Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini kita bisa merasakan kepanikan melanda dunia, yaitu akibat dari
menyebarnya Virus Corona atau COVID-19 yang saat ini menyebar lebih cepat.
Virus ini menyerang sistem pernapasan dan menyebabkan infeksi, penyakit ini
sama dengan penyakit MERS (Middle East Respiratory Syndrome) dan SARS
(Severe Acute Respiratory Syndrome). Pada awalnya, virus ini diduga ditularkan
dari hewan ke manusia, namun diketahui dapat juga menular dari manusia ke
manusia jika kita melakukan kontak dengan penderita dan jika kita terkena droplet
dari penderita (East, Syndrome, & Version, 2014). Salah satu upaya untuk
mencegah penyebaran dengan selalu mencuci tangan dengan sabun atau
menggunakan handsinitizer, jangan menyentuh muka terutama bagian mata, mulut
dan hidung, selalu menggunakan masker bila sedang flu atau batuk. Pentingnya
menjaga imunitas tubuh dan menjaga kesehatan dengan membiasakan diri untuk
pola hidup sehat. Sehingga untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
dibutuhkan sarana pelayan kesehatan, salah satunya adalah apotek. Apotek adalah
sarana pelayanan kefarmasian yang tidak bisa dipisahkan dari pelayanan
kesehatan.

Apotek merupakan salah satu tempat untuk melaksanakan pelayanan kefarmasian.


Menurut Permenkes RI Nomor 73 Tahun 2016, Apotek adalah sarana pelayanan
kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh Apoteker. Dimana
apoteker memiliki tanggung jawab dalam bidang manajerial mencakup kegiatan
pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dan
pelayanan farmasi klinik. Tujuan dilakukannya pelayanan kefarmasian tidak lain
untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian, menjamin kepastian hukum
bagi tenaga kefarmasian, dan melindungi pasien dari penggunaan obat tidak
rasional dalam rangka keselamatan pasien. Sehingga paradigma pasien terhadap
product oriented kini telah berganti menjadi patient oriented dengan adanya
pelayanan kefarmasian kepada pasien (Menteri Kesehatan Republik Indonesia,
2016).
1
Konsekuensi dari perubahan paradigma tersebut,Apoteker harus memiliki bekal
yang cukup, baik dalam hal ilmu pengetahuan, kemampuan berkomunikasi,
kemampuan teknis di bidang farmasi serta di bidang manajemen, karena didalam
usaha apotek terdapat unsur-unsur bisnis dan pengelola apotek, apoteker memiliki
tanggung jawab terhadap kelangsungan hidup apotek. Apoteker harus mampu
mengelola apoteknya sesuai dengan kode etik profesi dan fungsi sosial juga harus
mampu mendatangkan keuntungan dari usaha apoteknya sehingga apotek tersebut
dapat terus berkembang.

Sadar akan pentingnya peran seorang apoteker didalam masyarakat dan dalam
rangka mempersiapkan tenaga profesi apoteker yang profesional, maka Program
Studi Profesi Apoteker (PSPA) Fakultas Farmasi, Universitas Jenderal Achmad
Yani bekerja sama dengan PT. Kimia Farma Apotek untuk dapat

2
menyelenggarakan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia
Farma. Dengan adanya kegiatan PKPA ini diharapkan calon apoteker dapat
memperoleh pengetahuan praktis, mampu mengenal, mengerti peran dan
tanggung jawab seorang apoteker di apotek, untuk menjadi bekal di masa yang
akan datang agar mampu menjadi apoteker yang profesional dan bertanggung
jawab.

1.2 Tujuan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)


Tujuan dilaksanakannya PKPA di Apotek antara lain :
1. Mengetahui dan memahami tentang peran, fungsi, posisi, dan tanggung jawab
apoteker dalam pelayanan kefarmasian di apotek, untuk dijadikan bekal
pengalaman dalam memasuki dunia kerja khususnya di pelayanan
kefarmasian.
2. Memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman praktis untuk
melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek.
3. Memberi kesempatan kepada calon apoteker untuk mempelajari strategi dan
kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan praktik farmasi
komunitas di apotek.

