Al (OH)3 Koloidal 200 mg 2. Mg (OH)2 200 mg 3. Simethicon 20 mg 1. Al (OH)3 Koloidal 300 mg 2. Mg Trisilikat 300 mg 3. Simethicon 50 mg 1. Al (OH)3 Koloidal 250 mg 2. Mg (OH)2 250 mg 3. Dimethylpolysiloksan 50 mg 1. Hydrotalcite 200 mg 2. Mg (OH)2 150 mg 3. Simethicon 50 mg 1. Famotidine 10 mg. 2. Ca Carbonat 800 mg 3. Mg (OH)2 160 mg

b. Antikolinergik, zat-zat ini selain menekan produksi getah lambung, juga berdaya melawan kejang-kejang dan mengurangi peristaltic, dapat di kombinasi dengan antasida. Efek samping yang sering terjadi adalah midriasis, tachycardia dan mulut kering. Obat yang biasa digunakan dengan efek samping yang lebih ringan adalah Fentonium dan Pirenze-pin. Contoh obat : No. Nama dagang

Isi zat berkhasiat

1.

Gastrozepine

Pirenzepine

c. Perintang reseptor H2, atau H2 bloker. Antihistaminika ini merintangi secara selektif efek histamine terhadap reseptor-reseptor H2 didalam muko sa lambung dengan jalan persaingan, sehingga sekresi asam lambung dan pepsin sangat dikurangi. Obat ini sangat efektif dalam penyembuhan borok lambung usus ( Simetidine Famotidine dan Ranitidine). Contoh obat : No. Nama dagang 1. 1. Ulsikur 2. Ulcumet 3. Tagamet 1. Facid Famocid Gaster Hacip 1. Radin 2. Gastridine 3. Ulceramin 4. Zantac Isi zat berkhasiat Cimetidine

2.

Famotidine

3.

Ranitidine

d. Obat-obat penenang, stress, emosional dapat membuat penyakit borok lambung usus semakin parah, sedangkan selama serangan akut biasanya terdapat kegelisahan dan kecemasan oleh karena itu dibutuhkan obat-obat penenang, biasanya digunakan suatu tranquilizer (meprobamat atau diazepam) e. Obat-obat pembantu, kadang-kadang pada formula antasida di tambahkan suatu adsorbens yang dapat menyerap secara fisik zat-zat aktif dari getah lambung dan spasmolitika guna mengurangi kejang dan suatu anti emetic untuk mencegah pengaliran kembali (refluks) empedu dan enzimenzim pencernaan dari duodenum kejurusan lambung. Sebagai adsorbens digunakan Kaolin, sebagai spasmolitikum digunakan Papaverin dan sebagai anti emetikum digunakan Domperidom. 2. Digestiva, proses pencernaan dimulai didalam mulut,dimana makanan dihaluskan sambil diaduk dengan ludah yang mengandung suatu enzim amylase,ptyalin,yang dapat menguraikan zat-zat karbohidrat . Setelah ditelan ,adukan ini diteruskan dengan gerakan-gerakan peristaltik ke lambung, dimana bekerja getah lambung yang terdiri dari asam klorida (asam lambung) dan pepsin suatu enzim proteolitik dan lendir (mucus) yang disekresi oleh kelenjar-kelenjar dari selaput lendir

