Anda di halaman 1dari 6

4.

1 Hasil
4.1.1 Tabel Hasil Pengamatan Anestesi
Kelompok Obat Berat Badan Onset Durasi

Na-CMC 36 g 3 menit 2 menit

Entrostop 31 g 15 menit 10 menit

Diatabs 32 g 30 menit 15 menit

Loperamid HCL 31 g 20 menit 1 menit 5 detik

Zinc 27 g 28 menit 18 menit

4.1.2 Tabel Hasil Pengamatan Proteksi


Kelompok Berat Volume Onset Berat Konsistensi
Obat Badan Pemberian Defekasi Feses Feses

Cair-
Na-CMC 32 g 1 mL 30 menit 1,6 g
lembek

2 menit 1,78 g
Loperamid 35 g 1 mL Lembek
30 detik

Cair &
Zinc 27 g 1 mL 28 menit 1,04 g
semi padat

Diatebs 1 mL

Entrostop 1 mL

4.1.3 Tabel Hasil Pengamatan Metode Transit Intestinal


Panjang
Kelompok Berat Volume Panjang1 Selisih
Marker Norit
Obat Badan Pemberian Usus (a) (a-b)
(b)
Na-CMC 32 g 0,2 mL 56,5 cm 4,5 cm 52 cm

Loperamid 35 g 0,2 mL 50 cm 8 cm 42 cm

Zinc 0,2 mL 50 cm 25 cm 25 cm

Diatebs 32 g 0,2 mL 65 cm 10,5 cm 54,5 cm

Entrostop

4.2 Perhitungan
4.2.1 Perhitungan Selisih Marker
1. Na-CMC
Panjang Usus Keseluruhan – Panjang Marker Norit = 56,5 cm - 4,5 cm
= 52 cm
2. Loperamid
Panjang Usus Keseluruhan – Panjang Marker Norit = 50 cm - 8 cm
= 42 cm
3. Zinc
Panjang Usus Keseluruhan – Panjang Marker Norit = 50 cm - 25 cm
= 25 cm
4. Diatabs
Panjang Usus Keseluruhan – Panjang Marker Norit = 65 cm – 10,5 cm
= 54,5 cm