1.3 Pelaksanaan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)


Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dimulai tanggal 1 Februari sampai 28
Februari 2021 di Apotek Kimia Farma Koposari, Jl. Raya Kopo No.523,
Margasuka, Kec. Babakan Ciparay, Kota Bandung, Jawa Barat 40225.
BAB II

TINJAUAN TEMPAT PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEK


APOTEK KIMIA FARMA KOPOSARI – BANDUNG

2.1. Profil Apotek


Apotek Kimia Farma Koposari yang berlokasi di Jl. Raya Kopo No.523,
Margasuka, Kec. Babakan Ciparay Bandung adalah salah satu apotek pelayanan
kefarmasian dan kesehatan pada masyarakat yang berada di bawah koordinasi
Bisnis Manager (BM) Bandung. Kegiatan administrasi Apotek dilakukan oleh BM
Bandung yang berlokasi di Jl. Cihampelas No.7 Bandung. Memiliki sarana
gedung yang cukup memadai yang terdiri dari dua lantai untuk melakukan semua
kegiatan pelayanan apotek, waktu operasional Apotek Kimia Farma Koposari
buka setiap hari Senin-Minggu buka pada pukul 07.00-22.00 WIB.
Lokasi Apotek Kimia Farma Koposari sangat strategis karena terletak di daerah
yang ramai dan mudah dijangkau oleh masyarakat baik dengan kendaraan pribadi
maupun kendaraan umum. Lokasinya berdekatan dengan rumah sakit, pemukiman
penduduk, perumahan, pusat perbelanjaan, pertokoan, perhotelan dan institusi
pendidikan.

2.2. Sumber Daya Manusia


Apotek Kimia Farma Koposari Bandung dipimpin oleh Apoteker Pengelola
Apotek (APA) yang bertanggung jawab langsung kepada Bussines Manager
Bandung. Dalam melaksanakan tugasnya APA dibantu oleh apoteker
pendamping, tenaga teknis kefarmasian. Jumlah tenaga kerja di Apotek Kimia
Farma Koposari terdiri dari 1 orang Apoteker Pengelola Apotek (APA), 1 orang
apoteker pendamping, 3 orang tenaga teknis kefarmasian, dan beberapa tenaga
lainnya (satpam dan office boy).

2.3. Pelayanan Kefarmasian di Apotek


Menurut Permenkes RI Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek, Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolak ukur yang
dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan
pelayanan kefarmasian. Sedangkan Pelayanan Kefarmasian adalah suatu
pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan
sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan
mutu kehidupan pasien.

Ruang lingkup di Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi 2 (dua) kegiatan,


yaitu kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) dan pelayanan farmasi klinik.
Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia, sarana dan
prasarana.

Kegiatan manajerial dalam pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan BMHP
meliputi Perencanaan Kebutuhan, Pengadaan, Penerimaan, Penyimpanan,
Pendistribusian, Pemusnahan dan Penarikan, Pengendalian dan Administrasi dan
pelayanan farmasi klinik meliputi dari Pengkajian dan Pelayanan resep,
Dispensing , Pelayanan Informasi Obat (PIO), Pelayanan Kefarmasian di rumah
(home pharmacy care), Pemantauan Terapi Obat (PTO) dan Monitoring Efek
Samping Obat (MESO).

