Anda di halaman 1dari 8

DATA PENGAMATAN

Bobot Mencit Mencit I (Kontrol) II (Uji 1) III (Uji 2) Berat (gr) 10,5 10,3 11,7

Diameter Saliva a. Mencit Kontrol (1) Waktu 5 10 15 20 25 rata-rata Diameter tiap Kelompok (cm) 1 1,35 1 1,9 1,8 2,1 1,63 2 1,4 2,4 2,47 2,0 1,8 2,01334 3 2,2 3,0 2,8 2,2 1,9 2,42 4 3,7 4,06 3,96 3,56 2,73 3,402 5 1,0 2,2 2,4 2,35 1,9 1,97 6 2,4 4,0 3,8 3,0 3,4 3,32 Ratarata 2,008 2,777 2,888 2,485 2,305 2,493

b. Mencit Uji 2 Waktu 5 10 15 20 25 rata-rata Diameter tiap Kelompok (cm) 1 2,1 3,4 4,4 3,4 3,1 2,48 2 0 0,1 1,167 1,5 2,0 1,054 3 0,3 2,2 2,0 2,0 1,8 1,66 4 1,05 0,75 0,55 1,5 1,1 0,99 5 0 0 0 0 0 0 6 1,8 0,6 0,4 0,1 0 0,58 Ratarata 0,875 1,175 1,42 1,417 1,33 1,127

c. Mencit Uji 3 Waktu 5 10 15 20 25 rata-rata Diameter tiap Kelompok (cm) 1 0,3 1,2 2,5 2,4 2,0 1,68 2 1,0 2,9 3,8 4,1 3,5 3,06 3 0 0,5 2,5 2,5 2,4 1,58 4 3,8 3,25 3,0 3,0 2,5 3,11 5 2,0 3,4 3,0 2,5 2,3 2,64 6 2,2 3,2 3,0 4,2 3,0 2,52 Ratarata 1,55 2,408 2,967 3,117 2,617 2.4317

PERHITUNGAN

Volume dosis

a. Mencit Kontrol (1) Uretan (i.p) PGA (p.o) Pilokarpin (s.c) : : :

b. Mencit Uji 2 Uretan (i.p) Atropin (p.o) Pilokarpin (s.c) : : :

c. Mencit Uji 3

Uretan (i.p) Atropin (s.c) Pilokarpin (s.c)

: : :

Persen Inhibisi

a. Mencit Uji 1

b. Mencit Uji 2

GRAFIK

Grafik 1. Hubungan Antara Waktu Dengan Diameter Saliva

3.5 3 2.5

diameter (cm)

2 1.5 1 0.5 0 0' 5' 10' 15' 20' 25'

Kontrol Uji 1 Uji 2

waktu

Diagram 1. Hubungan Antara Pemberian Obat Dengan Diameter Saliva

3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 Kontrol Uji 1 Uji 2

Diameter saliva

hewan coba

PEMBAHASAN Dalam praktikum obat sistem syaraf otonom (antikolinergik ini) bertujuan untuk menghayati secara lebih baik pengaruh berbagai obat sistem syaraf otonom dalam pengendalian fungsi-fungsi vegetatif tubuh dan mengenal suatu teknik untuk mengevaluasi obat antikolinergik pada neoroefektor parasimpatikus. Sistem saraf dibedakan atas 2 divisi anatomi yaitu sistem saraf pusat (SSP) yang terdiri dari otak dan medulla spinalis, serta sistem saraf tepi yang merupakan sel-sel saraf yang terletak diluar otak dan medulla spinalis yaitu sarafsaraf yang masuk dan keluar sistem saraf pusat. Sistem saraf tepi selnajutnya dibagi dalam divisi eferen yaitu neuron yang membawa sinyal dari otak dan medulla spinalis ke jaringan tepi, serta divisi aferen yang membawa informasidari perifer ke sistem saraf pusat. Bagian eferen sistem saraf tepi selanjutnya dibagi dalam 2

subdivisifungsional utama, yaitu sistem somatik dan sistem otonom. Eferen somatik dapat dipengarui oleh kesadaran yang mengatur fungsi-fugsi seperti kontraksi otot untuk memndahkan suatu benda. Sedangkan sistem otonom tidak dipengaruhi kesadaran dalam mengatur kebutuhan tubuh sehari-hari. Sistem saraf otonom terutama terdiri atas saraf motorik visera (eferen) yang menginevarsi otot polos organ visera, otot jantung, pembuluh darah dan kelenjar eksokrin. Obat agonis kolinergik meniru efek asetilkolin dengan cara berikatan langsung pada kolinoseptor, sedangkan obat antagonis kolinergik (disebut juga obat penyekat kolinergik atau obat antikolinergik) mengikat kolinoreseptor tetapi tidak memicu efek intraseluler diperntarai reseptor seperti lazimnya. Praktikum ini dilakukan berdasarkan prinsip bahwa pemberian zat kolinergik pada hewan percobaan menyebabkan salivasi dan hipersalivasi yang dapat diinhibisi oleh zat antikolinergik. Bahan yang digunakan adalah obat kolinergik yang digunakan adalah pilocarpin, atropin sebagai obat antikolinergik, pga dan uretan. Sedangkan alat yang digunakan adalah papan yang telah dibentuk sedemikian rupa dan dilapisi kertas saring dengan metilen biru untuk mengukur diameter saliva hewan percobaan (mencit), sonde dan alat suntik 1 ml serta timbangan.