lambung. Obat-obat pencernaan (digestive) digunakan untuk membantu proses pencernaan diseluruh lambung usus. Yang biasa digunakan sebagai digestiva adalah : a. Asam Klorida b. Enzim-enzim dari lambung dan pankres c. Garam-garam empedu. a. Asam klorida, fungsi pertama dan dari HCl adalah mengubah pepsinogen yang dihasilkan selaput lendir lambung menjadi pepsin dan memberikan lingkungan asam yang cocok untuk bekerjanya enzim proteolitik ini dalam proses penguraian protein menjadi peptide-peptida. Suasana asam ini juga peting untuk proses resorpsi garam-garam esensial untu tubuh seperti garam kalsium dan besi. Selanjutnya HCl menstimulir pengosongan isi lambung ke usus 12 jari dan merangsang sekresi getah-getah lambung, pancreas dan hati.Kekurangan HCl di lambung disebut Hipoklorhidri jika asam lambung sama sekali tidak di sekresi dinamakan aklorhidri . Dalam kadar tinggi HCl dapat menghancurkan selapu lendir, dosis biasa 4 cc HCl 10% diencerkan 25-50 kali dengan air sewaktu atau sesudah makan. b. Pepsin, Enzim yang dihasilkan oleh selaput lendir lambung ini bersifat proteolitik, menguraikan protein menjadi peptide-peptida. Beberapa enzim dari usus juga bersifat proteolitik, sehingga kekurangan pepsin didalam lambung tidaklah menghawatirkan. Daya proteolitik pepsin sedemikian rupa sehingga 1 bagian pepsin dapat mencairkan 300 bagian zat putih telur (protein) dalam waktu 2,5 jam. Dosis 100-300 mg sekali dan 300mg-1 gr sehari. c. Enzim-enzim pancreas, terdiri dari amylase, tripsn dan lipase diguankan pada keadaan dimana sekresi dari pancreas tidak mencukupi, misalnya pada radang pancreas dan untuk membantu pencernaan di usus pada penyakit sariawan usus (Sprue). Berhubung enzim-enzim ini hanya dapat bekerja dalam suasana alkalis (terurai oleh pepsin di lambung) , maka obat ini harus diberikan dalam bentuk tertentu yang tidak larut didalam lambung (enteric coated).1 bagian pankreatin dapat melarutkan 25 bagian pati dalam waktu 5 menit dan 25 bagian kasein dalam waktu 1 jam. d. Empedu dan asam empedu, dalam keadaan normal, hati mengeluarkan 750 ml. sampai 1 liter empedu dalam waktu 24 jam. 80-90% dari empedu di absorbsi kembali di usus halus, Empedu yang disalukan ke kantung empedu dipekatkan sampai 10 kalinya. Empedu terutama terdiri dari asam empedu serta garamgaram natriumnya. Asam empedu yang terpenting adalah asam kolat dan asam desoksikolat. Disamping itu juga mengandung zat-zat warna empedu (produkproduk penguraian sel-sel darah merah), kolesterol, fosfolipid. Fungsi terpenting dari empedu adalah yang berhubungan dengan pencernaan dan absorbsi lemak.Garam-garam empedu membantu proses emulsifikasi dan resorpsi lemak mempertinggi daya kerja lipase serta penting sekali dalam

proses resorpsi vitamin vitamin yang larut dalam lemak ADEK. Preparat empedu diberikan secara oral memiliki 2 fungsi, yaitu pertama membantu pencernaan dan penyerapan didalam usus dan kedua memperbanyak pengeluaran empedu oleh hati (choleretic), digunakan untuk melarutkan dan mengeluarkan batu empedu, mengobati penyakit kuning (hepatic jaundice) dan penyakit cirrhosis (hati mengeras). Contoh obat yang mengandung asam chenodesoksikolat (Chenofalk) dan Asam Ursodesoksikolat (Ursofalk). Disamping itu juga temulawak (Curcuma xanthorriza) dapat menstimulasi produksi dan eksresi empedu. 3. Anti emetika. Muntah =emesis dapat dianggap sebagai suatu cara perlindungan dari tubuh terhadap zat-zat merangsang dan beracun dalam makanan, segera setelah zatzat tersebut dikeluarkan dari lambung usus, maka muntah akan berhenti. Namun kerapkali muntah tidak berfungsi melindungi tetapi merupakan suatu gejala penyakit seperti ; kanker lambung, pankreatitis, uremia (adanya ureum dalam darah) dan mabok jalan serta wanita pada masa hamil. Atau efek samping dari beberapa obat sperti digoksin,estrogen, tetrasikli dsb.nya. untuk mengatasi muntah karena gejala suatu penyakit diperlukan suatu anti emetika. Muntah terjadi akibat stimulasi dari pusat muntah di sumsum sambung dan berlangsung melalui beberapa mekanisme yaitu ; a. Akibat rangsangan langsung dari saluran lambung usus, bila peristaltic dan pelintasan lambung tertunda , maka terjadilah dyspepsia dan mual, jika gangguan tersebut menghebat , pusat muntah dirangsang melalui saraf vagus dengan akibat muntah-muntah. Organ-organ lain juga dapat pula merangsang secara langsung pusat muntah seperti jantung (infark) dan buah pelir (tekanan). b. Secara tak langsung melalui CTZ (Chemoreseptor Trigger Zone) adalah suatu daerah dengan banyak reseptor yang letaknya berdekatan dengan pusat muntah. CTZ bias menerima sinyal-sinyal mengenai kehadiran zat-zat asing dalam sirkulasi. Rangsangan-rangsangan ini diterukan ke pusat muntah. Obat-obat yang dikenal merangsang kemoreseptor itu adalah sebagai efek samping penggunaan digitalis, alkaloid ergot, estrogen, morfin dan sitostatika. Gangguan fungsi labirin (organ keseimbangan dibagian dalam kuping) juga dapat menimbulan mual dan muntah-muntah misalnya pada mabok jalan. c. Melalui kuliut otak (Cortex cerebri), misalnya pada waktu melihat, membau atau merasa sesuatu sudah cukup untuk menimbulkan mual dan muntah. Anti emetika adalah zat-zat yang berdaya menekan rasa mual dan muntah, berdasarkan mekanisme kerjanya dibedakan 3 kelompok. 1)..perintang-perintang asetilkolin, skopolamin dan antihistaminika (siklizin, meklizin dan dimenhidrinat) obat ini efektif terhadap segala jenis muntah berdasarkan kerja anti kolinergiknya.

