Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

SEDIAAN FARMASI

SPEALIT DAN ALAT KESEHATAN

DOSEN PENGAMPU: YOPI RIKMASARI M.SC, APT

DISUSUN OKEH:

OKTA NOVITASARI (180101079)

KELAS: B

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI

BHAKTU PERTIWI

PALEMBANG

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga saya mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Spesialite, Alat
dan Terminologi Kesehatan dengan judul “Penggolongan Obat Menurut Peraturan
Perundang – Undangan Di Indonesia”.

Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, Saya
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah
ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Palembang,

Penulis
DAFTAR ISI

SEDIAAN FARMASI…………………………………………………………………. ..

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………

BAB I……………………………………………………………………………………

1.1 LATAR BELAKANG …………………………………………………………....


1.2 RUMUSAN MASALAH……………………………………………………….....
1.3 TUJUAN…………………………………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………...

2.1 Pengertian Obat……………………………………………………………………...

2.2 Bahan Obat.......................................................................................................

2.3 Obat Tradisional Dan Kosmetika……………………………………………………

2.4 Pengertian Obat Secara Khusus

2.5 Penggolongan Obat Utama Berdasarkan Peraturan Perundang-Undang……

2.6pengggolongan Obat Lainnya Berdasarkan Peraturan Perundang-Undang…..

2.7. Penggolongan Obat Bahan Alam Indonesia…………………………………….

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………….

3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………………….

3.2 Saran…………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Obat sering disebut obat modern ialah sutu bahan yang dimaksud kan untuk
digunakan dalam menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangkan,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau
kelainan badaniah dan rokhaniah pada manusia atau hewan, memperelok badan
atau bagian badan manusia.

Obat tradisoinal adalah bahan atau ramuan bahanhewan, bahan tumbuhan,


bahan mineral, sediaan sarian atau campuran dari bahan tersebut yang secara
turun temurun telah digunakan untuk pengobatan dan dapat diterapkan sesuai
dengan norma yang berlaku dengan masyarakat.
Indonesia dengan keanekaragaman etnis yang ada, maka pemanfaatan sebagai
obat juga semakin beraneka ragam.

Kosmetika merupakan kebutuhan yang penting peranannya dalam bidang


kecantikan untuk keindahan tubuh manusia. Peraturan Badan Pengawasan Obat
dan Makanan (BPOM) tentang Persyaratan Teknis Kosmetika menjelaskan
bahwa:
Bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh
manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar) atau gigi,
membrane mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan,
mengubah penampilan, dan/atau memperbaiki badan atau melindungi atau
memelihara tubuh pada kondisi baik.
Kosmetika yang beredar di pasaran sangat beragam baik merek, jenis,
kegunaannya, maupun warna dan bentuknya, sehingga sering membingungkan
para konsumen dalam pemilihan kosmetik. Tranggono mengatakan bahwa
“penggolongan kosmetik menurut penggunaanya bagi kulit terbagi dalam 2 jenis
yaitu: (1) kosmetik perawatan kulit (skin-care cosmetic), merupakan kosmetika
untuk memelihara, merawat dan mempertahankan kondisi kulit (2) kosmetik
riasan (dekoratif atau make up), merupakan kosmetika untuk memperindah
wajah”.
Kosmetika merupakan salah satu produk yang digunakan rutin dan terus-
menerus dikalangan wanita dan pria disegala usia.
Kosmetika perawatan kulit wajah maupun kosmetika riasan wajah dapat
memberikan pengaruh positif maupun pengaruh negatif terhadap kulit jika
kurang baik bahan-bahan serta cara pengolahannya.
Pengaruh yang ditimbulkan kosmetika terhadap kulit ada dua macam yakni:
(1) pengaruh positif, pemakaian kosmetika diharapkan kulit menjadi bersih, sehat
dan segar serta menjadi lebih muda. Hal ini akan dapat dicapai dengan cara
pemilihan kosmetika yang tepat sesuai dengan jenis kulit dan teknik/cara
pemakaian yang tepat serta teratur.
(2) pengaruh negatif, pengaruh negatif sangat tidak diharapkan dan tidak
diinginkan terjadi, karena akan menimbulkan kelainan-kelainan pada kulit,
mungkin saja kulit menjadi gatal-gatal, kemerahan, bengkak- bengkak ataupun
timbul noda-noda hitam.
1.2 RUMUSAN MASALAH

1.1 Pengertian Obat

1.2 Bahan Obat

1.3 Obat Tradisional Dan Kosmetika

1.4 Pengertian Obat Secara Khusus

1.5 Penggolongan Obat Utama Berdasarkan Peraturan Perundang-Undang

1.6pengggolongan Obat Lainnya Berdasarkan Peraturan Perundang-Undang

1.7. Penggolongan Obat Bahan Alam Indonesia

1.3 TUJUAN
Untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan serta dapat menjadi
pengalaman yang bermanfaaat dalam menerapkan ilmu yang di dapat selam
perkuliahan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 OBAT

Pengertian Obat adalah bahan/paduan bahan-bahan untuk digunakan dalam


menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada
manusia/hewan, memperelok badan atau bagian badan manusia.
Menurut SK Menteri Kesehatan No.25/Kab/B.VII/ 71 tanggal 9 Juni 1971, yang
disebut dengan obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan untuk
digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangi,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit, luka atau kelainan badaniah dan
rohaniah pada manusia atau hewan, memperelok badan atau bagian badan
manusia.

