Sistem saraf otonom terdiri atas saraf praganglion , ganglion dan saraf
postganglion. Impuls saraf diteruskan dengan bantuan
neurotransmitter, yang dikeluarkan oleh saraf praganglion maupun
saraf postganglion.
• OTAK
SISTEM SARAF PUSAT • SUMSUM TULANG
BELAKANG
SISTEM
SARAF • AFEREN
SISTEM SARAF TEPI • EFEREN
SARAF SIMPATIS SARAF PARASIMPATIS
1. Letak badan sel Torax 1 -12 Saraf Cranial III,VII, IX, X
praganglion Lumbal 1-3 Sakral 2, 3, 4
(thoracolumbal) (Craniosakral)
2. Posisi ganglion Jauh dari efektor Dekat efektor
(praganglion pendek) (praganglion panjang)
3. Reseptor α dan β Nikotinik, Muskarinik
4. Neurotransmitter
a. Praganglion Asetilkolin Asetilkolin
b. Postganglion Norepinefrin Asetilkolin
R: N, M
PARASIMPATIS
N: Asetilkolin
R: ⍺, ℬ
SIMPATIS N: Asetilkolin, NE
1. Kolinergik
a. Agonis kolinergik, contohnya pilokarpin
b. Antagonis kolinergik, contohnya atropin
2. Adrenergik
a. Agonis Adrenergik, contohnya amfetamin
b. Antagonis Adrenergik, contohnya fenoksibenzamin
OBAT KONSENTRASI DOSIS
Pilokarpin I 3% 3 tetes
Atropin I 2% 3 tetes
Pilokarpin II 0,02% 2 mg/ kgBB
Atropin II 0,00015% 0,015 mg/kgBB
Urethan 10% 1,8 g/kg BB
1. Efek Obat Kolinergik dan Antikolinergik pada Mata Kelinci
a. Ukur diameter pupil normal, pada cahaya suram dan cahaya terang
(lampu senter) → ukur kedua pupil mata kiri dan kanan
b. Teteskan :
Pada mata kanan 3 tetes Pilokarpin I
Pada mata kiri 3 tetes atropin I
c. Tunggu 10 menit, kemudian ukur diameter masing-masing pupil mata
d. Teteskan :
Pada mata kanan 3 tetes atropin I
Pada mata kiri 3 tetes pilokarpin I
e. Letakkan masing-masing mencit diatas papan salivasi, pada kotak paling bawah
f. Setelah 5 menit, tarik mencit ke kotak atasnya, dan ukur diameter noda saliva yang
terbentuk pada kertas saring
g. Lakukan hal tersebut dengan interval 5 menit selama 25 menit
h. Hitung total luas noda saliva yang dihasilkan oleh mencit 1 dan mencit 2
i. Hitung prosentase inhibisi
1. Setiap mahasiswa melakukan rename zoom sesuai pembagian kelompok
2. Mahasiswa akan dipindahkan melalui breakout zoom dengan masing2 asisten
3. Mahasiswa mendapatkan data diameter pupil normal, pada cahaya suram dan
cahaya terang (lampu senter)
4. Mahasiswa mendapatkan data diameter masing-masing pupil mata kanan
setelah diteteskan pilokarpin I dan mata kiri setelah diteteskan atropine I, dan
sebaliknya. Beri kesimpulan!
5. Presentasi kelompok dengan cara kembali pada main room
1. Setiap mahasiswa mendapatkan 2 data berat badan mencit.
2. Hitung volume penyuntikan pada mencit 1 (uretan, pilokarpin) dan mencit 2
(uretan, atropine, pilokarpin)
3. Mahasiswa mendapatkan data diameter noda saliva mencit 1 dan mencit 2
dengan interval 5 menit selama 25 menit
4. Hitung total luas noda saliva yang dihasilkan oleh mencit 1 dan mencit 2
5. Hitung prosentase inhibisi
6. Presentasi kelompok dengan cara kembali pada main room
ANY QUESTION?
