Anda di halaman 1dari 13

Kebijakan Pemerintah Dalam Bidang Kesehatan Hewan

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajement Kesehatan
Ternak

Dosen Pengampu: Siti Rahmawati Zulaikhah S.Pt.M.P,

Disusun Oleh:

Thoha Ikhsanuddin (20210104006)

Hidayah Nur Sun Chlorella (20210104009)

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA PURWOKERTO

2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Kebijakan Pemerintah Dalam Bidang Kesehatan Hewan “tepat pada
waktunya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu dosen Siti Rahmawati
Zulaikhah S.Pt.M.P, yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh
dari kata sempurna baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,
kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, kami dengan rendah hati
dan dengan tangan terbuka menerima masukan,saran dan usulan guna
penyempurnaan makalah ini di kemudian hari.
Demikian, semoga makalah ini dapat dipahami dan bermanfaat bagi penulis
ataupun orang yang membacanya.

Purwokerto,02 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul...........................................................................................................i
Kata Pengantar.........................................................................................................ii
Daftar Isi.................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................1
1.3. Tujuan Penulisan...............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Kesehatan Hewan Dan Obat Hewan...............................................3
2.2. Pengertian Obat Ilegal.......................................................................................3
2.3. Kendala Regukasi Pemerintah Dalam Penanganan Obat Hewan Ilegal...........6

BAB III PENUTUP


Kesimpulan..............................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakan


Bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman kekayaan alam didalamnya,
diantaranya mempunyai berbagai macam hewan. Banyaknya hewan termasuk
binatang ternak yang ada di Indonesia sangat beragam sehingga penting
perundang-undangan kesehatan dan obat hewan karena berkaitan dengan
kelangsungan hidup binatang ternak untuk meningkatkan kesehatan dan produksi
peternakan selain adanya ketersediaan pakan yang berkualitas.
Perundang-undangan tentang obat hewan berkaitan erat dengan segi
jumlah maupun mutu dalam pembuatan, penyediaan, dan peredaran. Dalam dunia
kesehatan hewan ataupun dunia veteriner, yaitu segala sesuatu yang berhubungan
dengan hewan dan segala penyakit-penyakitnya karena bila hewan terkena
penyakit maka dibutuhkan pengobatan agar hewan dapat sehat kembali, serta
tidak membahayakan atau menularkan penyakitnya pada hewan lain atau manusia.
Pengobatan yang diberikan untuk hewan bukan menggunakan sembarang obat,
namun menggunakan obat khusus untuk penggunaan pada hewan.
Identifikasi potensi risiko memungkinkan hewan ternak terkena penyakit
maka harus adanya tindakan pengendalian yang relevan maka dari itu makalah ini
membahas mengenai undang-undang yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 78
Tahun 1992 tentang obat hewan dan dikaitkan dalam kasus yang terjadi yaitu
peredaran obat hewan ilegal.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah yang akan dibahas dalam
makalah adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian kesehatan dan obat hewan.
2. Apa yang di maksud dengan obat hewan ilegal.

1
3. Bagaimana kendala regulasi pemerintah dalam penanganan obat hewan
ilegal.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian kesehatan dan obat hewan
2. Mengetahui pengertian obat hewan ilegal
3. Mengetahui kendala regulasi pemerintah dalam penanganan obat hewan
ilegal

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kesehatan Hewan Dan Obat Hewan


Kesehatan hewan adalah segala urusan yang berkaitan dengan
perlindungan sumber daya hewan, kesehatan masyarakat, dan lingkungan serta
penjaminan keamanan produk hewan, kesejahteraan hewan, dan peningkatan
akses pasar untuk mendukung kedaulatan, kemandirian, dan ketahanan pangan
asal hewan (Undang-undang RI Nomor 41 tahun 2014 tentang peternakan dan
kesehatan hewan).
Usaha di bidang peternakan salah satu produknya adalah obat hewan,
dimana obat hewan adalah sediaan yang dapat digunakan untuk mengobati hewan,
membebaskan gejala, atau modifikasi proses kimia dalam tubuh yang meliputi
sediaan biologik, farmakoseutika, premix, dan sediaan obat hewan alami
(Undang-undang RI Nomor 41 tahun 2014 tentang peternakan dan kesehatan
hewan). Obat hewan menurut tujuan pemakaiannya digunakan untuk: (Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 1992 Tentang Obat Hewan).
(1) Menetapkan diagnosa, mencegah, menyembuhkan dan memberantas
penyakit hewan;
(2) Mengurangi dan menghilangkan gejala penyakit hewan;
(3) Membantu menenangkan, memati-rasakan, etanasia, dan merangsang
hewan;
(4) Menghilangkan kelainan atau memperelok tubuh hewan;
(5) Memacu perbaikan mutu dan produksi hasil hewan;
(6) Memperbaiki reproduksi hewan.