2). Perintang dopamine, zat ini bekerja dengan jalan perintangan neurotransmisi dari CTZ ke pusat muntah dengan jalan blockade reseptor-reseptor dopamine. Contoh metoklopramida dan domperidon. 3) Obat-obat tambahan, antasida dan pelindung, dapat mengurangi hebatnya rangsangan eferen dari lambung ke pusat muntah sedemikian rupa hingga kecenderungan untuk muntah lenyap. Mabok jalan motion sickness disebabkan oleh pergerakan pergeran kendaraan dengan akibat stimulasi berlebihan dari labirin di bagian dalam kuping dan kemudian dari pusat muntah melalui CTZ. Muntah kehamilan Morning sickness,biasanya diberikan anti histamine siklizin meklizin atau prometazin bersamaan dengan vitamin B6. Obat obat anti emetika yang biasa digunakan : a. Skopolamin, alkaloid ini digunakan sebgai spasmolitik pada kejang lambung usus, digunakan sebagai pre medikasi pada narkose. b. Antihistaminika, Siklizin, meklizin dan dimenhidrinat, digunakan untuk mencegah dan mengobati mual dan muntah karena mabok jalan. c. Neuroleptika, disamping bekerja sebagai anti psikotik juga berdaya anti emetic, derivate fenotiazin(haloperidol), perfenazin. d. Metoklorpramida, primperan, bekerja dengan jalan blok reseptorreseptor dopamine di CTZ dan menstimulasi saraf kolinergik sehingga memperkuat pergerakan dan pengosongan lambung. e. Domperidom, motilium, menghambat reseptor reseptor dopamin di CTZ serta stimulasi peristaltic dan pengosongan lambung. 4. Obat-obat Diarrea, diarrea (= mengalir melalui) adalah peristiwa buang-buang air besar seringkali sehari dengan banyak cairan (mencret) dan merupakan gejala saja dari penyakit-penyakit tertentu atau gangguan-gangguan lainnya seperti diuraikan berikut ini ; Fisiologi, makanan didalam lambung dicerna menjadi berupa bubur (Chymus) diteruskan ke usus halus untuk diuraikan lebih lanjut oleh enzim-enzim, 90% air di resorbsi, sisa-sisa makanan yang tidak dapat di cerna di teruskan ke usus besar (Colon). Bakteri-bakteri yang biasanya selalu ada disini mencernakan lagi sisa-sisa tersebut dan air diresorbsi lagi sehingga lambat laun isinya menjadi lebih padat. Sebab-sebab diarrhea, menurut teori klasik disebabkan oleh meningkatnya peristaltik usus, sehingga pelintasan chymus sangat dipercepat dan masih banyak mengandung air pada saat meninggalkan tubuh sebagai tinja. Teori terbaru menyatakan bahwa diarrea terjadi karena terganggunya keseimbangan antara resorbsi dan sekresi yang disebabkan oleh gastro enteritis yang di sebabkan oleh kuman dan toksinnya. Berdasarkan penyebabnya ,ada tiga jenis gastro enteritis dan diarrhea sebagai berikut : 1.Diarrea akibat virus, misalnya influenza perut dan travellers diarrhea , virus melekat pada sel-sel mukosa usus yang menjadi rusak sehingga kapasitas

