PERCOBAAN I
PENGENALAN HEWAN COBA
Hewan coba dalam farmakologi tidak ternilai jasanya dalam memperbaiki kesehatan
manusia, untuk mengetahui khasiat obat senantiasa harus mengorbankan nyawanya. Dalam
praktikum farmakologi ini, percobaan dilakukan pada hewan hidup atau organ yang diisolasi,
karena itu harus dimanfaatkan sebaik-baiknya sebab ilmu pengetahuan kita tebus dengan
pengorbanan hewan coba. Perlakuan yang tidak wajar dapat menimbulkan hasil yang
menyimpang pada pengamatan.
1. Kelinci.
Sifat-sifat utama kelinci:
- Jarang bersuara kecuali dalam keadaan sangat nyeri.
- Akan berontak apabila tidak nyaman.
- Suhu rata-rata 39,50 C dengan kisaran 38,5-400 C.
- Respirasi 50 mt-1, kisaran 35-65 mt-1.
Memperlakukan kelinci:
- Jangan angkat pada telinganya, sebab disana terdapat saraf dan pembuluh darah.
- Pegang pada kulit tengkuknya dengan tangan kiri, angkat memakai tangan kanan dengan
tubuh kelinci telentang.
Oral:
Menggunakan selang karet (sonde lambung) dengan alat pembuka rahang yang dilubangi.
Injeksi:
Sub cutan, di daerah tengkuk diantara kedua scapula (kulit paling longgar).
Intra vena, di telinga pada vena auricularis marginalis, vena sapena, vena jugularis.
Daerah vena disterilkan dulu dengan alkohol, apabila perlu bulu dibersihkan seperlunya.
Intra peritoneal, kelinci dipegang ke atas kaki belakangnya, suntikan pada abdomen bagian
kaudal, alat suntik tegak lurus pada linea alba.
Intra musculus, dilakukan pada otot paha.
Pemberian lain, tetes mata.
2. Tikus
Sifat-sifat utama tikus:
- Resisten terhadap infeksi dan sangat cerdas.
- Tenang dan mudah ditangani bila tidak terkejut, haus atau lapar.
- Tidak begitu takut sekitar.
- Suhu normal 37,50 C.
Laboratorium Farmakologi
2
3. Mencit (Mice)
Sifat-sifat utama mencit:
- Serupa dengan tikus tetapi mencit lebih bersifat penakut, foto fobia, cenderung
berkumpul sesamanya, cenderung bersembunyi dan lebih aktif pada malam hari.
- Temperatur 37,40 C.
- Respirasi 163 mt-1.
4. Katak .
Sifat-sifat utama katak:
- Kulit katak tidak elastis, longgar, licin dan lembab.
- Pernafasan bisa dengan paru atau kulit.
Memperlakukan katak:
- Katak dipegang pada thorak, badannya atau pinggangnya.
- Katak tidak boleh terlalu banyak dipegang karena akan stress, dan kulitnya harus selalu
dibasahi
Cara pemberian obat:
Sub cutan, merupakan pemberian yang umum. Masukkan obat menyeberang sekat yang
membentuk kantung limfe (saccus femoralis, saccus abdominalis dan saccus cranialis)
Cara lain, tidak pernah diberikan.
Laboratorium Farmakologi
3
Hasil Pengamatan:
Jenis Hewan Injeksi Keterangan Oral Keterangan
Kelinci 1.IM =
2.IV =
3.IP =
4.SC =
Tikus 1.IM =
2.IV =
3.IP =
4.SC =
Mencit 1.IM =
2.IV =
3.IP =
4.SC =
Katak 1.IM =
2.IV =
3.IP =
4.SC =
Tanggal :
Paraf dosen /Laboran/Asisten:
Laboratorium Farmakologi
4
PERCOBAAN II
ONSET KERJA OBAT PADA BEBERAPA JALUR PEMBERIAN
TUJUAN :
Untuk mengetahui waktu pemberian obat sampai timbulnya efek pada beberapa jalur
pemberian.
BAHAN :
Hewan percobaan : Tikus
Obat : Striknin
METODE :
Tiap grup mahasiswa mendapat 3 ekor tikus. Masing-masing tikus diberi striknin 5
mg/kg BB. Tikus pertama diberikan secara oral. Tikus kedua dan ketiga secara berurutan
diberikan dengan jalan subcutan dan intra peritoneal.
Perhatikan tanda-tanda konvulsinya dan hitung onset konvulsinya. Kumpulkan data kelas
dan hitung secara statisik untuk mengetahui perbedaan onset kerjanya.
Tanggal :
Paraf dosen /Laboran/Asisten:
Laboratorium Farmakologi
5
PERCOBAAN III
ANTIKONVULSAN
TUJUAN :
Melihat pengaruh obat-obatan antikonvulsan untuk mencegah kejang yang ditimbulkan
oleh striknin.
PENDAHULUAN
Kejang-kejang adalah kontraksi otot yang hebat di luar kemauan. Kejang-kejang dapat
disebabkan oleh perubahan-perubahan patofisiologis, pada percobaan ini kejang ditimbulkan
oleh obat konvulsan yaitu striknin
Striknin menimbulkan kejang dengan cara memblokade mekanisme inhibisi pasca sinaps
sehingga timbul eksitasi yang menyeluruh di susunan syaraf pusat (ssp)
Bagaimanakah mekanisme kerja fenobarbital dan difinilhidantion untuk menghilangkan kejang?