2.2 BAHAN OBAT


Saat ini industri farmasi Indonesia telah dapat memproduksi 90% kebutuhan
produk obat dalam negeri bahkan untuk ekspor. Namun, hampir 95% produksi
tersebut tergantung pada bahan baku obat (BBO) impor.
Oleh karenanya, Kementerian Kesehatan telah melakukan beberapa upaya
untuk menjamin ketersediaan bahan baku obat bekerjasama dengan lembaga
terkait dan industri farmasi.
“Tidak ada satu pun negara di dunia dapat 100% membuat kebutuhan bahan
baku obatnya sendiri”, terang Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Kemenkes Dra. Maura Linda Sitanggang pada acara temu media bertema
Ketersediaan Bahan Baku Obat di Indonesia, di kantor Kemenkes (9/3).
Untuk memenuhi bahan baku obat dalam negeri, pemerintah menyusun
roadmap pengembangan bahan baku. Dengan roadmap ini diharapkan terjalin
kerjasama antara instansi/lembaga terkait dengan industri farmasi. Dalam
roadmap tersebut telah ditetapkan strategi yaitu mengembangkan kebijakan
yang berpihak pada pengembangan bahan baku obat; meningkatkan sinergitas
Academic Business Goverment (ABG); menguatkan riset di bidang bahan baku
obat yang berorientasi pada kebutuhan; meningkatkan kemampuan Iptek; dan
meningkatkan produksi bahan kimia sederhana, pemanfaatan sumberdaya alam,
dan bioteknologi.
Saat ini, Indonesia telah mampu membuat bahan baku obat dalam negeri
antara lain Paracetamol; Antibiotik turunan Betalaktam (Ampisilin, Cloksasilin,
Benzilpenisilin Potasium, dan Sulbaktam); produk eksipien (Amilum Manihot,
Sorbitol, Dekstrosa, dan Talkum); bahan baku obat turunan Kina; Iodium; bahan
baku obat herbal (fraksi bioaktif Cinamomum burmani (kayumanis) dan
Lagerstroemia speciosa (banaba); beberapa fraksi bioaktif Phaleria macrocarpa
(mahkota dewa); fraksi protein bioaktif Lumbricus Rubellus).
Untuk pengembangan bahan baku obat yang lebih efektif, saat ini telah
dibentuk POKJANAS pengembangan bahan baku yang terdiri antara lain
(Kementerian Kesehatan, Kementerian Perindustrian, Kementerian
Perdagangan, Badan POM, Kemenkoekuin, Kemenkokesra, BPPT, LIPI,
universitas, dan industri farmasi), tambah Dirjen Bina Farmasi dan Alkes.
Pada tahun 2012 pemerintah merencanakan meningkatkan produksi bahan
baku obat Lovastatin secara fermentasi; Epigalokatekin Galat; Difruktosa
Anhidrida III; turunan Ibuprofen. Di samping itu, melakukan penelitian produksi
produk eksipien yaitu garam pharmaceutical grade dan Pati ter-pregelatinasi.
Menurut Dirjen Binfar Alkes, bahan baku obat tradisional yang sedang
dikembangkan antara lain ekstrak kering temulawak terstandar; ekstrak kering
temulawak terfraksinasi terstandar; ekstrak kering sambiloto terstandar; ekstrak
kering sambiloto terfraksinasi terstandar; ekstrak kering pegagan terstandar;
ekstrak kering terstandar herba meniran; ekstrak kering terstandar rimpang ku
nyit; ekstrak kering terstandar herba binahong; ekstrak kering terstandard herba
kumis kucing; ekstrak kering terstandar daun salam.
Selain itu, dilakukan studi kelayakan pengembangan bahan baku obat dan
obat tradisional di dalam negeri yaitu produk eksipien turunan pati; produk
ekstrak; serta produk antibiotik turunan Betalaktam.

2.3 OBAT TRADISIONAL DAN KOSMETIKA

Penggolongan obat di atas adalah obat yang berbasis kimia modern, padahal juga
dikenal obat yang berasal dari alam, yang biasa dikenal sebagai obat tradisional.Obat
tradisional Indonesia semula hanya dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu obat
tradisional atau jamu dan fitofarmaka. Namun, dengan semakin berkembangnya
teknologi, telah diciptakan peralatan berteknologi tinggi yang membantu proses
produksi sehingga industri jamu maupun industri farmasi mampu membuat jamu
dalam bentuk ekstrak. Namun, sayang pembuatan sediaan yang lebih praktis ini belum
diiringi dengan perkembangan penelitian sampai dengan uji klinik.