resorpsi menurun dan sekresi air dan elektrolit bertambah. Diarrhea dapat terjadi terus sampai beberapa hari sesudah virusnya lenyap dengan sendirinya. 2.Diarrhea akibat entero toksin, bakteri-bakteri yang membentuk entero toksin yang terpenting adalah, E Coli, Shigella, Salmo-nella, Vibrio para hemolyticus, Campilobacter jejuni dan Enta muba hystolitica. 3.Diarrhea bacterial terjadi jarang sekali, misalnya makanan yang diinfeksi kuman menjadi invasive dan menyerbu kedalam muko sa,memperbanyak diri dan membentuk toksin-toksin dengan ge jala hebat seperti demam tinggi, nyeri kepala dan kejang-kejang disamping mencret berdarah dan berlendir. Selanjutnya terdapat juga penyakit yang dapat menyebabkan diarrhea sebagai salah satu gejalanya, seperti kanker usus besar dan beberapa penyakit cacing gelang dan pita. Selain itu bisa disebabkan karena alergi terhadap makanan dan minuman, gangguan gizi dan kekurangan enzim. Dehidrasi, diarrhea hebat biasanya disertai muntah-muntah dapat menyebab-kan tubuh kehilangan banyak air dengan garam-garamnya, terutama natrium dan kalium. Kekurangan kalium dan natrium dapat menyebabkan acidosis (darah menjadi asam) yang dapat berakhir dengan shock dan kematian. Bahaya ini khususnya sangat besar pada bayi dan dan anak-anak. Gejala dehidrasi perta adalah haus mulut dab bibir kering, kulit menjadi keriput (hilang turgornya) berkurangnya air seni dan bobot badan,juga gelisah. Kekurangan kalium terutama mempengaruhi system neuromuskuler dengan gejala-gejala mengantuk (letargi), lemah otot dan sesak napas (dyspnoe). Pengobatan, rehidrasi oral diberikan guna mencegah atau mengatasi keadaan dehidrasi, WHO menganjurkan oralyte (NaCl 3,5 gr,KCl 1,5 gr, Na bi karbonat 2,5 gr dan glukosa 20 gr dalam 1 liter air masak) Obat-obat diarrhea, digolongkan sebagai berikut ; 1. Kemoterapeutika, untuk terapi kausal membasmi bakteri, seperti antibiotika, sulfonamide furazolidon dan kliokinol. 2. Obstipansia,untuk terapi simptomatis yang dapat menghentikan diarrhea dengan beberapa cara; 3. zat-zat penekan peristaltic, candu dan alkaloidnya (difenoksilat) dan anti kolinergik (Atropin dan belladonna) Loperamide (Imodium) 4. Adstringentia, menciutkan selaput lendir usus misalnya asam samak tannin, tanalbumin, garam-garam bismuth dan aluminium. 5. Adsorbensia, dapat menyerap zat-zat racun yang dihasilkan bakteri (toksintoksin) atau adakalanya berasal dari makanan (udang, ikan), Karbo adsorbens (Norit), Attapulgit, termasuk juga mucilagines zat-zat lendir yang menutupi luka pada dinding usus seperti kaolin, pectin, garam-garam bismuth dan aluminium. 6 Spamolitika, zat-zat yang dapat melemaskan kejangkejang otot yang sering mengakibatkan nyeri perut pada diarrhea, antara lain papaverin, atropine dan oksifenomium. Beberapa penyakit infeksi usus yang seringkali menyebabkan diarrhea adalah ;

ii. Kolera , disebabkan oleh bakteri vibrio cholerae asiaticae dengan cirri diarrhea air beras, muntah-muntah, kejang dan an uria (terhentinya pengeluaran air seni), ada juga yang disebabkan vibrio cholerae El Tor, obat-obat yang biasa digunakan adalah Tetrasiklin dan kotrimoksazol atau kloramfenikol, untuk mengatasi dehidrasi diberikan cairan oralit. iii. Disentri basiler, atau Shigellosis disebabkan oleh beberapa basil gram nega tif dari genus Shigella dengan cirri-ciri, demam, nyeri kepala, radang selaput lendir, terutama usus besar , kejang dan nyeri di perut serta diarrhea berlen-dir dengan darah. Obat yang biasa digunakan adalah Kotrimoksazol, Sulfo-namida dan antibiotika Tetrasiklin atau Kloramfenikol . iv. Tifus abdominalis atau tifus perut disebabkan oleh basil Salmonella typho sa , paratifus disebabkan oleh Salmonella jenis lain yang sering ditularkan kepada manusia oleh basil-basil ternak (telur itik) dengan gejala demam sa-ngat tinggi dan kepala nyeri seringkali disertai diarrhea berdarah. Obat yang biasa digunakan adalah Kloramfenikol, Kotrimoksazol, Tetrasiklin di tambah dengan Analgetik Antipiretika untuk menurunkan demam. v. Campylobacter, infeksi usus yang disebabkan oleh Campylobacter Jejuni (yang ditularkan lewat daging yang tidak cukup matang) dengan gejala lebih hebat dari infeksi Salmonella, demam tinggi, nyeri kepala dan perut disertai diarrhea berkolik dan berdarah. Obat yang biasa digunakan adalah Eritromi-sin atau Kotrimoksazol. vi. Amebiasis intestinalis atau Disentri Amuba, infeksi usus dengan gejala diarrhea berlendir dan berdarah, kejang-kejang dan nyeri di perut serta mulas hajat. Bila tidak segera diobati penyakit dapat menjadi sistemik dan menjalar ko organ-organ lain seperti hati (hepatitis amuba). Disebabkan oleh protozoa Entamuba hystolitica. Obat yang biasa digunakan adalah,Kliokinol senyawa nitro imidazol ( Metronidazol, Nimorazol, Tinidazol), senyawa Asetanida dan kinon (Diloksanida, Fankuinon), antibiotika Tetrasiklin, Eritromisin, Neomisin dan Basitrasin, senyawa-senyawa Arsen (Karbason), karena toksisitasnya senyawa ini sudah tidak dipakai lagi. vii. Amebiasis jaringan, obat yang berkhasiat terhadap bentuk histolitika di dinding usus atau jaringan lain adalah Emetin, Kloroquin dan senyawasenyawa nitro imidazol. 5. Obat-obat Cacing (Anthelmintika), adalah obat yang dapat memusnahkan cacing didalam tubuh manusia dan hewan. Terhadap cacing didalam rongga usus lebih disukai obat-obat yang tidak diresorpsi agar kadar setempat setinggi mungkin. Sebaliknya terha-dap cacing yang dapat menembus dinding usus dan merayap ke jaringan-jaringan dan organ lain misalnya cacing gelang, hendaknya digunakan obat yang justru diresorpsi de-ngan baik kedalam darah hingga mencapai jaringanjaringan. Penyakit-penyakit cacing, infeksi cacing merupakan satu penyakit yang paling umum tersebar di dunia dan jumlah manuasi yang dihinggapinya semakin bertam-

