Anda di halaman 1dari 2

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Medication Error (ME) adalah kejadian yang merugihkan pasien akibat pemakaian obat, tindakan, dan perawatan selama dalam penanganan tenaga kesehatan yang sebetulnya dapat dicegah. (Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer 1027/MENKES/SK/IX/2004). Data tentang kejadian medication error terutama di indonesia tidak banyak diketahui. Hal tersebut kemungkinan karena tidak teridentifikasi secara nyata, tidak dapat dibuktikan, atau tidak dilaporkan. (Charles, dkk. 2006). Berdasarkan laporan yang diterima Tim Kesehatan Pasien RS (KP-RS) R.K. Charitas kejadian tidak diinginkan yang terjadi selama lima tahun terakhir, yang berkaitan dengan obat (ME) sebanyak 76 kasus (26%) dari seluruh kejadian yang tidak diinginkan yang terjadi. Meskipun sebagian besar kasus tidak terjadi dampak yang fatal, beberapa diantaranya termasuk kategori bermakna secara klinis. (Simamora,dkk.2011). Salah satu faktor penyebab terjadinya medication error adalah kegagalan komunikasi (salah interpretasi) antara prescriber (penulis resep) dengan dispenser (pembaca resep). (Rahmawati,dkk.2004). Menurut Cohen (1999) salah satu faktor yang meningkatkan resiko kesalahan dalam pengobatan adalah resep. Kelengkapan resep merupakan aspek yang sangat penting dalam peresepan karena dapat membantu mengurangi terjadinya medication error. Sebuah studi di yogyakarta (2010) terhadap sebuah rumah sakit swasta menunjukkan bahwa dari 229 resep, ditemukan 226 resep yang terdapat medication error. Dari 226 medication error, 99,12% merupakan kesalahan peresepan, 3,02% merupakan kesalahan farmasetik dan 3,66% merupakan kesalahan penyerahan. Sebagian besar kesalahan peresepan merupakan akibat dari resep yang tidak lengkap. (Perwitasari,dkk.2010). Tindakan nyata yang dapat dilakukan untuk mencegah medication error oleh seorang farmasis adalah melakukan skrining resep yang meliputi identitas dokter, identitas pasien, nama obat, regimen dosis, serta kelengkapan administratif yang lain. Kelengkapan administratif resep dapat menggambarkan

resep yang ditulis telah sesuai dan memenuhi informasi yang cukup atau tidak sesuai sehingga berpotensi menimbulkan medication error. Dari pernyataan diatas, maka dapat diketahui bahwa masih banyak kesalahan dan ketidaklengkapan resep yang terjadi dalam praktek sehari-hari. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti kelengkapan administrasi resep yang berpotensi timbulnya medication error. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana karakteristik kelengkapan administrasi resep yang berpotensi timbulnya medication error? 2. Seberapa besar frekuensi kelengkapan administrasi resep yang

berpotensi timbulnya medication error? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Menganalisa kelengkapan administrasi resep yang berpotensi timbulnya medication error di apotek x kota palembang. 2. Tujuan Khusus a. Mengindentifikasi karakteristik kelengkapan administrasi resep yang berpotensi timbulnya medication error. b. Mengukur frekuensi kelengkapan administrasi resep yang berpotensi timbulnya medication error.

D.

Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan manfaat lain : 1. Bagi penulis, dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan. 2. Bagi apotek, dapat menjadikan informasi dan acuan dalam

pengambilan kebijakan. 3. Bagi instansi yang terkait, dapat menjadikan salah satu cara dalam penanganan medication error. 4. Bagi masyarakat, dapat memberi informasi dan wawasan tentang dunia kefarmasian.

Anda mungkin juga menyukai