PENDAHULUAN
Sadar akan pentingnya peran seorang apoteker didalam masyarakat dan dalam
rangka mempersiapkan tenaga profesi apoteker yang profesional, maka Program
Studi Profesi Apoteker (PSPA) Fakultas Farmasi, Universitas Jenderal Achmad
Yani bekerja sama dengan PT. Kimia Farma Apotek untuk dapat
2
menyelenggarakan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia
Farma. Dengan adanya kegiatan PKPA ini diharapkan calon apoteker dapat
memperoleh pengetahuan praktis, mampu mengenal, mengerti peran dan
tanggung jawab seorang apoteker di apotek, untuk menjadi bekal di masa yang
akan datang agar mampu menjadi apoteker yang profesional dan bertanggung
jawab.
Kegiatan manajerial dalam pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan BMHP
meliputi Perencanaan Kebutuhan, Pengadaan, Penerimaan, Penyimpanan,
Pendistribusian, Pemusnahan dan Penarikan, Pengendalian dan Administrasi dan
pelayanan farmasi klinik meliputi dari Pengkajian dan Pelayanan resep,
Dispensing , Pelayanan Informasi Obat (PIO), Pelayanan Kefarmasian di rumah
(home pharmacy care), Pemantauan Terapi Obat (PTO) dan Monitoring Efek
Samping Obat (MESO).
i)Perencanaan
Perencanaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP merupakan tahap awal
untuk menetapkan jenis serta jumlah sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP
yang sesuai dengan kebutuhan. Untuk menjamin ketersediaan obat dan efisiensi
anggaran perlu dilakukan analisa saat perencanaan, yaitu :
a. Analisis ABC
ABC bukan singkatan melainkan suatu penamaan yang menunjukkan
peringkat/rangking dimana urutan dimulai dengan yang terbaik/terbanyak.
Analisis ABC mengelompokkan item sediaan farmasi berdasarkan kebutuhan
dananya, yaitu:
1) Kelompok A: Adalah kelompok jenis sediaan farmasi yang jumlah nilai
rencana pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 70% dari
jumlah dana obat keseluruhan.
2) Kelompok B: Adalah kelompok jenis sediaan farmasi yang jumlah nilai
rencana pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 20%.
3) Kelompok C: Adalah kelompok jenis sediaan farmasi yang jumlah nilai
rencana pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 10% dari
jumlah dana obat keseluruhan.
b. Analisis VEN
Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi penggunaan dana sediaan
farmasi yang terbatas dengan mengelompokkan sediaan farmasi berdasarkan
manfaat tiap jenis sediaan farmasi terhadap kesehatan. Semua jenis sediaan
farmasi yang tercantum dalam daftar sediaan farmasi dikelompokkan
kedalam tiga kelompok berikut:
1) Kelompok V (Vital) Adalah kelompok sediaan farmasi yang mampu
menyelamatkan jiwa (life saving ). Contoh: obat shock anafilaksis
2) Kelompok E (Esensial) Adalah kelompok sediaan farmasi yang bekerja
pada sumber penyebab penyakit dan paling dibutuhkan untuk pelayanan
kesehatan. Contoh: Sediaan farmasi untuk pelayanan kesehatan pokok
(contoh: anti diabetes, analgesik, antikonvulsi) dan Sediaan farmasi untuk
mengatasi penyakit penyebab kematian terbesar.
3) Kelompok N (Non Esensial) Merupakan sediaan farmasi penunjang yaitu
sediaan farmasi yang kerjanya ringan dan biasa dipergunakan untuk
menimbulkan kenyamanan atau untuk mengatasi keluhan ringan. Contoh:
suplemen.
ii) Pengadaan
i) Pengadaan Rutin
Sistem pengadaan rutin di kimia farma adalah sistem pengadaan
Forecasting/MinMax dan Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) yang
dilaksanakan secara bergantian setiap seminggu sekali.
a. Forcasting atau sistem MinMax
Sistem MinMax merupakan sistem pengadaan yang dilakukan oleh Bisnis
Manager (BM) yang akan mengetahui jumlah minimum persediaan barang
apa saja yang dibutuhkan di apotek selama 2 minggu kedepan dengan melihat
transaksi rata-rata per 3 bulan terakhir, dan jumlah maksimum persediaan
barang dengan rumus perhitungan perencanaan otomatis secara sistem pareto
barang (A/B/C), catatan buku defekta dan catatan penjualan bulan
sebelumnya (history). Setelah perhitungan selesai BM akan mendapat data
permintaan dari sistem dan mengirim obat atau produk kesehatan yang
dibutuhkan ke apotek setiap minggu.
b. Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA)
Sistem pengadaan barang yang dilakukan oleh apotek menggunakan Bon
Permintaan Barang Apotek seperti format surat pesanan ke BM untuk
mengatasi perubahan pasar penjualan barang di apotek. Sistem ini juga
mengakomodir kebutuhan yang tidak tercover oleh sistem MinMax.
ii) Pengadaan Non Rutin
a. Pengadaan antar Apotek Kimia Farma (Dropping)
Dropping antarapotekdapatdilakukan bila obat yang dibutuhkan tidak
tersedia. Tujuannya untuk menghindari penolakan obat atau resep dan untuk
meningkatkan kepuasan pelanggan terhadap pelayanan, maka Apotek Kimia
Farma 356 membuat BPBA yang merupakan permintaan obat dan perbekalan
farmasi lainnya ke Apotek Kimia Farma lainnya.
b. Konsinyasi
Konsinyasi merupakan suatu bentuk kerjasama antara Apotek Kimia Farma
dengan suatu perusahaan atau distributor yang ingin menitipkan produknya di
apotek. Barang-barang konsinyasi umumnya berupa obat-obatan, suplemen
kesehatan, maupun peralatan kesehatan yang baru beredar di pasaran. Produk
konsinyasi yang ada di Kimia Farma Koposari diantaranya seperti produk
dari Nutri Max, Nature‟s Health, Sea Quill, Wellness, Blackmores.
c. Cito
Cito merupakan pengadaan barang melalui BM untuk dipesankan ke PBF dan
diantarkan secepat mungkin minimal 1x24 jam, khususnya barang life saving
karena barang tersebut sangat dibutuhkan pasien atau ditunggu oleh pasien.
Pengadaan ini dapat juga dilakukan langsung ke PBF dengan menghubungi
PBF melalui telepon, kemudian membuat SP barang langsung ke PBF yang
bersangkutan yang ditandatangani oleh APA.
d. Pembelian Mendesak
Pembelian mendesak dilakukan bila pasien memerlukan obat yang kurang
atau tidak tersedia di Apotek Kimia Farma. Pembelian ini dilakukan kepada
apotek kimia farma lainnya atau apotekswasta lain yang dapat dipercaya
sistem pengadaannya dan dilakukan pembayaran secara tunai.
iii) Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi,
jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan
dengan kondisi fisik yang diterima. Barang yang diterima dapat berasal dari BM
atau PBF. Saat melakukan penerimaan, petugas apotek harus memeriksa
kesesuaian faktur dan SP dengan fisik barang yang datang. Hal pertama yang
diperiksa adalah nama dan alamat apotek yang tercantum didalam faktur,
kemudian periksa kesesuaian barang meliputi jenis,harga, kemasan, jumlah obat,
tanggal kadaluwarsa, dan nomor batch. Apabila seluruh barang telah sesuai antara
faktur dan SP, maka petugas akan menandatanganin kemudian di beri cap apotek.
Apabila barang yang datang tidak sesuai atau terdapat barang yang tanggal
kadaluwarsanya dekat maka barang dan faktur akan dikembalikan (retur) ke
distributor. Khusus untuk penerimaan obat golongan narkotika, psikotropika dan
prekursor, faktur harus ditandangani oleh APA disertai nomor SIPA. Setelah
proses pengecekan dan penerimaan selesai, dilakukan proses entry ke dalam
system. Kemudian di dokumentasikan ke dalam buku penerimaan barang
meliputi nomor urut penerimaan dan nama PBF. Faktur asli diserahkan kepada
petugas PBF sebagai bukti penagihan, sedangkan dua salinan faktur sebagai arsip
apotek dan sebagai bukti penerimaan ke BM serta untuk proses pembayaran.
Obat-obat yang telah dilakukan pengecekan, selanjutnyadisimpan pada masing-
masing rak. Apabila rak obatnya sudah penuh, maka disimpan obat di gudang.
iv) Penyimpanan
Penyimpanan obat di Apotek Kimia Farma Koposari berdasarkan golongan obat
khusus, efek farmakologi dan alfabetis, bentuk sediaan, stabilitas obat, golongan
obat-obat bebas dan alat kesehatan serta produk konsinyasi. Pengeluaran obat
menggunakan sistem FEFO (First Expire First Out) dan FIFO (First In First
Out).