bah akibat migrasi, lalulintas dan turisme. Diperkirakan lebih dari 60% anak-anak di Indonesia menderita suatu infeksi cacing. Penularan, umumnya terjadi melalui mulut, adakalanya melalui luka di kulit (ca cing tambang dan benang) dengan perantaraan telur dan larva. Terutama bila pembuangan kotoran (tinja) dilakukan dengan sembarangan. Gejala-gejala, seringkali tidak begitu nyata dan berupa gangguan lambung usus seperti mualas-mulas, kejang-kejang dan diarrhea berkala hingga hilang nafsu makan. Pada sejumlah cacing yang menghisap darah tuan rumah dapat terjadi anemia (kekurangan darah) misalnya pada cacing tambang, pita dan cambuk. Pencegahan, sebetulnya mudah sekali, yakni dengan mentaati aturan-aturan hygiene dengan tegas dan konsekwen, seperti misalnya mencuci tangan sebelum makan atau sebelum mengolah makanan atau jangan memakai lagi sesuatu yang telah jatuh ke tanah . Pengobatan, premedikasi ,didalam usus cacing biasanya diselimuti selaput lendir yang membentuk semacam lapisan pelindung, untuk itu diperlukan tinda-kan premedikasi dengan jalan misalnya pantang makan sebelum terapi, atau di berikan suatu laksantia. Sebaliknya setelah pengobatan perlu dilakukan tindakan postmedikasi karenaanthelmintika dalam dosis terapi hanya bersifat melumpuh kan saja tidak mematikan. Untuk mencegah parasit aktif lagi biasanya diberikan laksantia 2-4 jam sesudah nya sehingga cacing yang telah lumpuh dapat segera di keluarkan. Saat ini tindakan premedikasi dan post medikasi tidak diperlukan lagi karena obat anthelmintika sudah bersifat laksantia. Sesuai dengan jenis cacing nya maka berikut ini obat-obat yang dapat digunakan ; a. Ascariasis, disebabkan oleh Ascariasis Lumbricoides atau cacing gelang, berba-haya karena dapat menjalar keluar usus ke organ-orgab lain. Pengobatan harus diulang dengan kur kedua karena tidak semua cacing atau telur-telurnya dapat di musnahkan. Anggota keluarga yang lain merupakan pembawapembawa kista dan sebaiknya turut diobati pula. Obat yang dapat digunakan adalah Mebendazol, Pirantel Pamoat, Piperazin dan Befenium. b. Oxyuriasis, disebabkan oleh Oxyuris Vermicularis atau cacing keremi. Berciri gatal-gatal disekitar anus dan kejang-kejang, adakalanya dapat menyebabkan radang umbai usus (apendisitis). Penularan pada anak kecil seringkali terjadi dengan jalan autoreinfeksi, karena menggaruk-garuk anus pada waktu malam hari (antara jam 8-9 malam cacing betina meletakkan telur di dubur). Semua anggota keluarga harus juga di obati karena Oxyuris satu-satunya cacing yang dapat menularkan langsung dari orang ke orang. Obat yang dapat digunakan adalah Mebendazol, Pirantel Pamoat, Piperazin dan Pivinium. c. Taeniasis, disebabkan oleh Taenia Solium/Saginata atau cacing pita, penularannya terjadi karena makan daging yang belum dimasak cukup lama dan masih mengandung telur cacing. Taenia sukar sekali dibasmi karena memen-dam kepalanya (Scolex) didalam selapu lendir usus dan membentuk segmen-segmen baru. Selain gejala-gejala umum terjadi pula Anemia. Obat yang dapat digunakan adalah Niklosamida (ekstrak Filices)