2.3.1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan Dan Bahan Medis


Habis Pakai

i)Perencanaan

Perencanaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP merupakan tahap awal
untuk menetapkan jenis serta jumlah sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP
yang sesuai dengan kebutuhan. Untuk menjamin ketersediaan obat dan efisiensi
anggaran perlu dilakukan analisa saat perencanaan, yaitu :
a. Analisis ABC
ABC bukan singkatan melainkan suatu penamaan yang menunjukkan
peringkat/rangking dimana urutan dimulai dengan yang terbaik/terbanyak.
Analisis ABC mengelompokkan item sediaan farmasi berdasarkan kebutuhan
dananya, yaitu:
1) Kelompok A: Adalah kelompok jenis sediaan farmasi yang jumlah nilai
rencana pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 70% dari
jumlah dana obat keseluruhan.
2) Kelompok B: Adalah kelompok jenis sediaan farmasi yang jumlah nilai
rencana pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 20%.
3) Kelompok C: Adalah kelompok jenis sediaan farmasi yang jumlah nilai
rencana pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 10% dari
jumlah dana obat keseluruhan.
b. Analisis VEN
Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi penggunaan dana sediaan
farmasi yang terbatas dengan mengelompokkan sediaan farmasi berdasarkan
manfaat tiap jenis sediaan farmasi terhadap kesehatan. Semua jenis sediaan
farmasi yang tercantum dalam daftar sediaan farmasi dikelompokkan
kedalam tiga kelompok berikut:
1) Kelompok V (Vital) Adalah kelompok sediaan farmasi yang mampu
menyelamatkan jiwa (life saving ). Contoh: obat shock anafilaksis
2) Kelompok E (Esensial) Adalah kelompok sediaan farmasi yang bekerja
pada sumber penyebab penyakit dan paling dibutuhkan untuk pelayanan
kesehatan. Contoh: Sediaan farmasi untuk pelayanan kesehatan pokok
(contoh: anti diabetes, analgesik, antikonvulsi) dan Sediaan farmasi untuk
mengatasi penyakit penyebab kematian terbesar.
3) Kelompok N (Non Esensial) Merupakan sediaan farmasi penunjang yaitu
sediaan farmasi yang kerjanya ringan dan biasa dipergunakan untuk
menimbulkan kenyamanan atau untuk mengatasi keluhan ringan. Contoh:
suplemen.

Sedangkan perencanaan pengadaan di Apotek Kimia Farma Koposari dilakukan


dengan 2 (dua) sistem, yaitu :
1. Manual yaitu Buku Defecta, setiap hari petugas memeriksa barang yang
kosong atau yang sudah mencapai stok minimal, kemudian melakukan
pencatatan pada buku defecta. Pencatatan ini meliputi nama barang, dosis,
satuan, dan jumlah yang dibutuhkan. Perencanaan pembelian dilakukan
seminggu sekali kecuali apabila terjadi pembelian mendesak karena permintaan
dari pasien.
2. Forecasting atau sistem MinMax, yaitu sistem perencanaan yang dilakukan
oleh Bussinis Manager(BM) berdasarkan stok update barang yang terdapat di
sistem komputer. Pemesanan disesuaikandengan kebutuhan masing-masing
Apotek Pelayanan. Sistem ini dapat mencegah terjadinya kekosongan barang
dan mencegah terjadinya over stock yaitu barang yang melebihi dari kebutuhan
apotek karena terdapat batas minimal dan maksimal stok untuk masing-masing
barang. Sistem ini dapat dikontrol dengan penggunaan buku defecta dalam
memaksimalkan perencaan barang yang sesuai dengan kebutuhan apotek
pelayanan.