Resep yang telah disimpan lebih dari 5 tahun dapat dimusnahkan. Pemusnahan
dilakukan oleh apoteker disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di
apotek dengan cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan
Berita Acara Pemusnahan (BAP). Pemusnahan dilakukan terhadap perbekalan
farmasi yang telah melewati tanggal kadaluarsa dan rusak, diproduksi tanpa
memenuhi persyaratan yang berlaku dan dicabut izin edarnya.
vi) Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan
sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau pengadaan,
penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya
kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan, kedaluwarsa, kehilangan serta
pengembalian pesanan. Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu
stok baik dengan cara manual atau elektronik. Kartu stok sekurang-kurangnya
memuat nama sediaan farmasi, tanggal kedaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah
pengeluaran dan sisa persediaan.
Apotek Kimia Farma Koposari melakukan pengendalian dengan cara stok opname
setiap 3 bulan untuk semua item produk, kartu stok, dan uji petik yang dilakukan
setiap hari dengan cara pengambilan sampel sebanyak 20 item secara acak. Hal
ini bertujuan untuk meminimalisir kehilangan barang, mencegah pengendapan
barang, mengetahui stok barang yang ada di apotek serta menyamakan antara
stok fisik dengan stok yang tercatat di komputer.
ii) Dispensing
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi obat.
Setelah melakukan pengkajian resep, dilakukan hal sebagai berikut :
1. Menyiapkan obat sesuai dengan resep dengan menghitung kebutuhan jumlah
obat sesuai dengan resep dan mengambil obat pada rak penyimpanan
2. Melakukan peracikan obat bila diperlukan
3. Memberikan etiket warna putih untuk obat dalam, warna biru untuk obat luar
dan suntik, dan menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan bentuk
suspensi atau emulsi. memeriksa kembali mengenai penulisan nama pasien
pada etiket, cara penggunaan, serta jenis, dan jumlah obat.
4. Membuat salinan resep dan kuitansi. Salinan resep dibuat atas permintaan
dokter untuk pengulangan (iter), permintaan pasien, terdapat obat yang tidak
tersedia diapotek, dan apabila obat hanya ditebus sebagian oleh pasien.
5. Memanggil nama pasien, lalu serahkan obar disertai pemberian informasi
obat.
Apoteker di Apotek juga dapat melayani Obat non Resep atau pelayanan
swamedikasi. Apoteker harus memberikan edukasi kepada pasien yang
memerlukan Obat non Resep untuk penyakit ringan dengan memilihkan Obat
bebas atau bebas terbatas yang sesuai. Pelayanan obat-obat tanpa resep dokter atau
swamedikas dapat berupa pembelian obat–obat bebas terbatas dan obat–obat yang
termasuk dalam Daftar Obat Wajib apotek (DOWA) serta suplemen makanan.
Pasien yang akan membeli obat-obat keras yang termasuk dalam Daftar Obat
Wajib Apotek (DOWA) harus mengisi formulir Upaya Pengobatan Diri Sendiri
(UPDS) yang berguna untuk membantu dalam pengontrolan pengeluaran obat
etikal Formulir UPDS ini akan disatukan dengan bukti pembayaran dan kemudian
dikumpulkan lalu disimpan sebagai Formulir UPDS.
iv) Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan pasien/keluarga
untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan kepatuhan
sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan Obat dan menyelesaikan
masalah yang dihadapi pasien. Kriteria pasien/ keluarga pasien yang perlu diberi
konseling:
a. Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati dan/atau ginjal,
ibu hamil dan menyusui).
b. Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (misalnya: TB, DM,
AIDS, epilepsi).
c. Pasien yang menggunakan obat dengan instruksi khusus (penggunaan
kortikosteroid dengan tappering down/off).
d. Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit (digoksin,
fenitoin, teofilin).
e. Pasien dengan polifarmasi (pasien menerima beberapa obat untuk indikasi
penyakit yang sama. Dalam kelompok ini juga termasuk pemberian lebih dari
satu obat untuk jenis penyakit yang diketahui dapat disembuhkan dengan satu
jenis obat.
f. Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah.