BAB I
PENDAHULUAN
1
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
pangan yang beredar di masyarakat, maka dari itu pemerintah membentuk Badan
Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). Badan Pengawas Obat dan Makanan
merupakan instansi pemerintah yang bertugas mengawasi obat, obat tradisional,
pangan, suplemen kesehatan, narkotika dan bahan berbahaya. Dalam pelaksanaan
tugasnya, BPOM tidak luput dari peran serta tenaga kesehatan, khususnya Apoteker
yang terlibat langsung dalam pengawasan Obat dan Makanan yang beredar di
masyarakat. Peran Apoteker sebagai salah satu tenaga kesehatan yang berada di
tengah masyarakat diharapkan dapat membantu pemerintah dalam pengawasan
produk-produk tersebut melalui upaya mendorong masyarakat untuk lebih proaktif
berperan dalam pengawasan obat dan makanan. Melalui praktik kerja profesi (PKP)
di Balai Besar POM Surabaya yang merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis
Badan POM yang memiliki laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi yang
sudah terakreditasi ini, diharapkan calon Apoteker Fakultas Farmasi Universitas
Surabaya dapat memahami peran serta dalam upaya untuk menyelesaikan
permasalahan yang timbul di masyarakat, sebagai bekal calon Apoteker yang akan
terjun ke masyarakat sehingga tidak ragu dan cermat dalam memberikan keputusan
yang tepat terhadap masalah mengenai obat, obat tradisional, pangan, suplemen
kesehatan, kosmetika, narkotika dan bahan berbahaya, yang sering terjadi dan
meresahkan masyarakat.
2
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
Produk Komplemen.
3. Memahami gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian di
BBPOM terutama pada Bidang Pengujian Produk Terapeutik, Narkotika, Obat
Tradisional, Kosmetika, dan Produk Komplemen.
4. Mengetahui dan memahami peran Apoteker dalam pengawasan obat dan makanan.
5. Mengetahui peran Apoteker dalam pengujian mutu atau kontrol kualitas terhadap
beberapa sampel post marketing produk terapeutik, narkotika, obat tradisional,
kosmetika, dan produk komplemen.
6. Menjadi Apoteker yang kompeten dan siap memasuki dunia kerja sebagai tenaga
farmasi yang profesional
1.3 Manfaat Praktik
Manfaat yang didapat dengan dilaksanakannya Praktik Kerja Profesi Apoteker
di Balai Besar POM di Surabaya adalah :
1. Bagi mahasiswa calon Apoteker
Dengan adanya Praktik Kerja Profesi Apoteker ini dapat meningkatkan kualitas
lulusan Apoteker dalam rangka memenuhi persyaratan standar kompetensi
Apoteker.
3
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
BAB II
TINJAUAN UMUM
4
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
5
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
6
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
7
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
8
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
9
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
10
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
11
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
12
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
c. Pangan olahan yang diimpor dalam jumlah kecil berdasarkan hasil kajian atas
permohonan surat keterangan impor sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan untuk keperluan :
1) Sampel dalam rangka pendaftaran;
2) Penelitian;
3) Konsumsi sendiri;
d. Pangan Olahan yang digunakan lebih lanjut sebagai bahan baku dan tidak dijual
secara langsung kepada konsumen akhir;
e. Pangan Olahan yang dikemas dalam jumlah besar dan tidak dijual secara
langsung kepada konsumen akhir;
f. Pangan yang dijual dan dikemas langsung di hadapan pembeli dalam jumlah
kecil sesuai permintaan konsumen;
g. Pangan siap saji; dan/atau
h. Pangan yang hanya mengalami pengolahan minimal (pasca panen) meliputi
pencucian, pengupasan, pengeringan, penggilingan, pemotongan, penggaraman,
pembekuan, pencampuran, dan/atau blansir serta tanpa penambahan Bahan
Tambahan Pangan (BTP), kecuali BTP untuk penelitian.
13
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
14
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
15
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
16
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
17
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
b. Pasal 17
Perusahaan bertanggungjawab terhadap kelengkapan, kebenaran, dan
keabsahan dokumen yang diajukan saat Pendaftaran Pangan Olahan.
c. Pasal 18
Dalam hal Pendaftar merupakan pihak yang diberi kuasa oleh perusahaan
maka:
1) Perusahaan harus melaporkan pihak penerima kuasa kepada Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan dan Direktur Penilaian Keamanan
Pangan.
2) Izin Edar Pangan Olahan diterbitkan untuk perusahaan yang mengajukan
pendaftaran.
3) Perusahaan bertanggung jawab atas semua hal yang terkait dengan
pendaftaran Pangan Olahan yang diajukan oleh pihak yang diberi kuasa.
Selain tugas pokok dan fungsi, BPOM juga memiliki kewenangan untuk
menerbitkan Sertifikat. Sertifikat yang dapat diberikan oleh BPOM yaitu:
A. Sertifikasi CPOB/CPBBAOB
Cara Pembuatan Obat yang baik (CPOB) merupakan suatu cara penjaminan
mutu obat yang dihasilkan sesuai persyaratan dan tujuan. Pada Peraturan Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor
HK.04.1.33.12.11.09937 tahun 2011 tentang Tata Cara Sertifikasi Cara Pembuatan
Obat yang Baik menyebutkan bahwa sebuah Industri Farmasi yang membuat obat,
lembaga yang melakukan proses pembuatan sediaan radiofarmaka, lembaga
berwenang di bidang pengawasan nuklir dan Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang
melakukan proses pembuatan obat untuk pelaksanaan pelayanan kesehatan di rumah
sakit, harus wajib memenuhi persyaratan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).
Sedangkan Industri Farmasi yang membuat bahan baku aktif obat wajib memenuhi
standar dari pedoman Cara Pembuatan Bahan Baku Aktif Obat yang Baik
18
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
(CPBBAOB).
Pemenuhan persyaratan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan
Cara Pembuatan Bahan Baku Aktif Obat yang Baik (CPBBAOB) dibuktikan
dalam bentuk sertifikat yang diterbitkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan
melalui permohonan tertulis kepada Kepala Badan POM. Pada pembuatan sertifikat
baru, selain Formulir permohonan pemohon juga harus melampirkan permohonan
persetujuan Rencana Induk Pembangunan (RIP) yang ditujukan kepada Kepala
Badan POM. Dalam jangka waktu 14 hari kerja, dilakukan evaluasi pada permohonan
RIP serta pemberian hasil persetujuan RIP ataupun erbaikan RIP. Kemudian
pemohon mengajukan permohonan inspeksi untuk dilakukan kualifikasi terhadap
pembangunan industri telah memenuhi persyaratan CPOB dengan mengisi formulir
yang ada.
Evaluasi hasil inspeksi sertifikasi waktu penyelesaiannya perlu 20 hari sejak
inspeksi sertifikasi. Lalu untuk evaluasi Corrective And Preventive Action (CAPA)
yaitu tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan terhadap temuan hasil inspeksi
waktu penyelesaianya 30 hari setelah menerima CAPA. Setelah dilakukan inspeksi
dan hasil evaluasi menyatakan telah memenuhi persyaratan CPOB, Kepala Badan
POM menerbitkan Sertifikat CPOB atau surat rekomendasi pemenuhan persyaratan
CPOB sebagai kelengkapan permohonan izin industri farmasi dan penerbitan
CPOB/CPBBAOB akan terbit setelah 14 hari sejak fasilitas dinyatakan memenuhi
syarat. Sertifikat CPOB berlaku 5 tahun selama industry farmasi masih berproduksi
dan memenuhi persyaratan sesuai peraturan perundangundangan. Pada waktu 6 bulan
sebelum masa berlaku sertifikat habis, wajib melakukan re-sertifikasi dengan
mengajukan formulir permohonan kepada Kepala Badan POM. Re-sertifikasi
dilakukan melalui penilaian terhadap pemenuhan CPOB atau CPBBAOB yang
merupakan dari hasil inspeksi rutin, riwayat produk yang dihasilkan serta inspeksi
yang dilakukan dalam rangka resertifikasi. Untuk dokumen-dokumen yang
dibutuhkan, dapat dilihat pada Gambar 2.2 sampai Gambar 2.5.
19
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
20
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
21
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
22
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
23
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
24
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
B. Sertifikasi CPOTB/CPKB
Untuk pengaturan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOTB) diatur dalam
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor
HK.03.1.23.06.11.5629 tahun 2011 tentang Persyaratan Teknis Cara Pembuatan
Obat Tradisional yang Baik. Dalam Pasal 2 berbunyi bahwa Industri obattradisional
wajib menerapkan CPOTB dalam seluruh aspek dan rangkaian pembuatan obat
tradisional. Untuk Industri Obat Tradisional yang telah menerapkan CPOTB
diberikan sertifikat CPOTB, dan sertifikat diberikan berdasarkan bentuk sediaan
dimana hal ini diatur pada pasal 3.
Pada Peraturan Kepala Badan POM Nomor 35 Tahun 2013 tentang Tata Cara
Sertifikasi Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik dimana pada Pasal berbunyi
pemohonan sertifikasi dilakukan secara tertulis ke Badan POM. Pasal 5 menjelaskan
bahwa Permohonan Sertifikasi CPOTB dikenai biaya sebagai Penerimaan Negara
Bukan Pajak sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam hal
permohonan Sertifikasi CPOTB jika ditolak, maka biaya yang telah dibayarkan
tidak dapat ditarik kembali. Untuk membuat sertifikasi baru dijelaskan pada pasal 6 :
a. Rencana Induk Pembangunan (RIP) atau denah bangunan; dan / atau
b. Sertifikasi CPOTB.
c. Penetapan Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik (CPKB) merupakan
persyaratan kelayakan dasar agar suatu industri kosmetik mampu
menghasilkan produk yang aman, bermanfaat dan bermutu. Produsen yang
telah menerapkan Cara Pebuatan Kosmetik yang Baik (CPKB) dapat
mengajukan permohonan sertifikasi sesuai dengan bentuk sediaan yang
dibuat. Untuk permohonan Sertifikasi CPOTB pemohon dapat mengajukan
sertifikasi dengan menggunakan format yang dapat dilihat pada Gambar 2.6
bagian I dan II.
Paling lama untuk dilakukan inspeksi dalam waktu 30 hari sejak
diterimanya permohonan sertifikasi CPOTB, hasil inspeksi diterima paling lama20
25
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
hari sekali dilakukan inspeksi, hal ini diatur dalam pasal 9. Prosedur permohonan
sertifikasi dimulai dari pelaksanaan inspeksi sertifikasi lalu evaluasi inspeksi
sertifikasi dilanjutkan dengan evaluasi Corrective And Preventive Action (CAPA)
yaitu tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan terhadap temuan hasil inspeksi
waktu penyelesaianya 20 hari setelah menerima CAPA dan penerbitan sertifikasi
CPOTB waktu penyelesaianya 10 hari sejak diterimanya ijin IOT/IEBA. Masa
berlaku sertifikat CPOTB adalah 5 tahun dengan syarat industri Obat Tradisional
masih memproduksi dan memenuhi peraturan perundang-undangan.
Pemohon yang melakukan perubahan nama badan hukum dan alamat harus
mengajukan permohonan perubahan sertifikat, untuk masa berlakunya mengikuti
dengan masa berlaku sertifikat yang berikutnya yang dimana diatur dalam pasal 14.
Pada pasal 15 menyatakan bahwa sertifikasi ulang paling lambat 6 bulan sebelum
masa berlaku sertifikat berakhir. Permohonan sertifikasi ulang diajukan kepada
Kepala Badan dengan menggunakan format permohonan sertifikasi ulang seperti
pada Gambar 2.7. Untuk mendapatkan sertifikasi maka pemohon harus membawa
persyaratan permohonan Sertifikasi CPOTB/CPKB sebagai berikut :
a. Dokumen Administratif
1) Surat permohonan
2) Bukti pembayaran PNBP sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan
b. Dokumen Teknis
1) Rencana Induk Pembangunan (RIP) IOT dan IEBA/Denah Bangunan
Industri Kosmetik yang telah disetujui oleh Kepala Badan POM
2) Dokumen sistem mutu sesuai dengan persyaratan CPOTB/CPKB
Permohonan Resertifikasi CPOTB/CPKB, pemohon harus membawa
persyaratan sebagi berikut:
a) Dokumen Administratif
26
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
b) Dokumen Teknis
1) Rencana Induk Pembangunan (RIP) IOT dan IEBA/Denah
Bangunan Industri Kosmetik yang telah disetujui oleh Kepala Badan
POM
2) Sertifikat CPOTB/CPKB
3) Dokumen sistem mutu sesuai dengan persyaratan CPOTB/CPKB
4) Progres CAPA inspeksi terakhir.