ii) Pengadaan
i) Pengadaan Rutin
Sistem pengadaan rutin di kimia farma adalah sistem pengadaan
Forecasting/MinMax dan Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) yang
dilaksanakan secara bergantian setiap seminggu sekali.
a. Forcasting atau sistem MinMax
Sistem MinMax merupakan sistem pengadaan yang dilakukan oleh Bisnis
Manager (BM) yang akan mengetahui jumlah minimum persediaan barang
apa saja yang dibutuhkan di apotek selama 2 minggu kedepan dengan melihat
transaksi rata-rata per 3 bulan terakhir, dan jumlah maksimum persediaan
barang dengan rumus perhitungan perencanaan otomatis secara sistem pareto
barang (A/B/C), catatan buku defekta dan catatan penjualan bulan
sebelumnya (history). Setelah perhitungan selesai BM akan mendapat data
permintaan dari sistem dan mengirim obat atau produk kesehatan yang
dibutuhkan ke apotek setiap minggu.
b. Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA)
Sistem pengadaan barang yang dilakukan oleh apotek menggunakan Bon
Permintaan Barang Apotek seperti format surat pesanan ke BM untuk
mengatasi perubahan pasar penjualan barang di apotek. Sistem ini juga
mengakomodir kebutuhan yang tidak tercover oleh sistem MinMax.
ii) Pengadaan Non Rutin
a. Pengadaan antar Apotek Kimia Farma (Dropping)
Dropping antarapotekdapatdilakukan bila obat yang dibutuhkan tidak
tersedia. Tujuannya untuk menghindari penolakan obat atau resep dan untuk
meningkatkan kepuasan pelanggan terhadap pelayanan, maka Apotek Kimia
Farma 356 membuat BPBA yang merupakan permintaan obat dan perbekalan
farmasi lainnya ke Apotek Kimia Farma lainnya.
b. Konsinyasi
Konsinyasi merupakan suatu bentuk kerjasama antara Apotek Kimia Farma
dengan suatu perusahaan atau distributor yang ingin menitipkan produknya di
apotek. Barang-barang konsinyasi umumnya berupa obat-obatan, suplemen
kesehatan, maupun peralatan kesehatan yang baru beredar di pasaran. Produk
konsinyasi yang ada di Kimia Farma Koposari diantaranya seperti produk
dari Nutri Max, Nature‟s Health, Sea Quill, Wellness, Blackmores.
c. Cito
Cito merupakan pengadaan barang melalui BM untuk dipesankan ke PBF dan
diantarkan secepat mungkin minimal 1x24 jam, khususnya barang life saving
karena barang tersebut sangat dibutuhkan pasien atau ditunggu oleh pasien.
Pengadaan ini dapat juga dilakukan langsung ke PBF dengan menghubungi
PBF melalui telepon, kemudian membuat SP barang langsung ke PBF yang
bersangkutan yang ditandatangani oleh APA.
d. Pembelian Mendesak
Pembelian mendesak dilakukan bila pasien memerlukan obat yang kurang
atau tidak tersedia di Apotek Kimia Farma. Pembelian ini dilakukan kepada
apotek kimia farma lainnya atau apotekswasta lain yang dapat dipercaya
sistem pengadaannya dan dilakukan pembayaran secara tunai.

iii) Pengadaan Khusus


Pengadaan khusus dilakukan untuk pemesanan obat-obat golongan narkotika,
psikotropika, prekursordanobat-obattertentu.
a. Narkotika
Pemesanan narkotika harus menggunakan SP khusus model N9 secara tertulis
oleh APA. Pemesanan dilakukan ke PBF Kimia Farma selaku pabrik dan
distributor tunggal. SP berisi 4 rangkap, 3 rangkap diserahkan ke distributor (1
lembar SP asli dan 2 lembar kopi: warna putih, kuning dan pink) dan satu
lembar sebagai arsip apotek (warna biru). Satu lembar SP hanya diperbolehkan
untuk memesan satu jenis produk. Setelah SP diterima oleh distributor,maka
barang akan dikirim langsung ke apotek.
b. Psikotropika, Prekursor dan Obat-obat tertentu
Pemesanan psikotropika, prekursor dan obat-obat tertentu dilakukan dengan
menggunakan SP khusus dan boleh berisi lebih dari satu jenis untuk PBF yang
sama. Surat Pesanan dibuat rangkap 2, yang masing-masing diserahkan ke PBF
yang bersangkutan dan sebagai arsip apotek.