BAHAN :
Hewan percobaan : katak (25 gr)
Obat-obatan : obat x, fenobarbital ,difinilhidantion ,striknin 0,01%
Alat dan bahan : beaker glass, suntikan 1 cc
METODE :
Ambil 3 ekor katak dengan berat kira-kira (25gr )
Pada saccus limphaticus dorsalis disuntikkan;
Katak 1. obat X 0,5 cc
Katak 2. fenobarbital 15 mg/kg BB
Katak 3. difilnilhidantion 50 mg/kg BB
Beri tanda dan masing-masing masukkan ke dalam beaker glass. Perhatikan apa yang
terjadi, periksa responnya terhadap rangsangan ringan (dengan mengetuk beaker glass).
Periksa kepekaan refleksnya dengan menyentuh katak pada kaki atau badannya. Sesudah
1 jam suntikkan 0,5 cc striknin 0,01%. Perhatikan perubahan yang terjadi (respon rangsangan,
reflek, kejang) dan catat pula waktunya.
Laboratorium Farmakologi
6
Hasil Pengamatan:
Pengamatan
Obat-Obatan Respon Rangsangan Reflek Kejang
Fenobarbital
Difilnilhidantion
Striknin
Kesimpulan:
Tanggal :
Paraf dosen /Laboran/Asisten:
Laboratorium Farmakologi
7
PERCOBAAN IV
OBAT-OBAT PADA SARAF OTONOM
TUJUAN :
Melihat pengaruh obat-obatan yang bekerja pada saraf otonom
PENDAHULUAN
Obat yang berkerja pada saraf parasimpatis (parasimpatomimetikum / kolinergik agonis)
mempengaruhi kelenjar otot polos dan otot penarik bulu (erektorfili) pada hewan coba.
BAHAN :
Hewan percobaan : Kelinci, Mencit
Obat-obatan : Asetilkolin 1%, adrenalin 1%, atropin, amphetamine 1%,
asam boraks
Alat dan bahan : Suntikan 1 cc, kapas
METODE :
1. Hewan coba kelinci, bersihkan bulu matanya, pada mata kiri dan kanan. Buat percobaan
sebagai berikut. Perhatikan normal.
a.
Mata kiri Mata kanan
tetesi asetilkolin 1% 1 liter tetesi adrenalin 1% 1 liter
Amati diameter pupilnya
b.
Mata kiri Mata kanan
tetesi adrenalin tetesi asetil kolin
Cuci dengan acid boric berlebihan sampai normal
c.
Mata kiri Mata kanan
tetesi atropine, asetilkolin 1% tetesi atropine 1%, epinefrin
Laboratorium Farmakologi
8
Hasil Pengamatan:
A. kelinci
Perlakuan (pemberian pengamatan
obat) Mata Kiri Mata Kanan
Asetil kolin
Adrenalin
Adrenalin
Asetil kolin
Antropin, epineprin
B. mencit
Pengamatan setalah suntik
Keadaan Awal Amphetamine 1%
mencit pertama
Tanggal :
Paraf dosen /Laboran/Asisten:
Laboratorium Farmakologi
9
PERCOBAAN V
ANTAGONISME PARASIMPATOMIMETIKUM OLEH ATROPIN SULFAT
BAHAN :
Hewan percobaan : Tikus
Obat-obatan : Larutan antropine sulfat 0,5%, larutan pilokarpine 1%
Alat : Spuit
METODE
Amati seekor tikus sebelum disuntik kemudian suntik secara intraperitonial larutan atropine
sulfat 0,5 % dengan dosis 0,5 mg/kg BB, dan lakukan pengamatan terhadap gejala-gejala
penyutikan antropine bila ada /terlihat.
Sepuluh menit setelah penyuntikan antropine. lakukan penyuntikan pilokapine seperti yang
dilakukan pada prcobaan diatas. Adakan lagi pengamatan terhadap gejala-gejala peyuntikan
pilokarpine! Adakah perbedaan hasil pengamatan ini dengan hasil pengamatan percobaan 2.
Hasil Pengamatan
1. Pengamatan sebelum penyuntikan ;
2. Pengamatan setelah penyuntikan atropine;
3. Pengamatan setelah penyuntikan pilokarine;
Hasil Pengamatan :
Sebelum penyntikan Setelah penyntikan antropin Setelah penyuntikan pilokarpin
0,5% 1%
Tanggal :
Paraf dosen /Laboran/Asisten:
Laboratorium Farmakologi
10
PERCOBAAN VI
PENETESAN OBAT-OBAT PARASIMPATIS PADA MATA KELINCI
BAHAN :
Hewan percobaan : Kelinci
Obat-obatan : Larutan fisostigmine 0,2 % larutan pilokarpin hidroklorida
3%,Larutan antropine sulfat 2%
Alat-alat : Kotak kelinci, pipet tetes, penggaris plastik, lampu senter
METODE :
Tempatkan seekor kelinci dalam kotak fiksasi kelinci dan potong bulu matanya perhatikan
kedua matanya dan ukur diameter pupil kiri dan kanan dengan penggaris plastik, periksa juga
mata terhadap refleks-refleks.
Teteskan obat-obat yang akan dicoba pada kantung konjungtiva dan tekan duktus
nasolakrimalis. Amati kapan terjadinya mydriasis atau miosis dan perhatikan beberapa lama efek
tersebut berlangsung. Selama efek masih terjadi ukur diameter pupil berkali-kali dengan interval
yang sama .
Teteskan tiga tetes larutan fisostigmine pada mata kanan, tiga tetes larutan pilokarpine
hidroklorida pada mata kiri, perhatikan efek yang terjadi bila miosis sudah maksimal. Teteskan
larutan atropine dua tetes pada kedua matanya. Bagaimana pengaruhnya?
Laboratorium Farmakologi
11
Dua puluh menit kemudian teteskan larutan fisostigmine pada mata kanan sebanyak enam
tetes. Perhatikan efeknya. .
HASIL PENGAMATAN
Pengamatan terhadap diameter pupil dan refleks mata :
Perlakuan Mata Kiri Mata kanan
Tanggal :
Paraf dosen /Laboran/Asisten:
Laboratorium Farmakologi
12
PERCOBAAN VII
ANASTETIKA UMUM PERINHALASI
Anastetika umum bekerja menekan susunan saraf pusat secara sektoral, bergerak tidak
beraturan terhadap sistem saraf dari cranial ke kaudal dengan melompati medula oblongata.
Dengan demikian memungkinkan berbagai manipulasi terhadap organ-organ atau jaringan-
jaringan tubuh tanpa kesulitan yang dapat membahayakan nyawa pasien. Dapat menghindarkan
depresi pada pusat-pusat vital dalam kehidupan seperti pusat pernafasan baru terdepres pada taraf
akhir. Anastetika dapat berupa gas atau cairan yang mudah menguap yang yang masuk dan
eliminasi melalui saluran pernafasan, misalnya eter, kloroform, etanol, absolut. Ada zat yang
mempunyai kelemahan seperti siklopropan dapat menimbulkan aritmiacordis dan halotan
menyebabkan hepatotoksik.
BAHAN :
Hewan percobaan : Kucing
Obat-obatan : Eter & atropin
Alat-alat : Kotak anastesi, pipet tetes, penggaris plastik, lampu senter
METODE :
a. Siapkan 2 ekor kucing
b. Perhatikan dan catat hal-hal berikut sebelum pemberian anastesi umum.
Hitung denyut jantung ............... menit
Frekuensi pernafasan setiap menit ..............
Refleks :
palpebra
cornea
pupil
Ukuran diameter pupil
Rasa nyeri
Tonus otot
Kesadaran
c. Masukkan kucing pada tempat tertutup (sungkup), teteskan eter pada kapas kemudian
masukkan pada tempat tersebut.
d. Catat segera perubahan-perubahan seperti di atas:
Hitung denyut jantung ............... menit
Frekuensi pernafasan setiap menit ..............
Refleks :
palpebra
cornea
pupil
Laboratorium Farmakologi
13
PEMBAHASAN:
............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
KESIMPULAN:
............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
Laboratorium Farmakologi
14
Hasil Pengamatan :
A.Kucing Pertama
Perlakuan pengamatan
denyut jantung
frekuensi pernapasan
Palbebra
keadaan awal
refleks Cornea
Pupil
ukuran diameter pupil
rasa nyeri
Tonus Otot
Kesadaran
keadaan setelah penambahan Eter
Perlakuan Pengamatan
denyut jantung
frekuensi pernapasan
Palbebra
refleks Cornea
Pupil
ukuran diameter pupil
rasa nyeri
Tonus Otot
Kesadaran
Laboratorium Farmakologi
15
Hasil Pengamatan :
B. Kucing Kedua
Perlakuan pengamatan
denyut jantung
frekuensi pernapasan
Palbebra
keadaan awal
refleks Cornea
Pupil
ukuran diameter pupil
rasa nyeri
Tonus Otot
Kesadaran
keadaan setelah penambahan Eter
Perlakuan Pengamatan
denyut jantung
frekuensi pernapasan
Palbebra
refleks Cornea
Pupil
ukuran diameter pupil
rasa nyeri
Tonus Otot
Kesadaran
Tanggal :
Paraf dosen /Laboran/Asisten:
Laboratorium Farmakologi
16
PERCOBAAN VIII
ANASTETIKA UMUM PERINJEKSI
Tidak semua anastetika berbentuk gas atau cairan yang mudah menguap, ada pula
anastetika yang tidak menguap, sehingga harus diaplikasikan dengan cara injeksi, kelompok
barbiturat, chloralhydrat, uretan dan magnesium sulfat pada hewan coba dapat menimbulkan
anastesia.
Anastesia perinjeksi induksinya cepat sehingga tidak teramati stadium-stadiumnya sehingga ada
kalanya dalam praktek dipakai sebagai preanastesi.
BAHAN :
Hewan percobaan : Mencit, katak
Obat-obatan : Pentotal 2%, MgSO4 1 %, cloral hydrat 1%
Alat-alat : Spuit
METODE :
A. - Sediakan hewan coba (mencit)
- Amati keadaan normal hewan coba yang anda pakai dengan cara yang lazim
a. Frekuensi jantung ......................................... x/m
b. Laju nafas ......................................... x/m
c. Refleks ......................................... (+/-)
d. Tonus otot ......................................... (+/-)
e. Kesadaran .........................................
f. Rasa nyeri .........................................