Hewan percobaan yang digunakan adalah mencit jantan. Mencit betina tidak digunakan karena pengaruh fisiologis mencit yang memiliki hormonhormon tertentu yang dapat mempengaruhi hasil yang diinginkan. Langkah pertama yang dilakukan adalah memberi tanda untuk tiap-tiap mencit. Mencit kontrol 1 diberi tanda 1 garis menggunakan spidol pada ekornya, mencit uji 2 diberi tanda 2 garis dan mencit uji 3 diberi tanda 3 garis pada ekornya. Setelah diberi tanda, masing-masing mencit ditimbang dan hasilnya adalah mencit 1 10,5 gr, mencit 2 10,3 gr dan mencit 3 11,7 gr. Setelah diketahui bobotnya, dilakukan perhitungan dosis volume untuk mengetahui volume obat yang akan diberikan pada mencit tersebut. Mencit 1 sebagai mencit kontrol diberikan uretan/PGA sebanyak 0,39375 ml dan pilokarpin sebanyak 0,105 ml. Mencit 2 diberikan uretan sebanyak 0,38625 ml, atropin 0,2575 ml dan pilokarpin 0,103 ml. Mencit 3 diberikan uretan sebanyak 0,43875, atropin dan pilokarpin sebanyak 0,117 ml. Variasi lainnya terdapat pada cara memberikan obat tersebut. Pada praktikum kali ini digunakan tiga rute pemberian obat yaitu peroral, intraperitonial dan subkutan. Melalui rute peroral, diberikan dengan sonde oral yang ditempelkan pada langit-langit atas mulut mencit, kemudian masukkan pelan-pelan sampai ke esophagus. pemberian lewat langit-langit dimaksudkan agar aquades dapat langsung tertelan tanpa keluar lagi. Selanjutnya pemberian obat secara subkutan. Pemberian obat secara subkutan ini dilakukan dengan menyuntikkan dibawah kulit dan di daerah tengkuk. Sebelum jarum disuntikkan terlebih dahulu tengkuk dioleskan oleh alcohol sebagai desinfektan dan untuk melebarkan pembuluh darah. Setelah itu baru disuntikkan ke daerah tengkuk. Selain itu, pemberian obat juga dilakukan secara intraperitonial. Pemberian obat secara intraperitonial ini dilakukan dengan memegang mencit dengan telunjuk dan ibu jari kiri, lalu posisi tubuh mencit dibalikkan sehingga permukaan perut menghadap praktikan dan ekornya dijepit diantara jari manis dan kelingking kiri. Posisi kepala agak dibawah abdomen. Jarum disuntikkan dengan sudut 10o dari abdomen agak kepinggir. Hal ini dilakukan untuk mencegah terkenannya kandung kemih dan apabila terlalu tinggi akan mengenai hati.

Pertama, mencit 1 diberikan uretan secara intraperitonial dan langsung diberikan pga secara peroral. Lalu ditunggu 45menit sebelum diberikan pilokarpin secara subkutan. Mencit 2 diberikan uretan secara intraperitonial dan langsung diberikan atropin secara peroral. Lalu ditunggu 45menit sebelum diberikan pilokarpin secara subkutan. Mencit 3 diberikan uretan secara intraperitonial lalu ditunggu 15 menit untuk diberikan atropin secara subkutan. Lalu ditunggu 45menit sebelum diberikan pilokarpin secara subkutan. Sembari menunggu pemberian pilokarpin, alat untuk mengukur diameter saliva dibuat. Papan berukuran 40 x 30 cm diletakkan di atas papan lain dengan ukuran yang sama. Papan pertama membuat sudut 10o dengan papan kedua, sehingga membentuk segitiga. Papan bagian atas diberikan alas 4 cm. Setelah itu ditaburi metilen biru sebagai lapisan tipis dan kertas saring yang telah dikotakkotakan. Kotak tersebut terdiri dari 3 kolom yang mewakili mencit 1, 2 dan 3. Kotak tersebut juga memiliki 5 baris yang mewakili waktu setelah pemberian pilokarpin. Waktu tersebut adalah 5 menit, 10 menit, 15 menit, 20 menit dan 25 menit. Waktu 5 menit berada dikotak yang paling bawah dan diurutkan sehingga waktu 25 menit berada dipaling atas. Setelah 45 menit dari waktu pemberian atropin, mencit diberikan pilokarpin secara subkutan. Kemudian mencit diletakkan di kotak waktu pertama ( 5 menit ). Harus dipastikan bahwa mulut mencit berada tepat diatas kertas pada kotak yang diinginkan. Setelah lima menit, mencit dipindahkan pada kotak waktu 10 menit. Lalu perhatikan noda saliva mencit yang bercampur dengan metilen biru sehingga menimbulkan noda pada kertas saring. Noda tersebut dilingkari dengan spidol atau pensil, lalu diukur diameternya. Diameter saliva mencit kelompok 3 pada waktu 5 menit, 10 menit, 15 menit, 20 menit, dan 25 menit, yaitu: mencit 1 2,2 cm; 3,0 cm; 2,8 cm; 2,2 cm; 1,9 cm, mencit 2 0,3 cm; 2,2 cm; 2,0 cm; 2,0 cm; 1,8 cm, dan mencit 3 0,0 cm; 0,5 cm; 2,5 cm; 2,5 cm; 2,4 cm. Setelah mendapatkan diameter saliva mencit, dilakukan perhitungan %inhibisi mencit 2 dan mencit 3. %inhibisi mencit 2 adalah 31,4% dan %inhibisi mencit 3 adalah 34,7 %.

Anda mungkin juga menyukai