iii) Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi,
jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan
dengan kondisi fisik yang diterima. Barang yang diterima dapat berasal dari BM
atau PBF. Saat melakukan penerimaan, petugas apotek harus memeriksa
kesesuaian faktur dan SP dengan fisik barang yang datang. Hal pertama yang
diperiksa adalah nama dan alamat apotek yang tercantum didalam faktur,
kemudian periksa kesesuaian barang meliputi jenis,harga, kemasan, jumlah obat,
tanggal kadaluwarsa, dan nomor batch. Apabila seluruh barang telah sesuai antara
faktur dan SP, maka petugas akan menandatanganin kemudian di beri cap apotek.
Apabila barang yang datang tidak sesuai atau terdapat barang yang tanggal
kadaluwarsanya dekat maka barang dan faktur akan dikembalikan (retur) ke
distributor. Khusus untuk penerimaan obat golongan narkotika, psikotropika dan
prekursor, faktur harus ditandangani oleh APA disertai nomor SIPA. Setelah
proses pengecekan dan penerimaan selesai, dilakukan proses entry ke dalam
system. Kemudian di dokumentasikan ke dalam buku penerimaan barang
meliputi nomor urut penerimaan dan nama PBF. Faktur asli diserahkan kepada
petugas PBF sebagai bukti penagihan, sedangkan dua salinan faktur sebagai arsip
apotek dan sebagai bukti penerimaan ke BM serta untuk proses pembayaran.
Obat-obat yang telah dilakukan pengecekan, selanjutnyadisimpan pada masing-
masing rak. Apabila rak obatnya sudah penuh, maka disimpan obat di gudang.

iv) Penyimpanan
Penyimpanan obat di Apotek Kimia Farma Koposari berdasarkan golongan obat
khusus, efek farmakologi dan alfabetis, bentuk sediaan, stabilitas obat, golongan
obat-obat bebas dan alat kesehatan serta produk konsinyasi. Pengeluaran obat
menggunakan sistem FEFO (First Expire First Out) dan FIFO (First In First
Out).

v) Pemushnahan dan Penarikan


Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk
sediaan. Pemusnahan obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung psikotropika
atau narkotika harus disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan
dilakukan oleh Apoteker. Pemusnahan obat selain narkotika dan
psikotropikadilakukan oleh Apoteker, disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain
yang memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja. Obat-obatan tersebut dicatat
jumlah dan tanggal kadaluarsanya, kemudian dikumpulkan, kemudian
dimusnahkan. Pemusnahan dilakukan dengan cara dihancurkan (tablet, kapsul dan
pulvis), dilarutkan (obat sirup, injeksi ampul), dan ditanam (salep/krim).

Resep yang telah disimpan lebih dari 5 tahun dapat dimusnahkan. Pemusnahan
dilakukan oleh apoteker disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di
apotek dengan cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan
Berita Acara Pemusnahan (BAP). Pemusnahan dilakukan terhadap perbekalan
farmasi yang telah melewati tanggal kadaluarsa dan rusak, diproduksi tanpa
memenuhi persyaratan yang berlaku dan dicabut izin edarnya.

Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar/ketentuan peraturan


perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah
penarikan oleh BPOM (mandatory recall ) atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh
pemilik izin edar (voluntary recall ) dengan tetap memberikan laporan kepada
Kepala BPOM. Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.

vi) Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan
sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau pengadaan,
penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya
kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan, kedaluwarsa, kehilangan serta
pengembalian pesanan. Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu
stok baik dengan cara manual atau elektronik. Kartu stok sekurang-kurangnya
memuat nama sediaan farmasi, tanggal kedaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah
pengeluaran dan sisa persediaan.
Apotek Kimia Farma Koposari melakukan pengendalian dengan cara stok opname
setiap 3 bulan untuk semua item produk, kartu stok, dan uji petik yang dilakukan
setiap hari dengan cara pengambilan sampel sebanyak 20 item secara acak. Hal
ini bertujuan untuk meminimalisir kehilangan barang, mencegah pengendapan
barang, mengetahui stok barang yang ada di apotek serta menyamakan antara
stok fisik dengan stok yang tercatat di komputer.