4.3 Pembahasan
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan
dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali atau
lebih) dalam satu hari (Depkes RI, 2011). Dalam percobaan ini digunakan metode
anastesi,proteksi dan transit intestinal dengan menginduksi hewan coba yakni
mencit dengan norit. 2
Hal pertama yang dilakukan yaitu menyiapkan alat dan bahan yang
digunakan dan membersihkan alat dengan alkohol 70%, yang berfungsi sebagai
desinfektan. Alkohol 70 % berfungsi sebagai desinfektan terhadap berbagai
kuman pada membran stetoskop, dengan menyemprot dan menggenangi membran
stetoskop selama 10 menit, hasilnya alkohol 70% terbukti mampu mereduksi
jumlah koloni kuman sampai 91% tiap membran stetoskop (Jojok, 2016).
Sebelum memberikan perlakukan pada mencit, dilakukan penimbangan
berat badan terlebih dahulu untuk mengetahui apakah mencit sudah memenuhi
persyaratan. Mencit dalam kondisi baik terdapat pada BCS nilai 3 dimana tubuh
mencit tidak nampak tonjolan tulang, namun apabila diraba cukup mudah
merasakan adanya tulang-tulang tampak atasnya biasanya sudah lebih kurus
tampak berisi, tulang pelvis dorsal atau tulang panggul sedikit teraba (Stevani H,
2016).
Pada percobaan ini, digunakan obat Loperamid, zinc, diatabs, entrostop dan
Norit. Menurut stevani H (2016) dan Widya Kardela (2018), norit adalah
karboadsorben sebagai markar uji obat diare. Penggunaan norit sebagai indikator
berwarna hitam secara visual dan merupakan kimus yang utuh sampai ke kolon
karena tidak diabsorbsi (Widya Kardela,2018).
Percobaan yang pertama dilakukan yaitu anestesi menggunakan eter. Eter
diletakkan diatas kapas dan dimasukkan dalam suatu wadah tertutup kedap,
kemudian hewan ditempatkan dalam wadah terebut dan ditutup. Saat hewan sudah
kehilangan kesadaran, hewan dikeluarkan dan dan hitung onset dan durasi.
Percobaan kedua yaitu metode proteksi. digunakan oleum ricini, menurut
Sherwood (2011), oleum ricini yang bekerja mengurangi absorpsi cairan dan
elektrolit serta menstimulas peristaltik usus, sehingga berkhasiat sebagai
lansaksia. Berdasarkan kerjanya, obat yang memiliki khasiat antidiare akan
mampu mengurangi waktu terjadinya diare, mengurangi bobot feses diare dan
memperbaiki konsistensi feses pada mencit yang dibuat diare dengan oleum ricini.
Pada percobaan menggunakan metode proteksi ini, mencit diinduksi
dengan menggunakan oleun ricini. Metode proteksi dilakukan dengan pemberian
larutan Na-CMC sebagai kontrol, Entrostop, Diatabs,
3 Loperamid HCL dan Zinc.
Keempat larutan obat tersebut dibuat terlebih dahulu dengan cara dilarutkan
masing-masing serbuk obat sesuai perhitungan dosis ke dalam 15 mL Na-CMC.
Diambil masing-masing 1 mL larutan obat kemudian diinduksikan ke mencit
melalui rute oral menggunakan sonde. Setelah 20 menit pemberian obat, diberi
oleum ricini sebanyak 1 mL melalui rute oral, kemudian dipindahkan mencit ke
wadah pengamatan. Menurut Suliska dkk. (2019), yang mengatakan bahwa oleum
ricini di usus halus akan dihidrolisis oleh lipase menjadi gliserol dan zat aktifnya
yakni asam risinoleat, yang terutama bekerja di usus halus untuk menstimulasi
sekresi cairan dan elektrolit serta menstimulasi peristaltik usus. Adapun
parameter yang diamati pada metode ini, yaitu onset defekasi, berat feses dan
konsistensi feses.
Percobaan selanjutnya yaitu metode transit intestinal,dengan menggunakan
norit sebagai marker. Menurut Stevani (2016), metode transit intestinal, adalah
metode dengan melihat gerakan peristaltik usus diukur dengan menggunakan
suatu marker, semakin tinggi gerakan peristaltik, maka semakin sering pula terjadi
defakasi yang ditandai dengan semakin besar pula jarak yang ditempuh oleh
marker. Obat diare akan mengurangi peristaltik usus sehingga akan memperkecil
rasio, sedangkan obat laksansia akan memperbesar rasio, sehingga metode ini juga
digunakan pula pada protokol pernapasan terarah aktivitas laksansia.
Dilakukan anastesi pada mencit yang diberi perlakuan metode transit
intestinal. Menurut Stevani (2016), Anestesi adalah keadaan ketidaksadaran yang
diinduksi pada hewan. Anestesi diperlukan terutama sebelum hewan itu dibedah,
ada tiga tahapan anestesi yaitu analgesia (penghilang rasa sakit), amnesia
(hilangnya memori) dan imobilisasi. Mencit yang dalam keadaan hilang kesadaran
kemudian dieuthanasia. Euthanasia adalah istilah mematikan hewan uji dikenal
sebagai euthanasia, yaitu suatu proses dengan cara bagaimana seekor hewan di
bunuh dengan menggunakan teknis yang dapat diterima secara manusiawi. Hal ini
berarti hewan mati dengan mudah, cepat, tenang dengan rasa sakit yang sedikit
mungkin.
Selesai proses euthanasia mencit dibedah dengan sangat hati-hati dengan
memperhatikan etika pembedahan hewan coba yang4 telah ditetapkan, tujuan
pembedahan terhadap hewan coba yakni untuk melihat panjang marker terhadap
panjang usus mencit.
Mekanisme Diare menurut Amin (2015), yaitu yang pertama gangguan
osmotik yang terjadi karena isi usus menarik air dari mukosa. Mekanisme dasar
penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik (makanan yang tidak dapat
diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus
berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi
akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat
kemudian menjadi diare.
Mekanisme yang kedua yakni sekretorik dimana usus halus, dan usus besar
tidak menyerap air dan garam, tetapi mengsekresikan air dan elektrolit. Fungsi
yang terbalik ini dapat disebabkan pengaruh toksin bakteri, garam empedu,
prostaglandin, dan lain-lain. Cara terjadinya, melalui rangsangan oleh cAMP
(cyclic AMP) pada sel mukosa usus (Amin, 2015)
Mekanisme ketiga yaitu Eksudatif ditemukan pada inflamasi mukosa seperti
pada colitis ulcerativa, atau pada tumor yang menimbulkan adanya serum, darah,
dan mukus. Mekanisme yang terakhir yaitu gangguan motilitas mengakibatkan
hiperperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit
(dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa
(asidosismetabolik dan hypokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output
berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah (Amin, 2015).
Selama praktikum berjalan terdapat kemungkinan kesalahan dalam
pelaksanaanya yaitu, pada saat pemberian larutan obat baik loperamid maupun
norit, dimana hewan coba saat diberikan larutan obat melawan sehingaa banyak
obat yang tidak terminum oleh hewan coba. Selain itu pada saat melakukan
euthanasia praktikan melakukannya dengan sedit ragu-ragu.

5
Das M dan Das R. Need of Education and Awareness Towards Zinc Supplementation: A
Review. International Journal of Nutrition and Metabolism. 2012;4(3):45-50.

Anda mungkin juga menyukai