d. Ancylostomiasis, disebabkan oleh Necator Americanis dan Ancylostoma duodenale. Penularan terjadi oleh larvae yang memasuki kulit di tempat-tempat terluka pada kaki. Seperti taenia, cacing tambang mengkaitkan diri pada mukosa usus dan menghisap darah sehingga menyebabkan anemia. Obat yang dapat digunakan adalah Befenium dan Tetraklor etilen. e. Strongyloides, disebabkan oleh Strongyloides stercoralis atau cacing benang ditulari oleh larvae yang berbentuk benang melalui kulit. Larvae dapat dikena-li lewat tinja yang tidak mengandung telur. Dapat terjadi auto reinfeksi, maka cacing ini dapat bertahan bertahun-tahun, gejala yang khas berupa gatal-gatal di bagian dubur/pantat yang bersifat sementara, obatnya Mebendazol. f. Trichuriasis, disebabkan oleh Trichiuris trichiura atau cacing cambuk, di tula ri oleh telur-telurnya dan pada anak kecil dapat mengakibatkan appendicitis akut dan anemia karena banyak kehilangan darah. Obat yang dapat digunakan adalah Mebendazol. 6. Laksantia/pencahar Adalah zat-zat yang dapat mempercepat gerakan-gerakan peristaltic usus sebagai refleks sebagai perangsangan langsung terhadap dinding usus dengan demikian menyebabkan pembuangan anir besar (defekasi) Khasiat/penggunaan: a. Digunakan pada keadaan konstipasi/sembelit/ susah buang air besar. b. Mengeluarkan zat racun pada peristiwa keracunan c. Sebelum menjalani pembedahan d. Pemeriksaan dengan sinar rontgen untuk pemeriksaan lambung usus. e. Sebelum atau sesudah pemberian obat cacing untuk mengekspose parasit-parasit terhadap obat cacing dan untuk mengeluarkan cacing (yang sudah mati) dan mengeluarkan sisa obat cacing. Bahaya-bahaya penggunaan laksansia antara lain ; a. Absorbsi bahan-bahan gizi di usus kecil terganggu b. Sintesis vitamin-vitamin oleh bakteri di usus besar (Vit K dan B Kompleks) c. Absorbsi kembali ion kalium dan natrium tidak terjadi (di usus besar) sehingga dapat menyebabkan kelemahan otot. Penggunaan laksansia sebaiknya untuk pemakaian singkat saja dan dimulai dari laksansia diit (sayur mayur yang banyak serat juga buah-buahan) , apabila belum berhasil baru digunakan laksansia lainnya. Kontra indikasi, pada umumnya pencahar tidak dapat diberikan pada ; a. penderita yang sedang nyeri perut (ileus), radang usus, radang usus buntu (appendicitis) b. wanita hamil (bahaya keguguran) c. penderita penyakit kandung empedu (khusus Garam inggris) karena garam inggris dapat menyebabkan kontraksi hebat pada organ tersebut (empedu) Penggolongan laksansia berdasarkan mekanisme kerjanya adalah sbb; a. Zat-zat yang merangsang peristaltik secara langsung dibagi 2 golongan yaitu ;

10

1. Merangsang dinding usus besar, digunakan pada keadaan sembelit kronis, contoh nya Phenolftalein dan Bisakodil. 2. Merangsang dinding usus kecil contoh minyak kastor dan kalomel, defekasi terjadi 1-3 jam. ANTIBIOTIKA. Adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme hidup terutama fungi dan bakteri tanah yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhannya . Beradasarkan fungi yang menghasilkan atibiotika, maka antibiotika dikelompokkan sebagai berikut ; 1. PENISILIN, diperoleh dari jamur Penicillium chrysogenum, SEFALOS-FORIN diperoleh dari jamur Chephalorium acremonium kedua kelompok antibiotika ini memiliki rumus bangun yang serupa, keduanya memiliki cincin beta-laktam yang merupakan syarat mutlak untuk khasiatnya. Karena jika cincin ini terbuka oleh enzim beta-laktan (penisilinase atau sefalosforinase) maka aktivitasnya lenyap. Enzim penisilinase hanya dapat menginaktifkan penisilin tidak sefalosforin, kebalikannya berlaku untuk sefalosforinase. Derivat-derivat semi sintetik, pada fermentasi Penicillium chrysogenum dan Chephalorium acremonium terbentuk inti penisilin APA (6-aminopenicillanic acid) dan sefalosforin yang kemudian dipecah menjadi inti sefalosforin ACA (7-amino chephalosporanic acid). Kepada inti penisilin maupun sefalosforin inilah di masukkan substituen-substituen baru sehingga terbentuk derivate semi sintetik dengan aktivitas yang lebih baik, lebih kuat/poten dan lebih tahan terhadap enzim beta-laktamase daripada penisilin ataupun sefa-losforin murni. Guna mengatasi bakteri-bakteri yang resisten telah sintesa 2 jenis antibiotika yang tahan terhadap enzim betalaktamase yaitu ; a. Methisilin, Kloksasilin, Sefoksitin dan Sefotaksim. Molekul dari zat-zat ini mengandung gugus tertentu yang melindungi cincin beta-laktam sehingga enzim penisilinase maupun sefalosforinase yang dibuat oleh bakteri tidak dapat memecahnya. b. Asam klavulenat, Sulbactam (laktamase bloker). Molekul dari zat-zat ini merintangi efek efek laktamase dari stafilokoki dan bakteri gram negative. Antibiotika golongan penisilin di kelompokkan lagi menjadi ; a. Derivat spectrum sempit, Benzil penisilin (Penisilin G), tidak tahan asam oleh karena itu hanya digunakan sebagai injeksi im atau iv, 50% terikat protein plasma, T1/2 nya sangat pendek 30 menit. b. Derivat tahan penisilinase, Methisilin, Kloksasilin, Dikloksasilin, Fluklok sasilin dan Asam Klavulenat (di kombinasi dengan antibiotika tertentu). Derivat ini hamper tidak terurai oleh penisilinase tetapi aktivitasnya lebih ringan dari Penisilin G, sebaiknya digunakan hanya ter-hadap kuman yang resisten terhadap Penisilin, selain itu ikatan protein plasmanya lebih besar.