27
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
28
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
29
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
30
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
31
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
32
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
33
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
34
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
35
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
Pengawasan obat dan makanan terdiri dari beberapa tahapan yang dimulai
dari stadardisasi dan sertifikasi sarana produksi atau distribusi, penilaian pre-market
produk, pengawasan post-market produk dan sarana, sampling dan pengujian, setelah
hasil pengujian didapat, dilakukan penegakan hukum sesuai dengan undang-undang
yang dilanggar serta melakukan pengamanan pasar dalam negeri dari produk obat dan
makanan yang tidak memenuhi syarat, mutu, dan ilegal/palsu.
Penilaian (pre-marketevaluation) yang merupakan evaluasi produk sebelum
memperoleh nomor izin edar dan akhirnya dapat diproduksi dan diedarkan kepada
konsumen. Penilaian dilakukan terpusat, dimaksudkan agar produk yang memiliki
izin edar berlaku secara nasional. Penilaian ini meliputi penilaian administratuif,
penilaian keamanan mutu, gizi, dan rancangan label. Pengawasan setelah beredar
(post-marketcontrol) untuk melihat konsistensi mutu produk, keamanan dan
informasi produk. Pengawasan itu dilakukan dengan melakukan sampling produk
Obat dan Makanan yang beredar, serta pemeriksaan sarana produksi dan distribusi
Obat dan Makanan, pemantauan farmakovigilan dan pengawasan label/penandaandan
36
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
iklan. Pengawasan post-market dilakukan secara nasional dan terpadu, konsisten, dan
terstandar. Pengawasan post-market dilakukan secara nasional dan terpadu, konsisten,
dan terstandar.
Pada pengujian laboratorium, produk yang disampling berdasarkan risiko
terlebih dahulu. Tahapan selanjutnya setelah dilakukan sampling adalah uji melalui
laboratorium guna mengetahui apakah Obat dan Makanan tersebut telah memenuhi
syarat keamanan, khasiat/manfaat dan mutu. Hasil uji laboratorium ini merupakan
dasar ilmiah yang digunakan untuk menetapkan bahwa produk tidak memenuhi syarat
yang digunakan untuk ditarik dari peredaran.
Penegakan hukum dibidang Pengawasan Obat dan Makanan didasarkan pada
bukti hasil pengujian, pemeriksaan, maupun investigasi awal. Proses penegakan
hukum sampai dengan projusticia dapat berakhir dengan pemberian sanksi
administratif seperti dilarang untuk diedarkan, ditarik dari peredaran, di cabut izin
edar, disita untuk dimusnahkan. Jika pelanggaran masuk pada ranah pidana, maka
terhadap pelanggaran Obat dan Makanan dapat diproses secara hukum pidana.
Untuk melakukan pengawasan dengan benar dan terorganisir serta menekan
sekecil mungkin resiko yang terjadi, Badan POM menerapkan Sistem Pengawasan
Obat dan Makanan (SISPOM) yang terdiridari 3(tiga) lapisan penting yaitu:
a) Subsistem pengawasanprodusen;
b) Subsistem pengawasan pemerintah/Badan POM; dan
c) Subsistem pengawasan masyarakat/konsumen.
37
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
38
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
memenuhi syarat dan tidak dibutuhkan sedang pada sisi lain akan mendorong
produsen untuk ekstra hati-hati dalam menjaga kualitasnya.
39
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
40
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
41
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
42
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
kemanfaatan dan mutu. Wilayah Kerja BBPOM (Balai Besar Pengawas Obat dan
Makanan) di Surabaya terdiri dari 29 Kabupaten dan 9 kota, yaitu:
43
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
24 Kab. Magetan
25 Kota Mojokerto
26 Kota Madiun
27 Kota Probolinggo
28 Kab. Kediri
29 Kota Kediri
30 Kab. Blitar
Loka POM di Kabupaten Kediri
31 Kota Blitar
32 Kab. Trenggalek
33 Kab. Tulungagung
34 Kab. Jember
35 Kab. Lumajang
36 Kab. Banyuwangi Loka POM di Kabupaten Jember
37 Kab. Bondowoso
38 Kab. Situbondo
Struktur organisasi Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Surabaya dapat
dilihat pada Gambar 3.1 dibawah ini:
44
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
45
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
46
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
47
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
48
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
49
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
50
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
menerapkan ISO 9001:2015 dan telah tersertifikat untuk seluruh proses dan
penjaminan mutu hasil pengujian. Resertifikasi dilakukan dalam kurun waktu 4
(empat) tahun sekali dan setiap tahunnya dilakukan surveillance untuk mengaudit
terlaksananya kinerja tersebut. Kantor Loka POM di Kabupaten Jember dan kantor
Loka POM di Kabupaten Kediri memiliki status bangunan pinjam pakai pemerintah
daerah. Berdasarkan Laporan Kinerja Tahun 2018, beberapa keunggulan BBPOM di
Surabaya antara lain :
1. Laboratorium Unggulan Pengujian Rokok
2. Laboratorium Rujukan Pengujian Endotoksin dan Sterilitas.
3. Satu-satunya UPT Badan POM yang mempunyai Laboratorium Kalibrasi yang
telah terakreditasi ISO/IEC 17025:2017 sejak tahun 2005.
4. Mempunyai tenaga ahli sebagai evaluator yang aktif membantu proses
pendaftaran pangan melalui e-registration.
5. Pengembangan layanan publik bekerjasama dengan pemerintah Kabupaten
Banyuwangi menggunakan fasilitas di Mall Pelayanan Publik Kabupaten
Banyuwangi meliputi layanan informasi dan pengaduan masyarakat.
51
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
Berdasarkan PerBPOM No. 12 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Badan POM Seksi Inspeksi mempunyai
tugas melakukan inspeksi sarana/fasilitas produksi dan/atau distribusi Obat dan
Makanan dan sarana/fasilitas pelayanan kefarmasian, serta pengambilan contoh
(sampling) produk Obat dan Makanan. Kegiatan yang dilaksanakan seksi inspeksi
meliputi:
1. Melaksanakan pemeriksaan setempat di sarana produksi/distribusi produk
terapetik, produk biologi, prekursor, zat adiktif, pangan, obat tradisional,
kosmetika dan produk komplemen. Untuk sarana sasaran pemeriksaan produk
terapetik dan napza dilakukan di industri farmasi, Pedagang besar Farmasi
(PBF), Apotik, toko obat dan Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) dan
Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota (Gudang Farmasi Kabupaten/Kota). Pada
obat tradisional, kosmetika, produk komplemen dilakukan pemeriksaan pada
industri obat tradisional, industri kecil obat tradisional, penyalur/toko jamu/
52
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
b. Pangan
c. Kosmetika
d. Obat tradisional
e. Suplemen makanan
f. Rokok
Sampling dilakukan di sarana produksi dan distribusi dengan cara dibeli
produk dan dilakukan pengambilan sampel bersamaan dengan pemeriksaan
setempat. Apabila melanggar peraturan yang berlaku maka akan dikenakan
sanksi.Sanksi yang dapat diberikan pada sarana yang melakukan pelanggaran
adalah Sanksi Administratif tertera pada PP 72 tahun 1998 dan sanksi pidana pada
UU 36 tahun 2009 tentang Kesehatan dan UU Narkotika dan Psikotropika.
53
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
Pengawasan iklan ini diawasi melalui media cetak, TV, radio, brosur/leaflet,
dan billboard. Rancangan iklan obat, obat tradisional, suplemen makanan dan pangan
harus disetujui Badan POM sebelum ditayangkan/ diedarkan. Produk OMKA hanya
boleh diiklankan setelah memiliki ijin edar dan rokok diiklankan lewat Televisi jam
21:30- 4:30 WIB dan mencantumkan spot peringatan. Seksi Inspeksi mempunyai
subdirektorat inspeksi yang melakukan Pengawasan Narkotika, Psikotropika dan Zat
Adiktif. Subdirektorat Inspeksi Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif mempunyai
tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan
pedoman, standar, kriteria dan prosedur, evaluasi dan pelaksanaan inspeksi sarana
produksi dan distribusi narkotika, psikotropika, prekursor dan zat adiktif lain.
Subdirektorat Inspeksi Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif
menyelenggarakan fungsi :
a. penyusunan rencana dan program inspeksi narkotika, psikotropika, prekursor dan
zat adiktif;
b. pelaksanaan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan pedoman,
standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan inspeksi narkotika dan prekursor;
54
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
Tugas seksi sertifikasi sesuai Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan Nomor 12 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana
Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan adalah melakukan
sertifikasi sarana atau fasilitas produksi dan/atau distribusi dan produk obat dan
makanan. Audit yang dilakukan seksi sertifikasi adalah audit dalam rangka perijinan
atau registrasi.
55
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
Berikut merupakan jenis layanan yang diberikan oleh seksi sertifikasi yaitu:
(1) Unsur Pokok kegiatan sertifikasi produk dan sarana/fasilitas produksi dan/atau
distribusi Obat dan Makanan meliputi kegiatan sertifikasi produk dan
sarana/fasilitas produksi dan/atau distribusi Obat dan Makanan sebelum dan
selama beredar.
(2) Unsur Pokok kegiatan sertifikasi produk dan sarana/fasilitas produksi dan/atau
distribusi Obat dan Makanan terdiri atas sub unsur:
a. jumlah sertifikasi produk Obat dan Makanan; dan
56
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
Untuk menjamin produk obat, kosmetik dan makanan maka dilakukan proses
sertifikasi. Logo halal adalah tanda kehalalan suatu pangan olahan akan tetapi
Direktorat Inspeksi dan Serifikasi Pangan tidak lagi menerbitkan pencantuman logo
halal, tetapi bertanggung jawab dalam memastikan pemenuhan aspek Cara Produksi
Pangan Olahan yang Baik (CPPOB). Persyaratan pencantuman logo halal adalah
sebagai berikut:
1. Sertifikat Halal MUI yang masih berlaku dan sesuai dengan produk yang
diajukan
2. Pemenuhan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB), dibuktikan
dengan hasil pemeriksaan sarana produksi terakhir dengan ketetntuan sebagai
berikut:
a. Apabila rating penilaian CPPOB adalah A (Baik Sekali), maka hasil
pemeriksaan berlaku selama 2 tahun dan setelah itu harus dilakukan audit
verifikasi kembali.
b. Apabila rating penilaian CPPOB adalah B (Baik), maka hasil pemeriksaan
berlaku selama 1 tahun dan setelah itu harus dilakukan audit verifikasi
kembali. Permohonan pencantuman label halal dapat dilakukan melalui
57
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
Dasar hukum:
58
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
f. Asli Surat Kuasa Pemasukan yang dibuat dalam bentuk Akta Umum oleh
Notaris, dalam hal pemohon merupakan perusahaan yang diberi kuasa untuk
mengimpor dan
g. Data HS Code yang akan diimpor
2. User ID dan password akan diberikan dalam jangka waktu 1 (satu) hari kerja, jika
hasil verifikasi dinyatakan lengkap dan benar.
3. Pendaftaran hanya dilakukan 1 (satu) kali, sepanjang tidak terjadi perubahan data
pemohon
4. Jika terjadi perubahan data, pemohon harus menyampaikan pemberitahuan
perubahan data atau mengajukan pendaftaran kembali secara online.
