Semester 4 Kelas C
DawilaMukodah 24041115110
Ilma Amalia 24041115122
Nurannisa Rahma 24041115133
Maola Siti Hapidhah 24041115126
Mila Miranti 24041115128
Putri Oktavia Tambunan 24041115135
Ressa Juniar Aisyah 24041115137
Risvi Dwidiantini Saputri 24041115140
Yuliansyah Nabila Abkar 24041115153
Kata Pengantar
BAB 1
1. Pendahuluan
2. Latar Belakang
3. Rumusan Masalah
4. Maanfaat
BAB II
1. Pembahasan
BAB III
1. Penutup
2. Kesimpulan
3. Saran
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Etika dan
Perundang-undangan yang berjudul Pengawasan Obat, Kosmetik dan Makanan.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan dengan kerja sama yang baik dari
kelompok kami. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.Akhir kata kami berharap semoga makalah Etika dan Perundang-
undangan yang berjudul Pengawasan Obat, Kosmetik dan Makanan ini dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Perkembangan perekonomian dan gaya hidup yang semakin pesat dan
kemajuan teknologi dan ilmu pengatahuan telah menimbulkan perubahan cepat pada
produk-produk kosmetik,industri farmasi, obat tradisional, alat kesehatan, sehingga
banyaknya beredar industri-industri produk yang baru. Pemerintah Indonesia telah
membentuk sebuah badan yang diberikan tugas tertentu dalam hal pengawasan
terhadap obat dan makanan yang disebut dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan
yang disingkat dengan BPOM. Badan inilah dengan dikoordinasikan oleh Menteri
Kesehatan dan Menteri Kesejahteraan Sosial yang diserahkan tugas pengawasan
peredaran obat dan makanan di Indonesia, yang dibentuk di masing-masing Provinsi
di seluruh Indonesia
Pengertian Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) adalah merupakan
Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND), yaitu sesuai Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2001 merupakan lembaga pemerintah pusat
yang dibentuk untuk melaksanakan tugas pemerintah tertentu dari Presiden serta
bertanggung jawab langsung kepada Presiden.
B. Rumusan Masalah
1. Evaluasi kasus dan bagaimana tindak lanjut terhadap permasalahan
pengawasan obat, makanan dan kosmetika
2. Apa saja dasar hukum yang dilanggar?
3. Apa saja sanksi yang diberikan?
C. Tujuan
1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah etika dan perundang-undangan
2. Untuk mengetahui berbagai kasus tentang penyalahgunaan obat, kosmetika
dan makanan yang pernah terjadi
3. Untuk mengetahui tentang undang-undang yang mengatur obat, kosmetik dan
makanan
D. Manfaat
1. Lebih mengetahui tentang undang-undang yang mengatur obat, kosmetika dan
makanan
Bab II
Pembahasan
Menimbang :
a. bahwa Obat dan Makanan yang dimasukan ke dalam wilayah Indonesia
harus memiliki nomor izin edar dan memenuhi ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang impor;
b. bahwa pengaturan pengawasan pemasukan Obat dan Makanan yang telah
ditetapkan dengan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor HK.00.05.23.1455 Tahun 2008 tentang Pengawasan Pemasukan Pangan
Olahan, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.00.05.42.2996 Tahun 2008 tentang Pengawasan Pemasukan Obat
Tradisional, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.03.1.23.04.11.03724 Tahun 2011 tentang Pengawasan Pemasukan
Kosmetika, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.03.1.3.12.11.10692 Tahun 2011 tentang Pengawasan Pemasukan Obat
Impor, perlu disesuaikan dengan ketentuan terkini di bidang impor;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan
huruf b perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan tentang Pengawasan Pemasukan Obat dan Makanan ke dalam
Wilayah Indonesia;
PERATURAN BPOM Nomor 27 Tahun 2013: PENGAWASAN PEMASUKAN OBAT DAN
1. Obat dan Makanan adalah obat, obat tradisional, obat kuasi, kosmetika,
suplemen kesehatan, dan pangan olahan.
2. Pemasukan Obat dan Makanan adalah importasi Obat dan Makanan ke
dalam wilayah Indonesia.
3. Surat Keterangan Impor, yang selanjutnya disingkat SKI, adalah surat
keterangan untuk pemasukan Obat dan Makanan ke dalam wilayah
Indonesia.
4. Obat adalah obat jadi termasuk produk biologi, yang merupakan bahan
atau paduan bahan digunakan untuk mempengaruhi/menyelidiki sistem
fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan peningkatan kesehatan dan
kontrasepsi untuk manusia.
5. Produk Biologi adalah vaksin, imunosera, antigen, hormon, enzim, produk
darah dan produk hasil fermentasi lainnya (termasuk antibodi monoklonal dan
produk yang berasal dari teknologi rekombinan DNA) yang digunakan untuk
mempengaruhi/menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan peningkatan kesehatan.
6. Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau
campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan
untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di
masyarakat.
7. Obat Kuasi adalah obat dengan bahan aktif dengan efek farmakologi
untuk keluhan ringan.
8. Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk
digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku,
bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan membran mukosa mulut
terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau
memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada
kondisi baik.
9. Suplemen Kesehatan adalah produk yang dimaksudkan untuk melengkapi
kebutuhan zat gizi, memelihara, meningkatkan dan memperbaiki fungsi
kesehatan, mengandung satu atau lebih bahan berupa vitamin, mineral,
asam amino atau bahan lain (berasal dari tumbuhan atau bukan
tumbuhan) yang mempunyai nilai gizi dan/atau efek fisiologis, yang tidak
dimaksudkan sebagai pangan.
10. Pangan Olahan adalah makanan atau minuman hasil proses dengan cara atau
metode tertentu dengan atau tanpa bahan tambahan.