PENUNTUN PRAKTIKUM
FARMAKOLOGI
OLEH :
Lestari Rahayu
Syamsudin
Ni Made Dwi Sandhiutami
Rika Sari Dewi
Laboratorium Farmakologi
Fakultas Farmasi
Universitas Pancasila
JAKARTA
2016
TATA TERTIB
1
LAPORAN PRAKTIKUM
Format laporan :
PRAKTIKUM ……..
……..(JUDUL)……..
Tanggal praktikum :
Kelas / kelompok :
Nama Anggota : 1. ……
2. ……
3. ……
I. Tujuan percobaan
II. Teori percobaan
III. Bahan dan alat
IV. Cara kerja
V. Data pengamatan
VI. Analisis data
VII. Pembahasan
VIII. Kesimpulan
IX. Pustaka
2
ETIKA PENGGUNAAN HEWAN COBA
3
9. Pembedahan atau tindakan lain yang menyakitkan tidak boleh dilakukan pada
hewan yang hanya sekedar dilumpuhkan dengan pelemas otot (muscle relaxant)
saja tapi tidak dianestesi.
10. Pada akhir percobaan, hewan yang akan menanggung nyeri hebat atau kronik,
penderitaan, rasa tidak enak, cacat yang tidak dapat disembuhkan, harus
dibunuh dengan cara yang layak.
11. Prosedur yang dapat menimbulkan nyeri atau penderitaan pada hewan yang
tidak dianestesi tidak boleh digunakan untuk pendidikan atau demonstrasi,
kecuali dengan anestesi.
4
PRAKTIKUM I
PENANGANAN HEWAN PERCOBAAN
I. TUJUAN PERCOBAAN
- Mempelajari cara penanganan hewan percobaan dan rute pemberian
obat
- Memahami cara perhitungan dosis dan konversi dosis
II. PENDAHULUAN
A. Definisi Hewan Percobaan
Hewan percobaan / hewan uji atau sering disebut hewan laboratorium
adalah hewan yang khusus diternakan untuk keperluan penelitian
biologik.
Hewan percobaan digunakan untuk penelitian pengaruh bahan kimia
atau obat pada manusia.
Hewan percobaan yang biasa digunakan pada penelitian farmakologi
antara lain :
• Mencit
• Tikus
• Kelinci
• Hamster
• Kucing
• Kera
• Anjing
5
Cara memperlakukan mencit
- Dengan tangan kanan angkat ekornya dan biarkan mencit
menjangkau kawat kandang dengan kaki depannya, tarik sedikit
ekornya.
- Dengan tangan kiri, cubit kulit diantara 2 telinga dan 3 jari yang
lain memegang kulit punggung
- Ekor dijepit diantara jari manis dan kelingking.
2. Tikus
- Sangat cerdas
- Tidak begitu fotofobik
- Aktivitasnya tidak terhambat dengan kehadiran manusia
- Bila diperlakukan kasar atau dalam kondisi defisiensi nutrisi,
cenderung menjadi galak dan sering menyerang
- Dapat hidup sendiri di kandangnya
Cara memperlakukannya :
- Angkat dengan cara memegang bagian ujung ekor, letakkan
pada kawat kangang.
- Tangan kiri bergerak dari belakang dengan jari tengah dan
telunjuk “mengunci” tengkuknya, sementara ibu jari menjepit
kaki depan
- Untuk perlakuan yang memerlukan ekor, masukkan ke dalam
“holder”
3. Kelinci
- Jarang bersuara kecuali dalam kondisi nyeri yang luar biasa
- Cenderung berontak bila kenyamanannya terganggu
- Sangat rentan terhadap angin langsung dan udara dingin
- Untuk perlakuan yang hanya memerlukan kepala, masukkan ke
dalam “holder”
6
Cara memperlakukan :
- Perlakukan dengan halus
- Jangan memegang telinga saat mengangkat / menangkap
- Pegang kulit leher kelinci dengan tangan kiri
- Dekapkan ke arah tubuh
C. Pengambilan Darah
Darah yang diambil tidak boleh terlalu besar volumenya supaya tidak
terjadi syok hipovolemik, tetapi juga tidak boleh sedikit – sedikit tetapi
sering karena bisa menimbulkan Anemia.