Berdasarkan PerKa BPOM Nomor 15 Tahun 2016 yang mengatur tentang standar
pelayanan publik di lingkungan BPOM, Surat Keterangan Ekspor (SKE) merupakan
surat keterangan yang diterbitkan oleh Badan POM atau Balai Besar/Balai POM yang
dibutuhkan oleh industri untuk mengekspor Bahan Baku dan Produk Jadi Obat dan
Makanan, dapat berupa CPP, CFS, COH, Surat Keterangan Sertifikat CPOB, Surat
Keterangan Sertifikat CPOTB/CPKB dan Surat Keterangan Pemenuhan Persyaratan
Keamanan Kemasan Pangan.
59
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
1. Surat permohonan
2. Surat pernyataan, bila kemasan produk ekspor berbeda dengan lokal
3. Fotokopi nomor pendaftaran dan label yang disetujui oleh Badan POM
4. Sertifikat analisis terbaru
5. Contoh produk (lokal dan ekspor)
6. Bila produk tidak terdaftar:
a. Spesifikasi produk
b. Hasil pemeriksaan sarana oleh Badan POM/ Balai/ Balai Besar POM
60
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
a. Tata Cara
61
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
4. Pemenuhan Komitmen
Persyaratan untuk memperoleh Izin UKOT yaitu Sertifikat Produksi
UKOT. Untuk pemenuhan Komitmen, Pelaku Usaha melalui
www.elic.binfar.kemkes.go.id yang terintegrasi dengan sistem OSS
menyampaikan Rencana Produksi UKOT dan memiliki paling rendah tenaga
teknis kefarmasian berkewarganegaraan Indonesia sebagai penanggung jawab
62
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
teknis atau memiliki paling rendah tenaga teknis kefarmasian yang memiliki
sertifikat pelatihan atau apoteker berkewarganegaraan Indonesia sebagai
penanggung jawab teknis bagi UKOT yang memproduksi kapsul dan/atau
cairan obat menyertakan data apoteker/tenaga teknis kefarmasian penanggung
jawab, yang meliputi Kartu Tanda Penduduk, ijazah, Surat Tanda Registrasi,
surat pernyataan sanggup bekerja penuh waktu, dan surat perjanjian kerja
sama apoteker/tenaga teknis kefarmasian Penanggung Jawab dengan Pelaku
Usaha. Rencana Produksi UKOT adalah dokumen yang diajukan oleh Pelaku
Usaha yang berisi antara lain penjabaran dari produk dan pengembangan,
sarana produksi, serta kegiatan penyelenggaraan UKOT.
5. Penilaian Komitmen
Kementerian Kesehatan melakukan evaluasi dan verifikasi paling lama
3 (tiga) Hari sejak Pelaku Usaha menyampaikan pemenuhan Komitmen.
Berdasarkan hasil evaluasi dan verifikasi tidak terdapat perbaikan,
Kementerian Kesehatan menerbitkan Sertifikat Produksi UKOT paling lama 1
(satu) hari melalui sistem OSS. Sertifikat Produksi UKOT adalah persetujuan
untuk melakukan produksi, pengembangan produk dan sarana produksi
dan/atau riset yang digunakan untuk pelaksanaan percepatan pengembangan
UKOT. Dalam hal hasil evaluasi terdapat perbaikan, Kementerian Kesehatan
menyampaikan hasil evaluasi kepada Pelaku Usaha melalui sistem OSS dan
Pelaku Usaha wajib melakukan perbaikan dan menyampaikan kepada
Kementerian Kesehatan melalui www.elic.binfar.kemkes.go.id yang
terintegrasi dengan sistem OSS paling lama 10 (sepuluh) Hari sejak
diterimanya hasil evaluasi. Setelah perbaikan yang disampaikan oleh Pelaku
Usaha dan dinyatakan tidak terdapat perbaikan, Kementerian Kesehatan
menerbitkan Sertifikat Produksi UKOT paling lama 1 (satu) hari melalui
sistem OSS. Berdasarkan hasil evaluasi dan verifikasi menyatakan Pelaku
63
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
64
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
65
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
2) Registrasi Pangan
Proses registrasi pangan untuk mendapatkan izin edar MD dan ML.
Diperlukan hasil pemeriksaan sarana produksi/distribusi sesuai Cara Produksi
Pangan Olahan yang Baik (CPPOB) adalah minimal B. Pendaftaran pangan
dilakukan melalui aplikasi e-registration. Sebagai informasi pendaftaran
registrasi pangan memerlukan pemenuhan persyaratan:
a. Persyaratan administrasi
1. Bila produk MD: Izin industri dan hasil pemeriksaan sarana produksi
2. Bila produk ML: SIUP, hasil pemeriksaan sarana distribusi,
surat penunjukan, Health certificate/ free sale
b. Persyaratan teknis:
1. Komposisi atau daftar bahan yang digunakan
2. Penjelasan untuk bahan baku tertentu yang digunakan
3. Proses produksi atau sertifikat GMP/HACCP
4. Hasil analisis produk akhir
5. Informasi tentang masa simpan
6. Informasi tentang kode produksi
7. Rancangan label
66
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
67
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
68
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
69
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 12 Tahun 2018 Tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Di Lingkungan Badan Pengawas
Obat Dan Makanan
70
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
71
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
72
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
Balai Besar POM Jawa timur telah berhasil mengintervensi desa aman di
beberapa kabupaten yaitu Surabaya, Malang, Lumajang, Jombang, Mojokerto dan
Tulungagung. Kegiatan yang dilaksanakan terdiri dari 3 tahap, yaitu:
1. Re-orientasi Keamanan Pangan
Perlunya komitmen dan fasilitasi instansi lintas sektor dan kelurahan/desa
terkait yang bertujuan untuk meningkatkan awareness keamanan pangan secara
berkelanjutan. Kegiatan Re-orientasi Keamanan Pangan berupa pertemuan yang
diselenggarakan sebanyak satu kali, yaitu pertemuan di awal program yang
membahas tujuan dan teknis pelaksanaan program Gerakan Keamanan Pangan
Desa.
2. Pemberdayaan Masyarakat dan Usaha Pangan Desa di Bidang Keamanan Pangan
Kegiatan ini diperlukan untuk melakukan pemberdayaan masyarakat desa
untuk memperluas akses masyarakat desa terhadap informasi tentang pangan yang
aman. Kegiatan yang dilaksanakan yaitu:
73
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
a. Bimtek kepada Kader Keamanan Pangan Desa (Kader PKK,, Kader Guru
(komunitas Sekolah) Usaha Pangan Desa ( Pedagang Kreatif Lapangan
(PKL), termasuk warung makan, Retail, IRTP) dan Kader PKP/DFI)
b. Di lakukan pengambilan data gap assessment (pre intervensi), dimana
responden yang diambil datanya merupakan calon kader dan calon komunitas
desa / usaha pangan desa yang akan mengikuti bimtek dan fasilitasi keamanan
pangan
c. Bimtek kepada komunitas desa (Komunitas PKK, Komunitas Guru/Sekolah,
dan Komunitas Ritel/Usaha Pangan Desa).
d. Di lakukan kegiatan fasilitasi oleh kader keamanan pangan desa berupa
kunjungan kepada peserta bimtek komunitas desa.
3. Monitoring dan Evaluasi
Setelah intervensi keamanan pangan dilakukan, maka dilakukan monitoring
dan evalusi terhadap kader dan tim keamanan pangan dengan pengambilan data
post intervensi untuk diolah dan dianalisa, waktu kegiatan satu bulan setelah
kegiatan bimtek momunitas.
Desa Wates Kota Mojokerto yang telah diintervensi oleh Balai Besar
Pengawas Obat dan Makanan di Surabaya sejak tahun 2015 mendapatkan Juara II
Nasional Lomba Desa Pangan Aman (Laporan Tahunan Tahun 2018 BBPOM di
Surabaya).
Laboratorium Keliling
Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, secara rutin dilakukan operasional
laboratorium keliling. Dalam kegiatan ini, bidang informasi dan komunikasi bersama
dengan bidang pemeriksaan inspeksi dan bidang pengujian kimia berkolaborasi terjun
ke masyarakat untuk melakukan rapid test kit pada makanan – makanan yang beredar
di masyarakat melalui mobil laboratorium keliling. Kegiatan ini dilakukan di sekitar
sekolah, pasar, sentra oleh – oleh dan pedagang kaki lima. Khusus pada bulan
74
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
Ramadhan, kegiatan ini dilakukan juga pada para penjual takjil. Kegiatan ini
bertujuan agar masyarakat mengetahui makanan – makanan mana yag aman untuk
dikonsumsi.
Dalam laboratorium keliling ini, pengujian yang dilakukan adalah pengujian
cepat seperti tes kandungan boraks dan tes pewarna tekstil dalam makanan. Bila hasil
menunjukkan positif adanya bahan yang berbahaya, maka petugass akan memberikan
edukassi kepada masyarakat bahwa pangan tersebut mengandung bahan yang
berbahaya bagi kesehatan. selain itu, petugas akan mengambil sampel, yang
kemudian akan dilakukan pengujian lebih lanjut pada pangan yang menunjukkan
hasil yang positif.
Dalam rangka mencapai tujuan Pasar Aman dari Bahan Berbahaya, ada 3
(tiga) Strategi Program Nasional yang harus diimplementasikan terkait Program Pasar
Aman dari Bahan Berbahaya, yaitu:
75
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
1. Pelatihan
Pelatihan (capacity building) dilakukan untuk pengelola/ penanggungjawab
pasar, fasilitator (pembina, manajer/ penanggungjawab program di daerah).
Tujuannya adalah untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan partisipasi
pengawas pangan, fasilitator, petugas/pengelola/pengawas/ penanggungjawab pasar
dalam mewujudkan Pasar Aman dari Bahan Berbahaya.
2. Pengawasan keamanan pangan pasar
Indikator kinerja pengawasan keamanan pangan adalah jumlah pasar yang
diintervensi, penurunan bahan berbahaya, dan pangan yang diduga mengandung
bahan berbahaya. Monitoring dan evaluasi terhadap pasar aman ini dilakukan setiap
tahun sekali dan dilakukan pelaporan melalui website SIPAMAN
(http://sipaman.pom.go.id/)
3. Advokasi
Advokasi pada pedoman ini juga diartikan sebagai aksi strategis dan terpadu
yang dilakukan perorangan dan kelompok untuk memasukkan suatu masalah (isu)
keamanan pangan (aman dari bahan berbahaya) kedalam agenda kebijakan,
mendorong para pembuat kebijakan untuk menyelesaikan masalah tersebut, dan
membangun basis dukungan atas kebijakan publik yang diambil untuk menyelesaikan
masalah tersebut. Beberapa bentuk kegiatan advokasi penyelenggaraan pasar aman
dari bahan berbahaya yang dapat dilakukan yaitu:
a. Kampanye ke masyarakat
Advokasi harus menarik perhatian masyarakat. Bagaimana caranya?
Dalam advokasi, lakukanlah pendidikan penyadaran kepada masyarakat luas.
Gunakan media pesan yang sudah disiapkan, misalnya penyebaran poster,
leaflet, pamflet, buletin, dan lain-lain. Selain itu, dapat diadakan seminar,
penyampaian petisi, jumpa pers, dan berbagai model lainnya.
76
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
Balai Besar POM Jawa timur telah berhasil membangun pasar aman dari
bahan berbahaya di 10 kabupaten yaitu Pacitan, Ponorogo, Surabaya, Malang, Batu,
Probolinggo, Lumajang, Bojonegoro, Blitar, dan Tulungagung. Pasar Minulyo
Kabupaten Pacitan yang telah diintervensi oleh Balai Besar Pengawas Obat dan
Makanan di Surabaya mendapatkan Juara II Nasional Lomba Pasar Aman dari bahan
berbahaya (Laporan Tahunan Tahun 2018 BBPOM di Surabaya).
77
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
peraturan Permenkes Nomor 006 Tahun 2012 pasal 7 yaitu dilarang memproduksi
obat tradisional yang mengandung bahan kimia obat (BKO). Penambahan BKO pada
obat tradisional kemungkinan karena produsen obat tradisional kurang yakin akan
khasiat obat tradisional yang diproduksi. BKO yang tambahkan tidak jarang
menimbulkan efek samping yang merugikan. Bahan kimia yang sering ditambahkan
dalam obat tradisional. Contoh obat yang sering digunakan sebagai tambahan dalam
obat tradisional yaitu Sildenafil Sitrat, Deksametason, Antalgin, dll.