11. Izin Edar adalah bentuk persetujuan pendaftaran Obat dan Makanan
yang diberikan oleh Kepala Badan untuk dapat diedarkan di wilayah
Indonesia.
12. Batas kedaluwarsa adalah keterangan batas waktu obat, obat tradisional,
suplemen kesehatan, dan pangan layak untuk dikonsumsi dalam bentuk
tanggal, bulan, dan tahun, atau bulan dan tahun.
13. Kepala Badan adalah Kepala Badan yang bertanggung jawab di bidang
pengawasan Obat dan Makanan
5. Mengingat :
INDONESIA,
Menimbang :
Pemasukan Kosmetika;
5. Mengingat :
Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Badan
10. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas,
11. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi
Tahun 2005;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
REPUBLIK INDONESIA
Pasal 1
yang diberikan oleh Kepala Badan untuk dapat diedarkan di wilayah Indonesia.
3) Kepala Badan adalah Kepala Badan yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang
Pasal 2
2) Selain harus memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemasukan
3) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa Surat Keterangan Impor
(SKI).
Pasal 3
2) Kosmetika sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dimasukkan ke dalam
wilayah Indonesia oleh importir kosmetika yang memiliki Angka Pengenal Impor (API)
3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kosmetika yang
digunakan untuk penelitian dan sampel kosmetika untuk pameran dalam jumlah terbatas serta
Pasal 4
1) Produk ruahan yang akan diproses lebih lanjut menjadi kosmetika produksi dalam
2) Kosmetika produksi dalam negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus telah
dinotifikasi.
Pasal 5
1) SKI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) diberikan atas dasar permohonan.
Permohonan diajukan secara tertulis kepada Kepala Badan oleh Pemegang Notifikasi
Kosmetika atau kuasanya dengan melampiri dokumen sebagai berikut: a. sertifikat analisis
kosmetika; b. invoice; c. Bill of Lading (B/L) atau Air Ways Bill (AWB); d. fotokopi NPWP
2) Nama kosmetika yang tercantum pada invoice sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf c harus sama dengan nama kosmetika yang tercantum pada Pemberitahuan Notifikasi
3) Selain harus melampiri dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (2), khusus
permohonan SKI untuk penelitian dan sampel kosmetika untuk pameran sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3), harus melampiri juga proposal dan/atau data pendukung.
Pasal 6 Semua data pemasukan kosmetika harus didokumentasikan dengan baik oleh
kembali serta setiap saat dapat diperiksa oleh petugas Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Pasal 7 SKI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) hanya berlaku untuk satu kali
Pasal 8
Tata cara permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 diajukan secara elektronik
dengan:
Tahun 2008 tentang Pemberlakuan Sistem Elektronik dalam Kerangka Indonesia National
Tahun 2008 tentang Penetapan Tingkat Layanan (Service Level Arrangement) di Lingkungan
Badan Pengawas Obat dan Makanan dalam kerangka Indonesia National Single Window.
BAB IV PENGAWASAN
Pasal 9
melakukan kontrak produksi dengan industri kosmetika yang telah memiliki izin produksi,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) dapat dikenai tindakan administratif.
a. peringatan tertulis;
Pasal 10
1) Dengan berlakunya Peraturan ini maka:
Tahun 2008 tentang Pengawasan Pemasukan Kosmetika; dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
Pasal 11
Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya
Republik Indonesia.
ttd. KUSTANTINAH
Empat gudang besar yang memproduksi obat dan jamu ilegal di cakung, jakarta timur
digerebek polisi. Dua gudang ada di kompleks pergudngan centra cakung blok F, sementara
dua lagi berada di kompleks pergudangan green sedayu biz park blok GS 6.
Jakarta, kompas – badan pengawasan obat dan makan DKI jakarta bersama pemerintah kota
jakarta pusat menggelar inspeksi mendadak di kawasan kuliner kampung lima, sabang,
jakarta pusat, jumat (22/5). Mereka menemukan sejumlah sampel makanan yang
mengandung bahan kimia berbahaya seperti boraks dan formalin untuk pengawet.
Barang siapa dengan sengaja menggunakan bahan yang dilarang digunakan sebagai bahan
tambahan pangan atau menggunakan bahan tambahan pangan secara melampaui ambang
batas maksimal yang ditetapkan. Sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 10 ayat 1 maka
akan dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan atau denda paling banyak Rp.
600.000.000 (enm ratus juta rupiah).
Kesimpulan
jadi, pasal yang berhubungan dengan pengawasan obat, makanan dan kosmetika
Pemasukan Kosmetik
• Peraturan Kepala Baan Pom Ri No. 27 Tahun 2013 Tentang Pengawasan Obat Dan
Makanan RI
Daftar Pustaka
http://www.landasanteori.com/2015/10/badan-pengawas-obat-dan-makanan-
bpom.html
http://arti-definisi-pengertian.info/pengertian-pengawasan-obat-dan-makanan/
http://perkosmi.com/peraturan-bpom-ri-pengawasan-pemasukan-kosmetika
http://perkosmi.com/peraturan-bpom-pengawasan-pemasukan-obat-dan-makanan-ke-
dalam-wilayah-indonesia
http://perkosmi.com/wp-
content/uploads/2013/06/BPOM_No.27_2013_Pengawasan_Pemasukan_Obat_dan_Makanan
.pdf
http://perkosmi.com/filesperkos/BPOM_HK.03.1.23.04.11.03724_200411_Pengawas
an%20Pemasukan%20Kosmetika.pdf
http://scholar.unand.ac.id/3075/2/BAB%20I%20PDF.pdf
Diakses pada tanggal 14 Mei 2017 pada pukul 09.48 – 20.33 WIB
Lampiran