2.2 Pengertian Obat Hewan Ilegal


Obat hewan ilegal adalah obat hewan yang tidak terdaftar (tidak memiliki
nomor registrasi) ataupun sudah terdaftar dan memiliki nomor registrasi tetapi
masa berlakunya telah habis. Sementara itu pemantauan obat hewan untuk

3
menjamin kualitasnya telah dilakukan oleh laboratorium penguji mutu yang
berwenang dan dinas terkait baik baik ditingkat Propinsi maupun Kabupaten,
walaupun belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam dunia obat manusia, khususnya obat tradisional, kondisi krusial
membuat semakin maraknya persediaan obat tradisional berbagai jenis dan merek,
termasuk obat tradisional ilegal, dimana sudah seharusnya Pemerintah segera
menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) untuk mengatur hal tersebut karena
konsumen adalah orang yang pertama terkena dampaknya.
Hal yang mirip diatas yaitu kejadian di USA, dimana para pejabat
kesehatan AS mengkonfirmasikan pertama kali ditemukan adanya jamur
mematikan dalam satu paket obat steroid yang digunakan dalam mengatasi rasa
nyeri di punggung, yang tercemar jamur Exserohillum rostratum yang
menyebabkan wabah meningitis dan menewaskan sedikitnya 20 orang hingga
kamis, 18 oktober 2012. (Invovet, 2012)
Hingga kini ada beberapa SK Mentan / Peraturan Pemerintah atau Undang-
undang yang berhubungan dengan Obat Hewan yang pernah diterbitkan antara
lain:
(1) PP Republik Indonesia No 78 tahun 1992 tentang Obat Hewan;
(2) SK Mentan RI No. 110/Kpts/OT.210/2/1993 tentang Pengujian Residu
Obat Hewan dan Cemaran Mikroba;
(3) SK Mentan RI No: 808/Kpts/OT.260/12/1994 tentang Syarat Pengawas
dan Tata Cara Pengawasan Obat Hewan;
(4) SK Mentan RI No: 466/Kpts/OT.140/V/1999 tentang Pedoman Cara
Pembuatan Obat Hewan Yang Baik;
(5) SK Mentan RI No:453/Kpts/TN.260/9/2000 tentang Obat Alami untuk
Hewan;
(6) SK Mentan RI No: 456/Kpts/OT.140/9/2000 tentang Pembuatan,
Penyediaan dan/atau Peredaran Obat Hewan oleh Lembaga Penelitian,
Lembaga Pendidikan Tinggi dan Instansi Pemerintah;
(7) Undang - Undang ReI No 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan
Kesehatan Hewan.