11

c. Derivat spectrum luas, Ampisilin (amino benzilpenisilin), resorpsinya di usus kurang dari 50%, T1/2 lebih lama dan lebih tahan terhadap penisilinase, ikatan protein plasmanya 25% pada dosis tinggi digunakan untuk meningi-tis karena mampu penetrasi ke CCS. Amoksisilin (hidroksi ampisilin), akti vitasnya sama dengan ampisilin tetapi resorpsinya lebih cepat dan lengkap 90%, pp 17% dan T1/2 nya sama dengan ampisilin. d. Derivat yang aktif terhadap pseudomonas, Karbenisilin dan Sulbenisi-lin struktur kimianya mirip sekali dengan Ampisilin, masing-masing memi liki gugus COOH dan OSO3H pada rantai samping sebagai ganti NH2. Aktivitasnya meliputi banyak bakteri gram negative lainnya Pseudomonas dan Proteus. Resorpsi di usus sangat buruk, maka hanya digunakan sebagai injeksi im atau iv. Untuk mencegah timbulnya resistensi sering di kombinasi dengan gentamisin. 4. SEFALOSFORIN, diperoleh dari jamur Chephalorinum acremonium, dengan inti sefalosforin C (7amino cephalosporanic acid = 7 ACA) ,saat ini dibuat dengan cara semi sintetis dengan mensubtitusi rantai samping, sehingga berdasarkan khasiat anti mikrobanya dan resistensinya terhadap beta laktama-se sefalosforin digolongkan sebagai berikut ; i. generasi ke 1, Sefaleksin, Sefadroksil, Sefradin, terutama aktif terhadap cocci gram negative tidak berdaya terhadap gonococci, haemophylus influenza, terutama digunakan pada infeksi-infeksi parah saluran kemih dan napas. ii. Generasi ke 2, Sefoksitin, Sefuroksim, lebih aktif terhadap E.Coli, Klebsiela dan proteus juga berdaya terhadap gonococci dan H.Influenza. Khasiat terhadap bakteri gram positif lebih lemah. iii. Generasi ke 3, Sefotaksim, Sefotiam, aktifitasnya lebih luas lagi termasuk Pesudomonas dan Bacteroides, sangat aktif terhadap gonococci dan H.Influenza juga berkhasiat terhadap kuman gram negative yang resisten dengan obat generasi ke 2. penetrasinya ke CCS lebih baik sehingga dapat digunakan untuk mengobati meningitis. iv. AMINOGLIKOSIDA, golongan antibiotika ini semuanya mengandung dua atau tiga gula amino dalam molekulnya yang saling terikat secara glukosidid. Dengan adanya gugus amino ini membuat antibiotika golongan aminoglikosida menjadi basa lemah. Aktivitasnya adalah bakterisid terhadap terutama bacilli gram negative anaerob, mekanisme kerjanya dengan mengikat diri pada ribosoma didalam sel-sel bakteri sehingga biosintesis proteinnya di kacaukan. Penggolongan berdasarkan rumus kimianya (kandungan gula amino) adalah sebagai berikut; 1). Streptomisin, mengandung 1 molekul gula amino. 2). Kanamisin dengan derivate Amikasin dan Dibekasin dan Gentamisin dengan derivate Metilmisin, Sisomisin dan Tobramisin mengandung 2 mole kul gula amino.