78
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
secara terpadu. Dengan adanya UU pangan tersebuat telah terbentuk jejaring Promosi
Keamanan Pangan. Melalui jaringan tersebut dapat dikomunikasikan risiko keamanan
pangan kepada masyarakat luas.
79
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
PRAMUKA SAPA
Bidang informasi dan komunikasi juga bekerja sama dengan Gerakan Pramuka
untuk menyiapkan anggota Gerakan Pramuka menjadi kader keamanan pangan.
Kerjasama ini dalam bentuk membantu BPOM untuk mengawasi obat dan makanan,
terutama pangan sehat. Untuk mengawasi itu, anggota Gerakan Pramuka akan dilatih
oleh BPOM melalui bidang informasi dan komunikasi. Ruang lingkup kerjasama
antara BPOM dan Gerakan Pramuka adalah sebagai berikut :
1. peningkatan motivsi dan kepedulian anggota Gerakan Pramuka terhadap
pemanfaatan aplikasi Pramuka Sadar Pangan Aman (SAPA).
2. Integrasi Pramuka SAPA pada kegiatan dan pendidikan kepramukaan melalui
Tanda Ikut Serta Kegiatan (Tiska), dan bentuk penghargaan lainnya.
3. Penyusunan perencanaan integrasi Pramuka SAPA pada sistem pendidikan
dan pelatihan kepramukaan.
4. Penyelenggaraan bimbingan teknis kemanan pangan kepada anggota Pramuka
dalam rangka peningkatan keterampilan anggota Pramuka untuk menjadi
fasilitator/kader keamanan pangan.
5. Pemanfaatan materi keamanan pangan di media sosial Pramuka (cyber
Pramuka)
80
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
81
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
c) Fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang terdekat atau kepala desa/lurah yang
menerima laporan atau yang mengetahui adanya dugaan keracunan pangan wajib
segera melaporkan kepada puskesmas setempat dalam waktu 1 x 24 jam.
d) Dalam hal dugaan keracunan pangan terdapat di wilayah pelabuhan, bandar udara,
dan pos lintas batas darat, setiap orang yang mengetahuinya wajib melaporkan
kepada kantor kesehatan pelabuhan setempat.
e) Petugas puskesmas, rumah sakit, dan kantor kesehatan pelabuhan yang menerima
laporan kewaspadaan keracunan pangan wajib melakukan pencatatan dengan
menggunakan Formulir 1 sebagaimana terlampir.
f) Puskesmas atau rumah sakit yang mengetahui dan/atau menerima laporan adanya
dugaan keracunan pangan wajib segera melaporkan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 1 x 24 jam secara lisan yang
diikuti laporan tertulis dengan tembusan kepada Direktur Jenderal dan Badan
dengan menggunakan Formulir 2 sebagaimana terlampir.
g) Kepala KKP yang mengetahui dan/atau menerima laporan adanya dugaan
keracunan pangan wajib segera melaporkan kepada Direktur Jenderal dalam waktu
paling lambat 1 x 24 jam secara lisan yang diikuti laporan tertulis dengan
tembusan kepada Badan, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan menggunakan Formulir 3
sebagaimana terlampir.
h) Dalam hal dugaan keracunan pangan bersumber dari pangan yang dikonsumsi di
luar wilayah kerja dinas kesehatan kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) atau di luar wilayah kerja kantor kesehatan pelabuhan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau
Kepala KKP wajib menginformasikan adanya keracunan pangan kepada Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala KKP sesuai lokasi kejadian secara
lisan yang diikuti laporan tertulis dengan menggunakan Formulir 4 sebagaimana
terlampir.
82
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
PEMANTAUAN TOKSIKOVIGILAN
Pelaporan Toksikovigilan dilakukan oleh para petugas rumah sakit khususnya
di bagian Rekam Medis dengan menggunakan Aplikasi Spimker. Aplikasi ini
berisikan informasi penting terkait dengan kejadian keracunan yang disebabkan
makanan dan obat-obatan yang dialami pasien yang ditangani di rumah sakit. Data-
data Informasi ini akan tersimpan dan secara langsung terdistribusi ke Badan
Pengawas Obat dan Makanan serta WHO. Data-data toksikovigilan yang
dikumpulkan penting untuk memantau secara ketat dan secara terus menerus terhadap
produk obat maupun makanan yang menyebabkan kejadian keracunan ataupun
bahaya efek sampingnya karena data toksikovigilan yang terkumpul menjadi bahan
kajian yang selanjutnya akan menjadi dasar penyusunan kebijakan pemerintah
83
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
84
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
85
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
86
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
87
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
88
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
89
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
90
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
91
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
92
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
Standart pada ISO 9001:2015 adalah standart yang dapat digunakan oleh pihak
internal maupun eksternal. Persyaratan Sistem Manajemen Mutu pada ISO
9001:2015 ini adalah standar untuk melengkapi persyaratan produk dan jasa. Standar
ini menerapkan pendekatan proses, yang menggabungkan siklus “Rencana – Lakukan
– Periksa – Tindaki “ (PDCA) dan “pemikiran berbasis risiko”.
93
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
94
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
6. Klausul 6 : Perencanaan
Ketika melakukan perencanaan SMM, orgaisasi harus:
a. Memberikan kepastian bahwa SMM dapat memberikan hasil yang
diinginkan.
b. Meninkatkan pengaruh yang diinginkan.
c. Mecegah dan mengurangi pengaruh yang tidak diinginkan.
d. Mencapai peningkatan.
7. Klausul 7 : Dukungan
a. Sumber daya
b. Kompetensi
c. Kepedulian
d. Komunikasi
e. Informasi terdokumentasi
8. Klausul 8 : Operasi
Organisasi harus merencanakan, menerapkan dan mengendalikan proses yang
diperlukan untuk memenuhi persyaratan bagi penyedia produk dan jasa serta
menerapkan tidakan yang harus dilakukan
95
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
96
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
97
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
98
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
99
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
Konteks Organisasi
Organisasi harus menetapkan isu external dan internal internal yang relevan relevan
dengan tujuan strategis strategis organisasi.
100
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
Knowledge Management
ISO 9001:2015 memasukkan aspek kontrol terhadap knowledge organisasi.
Knowledge management harus dikelola dikelola dalam organisasi.
Kontrol Proses, Produk dan Service dari Pihak Eksternal (external provider
external provider)
Pihak eksternal mencakup partner, supplier atau vendor. Kontrol terhadap proses,
produk dan services dari pihak luar mencakup:
1. Pembelian dari supplier
2. Kerja sama dengan perusahaan lain (pihak luar langsung kepada pelanggan)
3. Outsourcing process
Perubahan-perubahan pada ISO 9001:2015 tersebut berdasarkan atas masukan
dari industri-industri. Standar Internasional ISO 9001:2015 menerapkan kerangka
kerja yang dikembangkan oleh ISO untuk meningkatkan keselarasan antar standar
internasional untuk sistem manajemen. Standar Internasional ini menggerakkan
sebuah organisasi untuk menggunakan pendekatan proses, menggabungkan siklus
PDCA dan pemikiran berbasis risiko, untuk menyelaraskan atau menggabungkan
sistem manajemen mutu dengan persyaratan-persyaratan dari standar sistem
manajemen lainnya. Standar Internasional ini berkaitan dengan ISO 9000 dan ISO
9004 sebagai berikut:
1. ISO 9000 Sistem manajemen mutu. Dasar dan kosa kota yang memberikan latar
belakang penting untuk pemahaman yang tepat dan pelaksanaan Standar
Internasional ini.
2. ISO 9004 Pengelolaan untuk sukses berkelanjutan dari suatu organisasi. Sebuah
pendekatan manajemen mutu yang memberikan panduan untuk organisasi yang
memilih untuk maju melebihi persyaratan dari Standar Internasional ini.
101
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
102
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
c. Laboratorium Kosmetika
d. Laboratorium Pangan dan air
e. Laboratorium Mikrobiologi
103
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
104
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
acuan pustaka utama dalam melakukan pengujian. Apabila metode uji untuk
pengujian obat dan napza dan/atau pengujian terhadap bentuk sediaan obat dan napza
tidak ditemukan pada berbagai standar pustaka, maka digunakan metode pengujian
yang didasarkan metode analisa PPOMN (Pusat Pengujian Obat dan Makanan
Nasional) yang telah tervalidasi dan terverifikasi.
Verifikasi metode dilakukan apabila metode yang digunakan sesuai dengan
Farmakope, bila terdapat perubahan dari metode standar maka dilakukan Validasi
Metode Analisa.
Peralatan atau instrumen analisis selalu dikalibrasi setiap tahunnya. Hal ini
dilakukan untuk menjaga kinerja peralatan agar diperoleh data yang valid dan dapat
dipertanggung jawabkan. Kalibrasi peralatan dapat dilakukan secara internal dan
eksternal. Kalibrasi secara internal dilakukan oleh laboratorium kalibrasi Balai Besar
POM Surabaya, sedangkan kalibrasi secara eksternal dilakukan oleh pihak terkait.
Pemantauan secara berkala selama masa kalibrasi dilakukan melalui pengecekan
antara dan pembuatan control chart.
Laboratorium obat dan napza memiliki prosedur tetap yang harus dipatuhi.
Laboratorium dilengkapi dengan alat-alat gelas untuk melakukan pemeriksaan obat,
serta dilengkapi dengan berbagai instrumen seperti GC, HPLC, spektrofotometer,
AAS, dan alat uji disolusi. Masing-masing alat memiliki penanggung jawab dan
dilengkapi dengan log book yang berfungsi untuk monitoring.
Bentuk-bentuk sediaan yang diuji dalam Balai Besar POM terdiri dari :
a) Sediaan padat: tablet dan kapsul
b) Sediaan semisolid: salep, pasta, krim, dan lain-lain
c) Sediaan cair: injeksi, sirup, elixir, dan lain-lain.
105
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
c. Keseragaman sediaan
d. Disolusi
e. Disintegrasi
2. Sediaan semisolid
a. Identifikasi zat aktif
b. Kadar zat aktif
c. Isi minimum
3. Sediaan cair
(1) Injeksi infus
a. Identifikasi zat aktif
b. Kadar zat aktif
c. Volume injeksi d. pH
Metode analisis yang digunakan untuk pengujian obat dan NAPZA di Balai Besar
POM antara lain :
a) Spektrofotometri
1. Spektrofotometri ultraviolet dan visible
2. Atomic Absorption Spectrometer (AAS)
b) Kromatografi
1. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)/HPLC
2. Kromatografi Gas (KG)/GC
3. KLT-Densitometri
106
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
c) Titrimetri
Pada laboratorium dilakukan pengujian terhadap obat dan narkotik serta
psikotropik, dimana masing-masing sampel dilakukan 2x (duplo) pengujian.
Pelaporan
Semua produk yang diuji di Balai Besar POM harus dilaporkan ke Badan
POM. Pelaporan dilakukan baik untuk produk yang memenuhi syarat (MS) maupun
yang tidak memenuhi syarat (TMS). Untuk sampel yang memenuhi syarat maka
dilaporkan dalam jangka paling lambat 1 bulan sejak pengujian, sedangkan untuk
sampel yang tidak memenuhi syarat dilakukan pelaporan dalam kurun waktu 3x24
jam dan disertai dengan pengiriman sampel yang TMS agar dapat dilakukan
pemeriksaan ulang di PPOMN atau Balai POM Rujukan (untuk TMS Disolusi)
dengan surat tembusan ke Deputi I Bidang Pengawasan Produk Terapeutik dan
Narkotika Psokotropika dan Zat Aditif. Hasil uji tersebut kemudian dilaporkan secara
tertulis maupun elektronik melalui Sistem Informasi Pelaporan Terpadu (SIPT) ke
BPOM.