Untuk mengatasi hal tersebut diatas, dapat diberikan cairan pengganti
atau cairan exsanguinis, misalnya : cairan fisiologis NaCl 0,9% /
glukosa 5%.
Jumlah darah maksimum yang boleh diambil :
- 10 % total volume darah / 2-4 minggu, atau
- 1 % total volume darah / 24 jam.
1. Mencit
Ada 4 lokasi tempat pengambilan darah :
a. Sinus orbitalis mata
Cara mengambilnya dengan menusuk sudut mata
menggunakan pipa kapiler
b. Vena lateral pada ekor
- Supaya mudah pengambilan darah, dilakukan dilatasi pada
vena dahulu menggunakan alcohol, xylol, atau dengan
mencelupkan ekornya ke dalam air hangat.
- Untuk pengambilan darah bisa juga dengan memotong
ekornya.
c. Vena saphena kaki
d. Intrakardial
- Pertama – tama dianastesi terlebih dahulu dengan eter
- Ditusukkan langsung ke jantung (mencit dalam keadaan
hidup)
7
2. Tikus
Tempat pengambilan darah sama seperti mencit.
3. Kelinci
Ada 4 lokasi tempat pengambilan darah :
a. Vena marginalis telinga
b. Vena jugularis
c. Vena saphena kaki
d. Intrakardial
8
2. Subkutan
• Mencit, tikus dan kelinci : Obat disuntikan di bawah kulit
daerah tengkuk (di leher bagian
atas) dengan terlebih dahulu
mencubit kulitnya, lalu suntikan
dengan sudut 45 derajat.
3. Intravena
• Mencit dan tikus : Masukan hewan ke dalam “holder”
sehingga ekor terjulur keluar. Obat
disuntikan pada vena ekor (vena lateral)
dengan terlebih dahulu vena ekor di dilatasi
menggunakan alcohol atau xylol.
• Kelinci : Obat disuntikan pada vena marginalis telinga, bulu
telinga harus terlebih dahulu dicukur.
4. Intramuskular
• Mencit : Tidak direkomendasikan
• Tikus dan kelinci : Obat disuntikan pada otot kaki belakang.
5. Intraperitoneal
• Mencit dan tikus :
- Hewan dipegang sesuai ketentuan sebagaimana telah
disebutkan sebelumnya.
- Pada saat penyuntikan, posisi kepala lebih rendah dari
abdomen yaitu dengan menunggingkan mencit atau tikus.
- Jarum disuntikan sehingga membentuk sudut 45 derajat
dengan abdomen, posisi jarum agak menepi dari garis tengah
(linea alba) untuk menghindari agar tidak mengenai organ di
dalam peritoneum.
• Kelinci : Jarang dilakukan
9
E. Euthanasia
Euthanasia adalah “a kind of painless killing” atau “killing by human
being”
Mencit dan tikus, dilakukan dengan cara :
• Dimasukan ke dalam chamber berisi uap eter.
• Injeksi over dosis dengan pentobarbital
• Dislokasi atau dekapitasi (pemutusan tulang leher),
Caranya : Kepala mencit/tikus ditahan dengan 2 jari tangan kiri
kemudian ekor ditarik dengan kuat dan cepat
memakai tangan kanan.
• Bagian leher dibenturkan pada meja porselin.
F. Cara penandaan :
Seringkali diperlukan tanda untuk mengidentifikasi hewan yang
terdapat dalam suatu kelompok atau kandang. Gunakan larutan 10%
asam pikrat dalam air dan sebuah sikat atau kuas.