Pengelompokan obat bahan alam Indonesia ini menjadi jamu sebagai kelompok yang
paling sederhana, obat herbal terstandar sebagai yang lebih tinggi, dan fitofarmaka
sebagai yang paling tinggi tingkatannya. Pokok – pokok pengelompokan tersebut sesuai
SK Kepala Badan POM No. HK.00.05.2411 tanggal 17 Mei 2004.

KOSMETIKA
Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan
pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ
genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan,
mewangikan, mengubah penampilan, dan atau memperbaiki bau badan atau
melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik.
Kosmetik dalam negeri adalah kosmetik yang dibuat dan dikemas oleh industri di
dalam negeri, meliputi kosmetik lokal, kosmetik lisensi, dan kosmerik kontrak.
Kosmetik lokal adalah kosmetik yang diproduksi tanpa lisensi di wilayah
Indonesia. Kosmetik lisensi adalah kosmetik yang diproduksi di wilayah
Indonesia atas dasar penunjukan atau persetujuan tertulis dari pabrik induatri
negara asalnya. Kosmetik kontrak adalah kosmetik yang produksinya
dilimpahkan kepada produsen lain berdasarkan kontrak. Kosmetik impor adalah
kosmetik produksi pabrik luar negeri yang dimasukan dan diedarkan di wilayah
indonesia termasuk kosmerik kontrak. Bahan kosmetik adalah bahan yang
berasal dari alam atau sintetik yang digunakan untuk memproduksi kosmetik.

Penggolongan Kosmetik
Berdasarkan bahan dan penggunaannya serta untuk penilaian, kosmetik dibagi
menjadi dua golongan :
Kosmetik golongan I adalah :
Kosmetik yang digunakan untuk bayi
Kosmetik yang digunakan di sekitar mata, rongga mulut, dan mukosa lainnya.
Kosmetik yang mengandung bahan dengan persyaratan kadar dan penandaan.
Kosmetik yang mengandung bahan dan fungsinya belum lazim serta belum
diketahui keamanan dan kemanfaatannya.
2. Kosmetik golongan II adalah : Berdasarkan fungsinya kosmetik terdiri dari 13
kategori :
3. Kosmetik yang tidak termasuk golongan I.
Sediaan bayi, Sediaan mandi,Sediaan kebersihan badan, Sediaan cukur,
Sediaan wangi-wangian, Sediaan rambut, Sediaan pewarna rambut, Sediaan
rias mata, Sediaan rias wajah, Sediaan pewarnaan kulit, Sediaan mandi surya
dan tabir surya, Sediaan kuku, Sediaan higiene mulut, Persyaratan Kosmetik,
Kosmetik yang diproduksi dan atau diedarkan harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut: Menggunakan bahan yang memenuhi standar dan persyaratan
mutu serta persyaratan lain yang ditetapkan. Diproduksi dengan menggunakan
cara pembuatan kosmetik yang baik. Terdaftar pada dan mendapat izin edar dari
badan POM.
2.4. PENGERTIAN OBAT SECARA KHUSUS

1..Obat Generik

Adalah obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia
untuk zat berkhasiat yang dikandungannya
.
2. Obat Generik Bermerek / Bernama Dagang
Obat generik berlogo adalah obat esensial yang tercantum dalam daftar obat
esensial nasional (DOEN) dan mutunya terjamin karena diproduksi sesuai
dengan persyaratan Cara Pembuatan Obat yang baik (CPOB) dan diuji ulang
oleh pusat pemeriksaan obat dan Makanan Departemen Kesehatan.

3.Obat Paten

Yakni obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama sipembuat yang
dikuasakannya dan dijual dalam bungkus asli dari pabrik yang memproduksinya.
4. Obat Jadi
Yakni obat dalam keadaan murni atau campuran dalam bentuk, cairan, salep,
tablet, pil, suppositoria atau bentuk lain yang mempunyai teknis sesuai dengan
Farmakope Indonesia atau buku lain yang ditetapkan oleh pemerintah.

