Anda di halaman 1dari 9

5.

OBAT-OBAT OTONOM ( PARASIMPATOMIMETIKA)

Pengantar

Obat parasimpatomimetika misalnya Pilokarpine bisa bekerja langsung memacu reseptor muskarinik, atau tidak langsung misalnya Fisostigmin ( Prostigmin) yaitu dengan cara menghambat enzim kolin esterase penghambat saraf simpatis dan parasimpatolitik bertitik tangkap pada reseptor muskarinik misalnya Atropin.

Maksud percobaan

Memahami efek beberapa macam obat pada sistem saraf parasimpatis. Hewan Percobaan Alat-alat yang akan digunakan : Kelinci Albino :

a. Penggaris dengan skala milimeter b. Pipet tetes c. Lampu senter Obat : a. Prostigmin (Neostigmin) 0,023% b. Pilokarpine HCL 0,001% c. Atropin sulfat 0,025%

Prosedur percobaan : a. Tiap kelompok mahasiswa bekerja dengan 1 ekor kelinci, perlakukan kelinci dengan baik b. c. d. e.
agar tenang. Ukur diameter pupil horizontal maupun vertikal baik waktu disinari maupun tidak, catat hasilnya. Teteskan 2 tetes Prostigmin pada sakuskonjungtivalis kanan dan 2 tetes pada mata kiri. Catat perubahan-perubahan yang terjadi. Jika miosis sudah terjadi maksimal pada kedua mata, mata kanan dan kiri masing-masing ditetesi dengan 2 tetes Atropin sulfat, catat yang akan terjadi. Dua puluh menit kemudian mata kanan ditetesi dengan 2 tetes Prostigmin, catat apa yang akan terjadi.

6. ANASTESI UMUM

Pengantar

Anastesi umum adalah suatu keadaan hilangnya persepsi sensorik terutama rasa sakit disertai dengan hilangnya kesadaran yang bersifat reversibel. Obat-obat yang menimbulkan anastesi umum disebut anastesika umum ( general anaesthetics). Menurut Guedeel ada 4 stadium anastesi Stadium I : ( Stadium analgesia ) :

Penderita masih sadar dan responsif, perasaan sakit hilang, euforia, respirasi teratur, pendengaran lebih tajam. Stadium II : (Stadium eksitasi/delinium)

Penderita tampak tidak tenang sampai ribut/gelisah, tonus otot naik, respirasi irreguler, pupil tampak membesar, takikardia, gerak bola mata bertambah, kesadaran menurun, refleks masih ada. Stadium I dan II ini bersama-sama disebut stadium induksi. Kemungkinan dapat mati mendadak karena inhibisi vagal atau sensitasi jantung terhadap adrenalin (endogen atau eksogen). Stadium III : (Stadium pembedahan) dibagi 4 plane, yaitu:

Plane 1 : Kesadaran Hilang, tonus otot berkurang , respirasi teratur cepat, dan dalam, gerak bola mata berkurang, pupil kembali keukuran normal, refleks kornea masih ada, refleks muntah dan menelan hilang pada plane ini dilakukan pembedahan kecil. Plane 2 : Gerak bola mata berkurang sekali sampai tidak ada, relksaso otot sempurna, respirasi teratur, refleks kornea hilang pada plane ini biasanya dilakukan pembedahan besar. Plane 3 : Refleks hilang,pupil berdilatasi, palpus lemah tetapi tekanan darah temporer, tonus otot masih ada tetapi relaksasi sempurna, respirasi dalam dan tidak sempurna. Plane 4 : Respirasi jadi abnormal kecil dan dangkal, semua refleks hilang pupil dilatasi maksimal, takikardia, tekanan darah merosot turun.

Stadium IV

: (Stadium paralisa meduler)

Tekanan darah menurun terus akhirnya nol, respirasi hilang, kollaps vasomotor, hal ini terjadi karena over dosis.

Maksud percobaan

Memahami efek anastesi umum dan mengamati tahap-tahap stadium anastesi. Hewan coba : Kelinci Albino sehat

Alat yang digunakan : a. b. c. d. e. f. g. Penggaris ( alat ukur milimeter ) Alat fiksasi Lampu senter Steteskop Eter kap Botol drop Pipet droP

Obat dan bahan a. Eter b. Ammoniak c. Kapas Prosedur percobaan :

a. Tiap kelompok mahasiswa bekerja dengan satu kelinci b. Kelinci dibuat tenang c. Eter kap ditetesi dengan eter lalu ditutupkan ke mulut / hidung kelinci percobaan (penetesan eter sesuai kebutuhan) d. Catat pengamatan sesuai dengan kolom isian berikut. Stadium Tanda-tanda fisik yang terjadi Respirasi abdominal dan torak Denyut jantung per menit Gerak bolamata Ukuran pupil mata Refleks kornea Inhibisi Tonus otot Respirasi abdominal dan torak Denyut jantung per menit Gerak bolamata Ukuran pupil mata Refleks kornea Inhibisi Tonus otot Respirasi abdominal dan torak Denyut jantung per menit Gerak bolamata Ukuran pupil mata Refleks kornea Inhibisi Tonus otot ( Diharapkan tidak terjadi ) Pengamatan Waktu / menit

II

III

IV

e. Lakukan juga pengamatan serupa sebelum percobaan

7. ANASTESI LOKAL

Pengantar

Anastesi lokal adalah obat yang menghambat hantaran saraf bila dikenakan secara lokal pada jaringan saraf pada kadar cukup. Obat ini bekerja pada tiap bagian susunan saraf. Sebagai contoh, bila anastesi lokal dikenakan pada korteks motoris, impuls yang dialirkan dari daerah tersebut terhenti, bila disuntikkan dibawah kulit maka transmisi sensorik dihambat. Pemberian anastesi lokal pada batang saraf menyebabkan paralisis sensorik dan motorik didaerah yang dipersyarafinya. Paralisis saraf oleh anastesi lokal bersifat reversibel tanpa merusak serabut atau sel saraf. Anastesi lokal pertama ditemukan adalah kokain, suatu alkoloid yang terdapat dalam daun Erythroxylon Coca.

Maksud percobaan

Memahami/ mengukur/ membandingkan efek anastesi lokal yang terjadi pada kulit yang tetesi lidokain HCL dan yang diolesi Benzokain salep ( probandus ).

Probandus

Maing-masing kelompok menunjuk 2 orang, probandus pertama menggunakan salep Benzokain dan yang kedua menggunakan Lidokain HCL.

Alat yang digunakan : a. b. c. d. Penggaris ( Jangka sorong ) Jarum pentul Kapas Pipet Tetes

Obat dan bahan a. b. c. d.

Lidocaine injeksi Benzokaine / Anatesin salep 2% Alkohol 70% Ballpoint

Prosedur percobaan

a. Tiap kelompok mahasiswa memilih 2 (dua) orang probandus seorang untuk percobaan Lidokain injeksi dan seorang lagi untuk percobaan Benzokaine salep. b. Tempat yang akan diuji ( telapak tangan dan permukaan kulit ditangan ) masingmasing di sterililisasi lebih dahulu dengan kapas yang telah dibasahi dengan alkohol. c. Tetesi 2 tetes lidokain injeksi / olesi dengan salep benzokain, kemudian masingmasing ditandai dengan ballpoint daerah yang terkena obat anastesi lokal. d. Setelah ditetesi / diolesi, segera dilakukan test kekebalan ( anastesi ) dengan jalan menusuk- nusuk daerah yang ditandai dengan ballpoint tadi, hitung waktu mulai terjadi anastesi. e. Teruskan test kekebalan sampai diluar batas tanda, ukur berapa milimeter kekebalan terasa diluar batas tanda. f. Test kekebalan diteruskan dengan interval waktu test setiap 5 menit, sampai kekebalan hilang ( kembali normal ).

g. Catat waktu yang didapatkan untuk setiap kejadian dalam sebuah tabel, kemudian gambarkan lingkaran tempat anastesi lokal dibuat sebagai berikut :

A = Daerah yang terkena obat Local anastesi.

.A
Gambar daerah yang di test. B = Batas luar anastesi yang Masih terasa tebal ( anastesi )

h. Buat kesimpulan dari hasil percobaan didalam jurnal praktikum.