12

3). Neomisin, Framisetin dan Paromomisin, mengandung 3 molekul gula amino. Resorpsi di usus buruk sekali, T1/2 nya antara 2 dan 3 jam ikatan PP kurang dari 10% di ekskresi lewat urine dalam keaadan utuh. Semua aminoglikosida mengakibatkan kerusakan pada organ-organ pendengaran dan keseimbangan sebagai efek samping dengan gejala pusing tujuh keliling dan tinnitus (telinga berdengung) bahkan ketulian. Selain itu toksis sekali bagi ginjal, sehingga tidak boleh diberikan pada pasien dengan gangguan ginjal. Interaksi, kombinasi dengan aminoglikosida lain sebaiknya dihindarkan berhubung meningkatnya efek nefrotoksis, begitu pula dengan diuretika (furosemid dan asam etekrinat). Golongan penisilin tidak boleh dicampur dengan golongan aminoglikosida/gentamisin (infuse atau injeksi) karena gentamisin akan di inaktifkan oleh penisilin. Neomisin secara oral dapat mengurangi resorpsi dari beberapa obat lainya, antara lain digoksin dan penisilin V. a. Streptomisin, diperoleh dari streptomyces griseus digunakan sebagai bakterisid pada tbc, resorpsinya di usus praktis nihil, distribusinya ke jaringan CCS buruk, tetapi dapat melintas plasenta, T1/2 lebih kurang 12 jam diekskresi lewat ginjal dalam keadaan utuh. Toksisitasnya merupakan keberatan besar karena dapat merusak saraf otak ke 8 yang melayani organ kesimbangan dan pendengaran dengan gejala pusing dan ketulian, pada pasien berusia lebih dari 40 tahun kerusakan organ tidak pulih kembali. Resistensi dapat timbul dalam waktu beberapa jam, terutama pada dosis besar, maka dalam pengobatan tbc selalu digunakan obat lain yaitu INH, Pyrazinamida atau Rifampisin. Penggunaan disamping sebagai obat tbc, dapat digunakan pada endokarditis yang diakibatkan enterococci guna memperkuat khasiat penisilin. b. Kanamisin,dihasilkan oleh Streptomyces kanamyceticus(Umezawa 1955) sifat-sifat farmakokinetikanya mirip dengan streptomisin,spectrum kerjanya lebih lebar, berkhasiat bakteriostatik terhadap basil tbc yang re-sisten terhadap streptomisin, juga digunakan pada infeksi usus. Amikasin adalah derivate aminohidrobutirat yang diperoleh secara semi sintetik, memiliki spectrum kerja terluas dari semua aminoglikosida, efek toksis nya lebih ringan. Dibekasin adalah derivate dihidro dari kanamisin diperoleh secara semi sintetik, spectrum nya sama dengan Tobramisin. Gentamisin, dihasilkan dari Micromonospora purpurea, khasiatnya terhadap Pseudomonas, Proteus dan Stfilokoki, lebih kuat dari Kanamisin sering digunakan sebagai salep dan injeksi. Netilmisin, adalah derivate semisintetik dari gentamisin dengan spectrum lebih kurang sama. Sisomisin, dihasilkan oleh micromonospora inyoensis, rumus kimia dan sifatsifatnya banyak mirip dengan gentamisin. Tobramisin, dihasilkan oleh Streptomyces tenebrarius aktivitasnya kuat terhadap pseudomonas, digunakan terhadap pseudomonas yang telah resisten terhdap gentamisin. c. Neomisin, dihasilkan oleh Streptomyces Fradiae adalah campuran Neomisin A,B dan C, tidak digunakan secara sistemik karena toksisitasnya yang

13

terkuat dari semua aminoglikosida, lebih aktif terhadap bakteri-bakteri usus (Coli, Pseudomonas, Proteus) serta lebih lambat menimbulkan resisten. Digunakan pada disentri atau dipakai secara local dalam kombinasi dengan antibiotika lain pada conjunctivitis dan otitis media, Framisetin, dihasilkan oelh str.decaris, praktis identik dengan neomisin banyak digunakan dalam salep, tetes mata/telinga atau oral untuk melawan infeksi usus. Paromomisin, dihasilkan oleh str.rimosus hanya digunakan secara oral pada infeksi usus, pada penggunaan lama dapat terjadi gangguan absorbsi gizi. 4. TETRASIKLIN, dihasilkan oleh str.aereofaciens, yang pertama diketemukan adalah Klortetrasiklin, baru kemudian Oksiklortetrasiklin yang dihasilkan oleh Str.rimosus, dengan dehidrogenasi dibuat Tetrasiklin, berwarna kuning dan bersifat amfoter. Sejak 1960 zat induk ini dibuat seluruhnya secara sintetis. Dengan logam bervalensi dua atau tiga misalnya kalsium,magenesium ,besi, aluminium dan bismuth mudah terbentuk kompleks yang inaktif karena tidak diresorpsi usus. Aktivitasnya sangat lebar meliputi gram positip dan negatip yang pathogen, terhadap pseudomononas dan Proteus tidak berkhasiat. Efek samping, seringkali terjadi mual, muntah atau diarrhea dan yang paling berat adalah mengendap pada jaringan tulang dan gigi yang sedang bertumbuh dari janin dan anak-anak. Penggunaan , berkat kegiatan yang sangat lebar, tetrasiklin merupakan obat pilihan untuk banyak infeksi sperti bronchitis, pneumonia, disentri amuba dan kolera.

14

15

Anda mungkin juga menyukai