4
Berdasarkan Undang-Undang RI No. 18 tahun 2009 tentang Peternakan
dan Kesehatan Hewan. Dalam pasal 52, ayat (2) dicantumkan bahwa, Setiap orang
dilarang membuat, menyediakan, dan/atau mengedarkan obat hewan yang:
a. Berupa sediaan biologik yang penyakitnya tidak ada di Indonesia
b. Tidak memiliki nomor pendaftaran
c. Tidak diberi label dan tanda, dan
d. Tidak memenuhi standar mutu
Bagi pelanggaran terhadap ketentuan tersebut telah dicantumkan
Ketentuan Pidana, dalam pasal 91: “Setiap orang yang membuat, menyediakan,
dan/atau mengedarkan obat hewan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (2)
dipidana dengan pidana kurungan paling singkat (3) bulan dan paling lama 9
(sembilan) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 600.000.000,- (enam ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp. 1.800.000.000,00 (satu miliar delatan ratus juta
rupiah)”
Dengan demikian jelaslah bahwa semestinya Pemerintah dalam hal ini
para Pengawas Obat Hewan dapat melaksanakan tindakan penegakan hukum bagi
setiap pelanggaran dibidang obat hewan. Kendalanya adalah sebagian besar
Pengawas Obat Hewan didaerah belum mendapatkan pelatihan sebagai “Penyidik
Pegawai Negeri Sipil” (PPNS) sehingga belum memiliki kompetensi untuk
memproses ke pengadilan (“pro justisia”).
Saat kondisi penyakit hewan yang sedang mewabah di lapangan, sering
kali pengguna kurang berpikir rasional dalam pemilihan penggunaan obat. Sering
kali mereka menggunakan obat hewan yang walaupun belum mengalami
pengujian mutu di lembaga penguji mutu obat hewan. Yang ada pada benak
mereka adalah bagaimana menyelamatkan hewan ternak mereka dengan
menggunakan obat yang ”katanya” manjur padahal kandungan obat, cara
pemakaian yang tidak diketahui karena leaflet bertuliskan bukan dalam bahasa
Indonesia, dan terlebih penting belum diuji mutunya oleh lembaga yang
berwenang di Indonesia sehingga tidak ada nomor registrasinya. Hasil yang
kebanyakan terjadi di lapangan setelah penggunaan obat hewan ilegal itu adalah
ternak mereka banyak yang mati.

5
Dengan banyak beredarnya obat hewan ilegal di lapangan, siapa yang
patut dipersalahkan. Apakah yang dipersalahkan adalah pengguna yang kurang
mengerti obat hewan ilegal, baik perorangan maupun importir nakal yang
memasukkan secara ilegal untuk meraup untung ditengah kepusingan para
peternak dalam mengatasi wabah penyakit karena tidak perlu bayar bea masuk
dan tidak perlu menunggu pengujian mutu obat.
Hingga kini, Kementerian Pertanian belum memiliki bidang atau
direktorat penyidikan dan penindakan yang berhubungan dengan obat hewan
ilegal, mengingat banyak obat hewan yang tidak terdaftar beredar di lapangan
maupun perangkat lunak yang mengatur obat hewan ilegal tersebut.
Dengan adanya dukungan perangkat lunak seperti landasan hukum (Peraturan
Pemerintah) yang mantap diharapkan dapat melindungi masyarakat khususnya
peternak kecil dalam menggunakan obat hewan yang baik dan bermutu.

2.2 Kendala Regulasi Pemerintah Dalam Penanganan Obat Hewan Ileg al


Layanan kedokteran hewan dianggap sebagai barang publik global dan
mereka sejalan dengan standar internasional (dalam hal legislasi, struktur,
organisasi, sumber daya, kapasitas, peran sektor swasta dan paraprofesional)
sebagai prioritas investasi publik. Penyelenggaraan kesehatan hewan diemban
oleh pemerintah pusat dan daerah serta masyarakat melalui otoritas veteriner
dalam kerangka sistem kesehatan hewan nasional (Siskeswannas). Sementara itu,
pelayanan kesehatan hewan meliputi jasa laboratorium veteriner, pelayanan jasa
laboratorium pemeriksaan dan pengujian veteriner, pelayanan jasa medik
veteriner, dan/atau pelayanan jasa di Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan). Secara
garis besar ada tiga permasalahan mendasar yang dihadapi Puskeswan saat ini,
yaitu : (1) belum lengkapnya kuantitas dan kualitas prasarana dan sarana
(infrastruktur); (2) belum optimalnya kapasitas sumberdaya manusia; dan (3)
belum sempurnanya organisasi ketatalaksanaan (managemen). Kendali dan arahan
Siskeswannas berada dalam ruang lingkup ‘otoritas veteriner (veterinary
authority).

