Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajement Kesehatan
Ternak
Disusun Oleh:
2022/2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Kebijakan Pemerintah Dalam Bidang Kesehatan Hewan “tepat pada
waktunya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu dosen Siti Rahmawati
Zulaikhah S.Pt.M.P, yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh
dari kata sempurna baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,
kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, kami dengan rendah hati
dan dengan tangan terbuka menerima masukan,saran dan usulan guna
penyempurnaan makalah ini di kemudian hari.
Demikian, semoga makalah ini dapat dipahami dan bermanfaat bagi penulis
ataupun orang yang membacanya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul...........................................................................................................i
Kata Pengantar.........................................................................................................ii
Daftar Isi.................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................1
1.3. Tujuan Penulisan...............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Kesehatan Hewan Dan Obat Hewan...............................................3
2.2. Pengertian Obat Ilegal.......................................................................................3
2.3. Kendala Regukasi Pemerintah Dalam Penanganan Obat Hewan Ilegal...........6
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
3. Bagaimana kendala regulasi pemerintah dalam penanganan obat hewan
ilegal.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian kesehatan dan obat hewan
2. Mengetahui pengertian obat hewan ilegal
3. Mengetahui kendala regulasi pemerintah dalam penanganan obat hewan
ilegal
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
menjamin kualitasnya telah dilakukan oleh laboratorium penguji mutu yang
berwenang dan dinas terkait baik baik ditingkat Propinsi maupun Kabupaten,
walaupun belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam dunia obat manusia, khususnya obat tradisional, kondisi krusial
membuat semakin maraknya persediaan obat tradisional berbagai jenis dan merek,
termasuk obat tradisional ilegal, dimana sudah seharusnya Pemerintah segera
menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) untuk mengatur hal tersebut karena
konsumen adalah orang yang pertama terkena dampaknya.
Hal yang mirip diatas yaitu kejadian di USA, dimana para pejabat
kesehatan AS mengkonfirmasikan pertama kali ditemukan adanya jamur
mematikan dalam satu paket obat steroid yang digunakan dalam mengatasi rasa
nyeri di punggung, yang tercemar jamur Exserohillum rostratum yang
menyebabkan wabah meningitis dan menewaskan sedikitnya 20 orang hingga
kamis, 18 oktober 2012. (Invovet, 2012)
Hingga kini ada beberapa SK Mentan / Peraturan Pemerintah atau Undang-
undang yang berhubungan dengan Obat Hewan yang pernah diterbitkan antara
lain:
(1) PP Republik Indonesia No 78 tahun 1992 tentang Obat Hewan;
(2) SK Mentan RI No. 110/Kpts/OT.210/2/1993 tentang Pengujian Residu
Obat Hewan dan Cemaran Mikroba;
(3) SK Mentan RI No: 808/Kpts/OT.260/12/1994 tentang Syarat Pengawas
dan Tata Cara Pengawasan Obat Hewan;
(4) SK Mentan RI No: 466/Kpts/OT.140/V/1999 tentang Pedoman Cara
Pembuatan Obat Hewan Yang Baik;
(5) SK Mentan RI No:453/Kpts/TN.260/9/2000 tentang Obat Alami untuk
Hewan;
(6) SK Mentan RI No: 456/Kpts/OT.140/9/2000 tentang Pembuatan,
Penyediaan dan/atau Peredaran Obat Hewan oleh Lembaga Penelitian,
Lembaga Pendidikan Tinggi dan Instansi Pemerintah;
(7) Undang - Undang ReI No 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan
Kesehatan Hewan.
4
Berdasarkan Undang-Undang RI No. 18 tahun 2009 tentang Peternakan
dan Kesehatan Hewan. Dalam pasal 52, ayat (2) dicantumkan bahwa, Setiap orang
dilarang membuat, menyediakan, dan/atau mengedarkan obat hewan yang:
a. Berupa sediaan biologik yang penyakitnya tidak ada di Indonesia
b. Tidak memiliki nomor pendaftaran
c. Tidak diberi label dan tanda, dan
d. Tidak memenuhi standar mutu
Bagi pelanggaran terhadap ketentuan tersebut telah dicantumkan
Ketentuan Pidana, dalam pasal 91: “Setiap orang yang membuat, menyediakan,
dan/atau mengedarkan obat hewan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (2)
dipidana dengan pidana kurungan paling singkat (3) bulan dan paling lama 9
(sembilan) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 600.000.000,- (enam ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp. 1.800.000.000,00 (satu miliar delatan ratus juta
rupiah)”
Dengan demikian jelaslah bahwa semestinya Pemerintah dalam hal ini
para Pengawas Obat Hewan dapat melaksanakan tindakan penegakan hukum bagi
setiap pelanggaran dibidang obat hewan. Kendalanya adalah sebagian besar
Pengawas Obat Hewan didaerah belum mendapatkan pelatihan sebagai “Penyidik
Pegawai Negeri Sipil” (PPNS) sehingga belum memiliki kompetensi untuk
memproses ke pengadilan (“pro justisia”).