107
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
Pedoman Sampling Obat dan Makanan menyebutkan Obat tradisional Terdiri dari
2 bagian, diantaranya :
a. Obat Dalam
a. Sediaan rajangan : rajangan yang diseduh dengan air panas, rajangan yang
direbus
b. Sediaan serbuk simplisia : serbuk simplisia yang diseduh dengan air panas
c. Sediaan lainya : serbuk instan, granul, pil, kapsul, tablet/kaplet, tablet
efervesen, cairan obat dalam, pastilles, dodol/jenang)
b. Obat Luar
1. Sediaan cair : cairan obat luar
2. Sediaan semi padat : salep, krim
3. Sediaan padat : parem, pillis, tapel, koyo/plester dan suppositoria
untuk wasir
2. Suplemen Kesehatan
Suplemen Makanan adalah produk yang dimaksudkan untuk melengkapi
kebutuhan zat gizi makanan, mengandung satu atau lebih bahan berupa vitamin,
mineral, asam amino atau bahan lain (berasal dari tumbuhan atau bukan
tumbuhan) yang mempunyai nilai gizi dan atau efek fisiologis dalam jumlah
terkonsentrasi (Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No.
HK.00.05.23.3644 tahun 2004 tentang Ketentuan Pokok Pengawasan Suplemen
Makanan). Suplemen makanan termasuk dalam kategori produk komplemen
dimana berfungsi untuk melengkapi kebutuhan manusia.
108
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
dimaksud dengan buku standar lainnya adalah kalau tidak ada dalam Farmakope
Indonesia, dapat menggunakan US Pharmacopeia, British Pharmacopeia atau
International Pharmacopeia. Serta pada pasal 105 ayat menyebutkan bahwa sediaan
farmasi yang berupa obat tradisional dan kosmetika serta alat kesehatan harus
memenuhi standar dan atau persyaratan yang ditentukan. Hal yang menjadi masalah
tercantum pada Permenkes Nomor 007 Tahun 2012, dimana standarisasi obat
tradisional hanya diberlakukan bagi industri obat tradisional yang diproduksi dalam
skala besar. Bagi industri rumah tangga, seperti jamu racik dan jamu gendong masih
dalam tahap pembinaan dan belum diberlakukan hukum pidana.
Seringkali saat ini, ditemukan banyak sediaan obat tradisional mengandung
BKO yang dimasukkan secara sengaja oleh oknum-oknum produsen untuk
meningkatkan efektivitasnya sehingga daya jual dan permintaan dari konsumen
semakin banyak. Namun, hal ini dapat berakibat buruk bagi konsumen dikarenakan
BKO yang terdapat dalam sediaan obat tradisional tersebut tidak diperhitungkan
batas dosis yang seharusnya diberikan dalam sehari sehingga, dapat berpotensi
toksik.
Untuk meminimalkan hal ini dapat terjadi, perlu dilakukan pengujian secara
berkala untuk memastikan bahwa tidak terdapat BKO dalam sediaan yang beredar di
pasaran. Pengujian laboratorium yang dilakukan Balai Besar POM diberlakukan
pada produk obat tradisional dan produk komplementer seperti multivitamin dan
produk suplemen yang mengandung simplisia. Sampel yang diterima atau diambil
untuk dilakukan pengujian, dibagi atas dua, yaitu sampel internal dan sampel
eksternal.
109
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
110
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
kimia obat.
3. Uji kimia secara kuantitatif atau kualitatif, meliputi identifikasi atau
penetapan kadar methanol/etanol, identifikasi atau penetapan kadar
pengawet.
4. Uji lain seperti:
a. Kadar air <10%.
b. Cemaran logam berat <50 bpj.
c. Waktu hancur untuk sediaan pil, tablet/tablet salut, kapsul
d. Kadar aflatoksin
111
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
penindaklanjutan kasus tersebut. Dalam laporan bulanan, semua produk yang diuji di
Balai Besar POM baik produk yang memenuhi syarat/MS maupun yang TMS harus
dilaporkan ke Badan POM.
112
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
Cemaran Mikroba dan Logam Berat Dalam Kosmetika, logam berat yang dimaksud
pada pasal 4 ayat (2) meliputi cemaran logam berat As (tidak lebih dari 5 mg/kg atau
5 mg/L), Cd (tidak lebih dari 5 mg/kg atau 5 mg/L), Pb (tidak lebih dari 20 mg/kg
atau 20 mg/L) dan Hg (tidak lebih dari 1 mg/kg atau 1 mg/L) analisisnya
menggunakan metode ICPS (Inductively Coupled Plasma) atau AAS (Atomic
Absorption Spectroscopy), pengawet menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2015 Tentang Teknis Bahan
Kosmetika, pada pasal 1 ayat (4) pengawet adalah bahan atau campuran bahan yang
digunakan untuk mencegah kerusakan kosmetika yang disebabkan oleh
mikroorganisme, contoh pengawet seperti metilparaben, etilparaben, propilparaben,
butilparaben, 2-fenoksietanol, Ethyl Lauroyl arginate HCL.
113
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
114
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan. BTP yang digunakan
dalam pangan terdiri atas beberapa golongan sebagai berikut:
1. Anti buih (Antifoaming Agent) adalah bahan tambahan pangan untuk mencegah
atau mengurangi pembentukan buih.
2. Anti kempal (Anticaking Agent) adalah bahan tambahan pangan untuk mencegah
mengempalnya produk pangan.
3. Antioksidan (Antioxidant) adalah bahan tambahan pangan untuk mencegah atau
menghambat kerusakan pangan akibat oksidasi.
4. Bahan Pengkarbonasi (Carbonating Agent) adalah bahan tambahan pangan untuk
membentuk karbonasi di dalam pangan.
5. Garam Pengemulsi (Emulsifying Salt) adalah bahan tambahan pangan untuk
mendispersikan protein dalam keju sehingga mencegah pemisahan lemak.
6. Gas Untuk Kemasan (Packaging Gas) adalah bahan tambahan pangan berupa gas,
yang dimasukkan ke dalam kemasan pangan sebelum, saat maupun setelah
kemasan diisi dengan pangan untuk mempertahankan mutu pangan dan
melindungi pangan dari kerusakan.
7. Humektan (Humectant) adalah bahan tambahan pangan untuk mempertahankan
kelembaban pangan.
8. Pelapis (Glazing Agent) adalah bahan tambahan pangan untuk melapisi permukaan
pangan sehingga memberikan efek perlindungan dan/atau penampakan mengkilap.
9. Pemanis (Sweetener) adalah bahan tambahan pangan berupa pemanis alami dan
pemanis buatan yang memberikan rasa manis pada produk pangan.
a. Pemanis Alami (Natural Sweetener) adalah pemanis yang dapat ditemukan
dalam bahan alam meskipun prosesnya secara sintetik ataupun fermentasi.
b. Pemanis buatan (Artificial Sweetener) adalah pemanis yang diproses secara
kimiawi, dan senyawa tersebut tidak terdapat di alam.
115
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
10. Pembawa (Carrier) adalah bahan tambahan pangan yang digunakan untuk
memfasilitasi penanganan, aplikasi atau penggunaan bahan tambahan pangan lain
atau zat gizi di dalam pangan dengan cara melarutkan, mengencerkan,
mendispersikan atau memodifikasi secara fisik bahan tambahan pangan lain atau
zat gizi tanpa mengubah fungsinya dan tidak mempunyai efek teknologi pada
pangan.
11. Pembentuk Gel (Gelling Agent) adalah bahan tambahan pangan untuk membentuk
gel.
12. Pembuih (Foaming Agent) adalah bahan tambahan pangan untuk membentuk atau
memelihara homogenitas dispersi fase gas dalam pangan berbentuk cair atau
padat.
13. Pengatur keasaman (Acidity Regulator) adalah bahan tambahan pangan untuk
mengasamkan, menetralkan dan/atau mempertahankan derajat keasaman pangan.
14. Pengawet (Preservative) adalah bahan tambahan pangan untuk mencegah atau
menghambat fermentasi, pengasaman, penguraian, dan perusakan lainnya terhadap
pangan yang disebabkan oleh mikroorganisme.
15. Pengembang (Raising Agent) adalah bahan tambahan pangan berupa senyawa
tunggal atau campuran untuk melepaskan gas sehingga meningkatkan volume
adonan.
16. Pengemulsi (Emulsifier) adalah bahan tambahan pangan untuk membantu
terbentuknya campuran yang homogen dari dua atau lebih fase yang tidak
tercampur seperti minyak dan air.
17. Pengental (Thickener) adalah bahan tambahan pangan untuk meningkatkan
viskositas pangan.
18. Pengeras (Firming Agent) adalah bahan tambahan pangan untuk memperkeras,
atau mempertahankan jaringan buah dan sayuran, atau berinteraksi dengan bahan
pembentuk gel untuk memperkuat gel.
116
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
19. Penguat Rasa (Flavour enhancer) adalah bahan tambahan pangan untuk
memperkuat atau memodifikasi rasa dan/atau aroma yang telah ada dalam bahan
pangan tanpa memberikan rasa dan/atau aroma baru.
20. Peningkat Volume (Bulking Agent) adalah bahan tambahan pangan untuk
meningkatkan volume pangan.
21. Penstabil (Stabilizer) adalah bahan tambahan pangan untuk menstabilkan sistem
dispersi yang homogen pada pangan.
22. Peretensi Warna (Colour Retention Agent) adalah bahan tambahan pangan yang
dapat mempertahankan, menstabilkan, atau memperkuat intensitas warna pangan
tanpa menimbulkan warna baru.
23. Perisa (Flavouring) adalah bahan tambahan pangan berupa preparat konsentrat
dengan atau tanpa ajudan perisa (flavouring adjunct) yang digunakan untuk
memberi flavour dengan pengecualian rasa asin, manis dan asam.
24. Perlakuan Tepung (Flour Treatment Agent) adalah bahan tambahan pangan yang
ditambahkan pada tepung untuk memperbaiki warna, mutu adonan dan atau
pemanggangan, termasuk bahan pengembang adonan, pemucat dan pematang
tepung.
25. Pewarna (Colour) adalah bahan tambahan pangan berupa pewarna alami dan
pewarna sintetis, yang ketika ditambahkan atau diaplikasikan pada pangan,
mampu memberi atau memperbaiki warna.
a. Pewarna Alami (Natural Colour) adalah Pewarna yang dibuat melalui proses
ekstraksi, isolasi, atau derivatisasi (sintesis parsial) dari tumbuhan, hewan,
mineral atau sumber alami lain, termasuk Pewarna identik alami.
b. Pewarna Sintetis (Synthetic Colour) adalah Pewarna yang diperoleh secara
sintesis kimiawi.
117
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
26. Propelan (Propellant) adalah bahan tambahan pangan berupa gas untuk
mendorong pangan keluar dari kemasan.
27. Sekuestran (Sequestrant) adalah bahan tambahan pangan yang dapat mengikat ion
logam polivalen untuk membentuk kompleks sehingga meningkatkan stabilitas
dan kualitas pangan.
Bahan yang dilarang digunakan sebagai bahan tambahan pangan:
1. Formalin (Formaldehyde)
2. Asam borat dan senyawanya (Boric acid)
3. Asam salisilat dan garamnya (Salicylic acid and its salt)
4. Dietilpirokarbonat (Diethylpyrocarbonate, DEPC)
5. Dulsin (Dulcin)
6. Kalium bromat (Potassium bromate)
7. Kalium klorat (Potassium chlorate)
8. Kloramfenikol (Chloramphenicol) Sebaiknya disebutkan golongan antibiotik
terus di berikan contoh yang sering di pakai untuk penyalahgunaan
9. Minyak nabati yang dibrominasi (Brominated vegetable oils)
10. Nitrofurazon (Nitrofurazone)
11. Dulkamara (Dulcamara)
12. Kokain (Cocaine)
13. Nitrobenzen (Nitrobenzene)
14. Sinamil antranilat (Cinnamyl anthranilate)
15. Dihidrosafrol (Dihydrosafrole)
16. Biji tonka (Tonka bean)
17. Minyak kalamus (Calamus oil)
18. Minyak tansi (Tansy oil)
19. Minyak sasafras (Sasafras oil)
118
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
119
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
3. Konsumsi sendiri;
4. Pangan Olahan yang digunakan lebih lanjut sebagai bahan baku dan tidak dijual
secara langsung kepada konsumen akhir;
5. Pangan Olahan yang dikemas dalam jumlah besar dan tidak dijual secara
langsung kepada konsumen akhir;
6. Pangan yang dijual dan dikemas langsung di hadapan pembeli dalam jumlah kecil
sesuai permintaan konsumen;
7. Pangan siap saji; dan/atau
8. Pangan yang hanya mengalami pengolahan minimal (pasca panen) meliputi
pencucian, pengupasan, pengeringan, penggilingan, pemotongan, penggaraman,
pembekuan, pencampuran, dan/atau blansir serta tanpa penambahan Bahan
Tambahan Pangan (BTP), kecuali BTP untuk penelitian.
Penggolongan pangan olahan dapat dibedakan berdasarkan tempat produksinya,
yaitu:
a. Pangan Olahan yang diproduksi di Indonesia dapat dibedakan menjadi:
1. Pangan Olahan yang diproduksi sendiri.
2. Pangan Olahan yang diproduksi berdasarkan kontrak (toll
manufacturing / makloon).
Jika pangan olahan diproduksi sendiri maka pendaftaran dapat diajukan oleh
produsen, sedangkan jika pangan olahan diproduksi berdasarkan kontrak maka
yang mengajukan pendaftaran yang memberikan kontrak.
b. Pangan Olahan yang diproduksi di negara lain dan diimpor ke dalam wilayah
Indonesia.
Sebelum dilakukan pendaftaran pangan olahan yang akan didaftarkan
harus memenuhi parameter keamanan, mutu, dan gizi sebagai berikut:
1. Parameter keamanan, yaitu cemaran fisik, batas maksimum cemaran
mikroba, dan cemaran kimia serta persyaratan BTP dan bahan penolong
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan;
120
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
121
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
f. Kategori Pangan 06.0 Serealia dan produk serealia yang merupakan produk
turunan dari biji serealia, akar dan umbi, kacang dan empulur (bagian dalam
batang tanaman), tidak termasuk produk bakteri dari kategori pangan 07.0 dan
tidak termasuk kacang dari kategori pangan 04.2.1 dan kategori pangan 04.2.2;
g. Kategori Pangan 07.0 Produk bakeri;
h. Kategori Pangan 08.0 Daging dan produk daging, termasuk daging unggas dan
daging hewan buruan;
i. Kategori Pangan 09.0 Ikan dan produk perikanan termasuk moluska, krustase,
ekinodermata, serta amfibi dan reptil;
j. Kategori Pangan 10.0 Telur dan produk-produk telur;
k. Kategori Pangan 11.0 Pemanis, termasuk madu;
l. Kategori Pangan 12.0 Garam, rempah, sup, saus, salad, produk protein;
m. Kategori Pangan 13.0 Produk pangan untuk keperluan gizi khusus;
n. Kategori Pangan 14.0 Minuman, tidak termasuk produk susu;
o. Kategori Pangan 15.0 Makanan ringan siap santap; dan
p. Kategori Pangan 16.0 Pangan campuran (komposit), yaitu Pangan yang tidak
termasuk dalam Kategori Pangan 01.0 sampai dengan Kategori Pangan 15.0.
A. Aspek Pengujian Produk Susu dan Analognya
Tabel 3.6 Pengujian Produk Susu dan Analognya
Produk Pangan Pengujian Sampel
Susu dan Analognya Penetapan Kadar Cemaran
Logam Pb
Penetapan Kadar Aflatoksin M1
Penetapan kadar sakarin
Penetapan kadar siklamat
Identifikasi pewarna
122
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
123
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
124
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
125
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
126
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
127
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
128
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
Standar Acuan
Standar acuan yang digunakan pada laboratorium mikrobiologi BPOM adalah SNI,
Peraturan Kepala Badan POM (PERKA BPOM), USP (United States Pharmacopeia),
FI (Farmakope Indonesia), dan buku resmi lainnya.
Kategori Produk Pangan di Laboraturium Mikrobiologi
Kategori Produk Pangan yang diuji oleh laboraturium mikrobiologi BPOM :
1. Produk-Produk Susu dan Analognya
Termasuk semua jenis produk susu yang diperoleh dari susu hewan penghasil
susu (contohnya sapi, kerbau, kuda, kambing, domba, dan lain - lain).
2. Krim dan Sejenisnya
3. Susu Bubuk dan Krim Bubuk dan Bubuk Analog
129
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
130
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
131
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
132
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
133
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
yang berasal dari proses pengolahan, penyimpanan dan/atau terbawa dari bahan baku
(PerKa BPOM, 2011).
B. Obat Tradisional
Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari
bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan
dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Bahan baku dan
produk jadi wajib memenuhi persyaratan mutu. Persyaratan mutu untuk bahan baku
tercantum dalam Materia Medika Indonesia dan Farmakope Herbal Indonesia.
Sedangkan untuk produk jadi berdasar penggunaannya dapat berupa obat luar dan
obat dalam (PerKaBPOM No. 12 Tahun 2014).
Persyaratan Mikrobiologi
A. OBAT DALAM
Rajangan yang diseduh dengan air panas sebelum digunakan.
Cemaran mikroba
1) Angka Lempeng Total: ≤ 106 koloni/g
2) Angka Kapang Khamir: ≤ 104 koloni/g
3) Escherichia coli: negatif/g
4) Salmonella spp: negatif/g
5) Pseudomonas aeruginosa: negatif/g
6) Staphylococcus aureus: negatif/g
134
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
B. OBAT LUAR
135
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
136
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
Pada September 2015, Balai Besar POM Surabaya diberi waktu selama tiga
tahun (September 2018) untuk mengubah Sistem Manajemen Mutu-Persyaratan dari
SNI ISO 9001-2008 menjadi Standar internasional ISO 9001:2015. Setelah diaudit
dalam kurun waktu tiga tahun tersebut tidak ditemukan adanya kesalahan dalam
sistem manajemen mutu Balai Besar POM Surabaya, sehingga ISO 9001:2015 dapat
diterapkan pada tahun 2018 dengan tujuan dapat memastikan bahwa semua proses
bisa meningkat dengan standar-standar yang terdapat dalam Standar Internasional
ISO 9001:2015. Standar Internasional ISO 9001:2015 diakreditasi oleh KAN (Komite
Akreditasi Nasional).
Penerapan sistem manajemen mutu adalah suatu keputusan strategis
organisasi untuk meningkatkan kinerjanya secara keseluruhan dan menyediakan dasar
inisiatif pembangunan berkelanjutan. Manfaat potensial suatu organisasi yang
menginplementasikan sistem manajemen kualitas berdasarkan standar internasional
adalah:
1. Kemampuan untuk menyediakan produk dan jasa secara konsisten yang
memenuhi kebutuhan pelanggan dan persyaratan hukum serta peraturan yang
berlaku.
3. Menangani risiko dan peluang yang terkait dengan konteks dan tujuannya.
137
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
138
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
2. Kepemimpinan
3. Keterlibatan orang
4. Pendekatan proses
5. Peningkatan
7. Manajemen hubungan.
Standar Internasional ini menggunakan pendekatan proses, yang
menggabungkan siklus Plan, Do, Check and Action (PDCA) dan pemikiran berbasis
risiko. Siklus PDCA menggerakkan sebuah organisasi untuk memastikan bahwa
proses-proses mendapat sumber daya dan pengelolaan secara sesuai, dan peluang
untuk peningkatan dapat ditentukan dan dilakukan.
139
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
140
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
141
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
142
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
BAB IV
HASIL KUNJUNGAN
1) Kegiatan Pengujian
Metode pengujian yang digunakan merupakan metode yang telah terstandarisasi
dan telah tervalidasi. Peralatan dan instrumen yang digunakan pada tahap pengujian
dilakukan perawatan dan kalibrasi secara rutin setiap tahunnya, Hal ini dilakukan
untuk menjaga kinerja peralatan agar diperoleh data yang valid dan dapat
dipertanggung jawabkan. Kalibrasi peralatan dapat dilakukan secara internal dan
eksternal. . Kalibrasi secara internal dilakukan oleh laboratorium kalibrasi Balai
143
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
Besar POM Surabaya, sedangkan kalibrasi secara eksternal dilakukan oleh pihak
terkait. Kaliberasi alat atau instrument dilakukan minimal 1 tahun 2 kali tergantung
seberapa sering pemakaian alatnya. Pemantauan secara berkala selama masa kalibrasi
dilakukan melalui pengecekan antara dan pembuatan control chart. Instrumen dan
alat penunjang yang digunakan dalam pengujian sampel baik internal maupun
eksternal adalah :
1. High-Performance Liquid
2. Chromatography
3. Spektrofotometri
4. ICP-MS
5. Atomic Absorptoin Spektrofotometri
6. Gas Chromatography
7. pH Meter
8. Polarimeter
9. Karl Fisher
10. Potensiometer
2) Pelaporan
Semua produk yang diuji di Balai Besar POM harus dilaporkan ke Badan POM.
Pelaporan dilakukan baik untuk produk yang memenuhi syarat (MS) maupun yang
tidak memenuhi syarat (TMS). Untuk sampel yang memenuhi syarat (MS) maka
dilaporkan dalam jangka paling lambat 1 bulan sejak pengujian. Sedangkan, untuk
sampel yang tidak memenuhi syarat (TMS) dilakukan pelaporan dalam kurun waktu
3x24 jam dan disertai dengan pengiriman sampel yang TMS agar dapat dilakukan
pemeriksaan ulang di PPOMN atau Balai POM Rujukan (untuk TMS Dissolusi)
dengan surat tembusan ke Deputi I Bidang Pengawasan Produk Terapeutik dan
Narkotika Psokotropika dan Zat Aditif. Berdasarkan hasil dari PPOMN atau Balai
POM Rujukan, Deputi 1 melakukan tindak lanjut.
144
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
145
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
3. Penetapan Kadar Cemaran logam berat, yaitu untuk logam berat Hg, As, Pb dan
Cd.
146
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
4. Peraturan Kepala Badan POM Nomor: 17 tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
Hk.03.1.23.07.11.6662 Tahun 2011 tentang Persyaratan Cemaran Mikroba Dan
Logam Berat Dalam Kosmetika
b) HPLC
c) GC
d) Spektrofotometer
e) TLC Densitometer
f) Titrasi
g) KLT
h) Microwave
147
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
148
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
keamanan produk. Hasil dari pengujian ini akan dilaporkan ke Badan POM pusat.
Selain kegiatan rutin internal tersebut juga terdapat pengujian yang berkaitan dengan
kasus yang terjadi di masyarakat. Umumnya sediaan yang diperiksa merupakan
sediaan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat dan juga produk yang banyak
dikeluhkan oleh masyarakat.
Untuk Sediaan Obat Tradisional yang Tidak Memenuhi Syarat (TMS) setelah
diuji, maka pelaporan dibuat dalam bentuk laporan tertulis ke BPOM disertai sisa
sampel uji. BPOM akan menindak lanjuti dan pengujian sampel akan dilakukan lagi
oleh PPOPMN. Parameter Pengujian Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan
menurut SK Kepala Badan POM RI No. HK. 07.1.23.01.16.0053 tahun 2016 tentang
Pedoman Sampling Obat dan Makanan adalah:
A. Obat Tradisional
1. Kadar air
2. Pengawet
3. Waktu Hancur
4. Kadar Etanol/Metanol
6. Kadar Aflatoksin
149
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
B. Suplemen Kesehatan
1. Kadar Air
2. Pengawet
3. Waktu Hancur
4. Bahan Kimia Obat, antara lain: Ibuprofen, Piroksikam, Sildenafil, Sibutramin, dll.
5. Kadar vitamin (sediaan yang mengandung vitamin), antara lain vitamin B
komplek, vitamin C
6. Kadar Kafein (khusus untuk energy drink)
7. Kadar Etanol/Metanol.
150
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
151
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
152
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 12 Tahun 2018 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Di Lingkungan Badan
Pengawas Obat dan Makanan.
Tugas:
Permintaan uji sampel oleh pihak diluar BPOM seperti industri pangan
atau farmasi untuk yang ingin mengujikan produknya kepada BPOM.
153
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
a. Produk makanan
1. Uji Angka Lempeng Total (ALT)
2. Uji Angka Kapang – Khamir (AKK)
3. Uji MPN Coliform
4. Uji MPN Escherichia coli
5. Uji Angka Enterobacteracceae
6. Identifikasi dan Angka Staphylococcus aureus
7. Identifikasi dan Angka Clostrium perfringens
8. Angka Enterococcus
9. Identifikasi Salmonella sp
10. Identifikasi Pseudomonas aeruginosa
11. Identifikasi dan Angka Bacillus cereus
12. Identifikasi Vibrio sp
13. Identifikasi Enterobacter sakazakii
14. Identifikasi Listeria monocytogenes
b. Alat kesehatan dan perbekalan rumah tangga
1. Analisa Produk Alat Kesehatan: Uji Sterilitas, Uji Endotoksin
(LAL)
2. Analisa Produk Perbekalan Rumah Tangga: Uji Koefisien Fenol
c. Produk obat
1. Uji Potensi Antibiotik
2. Uji Sterilitas
3. Uji Endotoksin (LAL)
d. Produk Kosmetik
1.Uji Angka Lempeng Total
2.Identifikasi Pseudomonas aeruginosa
154
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
3. Standar Acuan
155
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
Termasuk semua jenis produk susu yang diperoleh dari susu hewan penghasil
susu (contohnya sapi, kerbau, kuda, kambing, domba, dan lain - lain).
156
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
d. Metode cepat (rapid): Meliputi API test, ELISA reader, dan PCR (Polymerase
Chain Reaction).
Cemaran mikroba adalah cemaran dalam makanan yang berasal dari mikroba
yang dapat merugikan dan membahayakan kesehatan manusia. Jenis dan batas
cemaran mikroba dalam makanan diatur dalam PERKA BPOM NOMOR
HK.00.06.1.52.4011 sebagai berikut :
Tabel 4.2 Jenis Dan Batas Cemaran Mikroba Dalam Makanan Diatur
Dalam PERKA BPOM NOMOR HK.00.06.1.52.4011
Jenis
Metode
Kategori pangan pangan Jenismikroba n c n M Analisis
olahan
01.0 Produk-Produk Susu Dan Analognya, Kecuali Yang Termaksuk Kategori 02.0
ISO 4833-
ALT 5 1 104 105
1:2013;
Susu Susu koloni koloni/m SNI
(Plain) Pasteuriasi /ml l
01.1.1.1 2897:2008
157
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
Minuman Minuman
10 102 ISO 21528-
Yogurt, susu
Enterobacteriaceae 5 2 koloni/m koloni/m
Minuman fermentasi 2:2004
berperisa, l l
Berbasis
Whey) minuman ISO
yogurt Salmonella 5 0 negatif/2 NA 6579:2002;
berperissa, 5ml SNI
lassi 2897:2008
10 102
ISO 21528-
Produk Enterobacteriaceae 5 2 koloni/m koloni/m 2:2004
Susu l l
01.2.1 Fermentasi ISO
(Plain) Salmonella 5 0 negatif/2 6579:2002;
5ml SNI
2897:2008
SNI ISO
102 103
Staphylococcus 5 1 6888-
koloni/m koloni/m
Susu Aureus l l 1:2012;SNI
01.3.1 Kental 2897:2008
(Plain)
10 102 SNI ISO
Kapang dan khamir 5 1 koloni/m koloni/m 21527-
l l 2:2012
ISO 4833-
104kolon
ALT 5 1
i 105kolon 1:2013;
i/ml SNI
/ml
Krim 2897:2008
Pasteurisas i SNI ISO
01.4.1 (Plain) <1APM/ 5APM/
Enterobacteriaceae 5 2 21528-
ml ml
1:2012
ISO
Salmonella 5 0 negatif/2 NA 6579:2002;
5ml SNI
2897:2008
158
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
1 10
Enterobacteriaceae 5 1 ISO 21528-
koloni/m koloni/m
2:2004
l l
159
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
negatif/2 ISO
Salmonella 5 0 5g NA 6579:2002;
SNI
2897:2008
Keju
Keju biru,keju
Peram bata,keju
Total, Listeria 10 ISO 11290-
gouda, kej
01.6.2.1 Termasuk monocytogenes 5 0 koloni/m 2:1998
u
Kulit l
havarti, kej
Kejunya
u
brie,keju
parmesan,
Kejuswi
ss
102kolon
Listeria ISO 11290-
5 0 i NA
monocytogenes 2:1998
/ml
01.6.2.2 KulitKeju SNI ISO
Staphylococcus 5 2 102kolon 104kolon
6888-
aureus i i
1:2012;SNI
/ml /ml
2897:2008
SNI ISO
Listeria negatif/2 11290-
monocytogenes 5 0 5g NA
1:2012;SNI
2897:2008
160
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
10 102kolon
Escherichiacoli 5 1 i ISO 16649-
koloni/m
l 2:2001
/ml
SNI ISO
102kolon 103kolon
Staphylococcus 5 2 6888-
i i
aureus 1:2012;SNI
/ml /ml
2897:2008
01.6.4 Keju 102kolon i
Olahan Escherichiacoli 5 1 10 ISO 16649-
10 102kolon
Enterobacteriaceae 5 2 koloni/m i ISO 21528-
l 2:2004
/ml
ISO
Es Krim negatif/2 6579:2002;
Salmonella 5 0 5g NA SNI
2897:2008
161
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
103kolon i 105kolon i
ISO 4833-
ALT 5 2 /ml /ml 1:2013;
Es susu, SNI
Puding 2897:2008
susu
10 102kolon
(pudding i ISO 21528-
Enterobacteriaceae 5 2 koloni/m
butterscot 2:2004
l /ml
ch)
ISO
6579:2002;S
Salmonella 5 0 negatif/2 NA NI
2897:2008
ISO 4833-
104kolon 105kolon 1:2013;
ALT 5 2 i/ml i/ml SNI
2897:2008
Bubuk 10
ISO 21528-
Whey Enterobacteriaceae 5 0 koloni/m NA
2:2004
01.8.2 dan l
Produknya, ISO
Kecuali Salmonella 5 0 negatif/2 NA 6579:2002;
Keju Whey 5ml SNI
2897:2008
SNI ISO
Staphylococcus 10 102kolon 6888-
aureus 5 2 koloni/m i
1:2012;SNI
l /ml
2897:2008
162
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
a) Angka Lempeng Total (ALT) tidak lebih dari 5 x 102 koloni/g atau
koloni/ml
b) Angka Kapang dan Khamir (AKK) tidak lebih dari 5 x 102 koloni/g atau
koloni/ml
c) Pseudomonas aeruginosa Negatif per 0,1 g atau 0,1 mL sampel (contoh
uji)
d) Staphylococcus aureus Negatif per 0,1 g atau 0,1 mL sampel (contoh uji)
e) Candida albicans Negatif per 0,1 g atau 0,1 mL sampel (contoh uji)
f) Kosmetika selain untuk Anak <3 tahun, Area sekitar
mata, Membran mukosa
g) Angka Lempeng Total (ALT) tidak lebih dari 103 koloni/g atau koloni/ml
h) Angka Kapang dan Khamir (AKK) tidak lebih dari 103 koloni/g atau
koloni/ml
i) Pseudomonas aeruginosa Negatif per 0,1 g atau 0,1 mL sampel
(contoh uji)
j) Staphylococcus aureus Negatif per 0,1 g atau 0,1 mL sampel (contoh uji)
k) Candida albicans Negatif per 0,1 g atau 0,1 mL sampel (contoh uji)
163
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
B. Obat Tradisional
Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari
bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan
dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Bahan baku dan
produk jadi wajib memenuhi persyaratan mutu. Persyaratan mutu untuk bahan baku
tercantum dalam Materia Medika Indonesia dan Farmakope Herbal Indonesia.
Sedangkan untuk produk jadi berdasar penggunaannya dapat berupa obat luar dan obat
dalam (PerKaBPOM No. 12 Tahun 2014)
Persyaratan Mikrobiologi
A. Obat Dalam
164
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
Sediaan Lainnya
Yang termasuk ke dalam sediaan lainnya ialah Serbuk Instan, granul, serbuk
Efervesen, Pil, Kapsul, Kapsul Lunak, Tablet/kaplet, Tablet Effervescent,
tablet hisap, Pastiles, Dodol/Jenang, Film Strip dan Cairan Obat Dalam.
Cemaran mikroba
165
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
B. Obat Luar
Cemaran mikroba
e. Cairan obat Luar non minyak dan parem cair : ≤ 102 koloni.
a) Cemaran mikroba
b) Angka lempeng total
166
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
5. Pengujian Sampel
167
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
BAB V
STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
168
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
169
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
Pertanyaan :
1. Kalau sebagai petugas Balai Besar POM Surabaya apa yang harus dilakukan?
2. Sebutkan dasar hukum yang dilanggar?
3. Sanksi yang diberikan terhadap perusahaan?
Pembahasan :
1. Sebagai petugas Balai Besar POM Surabaya yang harus dilakukan yaitu
a) Menindaklanjuti laporan pengaduan masyarakat dengan melakukan
pemeriksaan setempat ke CV. Sangat Bahagia di Sidoarjo
b) Apabila dalam pemeriksaan tersebut terdapat penyimpangan yaitu
mencantumkan MD yang sama dan sudah berakhir masa berlakunya maka
akan ditindaklanjuti sesuai prosedur yang ada atau sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku
2. Dasar Hukum yang dilanggar antara lain :
a) Produk Minuman Berkarbonasi rasa sirsak belum terdaftar
Dasar hukum yang mendasari akan pelanggaran hukum yang dilanggar
oleh produsen untuk produk berkarbonasi rasa sirsak menurut Undang-Undang
no. 18 tahun 2012 tentang Pangan. Pelanggaran pasal 91 ayat 1: “Dalam hal
pengawasan keamanan, mutu, dan Gizi, setiap Pangan Olahan yang dibuat di
dalam negeri atau yang diimpor untuk diperdagangkan dalam kemasan eceran,
170
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
171
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
tersebut.
Pelanggaran terhadap pasal 7
Disebutkan bahwa Pendaftaran diajukan untuk setiap Pangan Olahan,
termasuk yang memiliki perbedaan dalam hal jenis pangan, jenis kemasan,
komposisi, nama dan/atau alamat sarana produksi di wilayah indonesia, nama
dan/atau alamat sarana produksi asal di luar negeri, nama dan/atau alamat
importir/distributor, atau desain label.
Dalam kasus ini terdapat pelanggaran pasal ini disebabkan oleh produsen
memalsukan secara sengaja mengenai label dimana minuman sirsak berkarbonasi
berbeda spesifikasi dengan minuman berkarbonasi temulawak sehingga antara 2
produk tersebut memilki kandungan yang berbeda antara satu dengan yang lain.
Selain itu juga mengenai jaminan mutu (Quality assurance) untuk produk temulawak
berkarbonasi juga belum diketahui dengan pasti mengenai keamanan, mutu dan nilai
gizinya.
c) Tidak memperbaharui nomor izin edar produk
Dasar hukum yang mendasari akan pelanggaran hukum yang dilanggar
oleh produsen untuk produk Temulawak Berkarbonasi menurut Peraturan Kepala
BPOM no.12 tahun 2016 tentang pendaftaran pangan olahan yaitu: Pelanggaran
terhadap Peraturan Kepala Badan POM Nomor 12 tahun 2016 Tentang pasal 19
Pendaftaran Pangan Olahan terdiri atas:
a. Pendaftaran Baru;
b. Pendaftaran Variasi: dan
c. Pendaftaran Ulang
Dalam kasus ini, produsen tidak melaksanakan tugasnya untuk melakukan
pendaftaran ulang dan tidak melaksanakan semua prosedur pendaftaran ulang yang
telah diatur dalam undang-undang. Sesuai Peraturan Kepala Badan POM nomor
12 tahun 2016, pelanggaran pasal 1 ayat 7: Selain itu produsen juga melanggar
pasal 1 ayat 7 yang berbunyi “Pendaftaran ulang adalah pendaftaran perpanjangan
172
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
masa berlaku izin edar pangan olahan. Dimana dia melakukan pelanggaran
mengenai perpanjangan izin edar / No.MD produk minuman berkarbonasi rasa
temulawak. Pelanggaran pasal 78 ayat 4
Produsen juga melakukan pelanggaran terhadap pasal 78 ayat 4 mengenai
Pangan Olahan yang masa berlaku Izin Edarnya telah habis dilarang diedarkan.
Dasar hukum mengenai masa izin edar adalah sebagai berikut:
1. Izin Edar berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang melalui
Pendaftaran ulang.
2. Dikecualikan dari ketentuan ayat (1), dalam hal:
a. Pangan olahan memiliki Nomor Izin Edar yang sama sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 75 ayat (1), masa berlaku Izin Edar mengacu pada pangan olahan
yang pertama kali diterbitkan untuk produk tersebut; dan/atau
b. Pangan Olahan yang diproduksi berdasarkan perjanjian atau penunjukan
dengan masa kerjasama kurang dari 5 (lima) tahun maka masa berlaku Izin
Edar sesuai dengan masa berlaku kerjasama dalam dokumen penjanjian.
3. Izin Edar yang telah habis masa berlakunya dinyatakan tidak berlaku.
4. Pangan Olahan yang masa berlaku Izin Edarnya telah habis dilarang diedarkan.
173
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
174
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
PENYELESAIAN:
1. Evaluasi kasus tersebut dan bagaimana tindak lanjut yang dilakukan
terhadap permasalahan tersebut diatas.
Jawab : Badan POM atau Balai Besar POM merupakan badan yang memiliki otoritas
didalam pengawasan obat dan makanan di Indonesia guna memenuhi keinginan
masyarakat dengan peran melindungi masyarakat dari peredaran obat tradisional
yang tidak memenuhi syarat mutu dan keamanan. Pengawasan yang dilakukan oleh
Badan POM atau Balai Besar POM meliputi evaluasi produk pada saat pendaftaran
(Pre market), inspeksi sarana produksi sampai kepada pengawasan produk
diperedaran (Post market).
Dalam hal menindak lanjuti informasi pada kasus di atas, maka BBPOM
Surabaya akan mencari tau produsen jamu tersebut terlebih dahulu, setelah itu
BBPOM Surabaya akan langsung melakukan sidak atau inspeksi langsung ketempat
produsen jamu tersebut untuk mencari bukti temuan ataupun mengambil sampel
produk jamu yang kemudian dilakukan
uji di laboratorium kimia. Bila ditemukan obat tradisional yang mengandung BKO,
maka BBPOM dapat memberikan sanksi kepada produsen dengan tahapan sebagai
berikut:
1. Penarikan obat dari peredaran termasuk penarikan iklan,
2. Penghentian sementara kegiatan pembuatan, distribusi, penyimpanan,
175
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
176
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
177
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 196 yang berbunyi, “Setiap orang
yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat
kesehatan yang tidak memiliki izin edar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat
(1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda
paling banyak Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).”
PERTANYAAN :
1. Bagaimanakah langkah Saudara bilamana sebagai petugas Balai POM Surabaya?
2. Dasar hukum yang dilanggar?
3. Dapatkah kasus ini dilakukan Pro-Yusticia, apabila tidak sanksi apa yang
diberikan terhadap perusahaan?
PENYELESAIAN :
1. Pada kasus ini sebagai petugas BPOM Surabaya menemukan bahwa produk
kosmetik mengandung pewarna merah K-10 (Rhodamin B), dimana pewarna
tersebut tidak diperbolehkan ada pada sediaan kosmetik apapun. Hal tersebut
tercantum dalam PERKA BPOM RI No. 18 tahun 2015 tentang Persyaratan
Teknis Bahan Kosmetika pada Lampiran V tentang Daftar Bahan Yang Dilarang
Dalam Kosmetika. Hal pertama yang harus dilakukan adalah memastikan bahwa
178
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
179
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
Kosmetika.
(3) Selain Bahan Kosmetika sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) Bahan tertentu dilarang digunakan dalam
pembuatan Kosmetika.
Pasal 3
Bahan Kosmetika sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2)
meliputi bahan yang diperbolehkan sebagai Bahan Pewarna
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan ini.
Pasal 4
Bahan tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) meliputi:
a. Bahan sebagaimana tercantum dalam Lampiran V yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini; dan b. Selain
bahan yang tercantum dalam: 1.Lampiran II dengan fungsi sebagai
pewarna.
b. Dengan diterbitkannya peraturan tentang notifikasi Kosmetika maka
penomeran kosmetika lama dinyatakan tidak berlaku. Berikut edaran BPOM
HK.05.02.43.06.14.3129:
1) Mulai menarik semua kosmetika yang masih mencantumkan
nomor pendaftaran lama (POMCD/CL&CA/CB/CC/CD/CE) sejak
tanggal 01 Juli s.d 05 Agustus 2014
2) Memastikan pencantuman nomor notifikasi kosmetika yang
beredar sampai dengan 05 Agustus 2014
Dengan demikian, hal tersebut melanggar Undang-undang No.
36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Pasal 106 yang berbunyi sediaan
farmasi dan alat kesehatan hanya dapat diedarkan setelah mendapat
izin edar. Bagi produsen yang melanggar ketentuan tersebut dapat
dipidana dan denda, sebagaimana yang ditegaskan dalam Pasal 196
180
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
3. Dalam kasus ini pelaku usaha dibina terlebih dahulu oleh BPOM. Setelah
dilakukan pembinaan terhadap pelaku usaha, jika pelaku usaha tersebut masih
sering mengulangi perbuatannya maka akan dilakukan penindakan oleh BPOM
baik itu dengan pemanggilan pelaku usaha, peringatan, membuat surat
pernyataan ataupun diselesaikan secara Projustitia. Tetapi jika terbukti pelaku
usaha dengan sengaja menambahkan pewarna merah K-10 ke dalam sediaan
kosmetik tersebut maka pada kasus ini dapat langsung dilakukan Projustitia.
a. Memberikan sanksi administratif berupa peringatan kepada industri yang
memproduksi dan toko kosmetika.
b. Dari peringatan tersebut industri kosmetik akan melakukan penarikan atau
pemusnahan terhadap produk tersebut.
c. Namun jika poin (b) tidak dilakukan maka dapat diberikan larangan untuk
mengedarkan produk atau dilakukan penarikan terhadap produk di peredaran.
181
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
182
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
PENYELESAIAN :
1. Melaksanakan komunikasi, informasi dan edukasi kepada toko obat tersebut;
melakukan koordinasi dan kerja sama lintas sektor dalam rangka
sinkronisasi dan tukar menukar informasi serta data di bidang obat dan
makanan, melakukan monitoring, evaluasi dan menindaklanjuti
laporan/pengaduan/infromasi di bidang obat dan makanan, dan melakukan
upaya penegakan hukum tindak pidana di bidang obat dan makanan ilegal.
2. Peraturan perundang-undangan yang dilanggar :
a. Pasal 197 Jo Pasal 106 ayat (1) Undang -Undang RI Nomer 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan dengan ancaman hukuman penjara selama 15 tahun dan
denda maksimal 1,5 miliar serta pasal 62 ayat (1)
b. pasal 8 ayat (1) huruf a dan i Undang-undang RI nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen dengan ancaman hukuman penjara selama
lima tahun dan denda maksimal 2 miliar.
c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang
Pekerjaan Kefarmasian pasal 1 :“Toko obat adalah sarana yang memiliki
izin untuk menyimpan obat-obat bebas dan obat-obat bebas terbatas untuk
dijual secara eceran.” Pelanggaran pekerjaan kefarmasian ini dilanggar
oleh penanggung jawab toko obat, yakni asisten apoteker yang merupakan
tenaga kefarmasian yang melakukan pekerjaan kefarmasian, dimana
seharusnya hanya melakukan penyimpanan dan penjualan obat-obat bebas
dan obat-obat bebas terbatas, namun toko obat ini mengedarkan obat
Fluocinonide cream yang mengandung bahan aktif obat keras.
d. UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 106:“Sediaan farmasi dan
alat kesehatan hanya dapat diedarkan setelah mendapatkan izin edar”.
e. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor
HK.03.1.23.10.11.08481 Tahun 2011 tentang kriteria dan tata laksana
183
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
184
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
BAB VI
KESIMPULAN
1. Balai Besar POM Surabaya terdiri atas satu bagian tata usaha, empat bidang dan
empat seksi. Empat bidang tersebut saling berkoordinasi untuk melaksanakan
tugas yang telah diberikan dengan berpedoman pada visi dan misi yang dimiliki
oleh Badan POM.
2. Balai Besar POM memiliki keunggulan, yaitu salah satu dari tiga Balai Besar
POM yang memiliki laboratorium yang sudah terkalibrasi sejak 2005 dan telah
disesuaikan dengan ISO 17025:2008, memiliki Laboratorium Unggulan Pengujian
Rokok, memiliki Laboratorium Rujukan Pengujian Endotoksin dan Sterilitas, dan
Laboratorium Rujukan Pengujan Kosmetik.
3. Balai Besar POM melakukan pengambilan sampel rutin obat dan makanan dari
seluruh daerah di Jawa Timur secara acak dalam upaya menjaga keamanan, mutu
dan kemanfaatan obat dan makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat. Balai Besar
POM juga menerima sampel kasus dari Dinas Kesehatan maupun Kepolisian.
185
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
BAB VII
SARAN
Berikut merupakan saran yang dapat diberikan kepada pihak-pihak yang terkait
dalam Praktik kerja Profesi Apoteker di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di
Surabaya yaitu:
1. Disarankan untuk Balai Besar POM Surabaya pada saat pemberian materi tidak
terlalu singkat, sehingga penyampaian materi dapat lebih maksimal. Selain itu
pemberian materi dimasing-masing laboratorium sebaiknya disampaikan dengan
memperlihatkan bagaimana cara menguji sampel yang dilakukan oleh petugas
Balai Besar POM, sehingga mahasiswa dapat dengan jelas melihat tugas Balai
Besar POM yang berada di laboratorium.
2. Disarankan untuk pemberian materi dengan lebih banyak melibatkan mahasiswa
dalam penyelesaian kasus agar materi yang diberikan dapat lebih mudah
dipahami.
186
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
DAFTAR PUSTAKA
187
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 17
Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat
Dan Makanan Nomor HK.03.1.23.07.11.6662 Tahun 2011 Tentang Persyaratan
Cemaran Mikroba Dan Logam Berat Dalam Kosmetika.
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor 11
Tahun 2017 Tentang Kriteria Dan Tata Cara Penarikan Dan Pemusnahan
Kosmetika
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2016 tentang Pendaftaran Pangan Olahan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2012 tentang Tata
Cara Pelaksanaan Koordinasi, Pengawasan, dan Pembinaan Teknis
Terhadap Kepolisian Khusus, Penyidik Pegawai Negeri Sipil dan Bentuk-
Bentuk Pengamanan Swakarsa
188
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 21
Tahun 2016 tentang Kategori Pangan.
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia nomor 5
Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam Berat dalam Pangan
Olahan.
Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 11 Tahun 2019 tentang Bahan
Tambahan Pangan.
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 40
Tahun 2013 tentang Pedoman Pengelolan Prekursor. Jakarta: Kepala BPOM
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2012 tentang Persyaratan Cemaran Mikroba pada Obat Tradisional.
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor 16
Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi dalam Pangan.
Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 11 Tahun 2018
Tentang Kriteria Klasifikasi Unit Pelaksana Teknis Di Lingkungan Badan
Pengawas Obat Dan Makanan
Permenkes No. 26 tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi
Secara Elektronik Sektor Kesehatan
Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 27 Tahun 2017 Tentang
Pendaftaran Pangan Olahan
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor 18
Tahun 2015 tentang Persyaratan Teknis Bahan Kosmetika
189
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Di
Surabaya Program Studi Profesi Apoteker
LVII Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
190