5.Obat Esensial

Adalah obat yang paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan masyarakat


terbanyak dan tercantum dalam Daftar Obat Esensial yang ditetapkan oleh
Menteri Kesehatan.
2.5 PENGGOLONGAN OBAT UTAMA BERDASARKAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANG

1. Obat bebas (definisi,khusus,contoh)

Definisi

Obat bebas merupakan obat yang dapat dikonsumsi tanpa resep


dokter. Obat bebas merupakan obat yang paling aman, obat ini dapat diperoleh
secara bebas di warung, apotek, dan supermarket. Obat bebas ini memiliki tanda
lingkaran hijau bergaris tepi hitam pada kemasannya. Obat bebas dapat digunakan
untuk mengobati gejala penyakit ringan.Simak lebih lanjut di Brainly.co.id -

Contoh:

Paracetamol,Aspirin,Promethazine,Guafenesin,Bromhexin HCLChlorpheniramine
maleate (CTM),Dextromethorphan,Zn Sulfate,Proliver,Tripid,Gasflat,Librozym
(penyebutan merk dagang, karena obat tersebut dalam kombinasi).

2.Obat bebas terbatas

Definisi

Obat bebas terbatas merupakan obat yang dalam jumlah tertentu masih dapat
diperoleh di apotek dan tanpa resep dokter. Obat ini memiliki tanda lingkaran biru
bergaris tepi hitam pada kemasannya. Selain itu, juga terdapat beberapa peringatan
konsumsi pada kemasan obat, seperti :

Tanda peringatan
P.No. 1: Awas! Obat keras. Bacalah aturan pemakaiannya.

P.No. 2: Awas! Obat keras. Hanya untuk kumur jangan ditelan.

P.No. 3: Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar badan.

P.No. 4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar.

P.No.5: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan.

P.No. 6: Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan

Contoh

P1: Awas! Obat keras. Bacalah aturan memakainya.

Contoh obat bebas terbatas: tablet Decolgen, Neozep. Paramex.

P2: Awas! Obat keras. Hanya untuk kumur, Jangan ditelan.

Contoh obat bebas terbatas: obat kumur Listerine dan Betadine

P3: Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar badan.

Contoh bebas terbatas: Kalpanax, Betadine solution.

P4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar.

Contoh bebas terbatas: rokok antiasma.

P5: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan.

Contoh bebas terbatas: Rivanol kompres.

P6: Awas! Obat keras. Obat wasir. Jangan ditelan.

Contoh bebas terbatas: Anusol supositoria.

3. Obat Keras
Definisi

merupakan obat-obatan bius bersifat keras. Obat keras pada umumnya


digunakan dibidang kedokteran untuk mengobati pasien untuk keperluan operasi
agar pasien tidak merasakan kesakitan saat operasi berlangsung dan dapat
digunakan sebagai obat sesuai petunjuk dokter.[1] Obat keras yang digunakan
tanpa pengawasan dari dokter atau pakar kesehatan dapat menyebabkan
kecanduan.[1] Bila obat keras masuk ke dalam tubuh, akan mengubah fungsinya
baik secara fisik maupun psikis.
Contoh
Kokain, heroin, dan wekamin

4. Psikotropika

Definisi

Psikotropika adalah kategori obat yang dapat mengobati berbagai kondisi.


Psikotropika bekerja dengan menyesuaikan tingkat neurotransmiter atau
dengan cara merangsang susunan saraf pusat sehingga menyebabkan
perubahan pada aktivitas mental, perilaku yang disertasi halusinasi, ilusi,
gangguan cara berpikir seseorang. Selain itu, psikotropika dapat
menyebabkan perubahan perasaan secara tiba-tiba dan menimbulkan
kecanduan pada penggunanya

Golongan psikotropika
Penggunaan obat psikotropika yang tidak sesuai resep dokter dapat
menyebabkan penggunanya mengalami kecanduan. Berdasarkan tingkat
risiko kecanduan yang dihasilkan, psikotropika dibagi menjadi empat
golongan, yaitu:

Obat psikotropika golongan 1

Obat psikotropika golongan satu merupakan obat-obatan dengan


daya adiktif, yang memiliki potensi tinggi menyebabkan kecanduan. Selain
itu, obat-obatan psikotropika golongan ini masuk dalam obat terlarang yang
penyalahgunaannya bisa dikenakan sanksi hukum. Obat psikotropika
golongan satu contohnya adalah ekstasi, STP, dan LSD.

Obat psikotropika golongan 2

Obat psikotropika golongan dua merupakan obat-obatan yang


memiliki risiko ketergantungan di bawah obat psikotropika golongan satu.
Obat yang masuk dalam golongan ini biasa digunakan untuk pengobatan
berbagai penyakit, sehingga jika penggunaan obat psikotropika golongan dua
tidak sesuai dengan resep dokter dapat menimbulkan kecanduan. Obat
psikotropika golongan dua contohnya adalah sabu, amfetamin, ritalin, dan
metilfenidat.

Obat psikotropika golongan 3

Obat psikotropika golongan tiga merupakan obat-obatan dengan daya


adiktif sedang dan umumnya digunakan untuk penelitian dan pengobatan.
Obat psikotropika golongan tiga contohnya adalah pentobarbital,
flunitrazepam, buprenorsina, dan lumibal.