10
Untuk jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut
11
G. Cara Perhitungan Dosis
Setiap spesies mempunyai sensitivitas yang berbeda dalam menerima
obat. Oleh karena itu perhitungan dosis tidak hanya berdasarkan pada
berat badan tetapi juga harus memperhatikan sensitivitas tersebut
dengan menggunakan tabel konversi dosis (Tabel 1).
20 g
1,0 7,0 12,25 27,8 29,7 64,1 124,2 387,9
Mencit
200 g
0,14 1,0 1,74 3,9 4,2 9,2 17,8 56,0
Tikus
400 g
0,08 0,57 1,0 2,25 2,4 5,2 10,2 31,5
Marmut
1,5 kg
0,04 0,25 0,44 1,0 1,08 2,4 4,5 14,2
Kelinci
2,0 kg
0,03 0,23 0,41 0,92 1,0 2,2 4,1 13,0
Kucing
4,0 kg
0,016 0,11 0,19 0,42 0,45 1,0 1,9 6,1
Kera
12,0 kg
0,008 0,06 0,10 0,22 0,24 0,52 1,0 3,1
Anjing
70,0 kg
0,0026 0,018 0,031 0,07 0,076 0,16 0,32 1,0
Manusia
12
Tabel 2. Karakteristik hewan percobaan
13
H. Strain / Galur
Galur adalah kelompok hewan yang tidak mempunyai variasi biologis
atau variasi biologisnya nol. Hewan percobaan dalam satu galur, bila
mendapat perlakuan yang sama maka efeknya akan sama.
Sesudah
14
III. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Setiap kelompok mendapatkan 3 ekor mencit
2. Cobalah berlatih menyuntik secara per – oral, intra peritoneal dan sub cutan,
masing – masing dengan aquadest 0,1 ml.
3. Timbang ke – 3 ekor mencit.
4. Hitung volume pemberian urethane 10% dengan dosis 1,8 g/kg BB.
5. Suntuklah mencit 1 dengan urethane secara sub cutan.
6. Catatlah waktu dari mulai menyuntik sampai mencit terdepresi.
7. Lakukan pada mencit 2 penyuntikan pe - roral dan mencit 3 penyuntikan intra
peritoneal. Catatlah waktunya seperti prosedur 6.
8. Bandingkan catatan waktu tersebut, dan tentukan urutan rute pemberian obat
mulai dari yang paling cepat menimbulkan efek.
15
PRAKTIKUM II
OBAT-OBAT YANG BEKERJA DI SISTEM SARAF PUSAT
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mempelajari efek dari bermacam-macam obat yang bekerja di sistem saraf
pusat
2. Mempelajari hubungan antara koefisien partisi dan efek dari anastesi umum
II. PENDAHULUAN
Obat- obat susunan saraf pusat yang akan dipelajari dalam praktikum ini adalah :
1. Anestetik umum
2. Hipnotik sedative
3. Perangsang susunan saraf pusat
ANESTETIK
Anestetik berasal dari kata “anesthesia” yang artinya tidak ada rasa sakit.
Anestestik umum berarti menghilangkan rasa sakit disertai hilangnya kesadaran.
Beberapa teori tentang mekanisme terjadinya anestesi umum :
1. Teori koloid
Terjadi penggumpalan sel koloid sehingga terjadi anestesi yang bersifat
reversible
2. Teori lipida
Semakin mudah larut dalam lemak, semakin kuat daya anestetiknya
3. Teori fisika
Adanya hubungan antara aktifitas termodinamik dan ukuran molekul obat
dengan daya anestetik
4. Teori biokimia
Terjadi penghambatan pengambilan oksigen di otak dengan cara menghambat
sistem fosforilasi oksidatif
5. Teori neurofisiologi
Terjadi penurunan transmisi sinaps pada pemberian obat anestetik
6. Teori adsorpsi dan tegangan permukaan
Ada hubungan antara potensi zat anestetik dengan kemampuan menurunkan
tegangan permukaan
HIPNOTIK SEDATIVE
Hipnotik Sedative termasuk dalam golongan depresensia sistem saraf pusat
Yang termasuk hipnotik sedative :
1. Benzodiazepin : Diazepam, Flurazepam, Triazolam
2. Barbiturat : thiopental, Pentobarbital, Phenobarbital
16
PERANGSANG SARAF PUSAT
Contoh obat yang dapat merangsang susunan saraf pusat : cafein, cardiazole,
amphetamin
17
f. Catat waktu mencit mulai normal kembali
g. Bandingkan hasilnya
3. Efek sinergisme
a. Timbang 2 ekor mencit
b. Catat kecepatan pernafasan per menit
c. Suntik kedua ekor mencit secara sc dengan luminal
d. Catat kecepatan pernafasan per menit dengan interval waktu 15 menit
selama 1 jam
e. Sambil diamati dan dicatat waktu mulai kehilangan righting refleks
f. Segera dilanjutkan dengan menyuntikkan diazepam pada mencit ke 2 secara
ip
g. Catat waktu mencit mulai normal kembali
h. Bandingkan hasilnya
4. Efek Antagonisme
a. Timbang 2 ekor mencit
b. Catat kecepatan pernafasan per menit
c. Suntik kedua ekor mencit secara sc dengan luminal
d. Catat kecepatan pernafasan per menit dengan interval waktu 15 menit
selama 1 jam
e. Sambil diamati dan dicatat waktu mulai kehilangan righting refleks
f. Segera dilanjutkan dengan menyuntikkan cardiazol pada mencit ke 2 secara
ip
g. Catat waktu mencit mulai normal kembali
h. Bandingkan hasilnya
18
d. Lakukan prosedur b dan c terhadap wadah 2 (kloroform) dan wadah 3
(alkohol)
e. Bandingkan hasilnya
19
PRAKTIKUM III
HISTAMIN DAN ANTIHISTAMIN
I. TUJUAN PERCOBAAN
Memahami prinsip bekerjanya obat-obat antihistamin
II. PENDAHULUAN
▪ Histamin dibentuk dari asam amino L-Histidin yang mengalami dekarboksilasi
ikatan cis oleh enzim histidin dekarboksilase dengan kofaktor piridoksal fosfat
▪ Histamin mempunyai 2 reseptor : reseptor H1 dan H2
▪ Metode evaluasi Histamin ada 2 :
o Invitro
o Invivo
1. Invitro
▪ Cara : Organ dilepaskan dari hewan kemudian dimasukkan ke dalam
chamber yang berisi cairan yang cocok (biasanya cairan NaCl Fisiologis)
▪ Contoh : Ileum terisolasi, paru dan trakea
▪ Keuntungan :
o Tidak mengalami proses farmakokinetik
o Dosis yang dipakai kecil
o Dapat mengamati langsung pada reseptor
▪ Kerugian :
o Alat mahal
o Perlu keahlian
2. Invivo
▪ Keuntungan :
o Alat murah
o Tidak diperlukan keahlian
▪ Efek Histamin yang dapat diamati :
o Gejala alergi/gatal-gatal
o Bronkokonstriksi
o Peningkatan permeabilitas kapiler
o Peningkatan asam lambung
20
III. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Pengaruh Pemberian Histamin Aerosol
Dasar percobaan : Pemberian Histamin aerosol pada hewan coba dapat
memperlihatkan gejala alergi dan bronkokonstriksi yang
dapat diatasi dengan pemberian antihistamin
Tujuan Percobaan : untuk melihat pengaruh pemberian antihistamin dalam
memproteksi pengaruh histamin
Prosedur Percobaan :