6
Tegasnya, fungsi pemerintah dalam Siskeswannas (Naipospos, 2009)
adalah : (1) menerbitkan atau mencabut sertifikat atau lisensi resmi; (2) menolak,
membatasi atau mengatur impor, ekspor dan pergerakan domestik hewan, produk
hewan atau turunannya setelah melalui pemeriksaan/ inspeksi veteriner; (3)
menyita atau memusnahkan hewan atau produk hewan ilegal; (4) memerintahkan
dan melaksanakan isolasi, karantina, pemeriksaan, dan pengujian terhadap hewan
atau lokasi dimana hewan dipelihara; dan (5) menyetujui, meregistrasi, dan
mengawasi (supervisi) lokasi pengolahan peternakan dan orang-orang yang terkait
serta mencabut persetujuan tersebut apabila terjadi pelanggaran. Implementasi
kebijakan Siskeswannas sudah barang tentu berhadapan dengan sejumlah
tantangan yang harus dicarikan antisipasi solusinya.
Tantangan dan antisipasi solusi implementasi Siskeswannas di Indonesia
Tabel 1. Bersumber dari Naipospos (2009)
Tantangan Antisipasi Solusi
1. Pemenuhan standar internasional
1. Penguatan kapasitas melalui penguatan ekonomi
peternakan, ketahanan pangan, dan
perbaikan gizi masyarakat
2. Perbaikan keamanan pangan dan
pencegahan serta pemberantasan
penyakit zoonosis
2. Transparansi pelaporan 1. Strategi kewaspadaan dini dan
penyakit penelusuran
2. Notifikasi kasus penyakit hewan
yang efektif secara berkala dan
profesional
3. Perdagangan global 1. Analisis risiko penyakit hewan
berbasis ilmiah
2. Adopsi dan akreditasi zona bebas
penyakit hewan untuk kepentingan
perdagangan

7
1. Elaborasi dan pemutakhiran
4. Pengaturan obat hewan kerangka regulasi dan kebijakan
kendali kualitas (quality control) dan
registrasi obat hewan
2. Pengendalian residu dalam bahan
pangan hewan dan hasil produk ternak
lainnya
3. Pemanfaatan bahan biologi dan
vaksin hasil teknologi rekayasa
genetika
5. Keamanan pangan 1. Promosi produk ternak yang aman,
sehat, utuh, dan halal (ASUH)
2. Pendekatan terintegrasi dan multi
disiplin terhadap kualitas dan
keamanan pangan hewani
3. Pengendalian keamanan pangan
mulai dari sistem usaha ternak
6. Pengembangan profesi 1. Pemusatan kembali kurikulum dan
standar kompetensi profesi dokter
hewan
2. Penguatan program pendidikan
yang berkelanjutan guna peningkatan
profesionalisme petugas kesehatan
hewan

8
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Hal ini penulis dapat menyimpulkan bahwa ;

 Kesehatan hewan adalah segala urusan yang berkaitan dengan


perlindungan sumber daya hewan dan obat hewan adalah sediaan yang
dapat digunakan untuk mengobati hewan.
 Obat hewan ilegal adalah obat hewan yang tidak terdaftar (tidak memiliki
nomor registrasi) ataupun sudah terdaftar dan memiliki nomor registrasi
tetapi masa berlakunya sudah habis.
 Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 1992 tentang obat hewan
mewajibkan bagi semua obat hewan yang beredar sebelum digunakan di
lapangan baik itu digunakan oleh para peternak maupun perorangan,
produksi luar maupun dalam negeri.
 Kendalanya adalah sebagian besar pengawas obat hewan didaerah belum
mendapatkan pelatihan sebagai “Penyidik Pegawai Negeri Sipil” (PPNS)
sehingga belum memiliki kompetensi untuk memproses ke pengadilan.

9
Daftar Pustaka

Invovet. 2012. OBAT HEWAN DAN OTONOMI DAERAH.


http://www.majalahinfovet.com/2007/11/obat-hewan-dan-otonomi-
daerah.html.

Muhammad Iqbal. 2011. Strategi Penguatan Kinerja Pelayanan Kesehatan


Hewan Dalam Mendukung Sistem Kesehatan Hewan. Analisis Kebijakan
Pertanian. Volume 9 No. 1 : 53-71

Naipospos. TSP. 2009b. Tantangan Internasional terhadap Sistem Kesehatan


Hewan Nasional di Indonesia. Sumbangan pemikiran untuk menyambut
ulang tahun Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia dan Seabad Dokter
Hewan Indonesia (tidak dipublikasikan). Vientiane.

Republik Indonesia . 1992. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 1992 Tentang


Obat Hewan. Dokumentasi dan Informasi Hukum, Bagian Hukum, Biro
Hukum dan Humas: Jakarta.

Republik Indonesia. 2014. Undang-Undang RI Nomor 41 Tahun 2014 Tentang


Peternakan dan Kesehatan Hewan. Kementerian Sekretariat Negara
Republik Indonesia: Jakarta.

10

Anda mungkin juga menyukai