8. ANALGETIK DAN ANTI INFLAMASI


Pengantar : Analgatik adalah obat yang berkhasiat untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit. Pada umumnya Analgetik di kelompokkan ke dalam dua golongan, yaitu analgetik narkotik dan non narkotik. Efek analgesik dari analgetika narkotik sebenarnya diakibatkan oleh terpacunya reseptor spesifik untuk opiat. Dalam keadaan normal (fisiologis) reseptor ini terpacu oleh beberapa neurotransmiter yang berfungsi dalam mengatasi nyeri. Termasuk dalam golongan ini adalah Morphin, Kodein, dan senyawa sintetik Meperidin (Pethidin), Amiloridin, Metadon, Pentazosin. Analgetik non narkotik sering disebut juga analgetika anti piretika umumya digolongkan pada kelompok Salisilat, Pirazolan dan Para aminofenol dan Asam organik. Beberapa dari golongan tersebutmempunyai efek anti inflamasi sehingga sering di masukkan dan dibicarakan dalm obat anti inflamasi non steroid (NSIDs). Maksud percobaan : Memeahami respon Analgetik setelah pemberian obat. Prohandus : Masing masing kelompok menunjuk 2 orang mahasiswa.

Alat dan bahan : a) b) c) d) Tensimeter dan stetoskope Stop watch Beker gelas atau ember Es batu

Obat yang dipakai : Metampiron dan Parasetamol Prosedur percobaan : a. Tiap kelompok mahasiswa menunjuk 2 orang propandus. b. Propandus A mencelupkan tangannya kedalm air es, catat waktu sampai rasa sakit konstan karena pengaruh dingin es. c. Propandus B di pasangkan manset ( transmeter ) pada lengan kiri pompa sampai di atas tekanan 170 mmHg catat pada tekanan tertentu propandus B merasa sakit konstan. d. Sesudah percobaan diatas, propandus A diberi (minum) obat Paracetamo dan probandus B metampiron. e. 30 menit kemudian lakuakan percobaan b dan c, dibuat 3 kali pengukuran. Catat waktu dan tekanan yang menimbulkan rasa sakt konstan. f. Lakukan setiap 20 menit sampai kembali ke keadaan sebelum minum obat analgetik. g. Bandingkan rasa nyeri sebelum dan sesudah minum obat, buat dalam bentuk grafik.

Hasil :

9.SEDATIVA DAN HIPNOTIKA

Pengantar : Sedative adalah obat yang dapat menimbulkan keadaan sedasi ( tenang,ngantuk ) sedangkan hipnotik adalah obat yang dapat menyebabkan tidur . Dalam dosis ini obat sedativa dapat menyebabkan hipnotik (tidur), Barbiturat selain sebagai sedativa dan hipnotika juga mempunyai efek mengurangi rasa sakit ( analgetik) apabila dikombinasikan dengan obat penghilang rasa sakit . Diazepam dari golongan benzodiazepine selain memberi efek sedasi dan hipnotik juga memberi efek anti kejang dan anti ansietas.

Maksud percobaan : memahami efek sedasi dan hypnosis Hewan percobaan : 2 ekor kelinci untuk seluruh kelompok Alat dan bahan : a. spuit injeksi steril 1ml b. stetoskop c. penggaris d. stopwatch e. kapas f. alkohol 70 %

Obat : Diazepam injeksi dan fenobarbital injeksi Prosedur percobaan : a. Kelompokan mahasiswa dibagi 2 dan masing masing dengan 1 kelinci b. Kelinci 1 mendapat suntikan diazepam injeksi melalui vena marginalis telinga bagian dorsal dosis 0,2 ml c. Kelinci 2 mendapat suntikan fenobarbital 0,4 ml melalui intra muskular ( paha ) d. Amati keadaan yang terjadi,sedasi dengan hipoaktif, posisi punggung pada saat tidur (hipnosis) e. Catat waktu / keadaan sebelum dan sesudah pemberian obat,pupil mata, frekuensi denyut jantung , pernafasan tingkah laku dan aktifitas, sampai kembali sadar seperti semula. f. Buat tabulasi data dan kesimpulan akhir dalam jurnal praktikum

Anda mungkin juga menyukai