vii) Pencatatan dan Pelaporan


i. Pencatatan dan Pelaporan Internal
a. Pencatatan Defecta
Defecta adalah buku yang berisi daftar barang yang habis selama pelayanan
sehingga harus segera dipesan agar tersedia secepatnya. Pencatatan defecta
mengacu pada catatan dalam buku penolakan. Pencatatan ini dilakukan
dengan tujuan meminimalisir penolakan resep.
b. Pencatatan Stok Barang
Pencatatan dilakukan terhadap barang yang masuk dari pembelian, barang
yang keluar dari hasil penjualan, serta barang yang masih tersedia di apotek.
Pencatatan dilakukan untuk mempermudah pengawasan terhadap persediaan
obat dan kebutuhan masing-masing obat, serta mengawasi arus barang agar
penyalurannya mengikuti kaidah FEFO dan FIFO sehingga mengurangi obat-
obat yang kadaluwarsa.
c. Pengarsipan Resep
Pengarsipan resep dilakukan setiap bulannya, dimana resep dikumpulkan dan
dipisahkan berdasarkan tanggal dibuat atau dikeluarkannya resep. Resep asli
beserta struk harga obat disimpan sebagai arsip. Untuk resep yang
mengandung obat golongan narkotika dan psikotropika direkap secara
terpisah dan diberi tanda yang selanjutnya akan digunakan untuk keperluan
pelaporan penggunaan narkotika dan psikotropika. Resep disimpan selama
sekurang-kurangnya 5 tahun dan harus dirahasiakan. Resep hanya boleh
ditunjukkan kepada pasien, dokter yang menulis resep, dokter yang merawat
pasien atau petugas medis lain dan pihak-pihak yang berwenang sesuai
undang-undang.
d. Laporan Stock Opname
Stock opname merupakan pemeriksaan jumlah dan kondisi fisik barang
dengan menyesuaikan jumlah yang ada dalam database komputer. Stock
opname dilakukan pada akhir bulan. Gambar dapat dilihat pada Lampiran 15,
Gambar II.15
e. Pencatatan faktur
Pencatatan faktur dilakukan setiap kali barang datang dari distributor. Jumlah
barang yang bertambah harus segera di entry ke sistem di komputer agar
saldo yang ada di komputer dengan fisik yang ada di apotek sesuai serta
untuk menyesuaikan harga apabila terdapat perubahan harga dari distributor.
f. Pencatatan dropping barang
Pencatatan dropping barang dilakukan setiap kali ada barang yang di
dropping dari Apotek Kimia Farma lain ke Apotek Kimia Farma 356.
g. Buku Pencatatan Peresepan Narkotika dan Psikotropika
Buku Pencatatan Peresepan Narkotika dan Psikotropika berisi tentang
informasi mengenai tanggal dan nomor resep, nama, alamat dan nomor
telepon dokter yang meresepkan, nama, alamat dan nomor telepon pasien
yang menerima resep, serta nama narkotika atau psikotropika yang
diresepkan dan jumlahnya.
h. Buku Penolakan
Buku Penolakan berisi perbekalan farmasi yang ditolak setiap harinya, baik
barang HV, UPDS maupun Resep. Dari masing-masing barang yang ditolak
dilihat harganya kemudian dijumlahkan per tanggalnya.

ii. Pencatatan dan Pelaporan Eksternal


Dilakukan secara terintegrasi melalui program yang dikembangkan oleh
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementrian Kesehatan
RI, yaitu program SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika).
Pelaporan dilakukan setiap bulan selambat-lambatnya tanggal 10 setiap bulannya.
Program SIPNAP ini dapat diakses melalui komputer dengan memasuki website
http://sipnap.kemkes.go.id menggunakan username dan password yang sudah
terdaftar.