Obat psikotropika golongan 4

Obat psikotropika golongan empat merupakan obat-obatan dengan


daya adiktif ringan yang biasanya digunakan untuk pengobatan. Obat
psikotropika golongan empat contohnya adalah diazepam, nitrazepam,
lexotan, pil koplo, obat penenang, dan obat tidur.
Psikotropika merupakan jenis obat-obatan yang bisa ditemukan di
apotek, namun penggunaan obat ini harus menggunakan resep dokter
karena jika obat ini disalahgunakan dapat menimbulkan efek samping yang
berbahaya seperti merusak organ tubuh, hingga menyebabkan kematian.
Psikotropika memiliki beberapa contoh sebagai berikut:

Sedatin,Rohypnol,Valium, Amphetamine, Metakualon, Phenobarbital, Shabu-


shabu,Ekstasi

5. Narkotoka

Definisi

Narkotika bisa dibedakan ke dalam dua golongan yakni, narkotika alami dan
narkotika buatan. Narkotika alami adalah ganja, kokai dan juga candu.
Sementara narkotika buatan adalah narkotika yang sengaja dibuat
menggunakan bahan sintetis seperti morfin, heoin dan juga shabu.

Golongan dan Contoh

Narkotika sendiri dapat digolongkan menjadi 3 kelompok yaitu:

Narkotika golongan I merupakan narkotika yang memiliki dampak


paling berbahaya bagi penggunanya. Daya adiktif yang terkandung pada
narkotiba golongan ini sangatlah tinggi. Biasanya narkotika golongan ini
digunakan untuk kebutuhan sebuah penelitian dan ilmu pengetahuan.

Seperti : ganja, heroin, kokain, morfin, dan opium.


Narkotika golongan II merupakan narkotika yang umumnya memiliki
daya adiktif yang kuat, tapi juga memiliki manfaat untuk suatu pengobatan
dan juga sebuah penelitian.

Seperti: petidin, benzetidin, dan betametadol.

Narkotika golongan III merupakan narkotika yang mempunyai daya


adiktif cenderung lebih ringan dibanding dengan lainnya, akan tetapi dapat
bermanfaat jika digunakan untuk pengobatan dan juga penelitian.

Seperti: kodein dan turunannya.

Pada awalnya, narkotika biasa digunakan untuk kebutuhan medis, dan juga
dijadikan bahan campuran pada obat-obatan serta penggunaan untuk
keperluan medis lainnya. biasanya narkotika banyak digunkana untuk
keperluan medis sebab narkotika mampu memberikan efek nyaman bagi
penggunanya dan untuk menghilangkan rasa sakit untuk sementara waktu.
Hingga pasien bisa dioperasi tanpa merasakan sakit sama sekali.

2.6 PENGGGOLONGAN OBAT LAINNYA BERDASARKAN PERATURAN


PERUNDANG-UNDANG

1. Obat wajib apoti (OWA)

Definisi

Obat wajib Apotek (OWA) Adalah obat keras yang dapat diserahkan
oleh Apoteker oleh Apotek tanpa resep dokter. Peraturan tentang Obat
Wajib Apotek berdasarkan keputusan menteri kesehatan RI No.
347/Menkes/SK/VII/1990 yang telah di perbaharui dengan keputusan
menteri kesehatan No. 924/Menkes/Per/X/1993, di keluarkan dengan
pertimbangan sebagai berikut :
a. Pertimbangan yang utama untuk obat wajib apotek ini sama dengan
pertimbangan obat yang diserahkan tampa resep dokter, yaitu
meningkatkan kemampuan masyrakat dalam menolong diri nya sendiri
guna mengatasi masalah kesehatan, dengan meningkatkan pengobatan
sendiri secara tepat,aman dan rasional.

b. Pertimbangan yang kedua untuk meningkatkan peran apoteker di


apotek dalam pelayanan komunikasi, informasi dan eduksi atau
pembelajaran serta pelayanan obat kepada masyrakat sehingga masyrakat
lebih mengerti tentang penggunaan obat yang baik dan benar sesuai
dengan dosis
c. pertimbangan yang ketiga untuk meningkatkan penyediaan obat yang
dibutuhkan untuk pengobatan sendiri.
Contoh
Contoh OBAT WAJIB APOTEK (OWA) NO.1
Aminofilin Supp, Asam Mefenamat, Asetilsistein, Astemizole, Betametason,
Bisakodil Supp,Bromhexin, sirup 1 botol, Desoksimetason.
Contoh OBAT WAJIB APOTEK (OWA) NO.2
Albendazo, Bacitracin, Benorilate, Bismuth subcitrate.
Contoh OBAT WAJIB APOTEK (OWA) NO.3
Alopurinol, Aminofilin supositoria, Asam Azeleat, Asam FusidatBromheksin
(Tan, H.T., Rahardja, K., 2007)

2. prekursor Narkotika
Definisi

Penandaanya sama dengan obat golongan narkotika

Dalam kehidupan sehari-hari, istilah narkotika sering dicampuradukkan


dengan istilah psikotropika, seolah-olah keduanya merupakan zat yang
sama. Adapula yang salah paham menganggap preskursor narkotika sama
dengan psikotropika. Padahal meskipun sama-sama dapat menyebabkan
ketergantungan (adiktif), ketiganya merupakan zat yang berbeda. Tindak
pidana narkotika dan preskusor narkotika diatur dalam UU No. 35 Tahun
2009, sedangkan tindak pidana psikotropika diatur dalam UU No. 5 Tahun
1997.

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 1 UU No. 35 Tahun 2009, definisi


narkotika adalah sebagai berikut:

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang
dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam
Undang-Undang ini.

Adapun definisi prekursor narkotika tercantum dalam Pasal 1 angka 2 UU


No. 35 Tahun 2009, yaitu sebagai berikut:

Prekursor narkotika adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia
yang dapat digunakan dalam pembuatan narkotika yang dibedakan dalam
tabel sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang ini.
Dari definisi tersebut di atas, secara sederhana narkotika dapat
dikatakan sebagai obat bius, prekursor narkotika sebagai bahan pembuat
narkotika, sementara psikotropika merupakan zat atau obat yang berkhasiat
psikoaktif. Khasiat psikoaktif ini bermacam-macam, misalnya meningkatkan
tekanan darah, mengurangi kantuk, dan menjadikan lebih semangat melalui
konsumsi stimulan atau untuk menjadikan lebih rileks melalui konsumsi
depresan, dan lain-lain.
Bagi masyarakat awam memang tidak mudah untuk membedakan secara
kasat mata antara narkotika, prekursor narkotika dan psikotropika. Meskipun
demikian, peraturan perundang-undangan membedakan secara jelas mana
zat yang termasuk narkotika, mana zat yang termasuk prekursor narkotika
dan mana zat yang termasuk psikotropika. Daftar dari zat atau obat tersebut
dapat dilihat pada lampiran masing-masing undang-undang.

Dalam UU No. 35 Tahun 2009, narkotika dan prekursor narkotika


digolongkan sebagai berikut:

Narkotika Golongan I, terdiri atas 65 jenis zat, merupakan narkotika


yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan
dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi
mengakibatkan ketergantungan.
Narkotika Golongan II, terdiri atas 86 jenis zat, merupakan narkotika
berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat
digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan
ketergantungan.
Narkotika Golongan III, terdiri atas 14 jenis zat, merupakan narkotika
berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan ketergantungan.
Prekursor Narkotika, terdiri atas 23 jenis zat, merupakan bahan pembuat
narkotika.

3. Obat-obat tertentu yang sering di salah gunakan


Definisi

Penyalahgunaan terhadap obat-obat golongan Narkotika, Psikotropika dan


Prekursor farmasi/obat mengandung prekursor farmasi menurun seiring
dengan bertambah ketatnya pengawasan, namun beberapa tahun terakhir
penyalahgunaan terjadi pada beberapa obat lain yang memiliki efek serupa
narkotika dan psikotropika, antara lain obat dengan komposisi zat aktif
dekstrometorfan dan karisoprodol. Setelah Badan POM menindaklanjuti
penyalahgunaan dengan penarikan NIE dekstrometorfan sediaan tunggal
dan karisoprodol, penyalahgunaan beralih kepada tramadol, triheksifenidil,
"Obat-obatan yang kami temukan masih beredar diantaranya tramadol,
trihexypenidil , dextromethorpan, nitrazepam, chlorpromazine, amytriptilline,
golongan diazepam atau benzodiazepine. haloperidol, amytriptilin,
klorpromazin yang selanjutnyadisebut sebagai OOT.

Tramadol dan triheksifenidil adalah obat-obatan yang beberapa


tahun ke belakang sering muncul di media massa baik elektronik maupun
cetak sebagai obat yang banyak disalahgunakan oleh remaja usia sekolah di
Indonesia. Trend kasus penyalahgunaan obat -obat ini semakin meningkat
ditemukan di lingkungan sekitar kita dan merupakan masalah sosial yang
semakin serius untuk ditangani selama beberapa tahun.

Hasil pengawasan Direktorat Pengawasan Narkotika, Psikotropika dan Zat


Adiktif tahun 2013 – 2015 terhadap pengelolaan OOT, menunjukkan bahwa
banyak terjadi penyimpangan pada sarana produksi, distribusi dan
penyerahan. Oleh karena itu, mengingat banyaknya penyalahgunaan
terhadap OOT di masyarakat, maka Badan POM memandang perlu untuk
melakukan perketatan pengawasan terhadap pengelolaan melalui
pembuatan Pedoman Pengelolaan Obat-Obat Tertentu, sehingga pelaku
usaha mempunyai panduan dan pedoman dalam melakukan pengelolaan
Obat-Obat Tertentu di sarana produksi, distribusi maupun di sarana
pelayanan kesehatan agar terhindar dari penyimpangan dan kebocoran
untuk disalahgunakan.

