Anda di halaman 1dari 6

A.

Deskripsi obat anti diare secara umum

Diare adalah keadaan buang - buang air dengan banyak cairan mencret dan
merupakan gejala dari penyakit - penyakit tertentu atau gangguan lain, seperti diuraikan
dibawah ini (Yun diare =mengalir melalui). Kasus ini banyak terdapat dinegara - Negara
berkembang dengan standar hidup yang rendah, dimana dehidrasi akibat diare merupakan
salah satu penyebab kematian penting pada anak - anak. Diare merupakan suatu gejala ,
pengobatannya tergantung pada penyebabnya. Untuk membantu meringankan diare,
diberikan obat seperti difenoksilat, codein, paregoric, (opium tinctur) atau loperamide.
Untuk membantu mengeraskan tinja bisa diberikan kaolin, pectin atau attapulgitaktif.
Diarenya berat / dehidrasi, maka penderita perlu dirawat di rumah sakit dan diberikan
cairan pengganti dan garam melalui infuse. Selama tidak muntah dan tidak mual, bisa
diberikan larutan yang mengandung air, gula, garam.

Kelompok obat yang sering digunakan pada diare adalah :


1. Kemoterpeutika untuk terapi kapsul, yakni memberantas bakteri penyebab diare,
seperti antibiotika, sulfonamina dan senyawa kinolon.
2. Obstipansia untuk terapi simtomatis, yang dapat mengakibatkan diare dengan
beberapa cara, yakni :
a. Zat - zat penekan peristaltic sehingga memberikan lebih banyak waktu untuk
reabsorsi air dan elektrolit oleh mukosa usus yakni candu dan alkaloidannya,
derivate petidin (loperamida) dan anti kolinergika (atropine, ekstrak belladonna)
b. Adstrigensia, yang menciutkan selaput lender usus, misalnya asam samak (tanin)
dan tannalbumin, garam - garam bismuth dan aluminium.
c. Adsorbensia, misalnya karbo adsorbens yang pada permukaanya dapat menyerap
(adsorpsi) zat - zat beracun yang dihasilkan oleh bakteri atau yang adakalanya
berasal dari makanan (udang, ikan ). Termasuk disini adalah juga mucilagines, zat
- zat lender yang menutupi selaput lender usus dan luka - lukanya dengan suatu
lapisan pelindung, umpamanya kaolin, pektin, (suatu karbohidrat yang terdapat
a.l. dalam buah apel ) dan garam - garam bismul serta aluminium.
3. Spasmolitika, yakni zat - zat yang dapat melepaskan kejang - kejang otot yang sering
kali mengakibatkan nyeri perut pada diare, a.l.papaverin

ZAT - ZAT TERSENDIRI


1. Zat penghambat peristaltic
a. Candu : opium, pulpis, opii
Candu bekerja melalui otot - otot licin dan menekan peristaltic (gerakan usus).
Maka berguna sebagai obstipans pada pengobatan disentri dan kolera. Berhubung
daya kerjanya terhadap SSP dan resiko adiksi, candu tidak boleh digunakan
sembarangan.
b. Loperamida (Imodium)
Zat ini (1974) memiliki kesamaan mngenai rumus kimianya dengan opiat
petidin dan berkhasiat obstipasi kuat dengan mengurangi peristaltik. Berbeda
dengan petidin, loperamiuda tidak bekerja terhadap SSP, sehingga tidak
mengakibatkan ketergantungan. Lagi pula zat ini mampu menormalisasi
keseimbangan reabsorpsi - sekresidari sel- sel mukosa, yaitu memulihkan sel- sel
yang berada dalam hipersekresi ke keadaan reabsorpsi normalkembali. Maka
banyak digunakan pada diare akut dan diare wisatawan bula tak ada demam atau
darah dalam tinja. Secara oral diabsorpsi untuk 65%, tetapi karena FPE besar BA-
nya hanya k.l % mak paruhnya 7-15 jam. Dalam hati dirombak hamper tuntas,
metabolitnya diekskresi dengan empedu, secara utuh melalui tinja. Efek
smapingnya berupa mual, muntah, pusing, mulut kering dan eksantem kulit.
Dosis pada diare akut dan kroonis permulaan 2 tablet dari 2 mg, lalu setiap
2 jam 1 tablet maka maksimal. 8 tablet seharinya. Anak - anak sampai 8 tahun : 2-
3 dd 0,1 mg setiap kg bobot makan , anak - anak 8 - 12 tahun pertama kali 2 mg,
maksimal 8-12 mg sehari. Tidak boleh diberikan pada anak - anak dibawah usia 2
tahun, karena fungsi hati belum berkembang dengan sempurna untuk dapat
menguraikan obat ini.
Loperamida -oksida (arestal) adalah pro -drug (1996) yang dalam usus
besar dirombak oleh kuman menjadi loperamida. Dalam usus hanya diserap untuk
20% (loperamida untuk 65%) t-nya 1 jam . menimbulkan lebih jarang konstipasi
(koksivver AS. Pharma selecta 1998, 14 : 8-10) . dosisnya : permulaan 2 mg, lalu
1 mg, setelah setiap buang air mencret maksimal 8 mgt. seharinya.

2. Antibiotika
Disini hanya dibicarakan secara singkat zat -zat yang dapat digunakan pada diare
parah.
a. Ampisilin dan amoksilin
Bekerja agak lambat, setelah 5-6 hari demam hilang dibandingkan rata -
rata 3 hari dngan kloramfenikol, juga menghasilkan pembawa basil. Dosii : oral
3-4 dd1 g

b. Kotrimoksasol ; bactrim
Mampu menghilangkan demam dalam 4 hari. Setelah terapi tidak
mengandung basil tifus, sehingga efektif juga untuk mengobati pembawa basil.
Berhubungan bahaya gangguan darah sebaiknya juga digunakanlebuih dari dua
minggu.
Dosis ; 2 dd 3 tablet a b480 mg sampai bebas demam, kemudian 2 dd 2
tablet selama 7 hari.
c. Kloramfenikol
Obat ini merupakan obat yang paling unggul terhadap basil tifus.
Keberatanya adalah tidak berkhasiat mematikan kuman, sehingga sering kali
timbul pembawa basil, juga dapat menyebabkan anemia aplatis fatal. Resistensi
sudah sering kali dilaporkan.
Dosis biasa adalah 50 mg setiap kg bobot badan sehari. Setelah demam
hilang (3-4 hari), pengobatan dilanjutkan selama 8-10 hari dengan dosis yang
lebuh rendah guna mencegah kambuhnya penyakit. Pengobatan maksilam 14 hari
atau total 30 g kloramfenikol.

d. Tektrasiklin
Obat ini kurang berkhasiat terhadap salmonella,walaupun basil tersebut
akan hilang dari darah dan tinaj, anamun penyakit berlanjut terus tanpa
perubahan. Obat ini juga tidak begitu efektif terhadap disentri basiler . dosis : 4-
6dd 250-500 mg.

3. Obat lainnya
a. Tanin (F.I) ; sama samak, acidum tannikum.
Tanin bersifat mengendapkan zat putih telur dan berkahsiat adstrigens,
yaitu dapat meringankan diare denagn menciutkn selaput lender usus. Oleh karena
merangsang lambung (rasa mual, muntah-mu ntah) maka tanin hany igunakan
sebagai senyawanyayang tidak melarut, yakni tannalbumin. Zat ini lebih efektif
dan tidak memberikan efek - efek samping tersebut diatas.
Tannalbumin(tannalbin) adalah persenyawaan sukar larut anatara tanin
dan albumin secara berabgsur-angsur melepskan tanin kedalam usus. Seringkali
obat ini diberikan pada anak-anak sebagai obat tambahan pada pengobatan infeksi
usus. Dosis : 3 dd 0,5-1 g, anak - anak sesuai berat badan.

b. Karbo adsorbens (F.I) : arang aktif,norit, bekarbon.


Karbon adalah arang halus (nabati atau hewani) yang telah diaktifkan
melalui suatu proses tertentu. Obat ini memiliki daya serap pada permukaanya
(absopsi) yang kuat, terutama terhadap zat-zat yang molekulnya besar, seperti
lakaolida, toksin bakteri atau zat - zat beracu yang beasal dari makanan. Begitu
pula banyak obat dapat diabsorpsi pada karbo in vivo a.l
asetosal,parasetamol,fenobarbital,glutetimida, fenotiazin, antidepresiva trisiklis,
digoksin, amfetamin, ferosulfat, propantelin dan alcohol. Oleh karena itu obat -
obat ini jangan diberikan bersamaan waktu, tetapi 2-3 jamsetelah pemberian
karbo. Dosis biasa : 3-4 dd 0,5-1 g.
c. Kaolin : bulus alba (F.I), argila *kaopectate
Kaolin (china : kao ling = bukit tinggi) adalah sebetulnya bahan untuk
membuat porselin. Sejak dahulu aluminium silikat yang mengndung air ini,
sydah digunakan sebagai adsorbens tiksin pada diare. Dosis biasa : 3 dd 50-100 g
sebagai suspense dalam air, biasanya dikombinasikan denagn karbo adsorbens
atau dengan pektin.

d. Attpulgit (enterogit, *diagit)