2.3.2. Pelayanan Farmasi Klinik


i) Pengkajian dan Pelayanan Resep
Pengkajian resep dilakukan untuk menganalisis adanya masalah terkait obat,
apabila ditemukan masalah terkait obat, maka apoteker harus mengkonsultasikan
masalah tersebut kepada dokter penulis resep. Pengkajian resep meliputi
administrasi, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis. Kajian administratif
meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, dan berat badan; nama dokter, nomor
Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor telefon, dan paraf; tanggal penulisan
resep. Kajian kesesuaian farmasetik meliputi bentuk dan kekuatan sediaan;
stabilitas, dan kompaktibilitas. Pertimbangan klinis meliputi ketepatan indikasi
dan dosis obat; aturan, cara, dan lama penggunaan obat; duplikasi dan/atau
polifarmasi; reaksi obat yang tidak diinginkan, kontraindikasi, dan interaksi.
Pelayanan resep berdasarkan cara pembayaran di Apotek Kimia Farma 356
terbagi menjadi dua yaitu penerimaan resep secara tunai dan kredit.

Produk layanan resep lainnya:


Berdasarkan cara pembayaran
A. Resep tunai adalah resep diserahkan oleh pasien ke apotek untuk ditebus, dan
cara pembayarannya dapat dilakukan secara tunai, debit, atau dengan kartu
kredit. Alur pelayanannya sebagai berikut :
1) Penerimaan resep terdiri dari pemeriksaan keabsahan dan kelengkapan
resep, penetapan harga, pemeriksaan ketersediaan obat.
2) Perjanjian dan pembayaran terdiri dari pengambilan obat semua atau
sebagian, ada atau tidak penggantian obat atas persetujuan dokter atau
pasien, pembayaran tunai, pencetakkan struk pembayaran, dan
pembuatan kuitansi dan copy resep jika diperlukan
3) Penyiapan atau peracikan terdiri dari menghitung jumlah obat sesuai
resep, mengambil obat yang dibutuhkan, melakukan peracikan obat bila
diperlukan, penulisan etiket atau penandaan obat dan kemasan.
4) Pemeriksaan akhir, penyerahan obat dan pemberian informasi
B. Resep kredit adalah penjualan obat dengan resep berdasarkan perjanjian kerja
sama dengan Apotek Kimia Farma Koposari seperti Mandiri In Health,
YKBBI, BI. Pelayanan resep kredit merupakan permintaan obat yang ditulis
oleh dokter untuk pasien dari instansi atau perusahaan yang bersangkutan dan
telah mempunyai perjanjian dengan apotek dimana pembayaran dilakukan
dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan persetujuan bersama. Prosedur
pelayanan resep kredit hampir sama dengan pelayanan resep tunai,
perbedaannya hanya pada pemberian harga dan pembayarannya. Pasien tidak
membayar secara langsung tapi cukup menunjukan kartu identitas
kepegawaian kepada petugas apotek dan memenuhi administrasinya. Setelah
obat diserahkan pada pasien dan pemberian informasi obat, pasien akan
dimintai tanda tangan pasien sebagai bukti obat telah diserahkan pada pasien
sesuai dengan permintaan resep. Data penyerahan resep kredit yang telah
dilayani akan diinput kedalam komputer. Data ini akan dikirim ke Business
Manager (BM) untuk selanjutnya dilakukan penagihan kepada perusahaan
dan instansi yang bersangkutan.