1. Siapkan 2 ekor mencit
2. Mencit 1 disemprot histamin aerosol! amati
3. Mencit 2 diberi difenhidramin 15 mg/kgBB secara i.p ! tunggu 30 menit !
semprotkan histamin aerosol! amati
4. Gejala yang diamati :
a. gatal-gatal/alergi
b. Bronkokonstriksi
2. Efek Histamin Pada Kulit Kelinci Dengan Menggunakan Zat Warna Trypan Blue
Dasar Percobaan : Trypan Blue adalah zat warna yang dapat keluar dari kapiler
bila terdapat peningkatan permeabilitas kapiler. Efek ini dapat
digunakan untuk mengetahui reaksi alergi yang disebabkan
oleh Histamin
Tujuan Percobaan : Untuk mengetahui efek antihistamin terhadap kulit yang
disebabkan oleh Histamin dan ditandai dengan trypan blue
Prosedur Percobaan :
▪ Cukur bulu kelinci dengan diameter ± 5 cm
▪ Timbang
▪ Suntik antihistamin secara i.v
o CTM dosis 0,0138 mg/kg BB (kadar 0,005%)
o Atau Diphenhidramin dosis 5 mg/kgBB (kadar 2%)
▪ Diamkan 30 menit
▪ Suntik Histamin 0,1 ml secara intradermal (kadar 0,0125%)
▪ Diamkan 10 menit
▪ Suntik Trypam Blue secara i.v dosis 10 mg/kg BB (kadar 2%)
▪ Amati
21
PRAKTIKUM IV
OBAT-OBAT YANG BEKERJA DI SISTEM SARAF OTONOM
I. TUJUAN PERCOBAAN
II. PENDAHULUAN
Sistem saraf otonom terdiri atas saraf praganglion , ganglion dan saraf
postganglion. Impuls saraf diteruskan dengan bantuan neurotransmitter, yang
dikeluarkan oleh saraf praganglion maupun saraf postganglion.
22
Penggolongan obat-obat yang bekerja pada sistem saraf otonom
1. Kolinergik
2. Adrenergik
a. Ukur diameter pupil normal, pada cahaya suram dan cahaya terang
(lampu senter) ! ukur kedua pupil mata kiri dan kanan
b. Teteskan :
d. Teteskan :
23
• Pada mata kiri 3 tetes pilokarpin I
Tutup bagian atas papan tersebut dengan kertas saring, dan bagilah
bidang tersebut menjadi 4 jalur membujur dan 5 jalur melintang
MENCIT 1 MENCIT 2
T=0 Urethan i.p Urethan i.p
Atropin II s.c
24
PRAKTIKUM V
TOKSIKOLOGI
I. TUJUAN PERCOBAAN
- Mahasiswa akan memperoleh gambaran cara merancang percobaan untuk
mendapatkan nilai ED50 sebagai model dari percobaan LD50.
- Mahasiswa memahami konsep indeks terapi (TI) dan cara penerapannya.
II. PENDAHULUAN
Toksikologi : Ilmu yang mempelajari pengaruh negatif toksikan pada mahluk
hidup.
Tosikan : Bahan / agen yang dapat menimbulkan respon negatif pada
sistem biologi.
Efek negatif : Suatu perubahan biologi (fisiologi) yang tidak normal dari mahluk
hidup dalam waktu tertentu.
Bidang ilmu yang menunjang :
Ilmu murni Ilmu terapan
Biologi Imunologi
Kimia Forensik
Fisiologi Klinik
Patologi Farmasi dan Farmakologi
Fisika Kesehatan masyarakat
Statistik Veteriner
Lingkungan Pertanian
25
4. Hubungan antara konsentrasi bahan kimia pada lokasi kontak dengan
pengaruh yang ditimbulkan adalah hal yang penting untuk diperhatikan.
Dosis efektif 50% adalah dosis suatu obat yang dapat berpengaruh
terhadap 50% dari jumlah hewan yang diuji, sedangkan dosis lethal 50% adalah
dosis suatu obat atau bahan kimia yang dapat menyebabkan kematian sampai
50% dari jumlah hewan yang diuji.
Sebelum menguraikan apa itu dosis efektif dan dosis lethal, terlebih
dahulu kita mengulas mengenai apa itu bahan racun yang menyebabkan
kematian dari populasi mahluk hidup ini. Bahan racun adalah semua bahan kimia
yang dapat menyebabkan kerusakan/kesakitan pada mahluk hidup. Sebagai
akibat dari kerusakan tersebut ialah adanya gangguan pada struktur anatomi dan
fisiologik dari jaringan yang menderita, bahkan dapat menimbulkan kematian.
Semua bahan kimia mungkin akan beracun jika diberikan berlebihan atau rute
pemberian yang tidak lazim. Terlalu banyak oksigen murni, air, maupun garam
dapat menyebabkan kematian, tetapi hal tersebut tidak dapat digunakan sebagai
pegangan, karena bahan yang biasanya disebut racun seperti sianida, arsen dan
sebagainya tidak dapat dikatakan tidak beracun, sehingga kita harus menyatakan
bahwa semua bahan kimia akan beracun jika diberikan secara tidak proporsional.
Untuk menyatakan jumlah bahan kimia yang dapat menyebabkan
beracun maka kita harus tahu pertanyaan berikut ini:
Bilamana bahan kimia akan menjadi toksik?
Jawabannya adalah:
Bahan kimia akan menjadi toksik bilamana bahan tersebut mencapai
jaringan target dan terakumulasi dalam konsentrasi tertentu.
Daya toksisitas suatu bahan toksik biasanya dihitung dari nilai LD50
(Lethal dose 50%). Dosis tersebut menggambarkan konsentrasi bahan – bahan
kimia yang dapat menyebabkan kematian sampai 50% dari jumlah hewan yang
diuji. Nilai LD50 digunakan untuk mengelompokan dosis toksik dari bahan kimia
yang baru diproduksi. Hasil dari uji LD50 dari bahan kimia biasanya bervariasi
untuk setiap spesies hewan dan laboratorium penguji, sehingga nilai LD50
tersebut biasanya hanya merupakan perkiraan (Tabel 1).
26
Tabel 1. Perkiraan dosis LD50 bahan kimia pada hewan percobaan
27
Tabel 2. Kriteria Dosis Urutan Daya Toksisitas Suatu Bahan
Disamping hal tersebut di atas ada istilah dosis efektif, yaitu dosis suatu
obat yang dapat memberikan respon terapi 50% dari suatu populasi yang dicoba
(ED50). Sedangkan indeks therapi (TI) adalah rasio anatara LD50 : ED 50. Pada
Gambar 1 terlihat ilustrasi mengenai hipotesis antara respon dosis efek terapi
(ED50) dengan efek lethal (LD50).
Dalam melakukan uji LD50 ada beberapa syarat yang harus ditaati dan
syarat tersebut cukup sulit untuk dilakukan laboratorium yang kurang
berpengalaman dalam melakukan uji LD50. Syaratnya adalah:
1. Bahan kimia/bahan obat yang diuji:
a.Identifikasi yang jelas dari bahan yang akan diuji
b.Nomor produksi
c.Karakterisasi fisik
d.Kemurnian dan bahan yang mengikuti (impurity)
e.Daya kelarutan (solubility)
f. Stabilitas
28
3. Rute aplikasi:
- Peroral/dermal (bahan padat atau cair) menggunakan tikus, mencit
terutama tikus
- Inhalasi (bentuk gas); menggunakan tikus atau kelinci
- Jumlah hewan per kelompok minimum 8
4. Waktu:
- Akut (minimum 24 jam)
- Kronis (14 – 28 hari – 6 bulan), untuk uji:
• Mutagenecity
• Karsinogenecity
• Reproduktivity
5. Kondisi pemeliharaan:
- Kondisi kandang bersih, ventilasi cukup
- Perawatan baik: cukup air, pakan, diet dan sebagainya.
- Suhu, kelembaban, sinar dan sebagainya.