- Suntikkan dengan dosis bertingkat pentotal 2% dari dosis yang paling rendah dengan
selang 5 menit.
- Penyuntikan pertama ............. ml
Amati:
a. Frekuensi jantung ......................................... x/m
b. Laju nafas ......................................... x/m
c. Refleks ......................................... (+/-)
d. Tonus otot ......................................... (+/-)
e. Kesadaran .........................................
f. Rasa nyeri .........................................
Laboratorium Farmakologi
17
Laboratorium Farmakologi
18
A.Mencit
Hasil Pengamatan :
Jantung x/m
Laju Nafas x/m
Refleksi (+/-)
Tonus Otot (+/-)
Kesadaran
Rasa Nyeri
Frekuensi
Jantung x/m
Kedua ….ml
Jantung x/m
Laju Nafas x/m
Refleksi (+/-)
Tonus Otot (+/-)
Kesadaran
Rasa Nyeri
B. KATAK
Laboratorium Farmakologi
19
Hasil Pengamatan
Perlakuan Pengamatan keterangan
keadaan awal
Frekuensi Jantung x/m
Laju Nafas x/m
Refleksi (+/-)
Tonus Otot (+/-)
Kesadaran
Rasa Nyeri
penyuntiakan MgSO4 1% dengan dosis bertingkat selang menit
Frekuensi Jantung x/m
Pertama ….ml
C. Katak
Hasil Pengamatan
Perlakuan Pengamatan keterangan
Laboratorium Farmakologi
20
keadaan awal
Frekuensi Jantung x/m
Laju Nafas x/m
Refleksi (+/-)
Tonus Otot (+/-)
Kesadaran
Rasa Nyeri
penyuntiakan Cloral hydrat 1% dengan dosis bertingkat selang menit
Frekuensi Jantung x/m
Pertama ….ml
Tanggal :
Paraf dosen /Laboran/Asisten:
PERCOBAAN IX
OBAT DIURETIK
Pendahuluan
Laboratorium Farmakologi
21
Diuretik adalah obat-obat yang dapat meningkatkan produksi dan ekskesri urin, sehingga
dengan demikian dapat menghilangkan cairan berlebihan yang tertimbun dijaringan. Misalnya
pada udem, dan dengan demikian memulihkan keseimbangan elektrolit dan beberapa metabolit,
jika ginjal sendiri tidak sanggup memelihara homeostatis. Selain itu beberapa diuretic, minsalnya
klortiazida, sifat diuretiknya dapat digunakan oleh penderita tekanan darah tinggi/hipertensi,
dengan sasaran untuk mempertahankan tekanan darah. yang wajar, mungkin karena
memodifikasi metabolism natrium, sehingga akhirnya dipertahankan resistensi perifer yang
rendah (tekanan darah = output jantung x resistensi perifer total ).
Tujuan :
- Mengetahui dan membuktikan bahwa zat /sampel yang diujikan pada percobaan ini
mempunyai efek dieretik
- Membandingkan onset diuretic setiap kelompok
- Membandingkan % efek diuretic setiap kelompok
- Menggambarkan grafik profil diuretic setiap kelompok
Subyek coba
Hewan percobaan berupa mencit putih Swiss Webster, 20-25 gr, feses normal
Laboratorium Farmakologi
22
DIURETIK
Tgl Percobaan :
Subyek Percobaan :
Berat Badan Subyek :
Obat yang Digunakan : 1. Dosis
2. Dosis
Kelompok :
Hasil Pengamatan
Tanggal :
Paraf dosen /Laboran/Asisten:
PERCOBAAN X
(EFEK OBAT SECARA LOKAL)
Efek Absorbensia
Laboratorium Farmakologi
23
Zat yang brsifat absorbensia bekerja dengan cara mengabsorbsi zat aktif lain.
BAHAN :
Hewan Percobaan : Katak.
Obat : Striknin, carbo adsorben
Alat : Spuit 1 ml (tuberculin test)
METODE : Sediakan 2 katak, Satu ekor suntik dengan striknin. Katak lain disuntik dengan
filtrat striknin yang telah dicampuri dengan carbon adsorben lalu saring.
Hasil Pengamatan
pengamatan
perlakuan Katak 1 Katak 2
striknin
Filtrate dengan
campuran carbon
adsorben
Tanggal :
Paraf dosen /Laboran/Asisten:
PERCOBAAN XI
SINERGISME, ANTAGONISME & POTENSIASI
Laboratorium Farmakologi
24
Pada penggunaan klinis, kadang-kadang obat sering diberikan kombinasi dengan obat
lain. Beberapa obat dapat meningkatkan aktivitas obat lain, jika total aktivitas dua jenis obat
lebih besar dari jumlah aktivitas masing-masing obat maka dikatakan kedua obat tersebut
memiliki aktivitas sinergisme. Jika salah satu obat tersebut mengurangi atau meniadakan
aktivitas obat lain, maka oabt tersebut dikatakan bersifat antagonism, sedangkan potensiasi
merupakan besaran aktivitas dua obat yang masing-masing diberikan setengah dosisnya dan
menghasilkan aktivitas penuh.
Sinergisme
Subyek Coba:
Mencit
Bahan : luminal Natrium 2%, Peraldehid 5% dalam NaCl 0,9 % dan mencit Jantan 3 ekor (dari 2
kelompok praktikan)
Alat-Alat:
Spuit Tuberculin 1 ml
Prsedur Pelaksanaan :
1. Aklimatisasi
2. Timbang Berat badan masing-masing mencit, ditandai dan dicatat
3. Suntikkan secara hipodermik mencit 1 dengan 100 mg kg/BB Luminal natrium, mencit 2
dengan 500 mg /kg BB peraldehid
4. Observasi apa yang terjadi (mula kerja obat, gejala-gejala dan berkhirnya kerja obat)
5. Suntikkan secara hipodermik mencit ke 3 dengan 100 mg kg/BB luminal natrium dan
peraldehid 500 mg /kg BB peraldehid
6. Observasi apa yang terjadi (mula kerja obat, gejala-gejala dan berkhirnya kerja obat)
Potensiasi
Bahan :
Kokain HCL 1,5 %
Epinefrin HCL 0,05 %
Kelinci 1 Ekor (dari dua kelompok praktikan)
Alat – Alat :
penetes mata
kotak hewan
penggaris
flashlight
prosedur pelaksanaan:
Laboratorium Farmakologi
25
1. Mata kanan kelinci diteteskan 3 tetes larutan kokain HCL 1,5 % dan mata kirinya ditetesi
dengan 3 tetes larutan epinefrin 0,05%. Observasi dan catat apa yang terjadi (diameter
pupil, reflex terhadap cahaya)
2. Pada menit kesepuluh teteskan pada mata kanan kelinci yang sama 3 tetes epinefrin
0,05%, lalu observasi dan catat apa yang terjadi
Antagonis
Bahan:
Pilokarfin HCL 1%
Atropin sulfat 0,5 %
Kelinci 2 ekor (dari 2 kelompok praktikum)
Alat – Alat:
Spuit injeksi 5 ml
Prosedur Pelaksanaan:
1. Aklimatisasi
2. Timbang berat badan hewan coba
3. Suntikkan secara intravena kelinci 1 dengan pilokarpin HCL 10 mg/kg BB
4. Observasi apa yang terjadi
5. Suntikkan secara intramuscular kelinci 2 dengan antropin sulfat 5 mg/kg BB, selanjutnya
5 menit kemudian suntikkan secara intravena denga n polikarpin 10 mg/kg BB
6. Observasi apa yang terjadi
Laboratorium Farmakologi
26
SINERGISME
Tgl Percobaan :
Subyek percobaan:
Obat yang digunakan : 1. Dosis
2.
Kelompok :
Nama Praktikan : 1.
2.
3.
4.
5.
Pengamatan
Mencit Perlakuan Berat (gr) Mula Kerja Gejala Akhir kerja
Obat (menit) Obat (menit)
I Injeksi Na
luminal 100
mg/kg BB
II Injeksi
Paraldehid 500
mg/kg BB
III Injeksi Na
luminal 100
mg/kg BB +
Paraldehid 500
mg / kg BB
Laboratorium Farmakologi
27
POTENSIASI
Tgl Percobaan :
Subyek percobaan:
Obat yang digunakan : 1. Dosis
2.
Kelompok :
Nama Praktikan : 1.
2.
3.
4.
5.
kelinci perlakuan Pengamatan
Diameter Pupil Refleksi terhadap
Cahaya
Laboratorium Farmakologi
28
Antagonis
Tgl Percobaan :
Subyek percobaan:
Obat yang digunakan : 1. Dosis
2.
Kelompok :
Nama Praktikan : 1.
2.
3.
4.
5.
kelinci Perlakuan Pengamatan
Tanggal :
Paraf dosen /Laboran/Asisten:
Laboratorium Farmakologi
29
PERCOBAAN XII
OBAT-OBAT ANTI DIARE 1
Menghentikan diare dapat dilakukan dengan cara melindungi usus dari iritasi,
menghentikan pergerakan usus atau membunuh agen penyakit, toksin yang terbentuk oleh agen
penyakit tersebut.
BAHAN :
Hewan percobaan : Tikus
Obat : NaCl fisiologis, air teh pekat, diapet, loperamid, karbon aktif, eter
Alat : Alat bedah
METODE :
Sediakan hewan coba (tikus)
Berikan NaCl fisiologis 1 ml, air teh pekat, diapet, loperamid.
Biarkan selama 45 menit.
Berikan karbon aktif yang sudah dilarutkan dalam gum arab atau carboksi metil celator
(CMC)
Biarkan 20 menit.
Matikan hewan coba memakai eter.
Buka ususnya
Bandingkan pergerakan karbon aktif dalam usus antara bahan aktif dengan panjang usus
PENGAMATAN:
Perlakuan Pengamatan keterangan
Tanggal :
Paraf dosen /Laboran/Asisten:
Laboratorium Farmakologi
30
Pendahulauan
Diare merupakan buang air besar (defekasi) dengan tinja, berbentuk cairan atau setengah
cairan (setengah padat), dengan kandungan air pada tinja lebih banyak dari biasanya, normalnya
100±200 ml/tinja. Pada diare, tinja mengandung lebih banyak air dibandingkan yang normal.
Tetapi apabila mengeluarkan tinja normal secara berulang tidak disebut diare. Dengan kata lain,
diare merupakan keaadan buang iar besar dengan banyak cairan (mencret) dan merupakan gejala
dari penyakit – penyakit tertentu atau gangguan lainnya.
Diare sebenarnya adalah proses fisiologis tubuh untuk mempertahnkan diri dari serangan
mikroorganisme (virus, bakteri, parasit dan sebaginya) atau bahan-bahan makanan yang dapat
merusak usus agar tidak menyebabkan kerusakan mukosa saluran cerna. Diare dikatakn
meningkat ketika frekuensi meningkat dengan konsrasi tinja lebih lembek atau cair, bersifat
mendadak dan berlangsung dalam waktu 7-14 hari (Sundo, 1996). Secara normal makanan yang
terdapat didalam lambung dicerna menjadi bubur (chymus), kemudian diteruskan ke usus halus
untuk diuraikan lebih lanjut oleh enzim-enzim. Setelah terjadi resorpsi, sisa chymus tersebut
terdiri dari 90%air dan sisa-sisa makanan yang sukar dicernaditeruskan keusus besar (colon).
Bakteri-bakteri biasanya selalu berada di colon mencerna lagi sisa-sisa (serat-serat) tersebut,
sehingga sebagian besar dari sisa tersebut dapat diserap pula selam perjalanan melalui usus
besar. Artinya juga diresorpsi kembali sehingga akhirnya isi usus menjadi lebih padat (Tjay dan
Raharja, 2002).
Tujuan:
Mengetahui sejauh mana aktivitas obat antidiare dapat menghambat diare yang
disebabkan oleh oleum ricini pada hewan percobaan dengan metode proteksi terhadap diare oleh
minyak jarak.
Subyek Coba:
Hewan percobaan berupa mencit putih jantan galur DDY (deutshe yoken) bobot 20-30 g
dan usia berkisar 2-3 bulan. Mencit sehat dilihat dari mata yang jernih dan bersinar, bulu tidak
berdiri, tingkah laku normal, memiliki feses normal dan berat badan yang tidak menurun
Bahan Obat:
1. Suspense Attapulgit, suspense sediaan padat ekstrak daun jambu biji, suspense karbon
aktif dan suspense loperamide.
2. Oleum ricini
3. Zat pensuspensi (CMC 0,5%)
4. Kertas saring
Alat-Alat:
Laboratorium Farmakologi
31
Prosedur percobaan
1. Hewan percoabaan dibagi kedalm 5 kelompok
2. Mencit dipuasakan selama lebih kurang 20 jam sebelum percobaan dimulai, namun air
tetap diberikan
3. Tiap kelompok diberi sediaan antidiare kecuali dari kelompok kontrol peroral maksimal 1
ml/20 g bb, kemudian ditempatkan didalam bejana individual (toples) yang beralaskan
kertas saring pengamatan yang lebih dahulu dkeringkan dan ditimbang.
4. Satu jam setelah perlakuan, tiap mencit diberi 0,75 ml minyak jarak per 20 gr BB mencit
5. Respon tiap mencit diamati selang 30 menit sampai 4 jam, dan pada 5 jam stelah
pemberian minyak jarak, meliputi waktu terjadinya diare, frekuensi diare, konsistensi dan
jumlah atau bobot feses serta jangka waktu berlangsung diare.
Pengumpulan data
Laboratorium Farmakologi
32
ANTIDIARE
Tgl Percobaan :
Hewan Percobaan :
Obat yang Digunakan : 1. Dosis
2. Dosis
3. Dosis
Kelompok :
Nama Praktikan :
pengamatan
Menit Kontrol Diberi Antidiare + 0,75 ml Minyak Jarak
30
60
90
120
150
180
210
240
270
300
Tanggal :
Paraf dosen /Laboran/Asisten:
Laboratorium Farmakologi
33
PERCOBAAN XI11
PENETAPAN TOKSISITAS AKUT
TUJUAN :
Mengenal prinsip penentuan LD 50 (lethal dose 50) suatu obat dan arti hasil penentuan
tersebut.
PENDAHULUAN :
Terdapat hubungan tertentu antara dosis yang diberikan pada sekelompok hewan
percobaan dan bagian (dinyatakan dalam %) hubungan tersebut tenyata berupa kurva berbentuk
S (kurva sigmoid).
ED50 yaitu dosis yang menyebabkan suatu efek pada 50 % hewan percobaan (efek
tersebut misalnya kejang-kejang). LD 50 yaitu dosis yang menyebabkan kematian.
Persetase efek
100
ED LD
50
25 dosis mg/kg BB
ED1 ED50 LD1 ED99 LD50 LD99
Jarak antara ED50 dan LD50 suatu obat disebut margin of safety. Makin besar margin of
safety makin kurang berbahaya obat tersebut. Demikian pula sebaliknya. Makin kecil margin of
safety makin berbahaya obat tersebut. Perbandingan antara LD50 dan ED50 disebut indeks
terapi.
Cara penentuan dosis letal suatu obat dapat berupa:
Doses terkecil yang membunuh hewan percobaan (MDL-Minimal Lethal dose).