Attapulgit berbentuk sebagai serbuk tanah lempung dan terdiri dari
magnesium, aluminium silikat. Digunakan dalam bentuk tablet atau suspensi
sebagai absorbens kuman dan toksin yang menyebabkan diare, disamping
mengurangi kehilangan cairan tubuh, mengurangi frekuensi diare dan
memperbaiki konsistensi feses. Wanita hamil dan selama laktasi : dapat
menggunakan obat ini karena tidak diabsopsi.
Efek sampingnya yang umum adalah sembelit. Dosis ; 1,2-1,5 g setiap kali
buang air maksimal 9 g sehari.

e. Bismut subkarbonat
Selain berkhasiat obstipasi, juga dapat membentuk suatu lapisan pelindung
untuk menutup luka-luka dinding usus akibat peradangan. Senyawa-senyawa
bismuth lainnya juga digunakan dalam pengobatan, misalnya bismuth subsalisilat
ANTASIDA
A. Deskripsi obat secara umum

Antasidsa (senyawa magnesium, aluminium dan bismuth,hidrotalsit, kalsium


karbonat, nabikarbonat). Zat pengikat asam atau antasida (anti=lawan, acidus = asam)
adalah basa-basa lemah yang digunakan untuk mngikat secara kimiawi dan mentralkan
asam lambung. Efeknya adalah peningkatan pH, yang mengakibatkan berkurangnya kerja
proteolitis dari pepsin (optimal pada pH 2). Diatas pH4 aktivitas pepsin menjadi
minimal.
Penggunaanya berbagai macam selai pada tukak lambung usus juga pada indigesti
dan rasa terbakar (heartburn) pada gastro-oesopageal reflux ringan dan pada gastritis.
Obat ini mampu mengurangi rasa nyeri dilambung dengan cepat (dalam beberapa menit).
Efeknya bertahan 20-60 menit bila diminum pada perut kosong dan samapi 3 jam dan
apabila diminum 1 jam sesudahamkan. Makanan dengan daya mengikat asam (susu)
sama efektifnya terhadap nyeri.
Peningkatan pH garam-garam magnesium dan Na-bikarbonat menaikkan pH isi
lambung sampai 6-8 CaCO3 sampai pH 5-6 garam - garam aluminumhidroksida samapai
maksimum pH 4-5. Beberapa antsida (al-hidroksida,sukralfat, dan bismuth koloiudal)
memiliki khasiat melindung tukak dengan jalan menutupnya suatu lapisan pelinung
terhadap serangan asam pepsin.
Kehamilan dan laktasi. Wanita hamil sering kali dihinggapi gangguan reflus dan
rasa terbakar asam. Antasida dengan aluminium hidroksida dan
magnesiumhidroksidaboleh diberikan selama kehamilan dan laktsi.

1. Senyawa magnesium dan aluminuim dengan sifat netralisasi baik tanpa diserap
usus merupakan pilihan pertama. Kerna garam magnesium bersifat mencahar, maka
biasanya dikombinasikan dengan senyawa aluminium 9atau kalsium karbonat) yang
justru bersifat obstipasi 9dalam perbandingan (1:5). Persenyawaan molekul dari Mg
dan Al adalah hidrotalsityang juga sangat efektif.

2. Natriumbikarbonat dan kalsiumkarbonat bekerja kuat dan dan pesat tetapi dapat
diserap usus dengan menimbulkan alkalosis. Adanya alkali berlebihan didalam darah
dan jaringan menimbulkan gejala mual,muntah, anoreksia, nyeri, kepala dan
gangguan perilaku. Semula penggunannya tidak dianjurkan Karena terbentuiknya
CO2 pada reaksi dengan asam lambng yang dikira justru mengakibatkan hipersekresi
asam lambung (rebound effect) tetapi penelitian baru (1996) tidak membenarkan
perkiraan tersebut.
3. Bismutsubsitrat dapat membentuk lapisan pelindung yang menutupi tukak, lagi pula
berkhasiat bakteristatis terhadap H. pylori. Kini banyak digunakan pada terapi
eradikasi tukak, sealu bersama dua atau tiga obat lainnya. Waktu makan obat, sudah
diketahui umum bahwa keasaman lambung menurun segera setelah makan dan mulai
naik lagi satu jam kemudia hingga mencapai dataran tinggi 3 jam sesudah makan.
Berhubung dengan data ini maka antasida harus digunakan lebih kurang 1 jam setelah
makan dan sebaiknya dalam bentuk suspensi. Telah dibuktikan bahwa tablet bekerja
kurang efektif dn lebih lambat, mungkin karena proses pengeringan selama
pembuatan mengurangi daya netralisirnya. Pentakaran,pada oesopagitis dan tukak
lambung 1 jam sesudah makan dan sebelum tidur. Pada tukak usus 1 dan 3 jam
sesudah makan dan sebelum tidur.

Anda mungkin juga menyukai