ii) Dispensing
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi obat.
Setelah melakukan pengkajian resep, dilakukan hal sebagai berikut :
1. Menyiapkan obat sesuai dengan resep dengan menghitung kebutuhan jumlah
obat sesuai dengan resep dan mengambil obat pada rak penyimpanan
2. Melakukan peracikan obat bila diperlukan
3. Memberikan etiket warna putih untuk obat dalam, warna biru untuk obat luar
dan suntik, dan menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan bentuk
suspensi atau emulsi. memeriksa kembali mengenai penulisan nama pasien
pada etiket, cara penggunaan, serta jenis, dan jumlah obat.
4. Membuat salinan resep dan kuitansi. Salinan resep dibuat atas permintaan
dokter untuk pengulangan (iter), permintaan pasien, terdapat obat yang tidak
tersedia diapotek, dan apabila obat hanya ditebus sebagian oleh pasien.
5. Memanggil nama pasien, lalu serahkan obar disertai pemberian informasi
obat.

Apoteker di Apotek juga dapat melayani Obat non Resep atau pelayanan
swamedikasi. Apoteker harus memberikan edukasi kepada pasien yang
memerlukan Obat non Resep untuk penyakit ringan dengan memilihkan Obat
bebas atau bebas terbatas yang sesuai. Pelayanan obat-obat tanpa resep dokter atau
swamedikas dapat berupa pembelian obat–obat bebas terbatas dan obat–obat yang
termasuk dalam Daftar Obat Wajib apotek (DOWA) serta suplemen makanan.
Pasien yang akan membeli obat-obat keras yang termasuk dalam Daftar Obat
Wajib Apotek (DOWA) harus mengisi formulir Upaya Pengobatan Diri Sendiri
(UPDS) yang berguna untuk membantu dalam pengontrolan pengeluaran obat
etikal Formulir UPDS ini akan disatukan dengan bukti pembayaran dan kemudian
dikumpulkan lalu disimpan sebagai Formulir UPDS.

Untuk pelayanan UPDS, apoteker harus menggali informasi selengkap-


lengkapnya. Salah satu metode yang digunakan yaitu metode WWHAM, dimana
W adalah Who is it for? yaitu untuk siapa obat yang akan dibeli?, W adalah What
are the symptoms? yaitu apa gejala yang dirasakan?, H adalah How long have the
symptoms persisted? yaitu berapa lama gejala yang sudah berlangsung?, A adalah
Action taken, what medicine have been tried? yaitu obat apa yang yang sudah
diminum? dan M adalah Medicines being taken for other problems? yaitu obat
apa yang sedang diminum untuk masalah lain?. Setelah mendapatkan jawaban
dari pasien, maka tugas apoteker adalah merekomendasikan obat yang sesuai
dengan keadaan pasien.

iii) Pelayanan Informasi Obat (PIO)


Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker
dalam pemberian informasi mengenai Obat yang tidak memihak, dievaluasi
dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan Obat
kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat. Informasi mengenai Obat
termasuk Obat Resep, Obat bebas dan herbal. Informasi meliputi dosis, bentuk
sediaan, formulasi khusus, rute dan metoda pemberian, farmakokinetik,
farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi, keamanan penggunaan pada ibu
hamil dan menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga, sifat
fisika atau kimia dari Obat dan lain-lain.

iv) Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan pasien/keluarga
untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan kepatuhan
sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan Obat dan menyelesaikan
masalah yang dihadapi pasien. Kriteria pasien/ keluarga pasien yang perlu diberi
konseling:
a. Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati dan/atau ginjal,
ibu hamil dan menyusui).
b. Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (misalnya: TB, DM,
AIDS, epilepsi).
c. Pasien yang menggunakan obat dengan instruksi khusus (penggunaan
kortikosteroid dengan tappering down/off).
d. Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit (digoksin,
fenitoin, teofilin).
e. Pasien dengan polifarmasi (pasien menerima beberapa obat untuk indikasi
penyakit yang sama. Dalam kelompok ini juga termasuk pemberian lebih dari
satu obat untuk jenis penyakit yang diketahui dapat disembuhkan dengan satu
jenis obat.
f. Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah.

Anda mungkin juga menyukai