Saat kondisi penyakit hewan yang sedang mewabah di lapangan, sering
kali pengguna kurang berpikir rasional dalam pemilihan penggunaan obat. Sering
kali mereka menggunakan obat hewan yang walaupun belum mengalami
pengujian mutu di lembaga penguji mutu obat hewan. Yang ada pada benak
mereka adalah bagaimana menyelamatkan hewan ternak mereka dengan
menggunakan obat yang ”katanya” manjur padahal kandungan obat, cara
pemakaian yang tidak diketahui karena leaflet bertuliskan bukan dalam bahasa
Indonesia, dan terlebih penting belum diuji mutunya oleh lembaga yang
berwenang di Indonesia sehingga tidak ada nomor registrasinya. Hasil yang
kebanyakan terjadi di lapangan setelah penggunaan obat hewan ilegal itu adalah
ternak mereka banyak yang mati.
5
Dengan banyak beredarnya obat hewan ilegal di lapangan, siapa yang
patut dipersalahkan. Apakah yang dipersalahkan adalah pengguna yang kurang
mengerti obat hewan ilegal, baik perorangan maupun importir nakal yang
memasukkan secara ilegal untuk meraup untung ditengah kepusingan para
peternak dalam mengatasi wabah penyakit karena tidak perlu bayar bea masuk
dan tidak perlu menunggu pengujian mutu obat.
Hingga kini, Kementerian Pertanian belum memiliki bidang atau
direktorat penyidikan dan penindakan yang berhubungan dengan obat hewan
ilegal, mengingat banyak obat hewan yang tidak terdaftar beredar di lapangan
maupun perangkat lunak yang mengatur obat hewan ilegal tersebut.
Dengan adanya dukungan perangkat lunak seperti landasan hukum (Peraturan
Pemerintah) yang mantap diharapkan dapat melindungi masyarakat khususnya
peternak kecil dalam menggunakan obat hewan yang baik dan bermutu.
6
Tegasnya, fungsi pemerintah dalam Siskeswannas (Naipospos, 2009)
adalah : (1) menerbitkan atau mencabut sertifikat atau lisensi resmi; (2) menolak,
membatasi atau mengatur impor, ekspor dan pergerakan domestik hewan, produk
hewan atau turunannya setelah melalui pemeriksaan/ inspeksi veteriner; (3)
menyita atau memusnahkan hewan atau produk hewan ilegal; (4) memerintahkan
dan melaksanakan isolasi, karantina, pemeriksaan, dan pengujian terhadap hewan
atau lokasi dimana hewan dipelihara; dan (5) menyetujui, meregistrasi, dan
mengawasi (supervisi) lokasi pengolahan peternakan dan orang-orang yang terkait
serta mencabut persetujuan tersebut apabila terjadi pelanggaran. Implementasi
kebijakan Siskeswannas sudah barang tentu berhadapan dengan sejumlah
tantangan yang harus dicarikan antisipasi solusinya.
Tantangan dan antisipasi solusi implementasi Siskeswannas di Indonesia
Tabel 1. Bersumber dari Naipospos (2009)
Tantangan Antisipasi Solusi
1. Pemenuhan standar internasional
1. Penguatan kapasitas melalui penguatan ekonomi
peternakan, ketahanan pangan, dan
perbaikan gizi masyarakat
2. Perbaikan keamanan pangan dan
pencegahan serta pemberantasan
penyakit zoonosis
2. Transparansi pelaporan 1. Strategi kewaspadaan dini dan
penyakit penelusuran
2. Notifikasi kasus penyakit hewan
yang efektif secara berkala dan
profesional
3. Perdagangan global 1. Analisis risiko penyakit hewan
berbasis ilmiah
2. Adopsi dan akreditasi zona bebas
penyakit hewan untuk kepentingan
perdagangan
7
1. Elaborasi dan pemutakhiran
4. Pengaturan obat hewan kerangka regulasi dan kebijakan
kendali kualitas (quality control) dan
registrasi obat hewan
2. Pengendalian residu dalam bahan
pangan hewan dan hasil produk ternak
lainnya
3. Pemanfaatan bahan biologi dan
vaksin hasil teknologi rekayasa
genetika
5. Keamanan pangan 1. Promosi produk ternak yang aman,
sehat, utuh, dan halal (ASUH)
2. Pendekatan terintegrasi dan multi
disiplin terhadap kualitas dan
keamanan pangan hewani
3. Pengendalian keamanan pangan
mulai dari sistem usaha ternak
6. Pengembangan profesi 1. Pemusatan kembali kurikulum dan
standar kompetensi profesi dokter
hewan
2. Penguatan program pendidikan
yang berkelanjutan guna peningkatan
profesionalisme petugas kesehatan
hewan
8
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
9
Daftar Pustaka
10