Dengan mengundang perwakilan dari industri farmasi, PBF, Apotek,


Instalasi Farmasi rumah sakit, organisasi profesi, serta lintas sektor yang
berasal dari Kementerian Kesehatan dan Suku Dinas Kesehatan yang
berada di DKI Jakarta, Konsultasi Publik Draft Pedoman Pengelolaan Obat-
obat Tertentu diselenggarakan oleh Direktorat Pengawasan Narkotika,
Psikotropika dan Zat Adiktif pada tanggal 3 dan 5 Nopember 2015 dengan
mengambil tempat di Aula Gedung C Badan POM RI.

Peserta konsultasi publik yang berjumlah ± 280 orang, membuat


pihak panitia membagi pelaksanaan konsultasi publik menjadi 3 sessi, yaitu
sesi pertama dihadiri oleh perwakilan Industri Farmasi dilaksanakan pada
tanggal 3 Nopember, sesi kedua dan ketiga dilaksanakan pada tanggal 5
Nopember 2015 pagi dan siang dengan peserta dari PBF, Apotek, Instalasi
Farmasi rumah sakit, organisasi profesi dan Dinas Kesehatan Provinsi DKI
Jakarta serta Suku Dinas Kesehatan di wilayah DKI Jakarta. Kegiatan
Konsultasi publik tanggal 3 Nopember yang dihadiri oleh pelaku usaha dari
Industri Farmasi dan lintas sektor dibuka oleh Drs. Sabar Hariandja, Apt.,
selaku Plt. Direktur Pengawasan Narkotika, Psikotorpika dan Zat Adiktif,
sedangkan pembukaan kegiatan konsultasi publik tanggal 5 Nopember
yang dihadiri oleh PBF, Apotek, RS dan lintas sektor serta perwakilan
organisasi profesi dibuka oleh Deputi Bidang Pengawasan Produk
Terapetik dan NAPZA, Drs. Tengku Bahdar J. Hamid, Apt., M.Pharm. Hadir
sebagai pembicara, konsultan Badan POM Drs. M. Sumarno, Apt., dan Drs.
Suara Murtjana, Apt.

Seiring dengan eranya transparansi publik, Badan POM mengharapkan,


sebelum Pedoman Pengelolaan OOT diterbitkan, pelaku usaha dan lintas
sektor dapat memberikan masukan, sehingga pedoman yang diterbitkan
dapat diimplementasikan secara dan konsisten oleh pelaku usaha terkait.

2.7. PENGGOLONGAN OBAT BAHAN ALAM INDONESIA

Obat bahan alam Indonesia adalah obat bahan alam yang diproduksi di
Indonesia.
Obat bahan alam Indonesia dikelompokkan menjad 3i:
1. Jamu (Empirical based herbal medicine)
Jamu merupakan obat tradisional yang dikenal luas oleh masyarakat
Indonesia.

Pengertian jamu dalam Permenkes No.003/Menkes/Per/I/2010 adalah bahan


atau ramuan bahan yang berupa tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral,
sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara
turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan
sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.

Jamu adalah istilah yang berasal dari bahasa Jawa, tepatnya pada 16
Masehi. Kata Jamu berasal dari dua kata, yaitu “Djampi” dan “Oesodo” yang
memiliki makna obat, doa, dan juga berarti formula yang berbau magis.(2)

Jamu pertama kali muncul pada zaman Kerajaan Mataram atau sekitar 1300
tahun yang lalu. (3)

Keberadaan jamu sejak zaman dahulu dapat dilihat dari beberapa bukti
sejarah seperti relief pada candi Borobudur. Relief Candi Borobudur yang
dibuat oleh Kerajaan Hindu-Budha tahun 772 M menggambarkan kebiasaan
meracik dan meminum jamu untuk memelihara kesehatan. Bukti sejarah
lainnya yaitu penemuan prasasti Madhawapura dari peninggalan kerajaan
Hindu-Majapahit yang menyebut adanya profesi 'tukang meracik jamu' yang
disebut Acaraki.
Ditemukannya Lontar Usada di Bali yang ditulis menggunakan bahasa Jawa
kuno menceritakan mengenai penggunaan jamu juga menjadi bukti
keberadaan jamu sejak zaman dahulu.

Menyebarnya konsumsi jamu di masyarakat dipengaruhi banyaknya ahli


botani yang mempublikasikan tulisan-tulisan mengenai ragam dan manfaat
tanaman untuk pengobatan Dengan demikian, jamu yang tadinya hanya
merupakan milik kalangan terbatas, dapat dinikmati oleh seluruh lapisan
masyarakat. Pada awal 1900-an jamu yang dibuat oleh rumah tangga mulai
berkembang menjadi industri-industri jamu.

Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah merupakan daerah yang terkenal


dengan banyaknya penjual jamu di Indonesia. Bahan Dasar Jamu

Jamu biasanya terbuat dari bahan-bahan seperti:

Jahe (Zingiber Officinale), Lempuyang (Zingiber Oronaticum), Temu Lawak/


Wild Ginger (Curcuma Cautkeridza), Kunyit/ Tumeric (Curcuma Domestica),
Kencur/ Greater Galingale (Kaemferi Galanga), Lengkuas (Elpina Galanga),
Bengle (Zingiber Bevifalium) ,Secang (Caesalpinia Sappan Hinn), Sambang
Dara (Rexco Ecaria Bicolar Hassk) , Brotowali (Tiospora Rumpii Boerl), Adas
(Foeniculum Vulgare Mill), Jeruk Nipis (Citrae Aurantifalia Sivingle), Ceplukan
(Physalic Angulata Him), Nyamplung (Calophylum Inaphyllu), Kayu Manis
(Gijeyzahyza Glabra), Melati (Jataninum Sunbac Ait), Rumput Alang-alang
(Gramineae) (5)
Proses Pembuatan Jamu

Proses pembuatan jamu secara tradisional adalah merebus bahan-bahan


yang telah disiapkan (jamu godok) yang sampai saat ini masih digunakan
oleh produsen jamu tradisional.(5) Bahan-bahan sesuai dengan komposisi
racikan ditumbuk secara kasar menggunakan lumpang dan alu besi atau
batu atau diiris tipis-tipis (kunyit), diperas, disaring, dan dimasukkan ke dalam
air matang yang sudah didinginkan.Ramuan selanjutnya dimasukkan ke
dalam botol-botol dan siap untuk dijajakan.

Peralatan yang dikenal untuk membuat jamu masih banyak ditemui sebagai
salah satu peralatan rumah tangga pada masyarakat Jawa, contohnya
lumpang, parut, kuali.

Obat Herbal Terstandar (Scientific based herbal medicine)

Adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian bahan
alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral. Untuk
melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan
berharga mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang mendukung dengan
pengetahuan maupun ketrampilan pembuatan ekstrak. Selain proses
produksi dengan tehnologi maju, jenis ini pada umumnya telah ditunjang
dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian pre-klinik seperti
standart kandungan bahan berkhasiat, standart pembuatan ekstrak
tanaman obat, standart pembuatan obat tradisional yang higienis, dan uji
toksisitas akut maupun kronis.
Fitofarmaka (Clinical based herbal medicine)

Merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam yang dapat disejajarkan
dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar,
ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia..
menggunakan obat herbal di sarana pelayanan kesehatan. Masyarakat juga
bisa didorong untuk menggunakan obat herbal karena manfaatnya jelas
dengan pembuktian secara ilimiah.

Logo dan Contoh


BAB III

PANUTUP

A. KESIMPULAN

Obat adalah bahan/paduan bahan-bahan untuk digunakan dalam


menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada
manusia/hewan, memperelok badan atau bagian badan manusia.

B. SARAN

Kami berharap para pembaca dapat memahami pembahasan makalah kami


tentang Sediaan Farmasi-OBAT spesialit dan alat kesehatan, saran kami
adalah agar setiap orang dapat memaksimalkan pengetahuannya dan idak
pernah berhenti untuk terus belajar dan bekerja dengan kemampuan yang
maksimal dan integritas kerja yang baik
DAFTAR PUSTAKA

Kepala BPOM RI. 2016. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
nesia Nomor 7 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Obat-Obat Tertentu yang
Sering Disalahgunakan. Jakarta: BPOM RI.
Direktorat Pengawasan NAPZA Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2015. Tersedia Online
di: : http://www.pom.go.id/mobile/index .php/view/berita/9589/OBATOBAT-
TERTENTU-YANGSERINGDISALAHGUNAKAN.html
https://tirto.id/elh7 Fito farmaka obat herbal co.ad.di acces. 1 April 2020

Tan, H.T., Rahardja, K., 2007. Obat-obat Penting: Khasiat, Penggunaan dan Efek-efek
Sampingnya, edisi keenam. PT.Elex Media Komputindo, Jakarta., 325-340.

Notoatmodjo, S., 2004, Ilmu Kesehatan Masyarakat, PT. Rineka Cipta: Jakarta.

Notoatmodjo, S., 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi. PT. Rineka Cipta:
Jakarta.

Notoatmodjo, S., 2003, Prinsip-prinsip Dasar IlmuKesehatan Masyarakat, PT.RinekaCipta :


Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai