Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas ke hadirat Allah Swt. yang dimana atas segala rahmat dan
karunia yang telah dilimpakan oleh-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
makalah tentang penyakit saluran pernafasan pada hewan besar pada mata kuliah
Kesehatan Masyarakat Veteriner yang dimana penyusunan tugas ini merupakan salah
satu tugas akhir mata kuliah Kesehatan Masyarakat Veteriner .

Penyusunan tugas ini tentunya tidak terlepas dari adanya kekurangan dan
kealpaan dari penulis. Maka dari itu, saya meminta kesediaan pendapat baik berupa
kritik dan saran agar tugas ini dapat diperbaiki dan disempurnakan sebagaimana
mestinya.

Darussalam, 7 Desember 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................2
1.3 Tujuan............................................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................................3
2.2.1 Pengertian...................................................................................................................3
2.2.2 Obyek Pengawasan.....................................................................................................5
1.2.3 Pelaksanaan dan Pengawasan......................................................................................7
1.2.4 Pendaftaran dan Pengujian Mutu Terhadap Obat Hewan............................................9
1.2.5 Perizinan Pembuatan dan Peredaran Obat Hewan.......................................................9
BAB III..................................................................................................................................11
PENUTUP.............................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Produk hewan merupakan salah satu bahan pangan yang berperan penting bagi
kehidupan manusia karena mengandung protein hewani yang berguna untuk
pemenuhan gizi masyarakat. Dimana produk hewan merupakan semua bahan yang
masih segar dan/atau telah diolah/diproses untuk keperluan pangan, farmasetika,
pertanian, dan/atau kegunaan lain bagi pemenuhan kebutuhan dan kemaslahatan
manusia. Obat hewan adalah obat yang khusus dipakai untuk hewan. Obat hewan
dalam penggolongan dikenal terbagi menjadi kelompok farmakoseutik premik dan
biologic serta obat hewan bersumber bahan alami, yang diklasifikasikan menjadi obat
keras, bebas terbatas dan obat bebas. Obat hewan dan alkeswan dalam peredarannya
di Indonesia diawasi secara ketat oleh tiga komponen yaitu : (1) komponen
pemerintah pusat (2) komponen pemerintah provinsi dan (3) pengguna obat hewan.
Melalui kegiatan pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh tim Pengawas
Obat Hewan oleh Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan dan Pertanian melakukan
pembinaan dan pengawasan peredaran obat hewan pada pelaku usaha obat hewan.
Hal ini sesuai amanat UU Nomor 18 tahun 2009 Juncto UU Nomor 41 tahun 2014
tentang Perubahan atas UU Nomor 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan
Hewan Pasal 50 Ayat  3 yang menyatakan bahwa pembuatan, penyediaan, peredaran,
pengujian obat hewan harus dilakukan di bawah pengawasan otoritas veteriner dan
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 74/Permentan/Ot.140/12/2007 tentang
Pengawasan Obat Hewan Pasal 7 Ayat 2. Obat hewan yang beredar  di masyarakat
harus terjaga  mutu dan keamananya serta terdaftar dan tepat dalam penggunaannya.
Hal ini sangat penting dilakukan mengingat jika terjadi pelanggaran dalam
penggunaan  obat hewan akan sangat berbahaya khususnya pada hewan ataupun 

1
ternak produksi yang berdampak pada kesehatan manusia terkait adanya residu bahan
obat hewan pada daging. Diharapkan dengan terus dilakukannya kegiatan ini dapat
mencegah berbagai penyimpangan penyediaan dan  peredaran obat hewan untuk (1)
melindungi konsumen dari obat hewan yang tidak memenuhi persyaratan mutu,
khasiat dan keamanannya; (2) memberikan kepastian usaha bagi perorangan Warga
Negara Indonesia atau badan usaha dalam melakukan kegiatan di bidang usaha obat
hewan; dan (3) mencegah masuk dan menyebarkan penyakit hewan menular.

1.2 Rumusan Masalah


1.1.1 Apa yang dimaksud dengan obat hewan ?

1.1.2 Apa saja yang termasuk obyek pengawasan industry dan peredaran obat
hewan ?

1.1.3 Bagaimanakah pelaksanaan pengawasan industry dan perdaran obat hewan ?

1.1.4 Bagaiamana pendaftaran dan pengujian mutu terhadap obat hewan ?

1.1.5 Bagaiamana perizinan pembuatan maupun peredaran obat hewan yang benar ?

1.3 Tujuan
1.1.6 Untuk mengetahui apa itu obat hewan

1.1.7 Untuk mengetahui obyek pengawsan industry dan peredaran obat hewan

1.1.8 Untuk mengetahui pelaksanaan pengawasan industry dan peredaran obat


hewan

1.1.9 Untuk mengetahui pendaftaran dan pengujian mutu terhadap obat hewan

1.1.10 Untuk mengetahui perizinan pembuatan dan peredaran obat hewan yang benar

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.2.1 Pengertian
Pengertian obat hewan menurut Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia
nomor 14/permentan/pk.350/5/2017 tentang klasifikasi obat hewan :

 Obat hewan adalah sediaan yang dapat digunakan untuk mengobati hewan,
membebaskan gejala, atau memodifikasi proses kimia dalam tubuh yang
meliputi sediaan biologik, farmasetik, premiks, dan sediaan obat alami.

 Klasifikasi obat hewan adalah penggolongan obat hewan berdasarkan tingkat


bahaya obat hewan dalam penggunaannya.

 Penggunaan obat hewan adalah tindakan medik yang dilakukan untuk


meningkatkan kekebalan hewan, pencegahan dan penyembuhan penyakit
hewan, peningkatan kesehatan hewan, upaya pemulihan kesehatan hewan
dengan menggunakan obat hewan, dan/atau tindakan pemberian obat hewan
dalam pakan, air minum, tetes, topikal atau parenteral dalam rangka
meningkatkan kesehatan dan pertumbuhan hewan sesuai dengan jenis sediaan
dan klasifikasinya.

3
 Hewan adalah binatang atau satwa yang seluruh atau sebagian dari siklus
hidupnya berada di darat, air, dan/atau udara, baik yang dipelihara maupun
yang di habitatnya.

 Biologik adalah obat hewan yang dihasilkan melalui proses biologik pada
hewan atau jaringan hewan untuk menimbulkan kekebalan, mendiagnosis
suatu penyakit atau menyembuhkan penyakit melalui proses imunologik,
antara lain berupa vaksin, sera (antisera), hasil rekayasa genetika, dan bahan
diagnostika biologik.

 Farmasetik adalah obat hewan yang dihasilkan melalui proses nonbiologik,


antara lain vitamin, hormon, enzim, antibiotik, dan kemoterapetik lainnya,
antihistamin, antipiretik, dan anestetik yang dipakai berdasarkan daya kerja
farmakologi.

 Premiks adalah sediaan yang mengandung bahan obat hewan yang diolah
menjadi imbuhan pakan (feed additive) atau pelengkap pakan (feed
supplement) hewan yang pemberiannya dicampurkan ke dalam pakan atau air
minum hewan yang dalam dosis dan penggunaannya harus bermutu, aman,
dan berkhasiat.

 Obat alami adalah bahan atau ramuan bahan alami yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari
bahanbahan tersebut yang digunakan sebagai obat hewan.

 Obat keras adalah obat hewan yang jika pemberiannya tidak sesuai dengan
ketentuan dapat menimbulkan bahaya bagi hewan dan/atau manusia yang
mengonsumsi produk hewan tersebut.

4
 Obat bebas terbatas adalah obat keras untuk hewan yang diberlakukan sebagai
obat bebas untuk jenis hewan tertentu dengan ketentuan disediakan dalam
jumlah, aturan dosis, bentuk sediaan dan cara pemberian tertentu serta diberi
tanda peringatan khusus.

 Obat bebas adalah obat hewan yang dapat dipakai secara bebas oleh setiap
orang pada hewan.

 Obat hewan tertentu adalah obat hewan yang mengakibatkan terjadinya residu
pada produk hewan dan mengakibatkan gangguan kesehatan pada orang yang
mengonsumsi produk hewan.

 Pelengkap pakan (feed supplement) adalah zat yang secara alami sudah
terkandung dalam pakan tetapi jumlahnya perlu ditingkatkan dengan
menambahkannya dalam pakan.

 Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme secara alami, semi
sintetik maupun sintetik yang dalam jumlah kecil dapat menghambat atau
membunuh bakteri.

 Imbuhan Pakan (Feed Additive) adalah bahan baku pakan yang tidak
mengandung zat gizi atau nutrisi (nutrien), yang tujuan pemakaiannya
terutama untuk tujuan tertentu.

2.2.2 Obyek Pengawasan


Obyek pengawasan industry dan peredaran obat hewan sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Pertanian nomor 74/permentan/ot.140/12/2007 tentang
pengawasan obat hewan adalah :

1. Pengawasan obat hewan terhadap Produsen terdiri atas :

5
a) sarana/peralatan untuk melakukan kegiatan usahanya
b) surat persetujuan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan (UKL/UPL)
yang diperlukan
c) pabrik obat hewan, yang memenuhi syarat cara pembuatan obat hewan yang
baik
d) bagi yang belum memiliki pabrik obat hewan untuk sementara waktu dapat
menggunakan pabrik obat hewan pihak lain yang memenuhi syarat cara
pembuatan obat hewan yang baik
e) laboratorium pengujian mutu dan tempat penyimpanan obat hewan
f) mempunyai tenaga dokter hewan dan apoteker yang bekerja tetap sebagai
penanggung jawab.

2. Pengawasan obat hewan terhadap Importir/Eksportir terdiri atas:


a) sarana/peralatan untuk melakukan kegiatan usahanya
b) mempunyai tempat penyimpanan obat hewan yang dapat menjamin terjaganya
mutu
c) mempunyai tenaga dokter hewan atau apoteker yang bekerja tetap sebagai
penanggung jawab.

3. Pengawasan obat hewan terhadap Distributor terdiri atas:


a) sarana/peralatan untuk melakukan kegiatan usahanya
b) mempunyai tempat penyimpanan obat hewan yang dapat menjamin terjaganya
mutu
c) mempunyai tenaga dokter hewan atau apoteker yang bekerja tetap sebagai
penanggung jawab.

4. Pengawasan obat hewan terhadap Pengemas Ulang Obat Hewan (Repacking)


terdiri atas:
a) sarana/peralatan untuk melakukan kegiatan usahanya

6
b) mempunyai sarana yang memenuhi syarat untuk pengemasan ulang obat
hewan
c) mempunyai laboratorium pengujian mutu dan tempat penyimpanan obat
hewan
d) mempunyai tenaga dokter hewan atau apoteker yang bekerja tetap sebagai
penanggung jawab.

5. Pengawasan obat hewan terhadap Pemakai atau Pencampur obat hewan dalam
pakan ternak (Feed Mill) terdiri atas:
a) sarana/peralatan untuk melakukan kegiatan usahanya
b) mempunyai perlengkapan pencampuran obat hewan dalam pakan
c) mempunyai laboratorium pengujian mutu
d) mempunyai tempat penyimpanan bahan baku obat hewan dan pakan yang
mengandung obat hewan yang dapat menjamin terjaga mutunya
e) mempunyai tenaga dokter hewan yang bekerja tetap sebagai penanggung
jawab.

6. Pengawasan obat hewan terhadap Depo Obat Hewan terdiri atas:


a) sarana/peralatan untuk melakukan kegiatan usahanya
b) mempunyai tenaga dokter hewan atau apoteker yang bekerja tidak tetap, atau
setidak-tidaknya mempunyai tenaga asisten apoteker yang bekerja tetap
sebagai penanggung jawab
c) Mempunyai tempat penyimpanan obat hewan yang dapat menjamin
terjaganya mutu.

7. Pengawasan obat hewan terhadap Toko Obat Hewan terdiri atas:


a) sarana/peralatan untuk melakukan kegiatan usahanya
b) mempunyai tempat penyimpanan obat hewan yang dapat menjamin terjaganya
mutu.

7
1.2.3 Pelaksanaan dan Pengawasan
Pelaksanaan tugas oleh pengawas obat hewan pusat, pengawas obat hewan
provinsi dan pengawas obat hewan kabupaten/kota dilakukan sesuai tanggung jawab
dan kewenangannya masing-masing.

A. Pengawas obat hewan pusat


 dipenuhinya persyaratan perijinan usaha obat hewan ditingkat
produsen, importir, pengemasan ulang obat hewan (Repacking)
dan eksportir obat hewan. Dipenuhinya persyaratan cara
pembuatan obat hewan yang baik
 penyelesaian kasus pelanggaran terhadap pembuatan,
penyimpanan, peredaran dan pemakaian serta pencampuran obat
hewan secara luas dan berdampak lintas provinsi.

B. Pengawas obat hewan provinsi


 dipenuhinya persyaratan perijinan usaha obat hewan ditingkat
distributor obat hewan
 penyelesaian kasus pelanggaran terhadap penyimpanan, peredaran
dan pemakaian obat hewan secara luas dan berdampak lintas
kabupaten/kota.

C. Pengawas obat hewan kabupaten/kota


 dipenuhinya persyaratan perijinan usaha obat hewan ditingkat
depo, toko, kios dan pengecer obat hewan
 penyelesaian kasus pelanggaran terhadap penyimpanan, peredaran
dan pemakaian obat hewan di wilayah kabupaten/kota.

8
Untuk pengawasan, menteri melakukan pengawasan terhadap pembuatan,
penyediaan, peredaran dan pemakaian obat hewan. Menteri dapat menunjuk pejabat
pengawas obat hewan untuk melaksanakan pengawasan obat hewan. Pejabat
pengawas obat hewan berwenang untuk :

a. Melakukan pemeriksaan terhadap dipenuhinya ketentuan perizinan usaha


pembuatan, penyediaan dan peredaran obat hewan
b. Melakukan pemeriksaan terhadap cara pembuatan obat hewan yang baik
c. Melakukan pemeriksaan terhadap obat hewan, sarana dan tempat
penyimpanannya dalam penyediaan dan peredaran, termasuk alat serta cara
pengangkutannya
d. Melakukan pemeriksaan terhadap pemakaian obat hewan
e. Mengambil contoh bahan baku dan obat hewan guna pengujian khasiat dan
keamanannya.

Apabila dalam pemeriksaan sebagaimana dimaksud ditemukan penyimpangan,


menteri atau pejabat pengawas obat hewan dapat memerintahkan untuk menghentikan
sementara kegiatan pembuatan obat hewan, melarang peredaran obat hewan, menarik
obat hewan dari peredaran, menghentikan pemakaian obat hewan yang tidak sesuai
dengan ketentuan.

1.2.4 Pendaftaran dan Pengujian Mutu Terhadap Obat Hewan


Dalam rangka pengawasan mutu, obat hewan yang akan diedarkan harus telah
lulus pengujian mutu yang dilakukan dalam rangka pendaftaran. Obat hewan yang
telah terdaftar dapat di uji kembali mutunya setiap waktu. Pengujian mutu obat hewan
sebagaimana standar mutu yang ditetapkan oleh Pemerintah. Pengujian mutu telah
ditetapkan diperaturan menteri. Biaya yang diperlukan untuk pendaftaran dan
pengujian mutu obat hewan dalam Pasal 9 dan Pasal 12 dibebankan kepada pemilik
obat hewan yang besarnya ditetapkan oleh Menteri. Tata cara pemungutan dan

9
besarnya biaya pendaftaran ditetapkan oleh Menteri setelah mendapat persetujuan
Menteri Keuangan. Biaya pendaftaran merupakan pendapatan negara dan harus
disetor ke kas Negara.

1.2.5 Perizinan Pembuatan dan Peredaran Obat Hewan


Pembuatan dan /atau penyediaan dan/atau peredaran obat hewan oleh badan
usaha atau perorangan dilakukan berdasarkan izin usaha yang diberikan Menteri:

a. Lembaga penelitian atau lembaga pendidikan tingi yang melakukan


penelitian dan pengembangan obat hewan untuk kepentingan ilmu
pengetahuan, dan instansi pemerintah yang dalam pelaksanaan tugasnya
secara teknis berhubungan dengan obat hewan, dapatmelakukan kegiatannya
tanpa izin
b. Badan usaha atau perorangan pemegang izin usaha pembuatan dan/atau
penyediaan dan/atau peredaran obat hewan dapat mengadakan perluasan
usahanya. Perluasan usaha pembuatan obat hewan berupa menambah jumlah
unit produks dan/atau menambah jumlah alat produksi, menambah jenis obat
hewan yang diproduksi. Perluasan usaha penyediaan dan peredaran obat
hewan dengan menambah jenis obat hewan yang disediakan dan diedarkan,
menambah daerah penyediaan peredaran obat hewan dan membuka cabang
usaha penyediaan obat hewan di tempat lain.

Dalam aturan Medicated feed direktur jendral peternakan dan kesehatan hewan
RI, waktu henti obat ditetapkan rerata kurang dari 10 hari. Dosis ditetapkan rerata
kurang dari 8000 ppm. Sebenarnya prinsip waktu henti obat ditentukan menggunakan
ukuran-ukuran pemeriksaan kadar obat dalam tubuh hewan. Waktu henti obat
tergantung kecepatan pengeluaran obat dari dalam tubuh. Dalam regulasi
internasional terhadap residu obat hewan memiliki kriteria harus berada pada nilai 0.

10
Sehingga obat hewan digunakan hanya untuk pengobatan dan diminta menggunakan
resep serta selalu dalam pengawasan dokter hewan. Aturan internasional menyatakan
bahwa obat hewan jenis antibiotic hanya digunakan untuk pengobatan dan tidak
untuk hal lain yang tidak ada kaitannya dengan pengobatan. Khusus obta-obatan yang
memiliki masa kerja lama di tubuh, harus diawasi sangat ketat pasca pemberian obat.
Sebagai tambahan, internatsional menggunakan Collistine dilarang sebagai antibiotik
dan campuran pada pakan ternak lain.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Obat hewan adalah sediaan yang dapat digunakan untuk mengobati hewan,
membebaskan gejala, atau memodifikasi proses kimia dalam tubuh yang meliputi
sediaan biologik, farmasetik, premiks, dan sediaan obat alami. Obat hewan dan
alkeswan dalam peredarannya di Indonesia diawasi secara ketat oleh tiga
komponen yaitu : (1) komponen pemerintah pusat (2) komponen pemerintah
provinsi dan (3) pengguna obat hewan. Apabila dalam pemeriksaan ditemukan
penyimpangan, menteri atau pejabat pengawas obat hewan dapat memerintahkan
untuk menghentikan sementara kegiatan pembuatan obat hewan, melarang
peredaran obat hewan, menarik obat hewan dari peredaran, menghentikan
pemakaian obat hewan yang tidak sesuai dengan ketentuan. Dalam rangka
pengawasan mutu, obat hewan yang akan diedarkan harus telah lulus pengujian

11
mutu yang dilakukan dalam rangka pendaftaran. Obat hewan yang telah terdaftar
dapat di uji kembali mutunya setiap waktu.

3.2 Saran
Kami ucapkan terimakasih terhadap semua pihak yang sudah berpartisipasi di
dalam pembuatan makalah ini sehingga bisa diselesaikan tepat pada waktunya.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, H. S. 2012. Obat hewan. https://penelitihukum.org/tag/pengertian-obat-


hewan/. (7 Desember 2021).

Anonim. 2021. Pembinaan dan pengawasan peredaran obat hewan.


https://peternakan.kaltimprov.go.id/artikel/pembinaan-dan-pengawasan-peredaran-
obat-hewan. (7 Desember 2021).

Bahri, S., Widiastuti, R., Murdiati, T. dan Maryam, R. 2002. Food safety for animal
products : the need in the international free trade. Jurnal Wartoza, 12(2) : 47-64.

Bahri, S. dan Sani, Y. 2006. Bebeberapa faktor yang mempengaruhi keamanan


pangan asal ternak di Indonesia. Jurnal Balai Veteriner, 16(1) : 1-13.

Nahra, H. A. 2017. Kesmavet. https://www.scribd.com/presentation/349759267/PPT-


KESMAVET. (7 Desember 2021).

Lazuardi, M., Hermanto, B. dan Restiadi, T. I. 2020. Pelatihan Penetapan Waktu


Henti Obat Hewan. Airlangga University Press, Surabaya.

12

Anda mungkin juga menyukai