6. Pengamatan:
- Sering diamati (minimum 1 hari 1 kali untuk uji kronis)
- Dicatat gejala yang terlihat dan lesi – lesi yang timbul
- Pencatatan kematian
- Kelainan tingkah laku
- Dilakukan nekropsi pada hewan yang mati
7. Laporan
- Nilai hasil uji LD50 dilaporkan untuk setiap jenis kelainan, terutama
adanya perbedaan respons untuk setiap jenis kelamin
- Dilaporkan juga kurva dosis mortalitas dan konfiden limit
- Dilaporkan gejala toksisitas yang terlihat, jumlah kematian, jumlah
hewan yang tidak terpengaruh untuk semua tingkat dosis
- Untuk uji dermal: dilaporkan pengaruh local tempat pemberian
- Untuk uji inhalasi: ukuran partikel aerosol harus dilaporkan
- Untuk uji toksisitas kronis perlu dicatat juga waktu terjadinya kematian
29
- Hasil nekropsi perlu dilaporkan seperti:
• Timbulnya lesi – lesi
• Perubahan berat organ target
• Gambaran hematology
• Biokimiawi
• Histopatologi dan sebagainya
Pada prinsipnya percobaan dan cara perhitungan ED50 dan LD50 adalah
sama. Dimana metoda tersebut terus berkembang dari tahun ke tahun yang satu
berbeda dengan yang lainnya. Dari metode Reed dan Muench (1938), Litchfield
dan Wilcoxon (1949) dan Brown (1964). Tetapi yang dipakai dalam percobaan
praktikum Farmakologi di Universitas Pancasila adalah metoda Thomson dan
Weil (1950).
Median efektif dosis (ED50) dapat digunakan untuk pemberian dosis obat
yang menyebabkan 50% dari hewan uji:
- Bereaksi atau tidak bereaksi (reaksi yang diharapkan)
- Hidup atau mati (LD50)
- Positif atau negative
- Masuk dalam kategori yang diharapkan atau tidak
30
Untuk menghitung ED50 dengan rumus:
Log ED50 = log D + d(f+1)
2log m = 2d.δf
Sebaran nilai ED50:
Log ED50 ± 2log m
Keterangan:
D = dosis terkecil yang digunakan
d = logaritma kelipatan dosis
f = faktor (dalam tabel r)
δf = dicari dalam tabel r
31
6. Bila terjadi eksitasi atau hypnosis pada dosis III dan IV bedakan apakah
perbedaan waktu itu nyata atau tidak dengan uji Student’s t-test (n=4),
dari kelompok I dan II.
Tabel 1. Terjadi respon (1) atau tidak terjadi nya respon (0) eksitasi atau
hipnosis pada mencit yang diberi urethan serta waktu terjadinya respon
Dosis (mg/kg) Waktu respon eksitas 1/0 Waktu respon hipnosis 1/0
225
450
900
1800
32
Respon: eksitasi
Kelompok: .........., sub kelompok: ...........,..........,...........,...........
Dosis Respon
Nilai
urethan Subkelompok Subkelompok Subkelompok Subkelompok r
(mg/kg) (1)(5) (2)(6) (3)(7) (4)(8)
225
450
900
1800
Nilai f
Delta f
Respon: paralysis/hypnosis
Kelompok: .........., sub kelompok: ...........,..........,...........,...........
Dosis Respon
Nilai
urethan Subkelompok Subkelompok Subkelompok Subkelompok r
(mg/kg) (1)(5) (2)(6) (3)(7) (4)(8)
225
450
900
1800
Nilai f
Delta f
Hasil dan pembahasan:
1. Hitung nilai ED50 pada masing – masing respon
2. Hitung beda nyata (Waktu respon) pada tiap dosis pemberian dengan uji
statistic
3. Hitung beda nyata denyut jantung/menit sebelum dan sesudah pemberian
obat untuk setiap kelompok perlakuan
4. Bagaimana kesimpulan anda ? Diskusikan dengan kelompok masing –
masing !
33