Dosis yang membunuh 100% dari sekelompok hewan percobaan (LD100).
Dosis yang membunuh 1% dari sekelompok hewan percobaan (LD1).
MDL, LD100, LD1 ternyata mempunyai variasi yang besar, sebab itu tidak digunakan
sebagai pegangan untuk menentukan toksisitas akut. LD50 adalah angka yang mempunyai
variasi yang relatif rendah, karena itu LD50 digunakan sebagai ukuran toksisitas akut.
Laboratorium Farmakologi
34
Pemberian suatu dosis obat pada sekelompok individu akan terdapat variasi respon baik
efek terapi maupun efek toksiknya. Variasi respon ini dipengaruhi oleh faktor-faktor: umur, jenis
kelamin, spesies, keadaan patologi, lingkungan (suhu, kelembaban, cahaya, dll). Bila mana
faktor–faktor tersebut di atas dipegang konstan pada percobaan-percobaan yang dilakukan
berulang kali dengan dosis yang sama maka tetap saja akan ada perbedaan efek. Perbedaan
besarnya efek ini disebabkan karena variasi biologik.
BAHAN :
Hewan percobaan : Katak
Obat : Prokain
(kelompok I dosis 400 mg/kg BB)
(kelompok II dosis 600 mg/kg BB)
(Kelompok III dosis 900 mg/kg BB)
Alat-alat : Spuit 1 cc, timbangan hewan, beaker glass.
METODE :
Tiap kelompok disediakan 8 ekor katak. Untuk masing-masing kelompok dosis 2 ekor
katak. Katak ditimbang berat badanya. Kemudian disuntikan prokain dengan dosis yang sesuai
dengan masing-masing kelompok dosis. Suntikan pada ventral lymph sac tepat pada pelipatan
perut pada bagian bawah.
Setelah disuntikkan dimasukkan kedalam beaker glass. Observasi selama 2 jam dan
catatlah jumlah kematiannya. Hasil tiap-tiap kelompok dikumpulkan menjadi hasil kelas, dari
hasil kelas tersebut dibuat kurvanya dan dapat dilihat LD50 berkisar antara dosis berapa. Kita
dapat mempercepat LD50 dengan menggunakan dosis-dosis di antara perkiraan dosis LD50 di
atas, atau kita dapat menggunakan metode Thomson-Weil untuk mengetahui LD50.
Laboratorium Farmakologi
35
Hasil Pengamatan :
Kelompok Dosis Waktu kematian Keterangan
1.
1.
2.
Tanggal :
Paraf dosen /Laboran/Asisten:
Laboratorium Farmakologi
36
PERCOBAAN XIV
KERACUNAN SIANIDA
TUJUAN :
Melihat pengaruh antidota spesifik pada keracunan sianida
BAHAN :
Hewan percobaan : Mencit
Obat : NaCl fisiologis dan Natrium Nitrit
Toksikan : KCN
METODE :
Suntik satu mencit (kontrol) dengan 3 ml/kg (0,9%) natrium klorida secara peritoneal.
Amati gejala yang timbul selama 20 menit. Kemudian suntik dengan 15 mg/kg KCN secara
berurutan. Catat waktu onset konvulsi dan onset mati.
Suntik mencit kedua dengan 20 mg/kg 0,09 % NaNO 3 intra peritoneal selama 20 menit
amati aktivitas hewan. Selanjutnya suntik dengan 15 mg/kg KCN subkutan. Catat waktu onset
konvulsinya. Kemudian bandingkan dengan kontrol.
Tanggal :
Laboratorium Farmakologi
37
PERCOBAAN XV
IDENTIFIKASI SIANIDA DALAM TANAMAN (UJI KERTAS PIKRAT/ PICRATE
PAPER STRIP METHODE/ STEYN TEST)
BAHAN :
Bahan : Daun singkong, kertas pikrat
Alat : Tabung rekasi, mortar untuk mengerus sampel tanaman, tutup
gabus
METODE :
Siapkan 3 tabung reaksi. Tabung 1 masukkan aquades dan diujung lubang tabung
letakkan kertas pikrat (warna kuning) dan jepit dengan penutup gabus sebagai kontrol negatif.
Tabung reaksi ke 2 lakukan seperti tabung pertama, aquades diganti dengan gerusan daun
singkong.
Tabung reaksi ke 3 lakukan seperti tabung pertama, aquades diganti denganti
NaCN/KCN yang dicampur HCl kontrol postif.
Jika terjadi perubahan warna kertas pikrat menajdi merah bata, menunjukkan adanya
sianida (konsentrasi tergantung intensitas warna)
Hasil Pengamatan
Perlakuan Pengamatan (foto) Keterangan
Tabung pertama
Tabung kedua
Tabung ketiga
Laboratorium Farmakologi
38
PEMBAHASAN:
............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
..................
KESIMPULAN:
............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................
Tanggal :
Paraf dosen /Laboran/Asisten:
Laboratorium Farmakologi
39
PERCOBAAN XVI
ANTI DIABETIK ORAL
Pendahuluan
Antidiabetik oral digunakan untuk pengobatan diabetes yang tidak bergantung kepada
insulin (Diabetes Non-Insulin Dependent, DNID, Diabetes tipe II). Glibenklamid adalah salah
satu obat yang termasuk kedalam golongan sulfonylurea generasi kedua dan oabt ini diberikan
kepada pasien DNID yang tidak dapat disembuhkandengan diet atau tidak mau/tida dapat
menggunkan insulin pada kasus gagal diet. Pengobatan bertujuan untuk menghindari gejala yang
ada hubungannya dengan hiperglikemia.
Prinsip Percobaan
Glukosa yang diekresi dapat diindentifikasi secara kualitatif dengan menggunakan
reagensia kalium tembaga (II) tartrat
Tujuan Percobaan
Melihat pengaruh obat antidiabetik oral terhadap penurunan kadar glukosa darah kelinci.
Subyek Coba
Kelinci jantan Putih (BB 2,5-3 kg), Sehat. Setiap 2 kelompok menyediakan 1 ekor kelinci
Bahan Uji/Obat
1. Glibenklamid 0,5 mg/kg berat badan
2. Gom arab 1%
3. kalium tembaga (II) tartrat
4. akuades
5. glukosa 40% 1 ml/kg berat badan
Alat-Alat
1. Timbangan analitik
2. Timbangan hewan
3. Mortir+ stamfer
4. Pipet tetes
Laboratorium Farmakologi
40
5. Disposible syringe 1 cc
6. Tabung reaksi 10 ml
7. Sentrifuge
8. Labu Ukur 100 ml
9. Beaker gelas
Prosedur Pelaksanaan
1. Sebelum percobaan dimulai, hewan coba diaklimatisasi selama 1 – 2 minggu, diberi
makanan/ minuman secukupnya dan kondisinya diusahakan setenang mungkin sebelum
percobaan dumulai
2. Dua belas jam sebelum praktikum dimulai, hewan coba dipuasakan selama 12 jam,tetapi
minum tetap diberikan secukupnya
3. Pada hari praktikum hewan coba diadaftasi diruang praktikum, kemudian diambil
darahnya 0,5 ml (darah kontrol) melalui vena marginalis.
4. Kemudidan hewan coba diberi suspense oral glibenklamid 0,5 mg/kg BB
5. Pengambilan darah melalui vena marginalis 0,5 ml dilakukan kembali setelah pemberian
obat selama 120 menit dengan interval 30 menit (4 kali)
6. Setiap pengambilan darah langsung disentrifuge, kemudian cairan beningnya
dipindahkan kedalam tabung reaksi lalu tambahkan beberapa tetes larutan kalium
tembaga (II) tartrat panas (1:20)
7. Amati apa yang terjadi, bandingkan hasil yang diperoleh pada kelompok kontrol,
perlakukan dan catat apa yang terjadi.
8. Bila terjadi syok hipoglikemi pada hewan coba atasi dengan pemberian injeksi glukosa
40% 1ml/kg berat badan.
Laboratorium Farmakologi
41
HASIL PENGAMATAN
Pengambilan Pengamatan
darah per 30 disentrifuge, ambil caiaran Pembanding keterangan
menit bening +kalium tartarat (foto) (kontrol positif)
Menet ke 30
Menit ke 60
Menit ke 90
Menit ke 120
Tanggal :
Paraf dosen /Laboran/Asisten:
Laboratorium Farmakologi
42
PERCOBAAN XV11
LAKSANSIA, GARAM RETENSI AIR
Keadaan hipertonis pada saluran cerna dapat menarik air dari dinding usus sekitarnya.
Akibat penuhnya usus dengan air dan isi usus dapat meregangkan dinding usus. Peregangan ini
menstimulir refleks untuk mengeluarkan isi usus tersebut, sehingga peristaltik meningkat dan isi
usus dengan cepat berpindah dari cranial ke caudal. Kejadian ini menyebabkan individu menjadi
diare.
Obat yang meningkatkan pengeluaran isi usus disebut sebagai laksansia.
BAHAN :
Hewan percobaan : Kelinci
Obat : Uretan 25%, air, NaCl fisiologis, NaCl 3%, MgSO4 15%, MgSO4
1,7%
Alat : Alat bedah, spuit, benang, selang kecil
METODE :
Sediakan hewan coba (kelinci)
Lakukan anestesi dengan uretan 25%
Pemberian secara sub cutan dengan dosis 1,75 g/kg bb, atau intraperitonial dengan dosis
1,2 g/kg bb atau IV dengan dosis 1,2 g/kg bb
Lakukan laparotomi pada linea alba
Keluarkan usus halus, buat ikatan-ikatan dengan selang 5 cm. Pembuluh darah jangan
sampai terikat
Pada setiap selang injeksikan berturut-turut larutan air, NaCl fisiologis, NaCl 3%, MgSO 4
15%, MgSO4 1,7%
Kembalikan usus ke tempat semula, tunggu 1 jam
Keluarkan usus dan takar volumenya dari setiap selang.
PENGAMATAN:
Air .........................ml
NaCl fisiologis ........................ ml
NaCl 3 % ........................ ml
MgSO4 15% ........................ ml
MgSO4 1,7% ........................ ml
Laboratorium Farmakologi
43
PEMBAHASAN:
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
....................................
KESIMPULAN:
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
...........................................................................................................................
Tanggal :
Laboratorium Farmakologi
44
Laboratorium Farmakologi